NovelToon NovelToon

OBSESSION MY SUGAR DADDY

SEBUAH TAWARAN

***

Royal Wellington Club, 11.00 PM.

Suara dentuman musik terdengar memekak telinga, di lantai dansa sudah terlihat banyak para pria maupun wanita menari dan meliuk-liukkan badannya.

"Mari, Tuan. Kita langsung menuju ruang VVIP," ujar seorang pria tampan berusia 30 tahun, pria itu mengarahkan Tuan-nya yang akan melakukan pertemuan di sebuah ruangan VVIP.

"Apakah dia sudah datang?"

"Sudah, Tuan. Tuan Marco sudah menunggu kita sejak tadi,"

Pria yang di panggil Tuan itu mengangguk, tubuhnya yang tegap dan sexy. Wajahnya yang tampan, membuat semua kaum wanita terpesona di buatnya.

Jordan Rodriguez, pria berusia 39 tahun itu sangat betah dalam status dudanya. Bagaimana tidak? Meskipun telah menduda selama 5 tahun, tetapi Jordan tidak pernah kesepian. Pria dengan segala pesonanya itu selalu saja menyewa para jalang untuk menghangatkan ranjangnya.

Senyum misterius yang menghiasi wajahnya membuat para wanita yang melihatnya terpesona. Rambut hitam legamnya yang tergerai rapi, menggantung di dahi dan menambah daya tariknya. Tubuh atletisnya yang terbalut dalam setelan jas hitam ketat, menonjolkan bahu lebar dan lengan berotot yang membuat siapa pun yang melihatnya sulit untuk mengalihkan pandangan.

Saat ia berjalan melewati kerumunan orang, beberapa wanita mencoba mendekatinya dengan senyum menggoda dan pandangan mata yang penuh harap. Namun, Jordan tetap tenang, mengevaluasi lingkungan sekitarnya dengan pandangan tajam yang membuat mereka justru semakin penasaran.

Pria di sekitarnya mulai merasa iri melihat perhatian yang diberikan wanita-wanita di sekeliling Jordan. Namun, Jordan tak terpengaruh oleh tatapan sinis yang mereka lemparkan, ia tetap terlihat santai, melangkahkan kakinya menuju ruangan tempatnya melakukan pertemuan.

Dalam setiap langkahnya, mereka para wanita di club tersebut benar-benar ingin melemparkan tubuh mereka ke arah Jordan. Memohon untuk merasakan kehangatan dalam kungkungan Jordan, sosok pria yang sangat terkenal di kalangan pebisnis dan hubungan ranjangnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ruangan VVIP.

"Bagaimana kabarmu, Marco." Jordan memeluk tubuh seorang pria tampan seumuran dengannya.

"Seperti yang kau lihat, ayo duduklah. Aku sudah membawakan apa yang kau pesan." Marco mendaratkan bokongnya pada sofa, begitu juga dengan Jordan dan asistennya.

Mereka duduk saling berhadapan dengan terhalang meja, Marco menjentikkan jemarinya. Pria itu memanggil seorang waitress yang sejak tadi berdiri di dekat pintu ruangan.

Waitress tersebut melangkah mendekati Marco, dan membawa sebuah nampan berisikan beberapa botol minuman beserta gelas kristalnya.

"Silahkan, Tuan." Waitress itu meletakkan botol minuman dan gelasnya di atas meja, ia menatanya dengan sangat hati-hati. Tanpa ia sadari, sepasang mata elang menatapnya dengan begitu intens.

Sepasang mata elang yang tak lain ialah milik Jordan, ia melihat sosok waiters tersebut, yang memiliki nama Grace di name tagnya. Seorang waitress cantik dengan rambut panjang terurai indah. Matanya langsung tertuju pada Grace yang tampak anggun dalam balutan seragam waiters dengan apron berwarna hitam.

Postur tubuh Grace yang ramping namun berisi membuatnya tampak menarik di mata Jordan. Grace berjalan dengan anggun, langkah kakinya ringan dan pasti saat ia menghampirinya dan Marco. Senyuman manis terukir di bibir semerah cherry yang menawan, mampu memikat siapa pun yang melihatnya. Termasuk Jordan, kedua matanya berbinar, seperti menampakkan kehangatan yang mampu membuat orang merasa nyaman di sekelilingnya.

