"Sayang, hari ini aku tidak akan pulang, ya. Aku aku menginap di rumahnya Sarah," kata wanita cantik pemilik senyum manis.
Dia tengah bertukar informasi lewat sambungan telepon dengan suaminya, suami yang teramat ia cintai.
"Iya, tidak apa-apa, sayang. Kamu menginap lah, aku tidak apa-apa di rumah sendirian. Aku kan suami pengertian," balas suaminya terdengar begitu girang mengetahui istrinya akan menginap di rumah sahabatnya.
"Tapi malam ini kamu harus di rumah, ya. Jangan keluyuran, jangan lupa makan, jangan lupa jaga kesehatan, dan kamu harus jaga hati di manapun kamu berada," ujarnya lagi begitu cerewet mengingatkan sang suami.
"Iya, aku pasti mengingatnya. Kamu kan sering banget ngingetin aku. Udah ya, aku tutup dulu, mau lanjut lagi bekerja. By sayang mmuuchh."
"A..." Belum juga membalas ucapan suaminya, panggilan sudah lebih dulu di matikan.
"Yah, sudah mati," gumamnya menghela nafas berat.
"Apa katanya? Suamimu mengizinkan mu? Dia tidak melarang mu kan?" tanya Sarah ingin mengetahui jawaban suami sahabatnya.
Wanita bernama Eliza itu menatap Sarah, dia menggelengkan kepala sambil menyimpan ponselnya di atas meja.
"Seperti biasa, dia tidak akan melarang ku. Tapi, ini berita cukup baik bukan? Itu artinya aku bisa memberikan kejutan nanti malam. Tepat di saat hari pernikahan ku yang ke dua tahun." Eliza, pemilik mata hazel biru itu begitu semangat ingin mempersiapkan kejutan hari jadi pernikahannya sekaligus mau memberikan hadiah yang sangat luar biasa untuk suaminya.
Eliza Nicole Chandra wanita yang memilliki bulu mata lentik dengan bola mata yang sedikit besar, hidung mancung, serta bibir ranum tipis berwarna merah alami dan lesung pipi di sebelah kanan menambah kesan kecantikannya, serta gigi gingsul menambah kesan manis saat tersenyum.
Sempurna, satu kata itu yang sering pria ucapkan di saat Eliza tengah tersenyum. Sexy, sering terdengar lontaran seperti itu ketika ia tengah berjalan bak model profesional. Bagaimana tidak, tubuh tinggi semampai dengan bentuk tubuh ideal berkulit putih serta body yang aduhai membuat mata pria keranjang ingin menggodanya. Buah dada yang terlihat montok seakan menggoda iman. Namun, hanya satu kekurangannya, terlalu buta akan cinta yang sedang ia jalankan.
"El, aku harap kamu jangan terlalu bahagia saat suamimu tengah berjauhan darimu. Dia tidak sesetia yang kamu pikirkan, El." Suami Sarah selalu mengingatkan akan hal itu. Namun, Eliza seakan tuli tidak peduli.
"Sudah cukup Hans, aku percaya pada suamiku. Dia tidak mungkin mengkhianati pernikahan kita, aku percaya sama dia."
Hans dan Sarah saling pandang, keduanya hanya bisa menghela nafas. Percuma memberi tahu, jikalau Eliza tidak percaya sebelum mengetahui secara langsung perselingkuhan suaminya.
"Ok, kalau gitu aku mau membeli kue buat nanti malam. Yuk, antar aku? Hans aku pinjam istrimu dulu, ya?"
"Ya, terserah kamu saja." Hans mengangguk merasa kasihan kepada Eliza yang tengah di bohongi oleh suaminya sendiri. Dia yakin jika saat ini suaminya tengah bersama wanita lain.
*****
Tebakan Hans benar, jika suami Eliza memang sedang bersama seorang wanita di sebuah rumah.
"Apa kata istrimu, sayang?" tanya wanita yang tengah meraba dada bidang Vicky.
"Dia akan menginap di rumahnya Sarah, kamu bisa bermalam di rumah ku. Mau, ya?" Vicky tak kalah lihai meraba buah kembar milik Mauren.