Saat tadi Grace menaruh pesanannya, ia menyapa dengan suara merdu yang lembut, membuat Jordan terpesona oleh keanggunan Grace, namun ia berusaha untuk tidak terlihat terlalu terpikat. Jordan sendiri sempat terkesima oleh sikap ramah dan sopan wanita itu, ekspresi wajahnya menunjukkan ketulusan dan kepedulian dalam melayani.

Jordan tak bisa menahan rasa penasarannya akan wanita ini, ia ingin mengenal lebih jauh tentang Grace, waitress yang mampu mencuri perhatiannya di tengah hiruk pikuk club ini. Keanggunan dan keramahan Grace membuat Jordan yakin bahwa ada sesuatu yang istimewa dari wanita ini, dan ia bertekad untuk menemukan apa itu.

Setelah menaruh pesanan Marco, waitress itu beranjak pergi meninggalkan mereka. Seperginya waitress itu, Jordan membisikkan sesuatu di telinga asistennya.

"Cari tau tentang gadis itu tadi, Thomas, dan bawa dia ke kamar pribadiku yang ada di atas,"

"Baik, Tuan." Thomas beranjak dari duduknya, pria itu berpamitan untuk pergi keluar sebentar dan segera melakukan tugasnya.

Sementara Jordan, dan Marco. Kedua pria dewasa itu terlibat perbincangan serius mengenai kerja sama mereka, mereka berdua tidak hanya bekerja sama dalam perusahaan bersih melainkan mereka juga bekerja sama dalam perusahaan yang bergerak di bawah tanah.

**

Sedangkan Thomas pria itu tengah mencari informasi tentang seorang waitress yang diincar oleh Jordan, beberapa menit berlalu. Setelah mendapatkan segala informasinya, Thomas melangkah turun ke lantai dansa dan menemukan sosok gadis itu.

"Nona, permisi." Thomas memegang lengan gadis itu, membuat gadis tersebut menoleh dan menepis tangan Thomas.

"Maaf, ada apa. Tuan?"

"Ada yang ingin saya katakan, Nona. Apakah kita bisa sedikit menepi? Karena di sini terlalu berisik,"

Gadis itu mengangguk, ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Thomas mengikutinya dari belakang, kini keduanya sudah berada di tempat yang sedikit jauh dari keramaian.

"Ada apa, Tuan? Apakah ada sesuatu hal yang sangat penting?"

Thomas tersenyum tipis, ia menatap ke arah gadis di depannya yang memang terlihat cantik, dan sangat sexy. Tidak hanya itu, gadis di depannya ini seperti memiliki daya tarik tersendiri.

"Yeah, ada sesuatu hal yang sangat penting ingin saya katakan kepadamu. Grace Hernandez," ujarnya.

Gadis bernama Grace itu melotot, ia terkejut ketika orang asing di depannya mengetahui namanya.

"Baga_" ucapan Grace terhenti ketika Thomas menyelanya terlebih dahulu.

"Grace Hernandez, berkuliah di Victoria University of Wellington. Mengambil program studi ilmu sosial, hidup sebatang kara, dan bekerja part time sebagai waitress di Royal club. Bukankah aku benar, Nona?"

Grace menggeleng, perasaannya mendadak cemas. Gadis itu benar-benar terkejut dengan sosok pria di depannya ini.

"Ah tidak hanya itu, kau bahkan akan di keluarkan dari kampusmu jika dalam tiga hari kedepan tidak membayar uang kuliahmu yang sudah menunggak. Kau juga harus membayar yang sewa tempat tinggalmu yang sudah menunggak 5 bulan, benar bukan?" Thomas menyeringai melihat wajah panik Grace.

"B-bagaimana, Anda bisa mengetahuinya?"

Thomas terkekeh, pria itu meliput kedua tangannya di depan dada.

"Aku bisa mengetahui semuanya, Grace, dan aku bisa membantumu dalam hal ini. Bahkan kau bisa mendapatkan uang lebih untuk membayar kuliah dan sewa tempat tinggalmu, tetapi dengan sebuah tawaran. Karena di dunia ini tidak ada yang gratis," ujar Thomas dengan seringai di bibirnya, tubuh Grace menegang. Dalam hidupnya baru kali ini ia di buat terkejut dengan kehadiran sosok asing yang tiba-tiba saja seperti penguntit.

"A-apa tawarannya?"

Thomas tersenyum tipis, pria itu mendekati Grace. Membuat gadis itu menahan nafasnya ketika wajah Thomas sangat dekat dengan wajahnya.

"Naiklah ke kamar 309, habiskan malam panas bersama Tuan Jordan Rodriguez. Akan aku pastikan kau mendapatkan 500 juta hanya dalam sekali memuaskannya," bisik Thomas.

Deg!

***

OMSD 2

***

Grace duduk di kursi ruangan tempat pegawai beristirahat, gadis itu nampak menarik nafas, dan menghembuskannya secara kasar berulang kali. Hingga membuat sosok gadis yang baru saja datang mengernyit melihat Grace.

"Ada apa denganmu, Grace?"

Grace mendongak, ia menatap ke arah sosok gadis yang tak lain ialah sahabatnya.

"Aku sedang bingung, Jasmine," ujar Grace, Jasmine menghembuskan nafasnya pelan. Gadis itu duduk di sebelah Grace, menepuk pelan bahu Grace.

"Apakah ada masalah? Kau bisa berbagi denganku, ada apa?"

Grace menatap Jasmine, gadis itu terdiam sebentar sebelum akhirnya ia menceritakan pertemuannya dengan Thomas. Tidak hanya itu, Grace juga menceritakan niat Thomas.

"What the f*ck?" Jasmine terkejut.

"Yeah, begitu ceritanya. Jadi sekarang aku bingung, apakah aku harus menerimanya dan menyerahkan sesuatu yang berharga dalam diriku ini? Tetapi aku tidak pernah seperti itu, Jasmine. Bagaimana ini?" Grace mengerang, ia mengacak rambutnya dengan kasar.

Waktu terus berlalu, dan Thomas hanya memberikan waktu satu jam untuk ia berpikir tentang keputusannya.

"Lebih baik kau terima saja tawarannya, Grace. Bukan apa-apa, maksudku begini. Kau tau ... Tuan Jordan tidak pernah menyewa para jalangnya berkali-kali, dalam artian dia hanya menyewa seorang jalang untuk memuaskannya sekali. Jadi setelah kau memuaskannya dan mendapatkan uangnya, kau tidak akan lagi berhubungan dengannya. Kau paham apa yang aku ucapkan bukan?"

Grace mengangguk, "Jadi dia hanya menyewa jalang yang belum pernah dia pakai bukan?"

"Thats right!–Itu benar, jadi lebih baik kau terima saja,"

Grace menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba dadanya berdebar. Bayangan-bayangan erotis menari di pikirannya.

"Tetapi aku tidak pernah melakukan itu," cicit Grace, Jasmine terkekeh. Gadis itu menggeleng gemas.

"Jangan pikirkan hal itu, Tuan Jordan pasti akan mengajarimu. Kau tau, kau adalah gadis beruntung malam ini. Jadi sekarang segeralah bersiap, aku tau ini adalah kesalahan. Setidaknya dari satu kesalahan ini kau tidak akan di keluarkan dari kampus, ayo aku bantu kau bersiap,"

Grace mencebikkan bibirnya, namun akhirnya ia berdiri dan segera bersiap.

...---...

Sementara di sebuah kamar pribadi milik Jordan, pria itu tengah duduk di sofa dengan kedua kakinya yang berada di atas meja depannya.

"Bagaimana dengan gadis tadi, Thom?"

Thomas mendesah pelan, ia menatap Jordan yang sedang memutar gelas kristal di tangannya.

"Sepertinya dia meno_" ucapan Thomas terhenti saat terdengar suara ketukan pintu beberapa kali.

Thomas tersenyum, pria itu segera melangkah ke arah pintu dan membukanya.

"S-selamat malam, Tuan,"

Thomas mengulas senyumnya, pria itu bernafas lega saat sosok yang di inginkan Tuan-nya sudah berdiri di hadapannya.

"Selamat malam, Nona Grace. Silahkan masuk, Tuan sudah menunggu Anda,"

Grace mengangguk lirih, gadis itu melangkah masuk dengan kaki yang berat. Setibanya di dalam kamar, Grace berdiri di samping Thomas dengan menunduk. Kedua tangannya saling meremas gelisah.