"Ah mau sayang, aku ingin sekali menjadi nyonya di rumah kamu." Mauren sampai mengeluarkan suara merdu di kala tangan nakal Vicky terus meraba setiap inci tubuhnya.
"Sabar dulu, sayang. Aku harus menceraikan dulu Eliza," balasnya menyusuri leher Mauren.
*****
Eliza tersenyum bahagia sudah mendapatkan kue yang ia inginkan. Dia juga sudah menyediakan kado spesial untuk suaminya.
"Akh Sarah, aku sudah tidak sabar memberikan hadiah ini pada suamiku. Pasti dia senang mengetahui kehamilanku. Ini itu hal yang sangat di nantikan oleh Vicky." Eliza sampai berkaca-kaca terharu meraba perutnya. Buah hati yang sangat di nanti.
Sarah menanggapinya dengan senyuman. Dia tidak tega menghancurkan kebahagian sahabatnya. Dia jauh lebih tidak tega lagi membiarkan Eliza terus di khianati oleh bajingan macam Vicky.
"Semoga suamimu berubah setelah tahu kamu hamil," batin Sarah ikut mengusap perut Eliza yang tengah mengandung dua bulan.
"Aku harus cepat-cepat pulang, Sar." Eliza melihat jam tangannya dan waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Jika dia langsung pulang kemungkinan sampai sekitar pukul 12.00 malam.
"Biar aku yan antar, kau kan sedang hamil jadi tidak baik keluar sendirian."
Tanpa banyak pikir, Eliza mengangguk terus memperlihatkan senyum bahagianya. Mereka pun beranjak bersama.
*****
Dua orang anak manusia berbeda jenis berada dalam kamar, keduanya sedang dalam keadaan tak berpakaian dan mereka sedang melakukan hubungan badan.
"Faster, sayang! Lebih cepat lagi! Ahh," ucapnya menyuruh sang pasangan untuk lebih cepat lagi dalam melakukan pergerakannya.
"Baik, sayang. Aku akan melakukannya sesuai yang kau inginkan." Dan diapun menambah kecepatannya.
Keduanya ambruk bertumpang tindih dengan posisi sang wanita di bawah memunggunginya.
Pria itupun melepaskan miliknya kemudian membalikkan badan wanitanya. Dia kembali menyerang Mauren semakin brutal saja.
"Vicky sayang," cegahnya supaya Vicky tidak dulu menyatukan kembali milik mereka.
"Kenapa?" wajah sayu penuh hasrat tergambar jelas dari sorot mata Vicky.
"Biar aku yang main." Mauren mendorong tubuh Vicky hingga terlentang.
"Baiklah, puaskan aku, sayang. Kau yang terbaik, Emily tidak pandai memuaskan milikku."
*****
Lain halnya dengan Eliza yang baru saja tiba di rumahnya. Sarah sudah pulang duluan, tinggallah dirinya yang tengah berusaha membuka kunci pintu rumah.
Dia yang memiliki kunci cadangan memudahkannya untuk keluar masuk tanpa harus menunggu siapapun lagi termasuk suaminya sendiri pun tidak tahu jika ia memiliki kunci cadangan.
Dengan hati gembira penuh bahagia, Eliza terus tersenyum sambil salah satu tangannya tengah memegang kue tart bertuliskan happy anniversary 2. Langkahnya begitu ringan ingin memberikan kejutan untuk suaminya yang pasti ada di dalam kamar, terlihat dari mobil yang terparkir di garasi rumahnya.
Jantungnya berdebar tidak sabar ingin memberikan kejutan untuk suaminya dan juga tidak sabar untuk memberitahukan tentang kehamilannya sebagai kado terindah di hari jadi pernikahan mereka.
"Semoga kamu suka dengan kejutan ini." Perlahan, kakinya melangkah menuju kamar tempat mereka berbagi ranjang.
Perlahan, tangannya terulur membuka pintu. Dia sempat mengerutkan keningnya di saat kamar tersebut sedikit terbuka. Samar-samar telinganya mendengar sebuah suara desahan, erangan layaknya dua orang yang tengah memadu kasih.
Jantung Eliza semakin berdebar, pikirannya melanglang buana ke mana-mana, dia takut apa yang ia dengar hal yang sangat mengejutkan.