Jordan sendiri terus menatap intens ke arah Grace, bibirnya tersenyum smirk saat melihat Grace yang gugup.

Jordan merasa sangat beruntung saat Grace menerima tawarannya untuk menghabiskan malam panjang bersamanya. Sebagai seorang casanova handal, Jordan terobsesi dengan wanita muda cantik ini, yang menurutnya adalah simbol keberhasilan dan kekuasaannya. Dia merasa sangat bangga bisa mengendalikan kehidupan Grace, seolah-olah dia adalah penguasa absolut atas nasib gadis malang itu.

"Kemarilah gadis manis," titah Jordan, suara serak dan beratnya membuat Grace tersentak. Gadis itu mendongak, ia menatap Jordan.

Grace terdiam, tubuhnya mematung. Kedua matanya tidak berkedip saat melihat ketampanan Jordan, namun ia segera menggelengkan kepalanya saat tersadar dari lamunannya.

"Kemarilah, aku tidak suka berbicara dua kali dalam memberikan perintah!"

"B-baik, Tuan." Grace mendekati Jordan, gadis itu berdiri di depan Jordan. Hingga.

Brugh!

"Argh, Tuan!" pekik Grace terkejut saat tubuhnya di tarik Jordan hingga membuatnya duduk di atas pangkuan Jordan.

Grace ingin berdiri, namun Jordan menahan pinggangnya.

"Tetaplah duduk!"

Grace terdiam, ia menurut dan tidak lagi bergerak.

"Thom, berikan aku cek kosong dan tinggalkan kamar ini,"

Thomas mengangguk, pria itu mengeluarkan satu lembar cek kosong dan memberikannya kepada Jordan. Setelahnya pria itu membalikkan badannya dan melangkah pergi meninggalkan Jordan.

"Siapa namamu?" tanya Jordan tidak seperti biasanya, karena biasanya pria itu tidak akan berbasa-basi seperti saat ini.

"G-grace, Grace Hernandez. Tuan,"

Jordan mengangguk, pria itu membalikkan badan Grace menjadi menghadap ke arahnya. Kini, Grace duduk mengangkang di atas pangkuannya.

"Kau bisa isi berapapun nominal yang kau mau di cek kosong ini setelah kau membuatku puas, kau paham. Grace?"

Grace mengangguk, gadis itu mendongak, ia menggigit bibir bawahnya yang sialnya terlihat sangat sexy di mata Jordan.

"T-tetapi, Tuan. Saya tidak pernah melakukan hal seperti ini, jadi bisakah Anda mengajari saya terlebih dahulu? Saya bingung harus melakukan apa," jelas Grace dengan wajah memerah, gadis itu merasakan malu yang luar biasa. Sementara Jordan, pria itu tersenyum tipis, sangat tipis sekali.

"Kau tidak pernah melakukannya? Seriously? Jangan bercanda, Grace. Kau bekerja di tempat seperti ini, bahkan kau langsung menerima tawaranku di atas permasalahan yang sedang kau hadapi. Bukankah itu menunjukkan jika kau juga seorang jalang di sini? Mengangkang demi selembar uang, dan memuaskan kami para pebisnis VVIP?" hina Jordan dengan tertawa.

"Tidak ada wanita suci, Grace. Jadi jangan berlagak suci di depanku, Karena aku tau semua wanita yang bekerja di sini menjelma menjadi wanita pemuas nafsu," lanjut Jordan, pria itu meremehkan Grace. Membuat hati Grace terasa tertusuk belati.

Gadis itu berpikir jika Jordan tidak akan berpikiran negatif tentangnya, namun ia salah. Kini Jordan menghinanya, bahkan meremehkannya. Menghancurkan harga dirinya.

Rasanya Grace sangat menyesal menerima tawaran Jordan, ingin mundur. Namun Grace bukan pengecut, ia sudah terjun ke dalam permasalahan ini. Grace menguatkan dirinya, ia menatap Jordan dengan berani.

"Yeah saya memang seorang jalang, Tuan, dan jalang ini yang akan memuaskan Anda!" ketus Grace, ada perasaan sesak di benaknya ketika membenarkan ucapan Jordan yang sama sekali tidak benar.