Tangannya sampai gemetar di saat gagang pintu yang ia pegang perlahan ia dorong masuk. Tubuhnya mematung syok menyaksikan adegan yang tengah terjadi. Dan apa yang ia lihat, sungguh menyesakkan dada, pemandangan yang begitu menyakitkan, pemandangan yang begitu menjijikkan, pemandangan yang amat teramat membuatnya hancur berkeping-keping, di mana seorang wanita tengah duduk bermain dengan suaminya sendiri.
Eliza sampai menjatuhkan kue yang ia pegang. Tubuhnya gemetar seakan tidak bisa menopang berat tubuhnya, air matanya meluncur membasahi wajahnya secara tiba-tiba. Niat hati ingin memberikan kejutan, namun dirinya lah yang mendapatkan kejutan jauh lebih luar biasa.
"Menjijikan! Vicky!" teriaknya tidak bisa lagi menahan suaranya untuk berteriak marah.
Vicky dan Mauren tersentak kaget. Mereka menengok ke pintu masuk dan keduanya terbelalak sampai Mauren melepaskan tubuhnya yang tengah menikmati milik Vicky.
"Eliza!!"
"Eliza!"
Vicky dan Mauren begitu terkejut Eliza berada di rumah. Mereka berpikir jika Eliza tidak akan pulang dan akan menginap di rumah sahabatnya. Tetapi, pemikiran mereka salah, jika Eliza kembali bahkan menyaksikan apa yang tengah mereka lakukan.
Mauren segera menarik selimut menutupi bagian tubuhnya yang sudah terpampang polos tanpa sehelai benang kain pun. Vicky juga segera mengambil boxernya kemudian memakainya secara tergesa sampai tidak menyadari jika ia terbalik memakai nya. Bagian luar di dalam, bagian di dalam di luar.
Eliza menatap kecewa, dia masih mematung memperhatikan kedua manusia yang sangat menjijikan. Dia tidak pernah menyangka jika pernikahan yang sudah terjalin selama 2 tahun terhianati oleh pengkhianatan yang dilakukan suaminya sendiri.
Selama ini, dirinya percaya jika sang suami setia. Tetapi, apa yang ia lihat sungguh di luar dugaannya. Cintanya, kesetiannya, ketulusannya, semuanya hancur dalam sekejap mata.
"Apa yang kamu kalian lakukan, Vicky? Begini kah kelakuanmu selama ini di belakangku? Kamu berselingkuh, kamu mengkhianati ku sampai kamu tega berhubungan badan dengan wanita lain?"
Sesak, sakit, perih bak tersayat setajam silet, itulah yang Eliza rasakan saat ini. Sungguh, ia tidak pernah menyangka akan mendapatkan kejutan luar biasa di hari jadi mereka.
Vicky tidak bisa mengelak lagi, mungkin inilah saat nya dia harus memutuskan memilih diantara kedua wanita yang sudah menemani hari-hari dirinya. Eliza, sang istri yang sudah menemani dia dari nol hingga menjadi sukses sebagai pemilik konter HP. Atau, Mauren sang kekasih lama baru di pertemukan kembali setelah Mauren kembali menjanda.
"Akhirnya kamu mengetahui juga. Aku tidak usah repot lagi terus bersembunyi mengenai hubunganku dengan kekasihku ini." Vicky duduk di samping Mauren mendekap erat pinggangnya. Bahkan pria berstatus suami itu terang-terangan mencium mesra bibir selingkuhannya.
Amarah Eliza memuncak, rahangnya mengeras, tangannya terkepal kuat. Dia tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak memberikan pelajaran kepada dua orang itu. Eliza mendekat, ia menonjok keras wajah Vicky di saat tengah berciuman.
"Brengsek! Baj*ngan! kurang ajar! Beraninya kamu selingkuh di belakangku dengannya, hah!" sentak Eliza meneteskan air mata seraya membentak dan juga memukuli Vicky menggunakan tas yang ia pegang.
Matanya menoleh ke arah wanita yang sedang menunduk takut. Tangan Eliza menarik rambut Mauren secara kasar membuat Mauren mendongak keatas.
"Aakhh.." jerit Mauren kesakitan mencoba melepaskan jambak kan nya.
"Pelakor kurang ajar, beraninya kamu merusak rumah tanggaku, beraninya kamu menggoda suamiku!" ucap Eliza murka.
"Eliza, lepaskan Mauren! Dia kesakitan. Kasihan dia, Eliza." Vicky mencoba melepaskan jambakan Eliza. Semakin Vicky melerai, semakin murka Eliza dan semakin kuat ia menjambak rambutnya.
"Kamu membelanya? Kalian sama-sama kurang ajar, kalian sama-sama hina, pria kurang ajar, pelakor sialan, murahan!" sentak Eliza menatap tajam wajah Vicky mendorong kepala Mauren secara kasar sampai wanita itu terjatuh ke kasur.
Eliza memukuli Vicky menggunakan tasnya. Dia tidak terima di khianati seperti ini.
"Kamu jahat, Vicky. Kamu brengsek, kenapa kamu lakukan ini kepadaku? Apa salahku sampai kamu tega mengkhianatiku seperti ini?" pekiknya menangis histeris merasa kecewa atas pengkhianatan sang suami.
Tanpa melawan, Vicky membiarkan Eliza terus memukulinya sampai puas, lalu dia mencekal tangan Eliza.
"Sudah cukup!" pekiknya membentak Eliza.
"Sudah cukup saya berdiam diri tidak melawan sedikit pun membiarkanmu meluapkan segala amarah yang kau pendam. Sekarang kau sudah tahu hubungan ku dengan Mauren. Jadi jangan lagi sok merasa tersakiti karena aku muak melihat tampang menyedihkan mu ini." Vicky melepaskan cekalannya kemudian mendorong kasar tubuh Eliza.
Eliza mundur beberapa langkah kebelakang dengan tangis sesegukan, bahkan suaminya pun berubah kasar.
"Aku memang sakit melihat kamu selingkuh dengannya. Apa kurangku sampai kamu melakukan ini, hah?" sentak Eliza menatap kecewa suami yang ia cintai.
Vicky berdiri memegangi pundak istrinya. "Kamu memang tidak memiliki kekurangan apapun, Eliza. Tapi hanya satu yang kurang darimu, tidak bisa memuaskan hasrat ku. Aku tidak bisa mendapatkan kepuasan itu," ucapnya memberikan alasan yang tidak cukup masuk di akal.
"Hanya karena kepuasan kamu mengkhianati ku? Hanya karena nafsu kamu mengotori pernikahan suci ini? Kamu kurang ajar.." Eliza memukuli kembali tubuh Vicky meluapkan rasa kesal, emosi, kecewa bersamaan.
"Sayang, lebih baik aku pergi saja dari sini." Seru Mauren merengek manja seakan tidak memiliki rasa bersalah atas apa yang telah di lakukan nya.
Eliza mendongak, dia mendorong tubuh Vicky lalu menarik tangan Mauren.
"Kamu memang harus pergi dari sini! Ini rumah ku, rumah suamiku. Pelakor seperti mu tidak berhak berada di sini." bentaknya mendorong tubuh Mauren ke lantai.
"Eliza! apa-apaan kamu ini? Jangan pernah sekalipun kamu menyakitinya. Ini rumahku jadi Aku lebih berhak yang menentukan siapa orang yang harus tinggal di sini." Vicky membantu Mauren bangun.
Eliza terperangah, dia tidak habis pikir suaminya begitu membela pelakor itu.
"Vicky, kenapa kamu membelanya? Aku istrimu, seharusnya aku yang kamu bela bukan dia." Tunjuk Eliza murka menatap tajam wanita yang sudah menjadi selingkuhan suaminya.
"Karena dia wanita yang aku cintai sebelumku menikah denganmu," jawab Vicky lantang.
Deg...
Eliza tertegun, jantungnya semakin berdebar mendengar pengakuan suaminya. Tubuhnya terasa lemas namun ia mencoba bertahan. "Cinta? Kamu mencintai dia setelah dua tahun kita menikah?"
"Aku mencintainya jauh sebelum kita menikah. Aku menikahimu karena berusaha melupakan dia tapi aku tidak bisa, Eliza. Aku sungguh mencintainya, tapi aku juga mencintaimu," jawab Vicky jujur. Dia sebenarnya memiliki perasaan terhadap keduanya dan dia berniat menjadikan keduanya istri.