Jordan terdiam, tangannya bergerak ke arah wajah Grace. Membiarkan jemari besarnya menyusuri wajah gadis itu dari kening, pipi, dan hinggap di bibir ranum Grace. Mengelus bibir Grace dengan ibu jarinya, Jordan melesatkan jemari itu ke dalam mulut Grace, dan menyusuri rongga mulut Grace.

Grace memejamkan matanya, ada sensasi aneh saat Jordan menyusuri rongga mulutnya dengan jemari besarnya.

"Kau sangat sexy, Baby," bisik Jordan, pria itu menjauhkan jemarinya dari bibir Grace. Kemudian ia menggendong Grace ala koala. Melangkah menuju ranjang, Jordan membaringkan tubuh Grace dan mengungkungnya.

Jordan menyeringai, pria itu terlihat sangat suka dengan raut wajah kebingungan, dan kepolosan Grace. Tidak sabar dengan sesuatu yang sudah membumbung, Jordan menyambar bibir Grace. Membuat Grace terkejut, gadis itu melototkan matanya.

Jordan sendiri terus menyapu bibir cherry itu, dan menggigitnya kecil agar Grace membuka bibirnya. Ketika terbuka, Jordan melesatkan lid*hnya dan menyapa setiap rongga mulut Grace.

Tidak ada lagi yang bisa Grace lakukan selain diam, kejadian ini sungguh membuat dirinya seakan mati kutu. Jordan terlalu tiba-tiba untuk dirinya yang masih polos.

Apalagi kini tangan besar Jordan sudah merayap kemana-mana, mengelus dengan lembut dan menciptakan geleyar aneh di tubuhnya. Setiap sentuhan asing dari Jordan yang baru pertama kali ia rasakan, membuatnya meremang.

Tubuhnya semakin bergerak gelisah, sementara tangan Jordan kini sudah berada di bawah. Pada area inti yang masih tertutup kain, mengelusnya dengan lembut dan mulai memasukkan tangan besarnya.

Membuat Grace melenguh, gadis itu melepaskan ci*m*nnya dengan Jordan, ia memejamkan matanya. Menggigit bibir bawahnya saat merasakan sensasi geli di bawah sana.

Jordan menyeringai, ia melepaskan tangannya dari area inti Grace. Kemudian ia menegakkan tubuhnya.

Srekkkk!

Krekkk!

"Tuan!" pekik Grace saat pakaian kerjanya di robek oleh Jordan hingga terkoyak dan menampilkan tub*hnya yang polos.

Jordan menjilat bibirnya sendiri, pria itu menuruni ranjang dan melepaskan semua pakaiannya tanpa tersisa. Membuat Grace mengalihkan pandangannya ketika tidak sengaja Grace menatap milik Jordan yang sangat bes*r, panjang, berur*t.

Jordan menaiki ranjang kembali, ia mengungkung Grace. Grace berusaha menutupi kedua b*ngkahan sintal miliknya.

"Kenapa di tutup, hm?"

"Saya malu, Tuan," cicit Grace, Jordan terkekeh dan menyingkirkan kedua tangan Grace. Menguncinya di atas kepala gadis itu.

"Bukankah kau seorang jalang? Kenapa denganku kau berkata malu, hm?" hina Jordan lagi, Grace memilih diam. Wanita itu ingin malam ini segera usai, dan ia segera pergi.

Kemudian pria itu menunduk, menyapa dua b*kit indah yang sedari tadi melambai kepadanya. Grace memekik tertahan saat mulut hangat Jordan menyusurinya, tidak ada lagi yang bisa menghalangi Jordan. Kini tangan besarnya pun sudah merayap ke bawah, menyapa area intinya dengan lembut.

Grace menggeliat, rasanya sangat aneh. Ada rasa nikmat dan nyeri yang menjadi satu, tubuhnya bergerak gelisah. Rasanya Grace benar-benar frustasi akan setiap sentuhan yang di berikan oleh Jordan.

Apalagi kini Jordan merosot ke bawah, membuka lebar kedua pahanya. Grace ingin bertanya, namun urung ia lakukan saat Jordan terlebih dahulu membenamkan wajahnya pada inti tubuhnya.

"T-tuan!"

"Yes, Baby," sahut Jordan dengan suara seraknya, pria itu mendongak sebentar menatap Grace yang memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya. Jordan tersenyum, ia kembali menunduk dan menyapa inti Grace dengan lid*hnya.