"Aku tidak mau kamu selingkuhi, aku tidak mau pelakor ini menjadi sainganku!" jawab Eliza menatap tajam penuh permusuhan kepada Mauren.
"Kamu pikir aku mau? Aku juga tidak sudi menjadi madumu!" sahut Mauren tak kalah keras membuka suara tidak ingin menjadi istri kedua Vicky.
"Aku tidak mungkin memilih satu di antara kalian, aku ingin Eliza tetap bersamaku karenaku mencintaimu, El. Aku juga ingin Mauren bersamaku karenaku juga mencintainya!" Entahlah, Vicky memang egois dan serakah. Dua-duanya membuat Vicky jatuh cinta dan gila. Eliza dengan kesempurnaannya tapi kurang bisa memuaskan hasrat nya. Mauren dengan ke dewasanya yang mampu memuaskan hasratnya. Jika di bandingkan wajah, Eliza jauh lebih cantik dari Mauren yang cantik hanya karena makeup saja.
"Kamu harus putuskan, siapa yang kau pilih. Aku istrimu, atau dia selingkuhan mu?"
Vicky bingung memilih mana. Dia menatap wajah wanita yang sama-sama sudah merasuk ke dalam hatinya, tapi mau tidak mau ia harus memilih satu diantara mereka. Hatinya menginginkan wanita yang bisa membuat ia terpuaskan. Vicky berpikir, jika ia puas maka tidak akan mungkin berpaling ke wanita lain.
"Maaf, Eliza. Aku memilih Mauren yang bisa membuatku nyaman dan bisa memuaskan hasrat ku dan aku jauh lebih mencintai dia di bandingkan kamu." Putusnya membuat Eliza syok terkejut.
Deg...
Eliza tertegun, tangannya semakin terkepal kuat namun tubuhnya terasa lemas, seketika air matanya kembali mengalir deras. Sakit, ia merasakan sakit. Separuh jantungnya merasa tak berdetak mendengar perkataan suami yang ia cintai memilih wanita lain.
Eliza menarik keras rambut Mauren dan mendorongnya sampai tersungkur.
"Mauren!" Vicky segera mendekati Mauren membantu membangunkan.
"Kamu tidak apa-apa, sayang?" tanyanya khawatir.
"Sakit, sayang. Apa kamu yakin memilihku?" tanya Mauren memeluk Vicky sambil menangis.
"Iya, aku memilih mu."
"Vicky!" ujar Eliza semakin syok.
"Kalau kamu memilihku talak istrimu sekarang juga!" titah Mauren.
Eliza menggelengkan kepala menolak untuk di ceraikan. "Jangan ceraikan aku, Vicky! Aku sedang hamil anakmu, jangan ceraikan aku!" Pintanya memohon berderai air mata.
Vicky mematung mendengar kata hamil, dia menjadi bimbang.
"Vicky sayang, aku mencintaimu," lirih Mauren terus menangis di pelukan Vicky.
"Eliza, maafkan aku.."
"Eliza, mulai hari ini kamu bukan lagi istriku. Aku menceraikanmu," ucapnya lantang memilih Mauren.
Deg...
Eliza mematung tak percaya suaminya melakukan ini padanya. Seketika air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Seluruh tubuhnya terasa lemas, sendi-sendinya seperti tak berfungsi. Ia terhunyung terjatuh ke lantai terduduk lesu dengan mata menatap kosong.
Di talak gara-gara pelakor? Rasanya sangat luar biasa jauh lebih sakit dibandingkan hanya diselingkuhi saja. Hidup berumah tangga selama 2 tahun bukanlah waktu yang cukup sebentar. Banyak kisah, perjuangan, suka duka, kebersamaan yang dilewati. Namun, semuanya sirna secara tiba-tiba hanya karena orang ketiga.
Eliza tidak menyangka pernikahannya hancur dalam sekejap mata. Suami yang ia cintai, suami yang ia percaya memiliki kesetiaan untuknya ternyata suami brengsek yang memainkan ikatan tali pernikahan suci.