Bermain-main pada inti tubuh Grace, hingga membuat gadis itu menggelinj*ng. Geli, itu yang Grace rasakan. Gadis itu menegakkan tubuhnya, tangannya tanpa sadar meremas helaian rambut Jordan.

Sungguh Grace ingin menggila, beberapa kali gadis itu terlihat menggeleng dan merancau.

"T-tuan, saya mau ... awas ... awas, Tuan!" tubuh Grace bergetar, gadis itu mengeluarkan cair*n yang sedari tadi ingin meledak dari inti tubuhnya. Sementara Jordan, pria itu masih di bawah sana, bermain-main.

Tubuh Grace melemah, gadis itu kembali membaringkan tubuhnya dengan nafas tersengal. Kini Jordan pun sudah menegakkan tubuhnya, tidak ingin menunda-nunda sesuatu hal yang sudah meronta ingin memasuki sarangnya.

Jordan memposisikan miliknya pada milik Grace, menggeseknya sebentar dan memberikan efek geli tetapi nikmat bagi Grace. Memegang kedua sisi pinggul Grace dan mulai mencoba mendorongnya.

Jordan mengernyitkan dahinya saat rasanya sangat susah, sementara Grace merintih.

"Kenapa susah sekali? Apakah kau sudah lama tidak pernah berhubungan seperti ini?" tanya Jordan, Grace tidak menjawab. Rasanya gadis itu tidak dapat bersuara menahan rasa perih di bawah sana, apalagi kini Jordan kembali mendorong miliknya.

Jordan mengusap buliran keringat di pelipisnya, dengan rasa sedikit kesalnya. Jordan mendorong lebih kencang lagi miliknya, hingga dalam sekali sentakkan miliknya terbenam habis, dan merobek sesuatu yang menjadi penghalang sejak tadi.

"s-sakit!" pekik Grace, gadis itu meneteskan air matanya saat merasakan tubuhnya seperti terbelah.

Jordan membelalakkan kedua matanya, pria itu menunduk dan melihat cairan merah pada batangnya.

"F*ck!" umpat Jordan, pria itu memejamkan matanya sebentar.

'Bagaimana bisa?'

Jordan menunduk, ia mengecup kedua mata Grace dan mengusap air mata gadis itu.

"Maaf ... maafkan aku, aku berjanji setelah ini tidak akan sakit," bisik Jordan, pria itu melumat bibir Grace. Memberikan sedikit ketenangan bagi gadis yang kini ia gag*hi.

Setelah lama Jordan berdiam diri, saat ini Jordan mulai menggerakkan miliknya. Memacu sesuatu yang sudah mengusik sedari tadi.

Grace yang tadinya merasakan sakit pun kini sudah lebih rileks, rintihan gadis itu tergantikan oleh suara aneh yang memanjakan telinga. Kamar yang tadinya dingin, kini terasa sangat panas karena pergulatan keduanya.

Jordan yang baru pertama kali merasakan seorang gadis p*r*w*n seperti mendapatkan semangat baru, pria itu terus menghujam milik Grace. Membuat gadis itu menggila.

"Tuan," gumam Grace, gadis itu menggeleng dengan gelisah.

"Call me Jordan, Baby!" Jordan mengeraskan rahangnya.

"J-jordan,"

"Yes, Baby. Kau mau apa, hm?"

Grace menggeleng, gadis itu memejamkan matanya saat serbuan nikmat ia rasakan.

"Arghh, Kau membuatku gila, Grace!" erang Jordan, pria itu terus menggerakkan pinggulnya. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan kuat.

Rasanya benar-benar sangat nikmat.

Suara keduanya pun saling bersahutan, hingga beberapa menit kemudian. Grace dan Jordan tidak dapat lagi menahannya.

"Jordanhhh!" tubuh Grace bergetar, gadis itu memeluk erat tubuh kekar Jordan saat ia mendapatkan pelepas*nnya.

Setelahnya, kini giliran Jordan. Pria itu kembali menggerakkan pinggulnya dan mengejar pelepasannya.

"Kau benar-benar sangat nikm*t, Grace!" Jordan menghentakkan miliknya beberapa kali, sangking nikmatnya. Jordan sampai lupa jika ia mengeluarkan semua cairan cintanya ke dalam r*him Grace.