Eliza sekarang mengerti kenapa Hans dan Sarah selalu memperingatinya, selalu berpesan jangan pernah terlalu percaya kepada Vicky. Kini ia menyadari jika suaminya ternyata benar-benar tidak setia.
Eliza termenung menangis seorang diri memeluk kedua lututnya seraya menyembunyikan wajah di balik lipatan tangan. Hatinya sakit hancur berkeping-keping. Bahkan, suaminya lebih memilih wanita lain dibandingkan ia yang tengah mengandung anaknya.
"Aaaakhh... kenapa ini terjadi kepadaku, Tuhan?" jerit Eliza berteriak mendongak dengan derai air mata membasahi wajah cantiknya.
"Tidak, dia suamiku, aku harus mengambil kembali apa yang telah ku miliki. Wanita itu boleh menang dariku. Ya, aku harus mengejarnya sebelum mereka jauh."
Eliza bangkit dari duduknya, ia tidak akan menyerah begitu saja, ia akan merebut Kembali Ayah dari anak yang sedang ia kandung. Tidak akan ia biarkan pelakor itu merebut kebahagiaan anaknya, tidak akan ia biarkan wanita itu mengambil suaminya.
Eliza segera mengejar, berlari sekuat tenaga mencegah Vicky untuk pergi begitu saja. Baru sampai teras depan, ia melihat mobil suaminya akan keluar gerbang. Eliza kembali berlari menghadang mobil tersebut dan berdiri di hadapan nya. Tak memperdulikan air hujan yang turun membasahi bumi seakan mengerti jika suasana hatinya ikut mendung atas apa yang telah terjadi.
Vicky mengerem mobilnya. Dia cukup kaget atas apa yang Eliza lakukan. Bagaimana jika wanita itu tertabrak olehnya. Vicky turun dari mobil.
"Apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau kamu sampai tertabrak olehku?" sentak Vicky menarik Eliza membawanya ke pinggir agar tidak menghalangi jalan kendaraan yang ia kendarai.
"Vicky, ku mohon jangan tinggalkanku. Ayo kita perbaiki pernikahan kita asalkan kamu tidak pergi bersamanya. Kita ulangi lagi semuanya dari awal asalkan kamu tetap menjadi suamiku. Aku akan memaafkan semua yang kamu lakukan saat ini asal kamu kembali padaku dan meninggalkan wanita itu." Eliza sampai memohon meminta suaminya untuk tetap bersama dia. Yang ia pikirkan adalah anak yang sedang ia kandung membutuhkan sosok seorang ayah yang harus ada di sampingnya hingga besar nanti.
Eliza tidak ingin egois memisahkan ayah dan anaknya begitu saja. Apapun akan ia lakukan demi mendapatkan kembali Cinta suaminya demi sang anak.
"Sorry Eliza, aku tetap memilih Mauren. Jujur, dialah wanita yangku inginkan sejak lama. Aku terpaksa menikahimu karena saat itu Mauren menikah dengan pria lain. Tapi saat ini dia kembali lagi kepada saya atas dasar cinta yang begitu dalam kami miliki."
"Maaf, mungkin ini terkesan menyakiti hatimu, tapi lebih baik jujur daripada terus membohongi perasaanku. Aku akui kalau saya memang tertarik kepadamu, tapi rasa cintaku kepadamu tidak sebesar cintaku kepada Mauren. Aku akan tetap tanggung jawab atas anak yang sedang kau kandung. Walau bagaimanapun dia adalah anakku, saya akan membiayainya hingga pesanan nanti."
Tanpa perasaan Vicky berbicara seperti itu kepada Eliza, wanita yang jelas-jelas menemaninya dari nol hingga menjadi pemilik konter ponsel sukses.
Padahal, dulu Mauren meninggalkannya hanya karena Vicky tidak memiliki apa-apa. Vicky, pria itu justru kembali terjerat oleh Mauren dikarenakan mampu membuatnya puas di atas ranjang. Rasa yang Vicky miliki saat ini hanyalah sebuah nafsu belaka, bukan rasa cinta seperti yang ia ucapkan barusan kepada Eliza. Namun, Vicky tidak pernah bisa membedakan mana cinta, mana hanya sekedar nafsu belaka.