Tubuh Jordan ambruk di samping Grace, pria itu menarik tubuh Grace dan memeluknya, ia juga mengecup lembut kening Grace.

"Terimakasih, kau sangat membuatku puas. Tidurlah, dan biarkan seperti ini," ujarnya tanpa sadar, Jordan seakan lupa dengan kebiasaannya yang menyuruh wanita sewaannya untuk segera pergi meninggalkannya. Tetapi dengan Grace, kata terimakasih saja terucap dari bibirnya.

Jordan sendiri sedikit merasakan menyesal, karena beberapa waktu yang lalu telah melontarkan hinaan terhadap Grace.

***

JADILAH SUGAR BABYKU!

***

Keesokan harinya,

Grace menggeliat tertahan, gadis itu menggerakkan kelopak matanya dan membuka kedua matanya. Grace ingin membalikkan badan. Namun perutnya terasa berat, Grace menunduk.

Deg!

Grace mematung, gadis itu melihat sebuah tangan kekar melingkar di perutnya, Grace menatap sekitar. Gadis itu ingin berteriak, namun urung ia lakukan saat kembali mengingat kejadian semalam.

"Astaga!" Grace menepuk keningnya sendiri, gadis itu menghembuskan nafasnya pelan. Kemudian membalikkan badannya menatap Jordan yang masih tidur.

Grace memindai wajah tampan Jordan, tanpa sadar tangannya terulur menyusuri garis wajah Jordan. Hidungnya yang bangir, rahangnya yang tegas, dan bibirnya yang sexy.

Grace menggigit bibir bawahnya saat bayangan bibir Jordan melumatnya, dan memainkan kedua bongkahan sintal miliknya.

"Aku tau aku tampan," ujar Jordan tiba-tiba dengan suara seraknya dan kedua mata yang masih terpejam.

"Hah? T-tuan?" Grace terkejut, gadis itu menjauhkan tangannya dari wajah Jordan. Namun belum sempat ia menarik tangannya, Jordan terlebih dahulu memegang pergelangan tangannya dan membawa tangannya ke arah bibir Jordan untuk di kecup.

"Apakah tidurmu nyenyak?"

"Y-yeah, sangat nyenyak. Tuan,"

"Uhm, kalau begitu saya pamit Tuan. Maaf atas tindakan lancang saya tadi." Grace membalikkan badannya, ia ingin menjauhkan tangan Jordan. Namun yang ada Jordan menarik tubuhnya hingga kembali menempel dengan tubuh pria itu, membuat Grace tersentak.

"Grace," panggil Jordan yang sialnya terdengar sangat sexy di telinga Grace.

"Iya, Tuan?"

"Bagaimana jika kau menjadi sugar babyku saja, hm?"

"Hah?" Grace melongo, otaknya mendadak loading.

Jordan yang gemas dengan Grace langsung saja mengungkung tubuh Grace, kini Jordan dapat melihat wajah kebingungan Grace dari atas.

"Jadilah sugar babyku! Aku tidak menerima penolakan, aku hanya menerima jawaban iya atau yes,"

Grace mengedipkan kedua matanya beberapa kali, sungguh ia sangat bingung dengan Jordan. Bukankah Jordan hanya menyewa seorang wanita sekali? Dalam artian setiap teman tidurnya adalah orang yang berbeda-beda.

"Tetapi, Tuan say_" ucapan Grace terhenti saat Jordan menyelanya terlebih dahulu.

"Aku hanya menerima jawaban iya atau yes, jadi sekarang jawab!"

"Tetapi iya dan yes itu sama saja, Tuan," kesal Grace tiba-tiba.

Jordan tersenyum tipis, pria itu menunduk dan melumat bibir Grace. Grace terkejut, gadis itu melototkan matanya dan menepuk-nepuk pundak Jordan agar melepaskan ciuman keduanya.

"Jadi mulai sekarang kau akan menjadi sugar babyku,"

"Tetapi saya belum menjawabnya, Tuan. Lagi pula saya tidak berniat untuk meneruskan hal sepe_"

"Stttsss, diamlah. Baby, kau terlalu banyak bicara pagi ini. Kau mau atau tidak, jawabannya tetap sama. Iya dan yes, lagi pula kau mau di keluarkan dari kampusmu, hm? Tidak bukan? Jadi terima saja tawaranku, segala hal yang ada di hidupmu akan menjadi tanggunganku, dan mulai saat ini juga kau akan tinggal di apartemenku. Sekarang mandilah, sebelum aku memakanmu lagi,"

Grace melotot, gadis itu segera melepaskan diri dari kungkungan Jordan dan segera bangun.

"Arghhhh!" teriak Grace saat merasakan sakit pada pangkal pahanya.

"Ada apa?" Jordan menuruni ranjang, ia menatap Grace yang kembali duduk di bibir ranjang.

"Sakit, Tuan," rengek Grace tanpa sadar.

Jordan menggeleng, pria itu mendekati Grace dan langsung menggendong Grace. Membuat gadis itu terkejut dan langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Jordan.

"K-kenapa di gendong, Tuan?" tanya Grace, Jordan tidak menjawab. Pria itu terus melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Setibanya di sana, Jordan menurunkan Grace di atas closet. Kemudian pria itu melangkah ke arah bathtub dan menyalakan air hangat.

"Lepaskan selimut itu, Grace,"

"Hah?"

Jordan mendesah kasar, "Lepaskan selimutmu, apakah kau mau mandi dengan memakai selimut?" Jordan menaikkan satu alisnya.

"T-tidak, tetapi bisakah Anda keluar. Tuan? Saya bisa mandi sendiri,"

"Yakin? Kau berdiri saja merintih, bagaimana mau mandi sendiri, hm? Lagi pula semalam aku sudah melihat setiap inci tubuhmu hingga dalam-dalamnya. Sekarang lepaskan selimut itu ... ohhh kau mau aku yang melepaskan?"

"Ah tidak ... tidak!" Grace dengan cepat melepaskan selimutnya, hingga kini tubuhnya terlihat polos tanpa sehelai benang pun. Grace menutupi area dada dan miliknya di bawah sana dengan kedua tangannya.

Jordan yang melihat hanya menggeleng pelan, pria itu mendekati Grace dan menggendong Grace kembali, ia membawa Grace ke dalam bathtub dan ikut bergabung bersama.

"Anda kenapa di sini juga, Tuan?"

"Pertanyaan macam apa itu, Grace? Jelas saja aku ikut mandi, mulai sekarang. Kau akan selalu mandi bersamaku, tidak hanya itu. Kau akan tidur bersamaku juga, karena sekarang kau sudah menjadi milikku!"

Grace mengerjapkan matanya beberapa kali.

'Aku menjadi sugar babynya sekarang? Oh astaga! Bagaimana ini!' batin Grace.

...---...

Menit berlalu, kini Grace dan Jordan sudah berada di sebuah restauran ternama yang tidak jauh dari area club. Tadi setelah keduanya mandi bersama, mereka langsung bersiap dan Jordan membawa Grace ke restauran ini untuk mengisi perutnya.

"Ada yang ingin kau tanyakan?" ujar Jordan tanpa menatap Grace, pria itu seakan tau jika Grace ingin menanyakan sesuatu tanpa harus melihat Grace dengan intens.

"Hum ... ada, Tuan,"

"Katakan," ujarnya dengan nada yang terdengar dingin, tidak seperti Jordan tadi pagi yang banyak bicara.

"Kalau saya menjadi sugar baby, Anda. Apakah saya tetap boleh bekerja dan berkuliah?"

Jordan menghentikan tangannya yang memegang sendok, ia meletakkan sendoknya dan menatap datar ke arah Grace.

"Tidak untuk bekerja, karena segala keperluanmu aku yang menanggungnya,"

Grace mengangguk, "L-lalu bagaimana dengan istri Anda?"

Jordan mengeraskan rahangnya, pria itu menatap tajam ke arah Grace. Yang membuat Grace langsung menciut.

"Habiskan makanmu dan jangan banyak bicara ketika sedang makan!"

"B-baik, Tuan,"

"Call me Jordan, Baby! Kau bisa bukan?"

Grace mengulas senyumnya, dan mengangguk.

"Iya, Jordan,"

"Good girl." Jordan mengacak gemas rambut Grace.

***

Minggu ara kasih double yaa ❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!