Eliza semakin di buat terkejut atas pengakuan Vicky. Iia tidak menyangka jika pernikahannya hanyalah mainan saja. Dia sampai rela menentang kedua orang tuanya demi bisa bersama pria yang ia cintai, tapi ternyata, pria ini menorehkan luka teramat dalam padanya.
"Dua tahun, 2 tahun kita menikah sekarang kamu bilang seenaknya seperti ini. Dimana perasaanmu, Vicky? Di mana akal sehatmu? Aku sampai rela meninggalkan orang tuaku hanya karena dirimu, tapi apa yang ku dapat? kamu berkhianat dengan ja lang itu!" sentak Eliza tersulut emosi tidak terima di perlakukan seperti ini.
Eliza mendekati pintu mobil, ia membuka paksa pintu mobilnya kemudian menarik paksa Mauren.
"Keluar kamu j*lang sialan! Kamu harus kuberi pelajaran." pekik Eliza marah.
Vicky mencoba mencegah Eliza dengan cara melepaskan cengkraman kuat yang Eliza lakukan saat menjambak kembali rambut Mauren. Eliza menarik Mauren keluar.
"Aw.. sakit! Lepaskan aku! aku hanya memperjuangkan cintaku, apa salah?"
"Kamu salah sialan, kamu salah telah rusak rumah tangga orang lain, kamu salah telah masuk ke dalam pernikahanku."
"Eliza, lepaskan dia! Kamu menyakitinya." Vicky masih berusaha melepaskan jambakkan tangan Eliza.
Eliza kesal, ia semakin marah suaminya membela pelakor ini. Dia mendorong keras tubuh Mauren sampai kepala wanita itu terbentur mobil.
"Brengsek!"
Dug...
"Mauren!" pekik Vicky sebab Mauren terbentur sangat keras.
Mauren merasa kepalanya berkunang-kunang, dia merasakan sakit luar biasa di bagian kepala bagian belakang. Dia tidak ingin melawan sebab ini salah satu rencana nya supaya bikin terus membela dan memilihnya. Mauren benar-benar pusing dia sampai terkulai lemas tak sadarkan diri.
Vicky buru-buru menangkap tubuh Mauren. Dia terlihat sangat khawatir bahkan mencoba membangunkan Mauren dengan cara menepuk-nepuk pelan pipinya.
"Ren, bangun, Ren." Vicky memasukan kembali Mauren ke mobil. Dia menatap tajam Eliza.
"Kau..."
Plak...
Tamparan keras Vicky layangkan kepada Eliza sampai membuat wanita hamil itu tersungkur ke lantai.
"Kamu keterlaluan Eliza! Aku semakin yakin menceraikanmu, aku semakin yakin memilih Mauren daripada wanita kasar sepertimu. Kamu tidak pantas menjadi istriku, kamu sangat kasar, Eliza." sentak nya.
"Aku kasar karenamu, Vicky." balas Eliza tida kalah keras. Tangisnya semakin pecah, nafasnya memburu dengan jantung berdebar kencang merasakan emosi jiwa yang luar biasa.
"Saya tidak peduli. Kamu wanita kasar, aku tidak menyukai itu." Vicky segera masuk lagi ke dalam mobil. Dia tidak ingin membiarkan Mauren berada di sana terlalu lama. Bisa-bisa Eliza menyerangnya lagi.
Vicky pun menyalakan mobilnya, ia menjalankan mobil membelah jalan di bawah guyuran air hujan. Tanpa rasa iba sedikitpun, Vicky membiarkan Eliza mengejarnya hingga mobil yang ia kendarai melesat jauh dari rumahnya.
"Vicky, kamu mau kemana, Vicky?" teriak Eliza berdiri mengejar mobil suaminya. "Ku mohon tinggalkan dia demi anak kita."
Sekuat tenaga Eliza berlari di bawah guyuran air hujan. Air matanya berjatuhan seiring air hujan membasahi. Tanpa melihat kiri kanan, Eliza terus berlari mengejar. Hingga suara klakson mobil mengagetkannya.
Tiiiiddd.....
Eliza menengok, ia terbelalak lalu menjerit.
"Akkkhhhhh..."
Ckiiittt.....
Braakkk.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!