NovelToon NovelToon

Pacarku Idolaku

Pengenalan karakter

Pacarku Idolaku

Kata orang nggak kenal maka nggak tau. Jadi, kenalan dulu yuk, biar bisa saling tahu atau setidaknya bisa saling sayanglah ckckckck.

Feng Yin

Katanya sih dia putri tercinta dari kedua orang tuanya. Padahal mah, dia hanya anak tunggal. Jadi udah pasti bukan, kalau dia yang paling dicintai, orang dianya nggak ada saingan ckckckck.

Feng Yin adalah seorang penulis dan juga penggemar Lu Yuan. Dimatanya, nggak ada seorang pun yang bisa menyaingi pesona dari penyanyi sekaligus aktor tampan itu.

Feng Yin memiliki 4 sahabat, yang gesreknya sama kayak dia, absurd dan random. Dari sini kita belajar, bukan hanya jodoh yang merupakan cerminan diri, tetapi sahabat juga ckckck.

Motto hidupnya:  "Jika seseorang melemparmu dengan batu, balaslah dengan bunga ... sekalian dengan potnya." Kalau kata gaulnya mah pendendam ckckckck.''

Lu Yuan

Seorang pria tampan dengan banyak kelebihan. Nyanyi bisa, akting bisa, masak bisa, jadi model juga bisa dan yang paling penting, dia bisa membuat banyak orang jatuh cinta. Satu kata untuknya, yaitu sempurna.

Luo Feifei:

Ini mah sahabatnya si Feng Yin jadi kelakuannya sebelas, duabelas lah ya ckckckc. Namun, diantara sahabat Feng Yin, Feifei memiliki nilai plusnya, yaitu plus oon nya, tapi hatinya baik kok.

Dilihat dari sikapnya, nggak akan ada yang menyangka kalau Feifei ini seorang dokter spesialis jantung. Para sahabatnya juga sering bercanda, kalau Feifei keterima jadi dokter karena memiliki duit yang banyak.

Motto hidupnya: ‘’Kalau ada cara yang gampang, kenapa harus memilih jalan yang susah?’’

Yue Bin

Masih sahabatnya si Feng Yin guys. Jadi udah pasti bukan, bagaimana kelakukan nya.  Yue Bin adalah satu-satunya pria di 5 serangkai itu. Maka dari itu, mereka terkadang sangat bergantung pada Yue Bin.

Dulu, di awal persahabatan mereka, Yue Bin sering kewalahan menghadapi 4 cewek random itu, tetapi dia selalu ingat kata papanya.

‘’Cobaan itu memang banyak, kalau sedikit itu cobain.’’

Chun Hua

Sahabat Feng Yin yang kelakuannya agak benar. Tapi agak ya teman-teman jadi masih ada sisi absurdnya juga.

Gu Anxin

Walaupun gesrek, Anxin adalah tipe sahabat yang lebih peka dan pengertian. Minusnya, dia adalah tipe yang nggak terlalu suka mencari tahu hal baru, tapi nggak berlaku untuk gosip ya, karena itu beda ceritanya. Hal baru yang dimaksud adalah sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan

Motto hidupnya: ‘’Banyak belajar banyak lupa. Sedikit belajar sedikit lupa. Tidak belajar tidak lupa.’’

Xiao Nai

Sahabat Lu Yuan yang satu frekuensi sama Feng Yin dan sahabat sahabatnya. Orangnya kepoan tapi juga sangat bisa diandalkan.

Wu Qing

Sahabat Lu Yuan juga. Orangnya baik, tapi agak cool dan sangat menjaga batasannya.

Ling Qi

Aktris cantik yang namanya sedang naik daun.

Yang Kang

Seorang pengusaha dan sangat menyukai Lin Qi.

******

Kamu adalah seseorang yang mengisi pikiranku sebelum aku tertidur di malam hari dan kamu juga yang pertama mengisi pikiranku ketika aku bangun disetiap pagi.

Tentang persahabatan, percintaan dan juga karir. Diiringi oleh beberapa hambatan yang akan membuat para karakternya tumbuh menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Gak perlu berlama-lama, langsung aja dibaca. Siapa tau, di setiap lembaran, kamu nemu jawaban dari pertanyaan hidup, atau setidaknya ketawa guling-guling. Selamat menikmati sajian cerita yang absurd ini guys!

Part 1

Sinar mentari perlahan masuk melalui cela tirai jendela kamar Feng Yin yang Nggak tertutup dengan sempurna, besarnya suara Tv dari ruang tamu, nyatanya belum membuat Feng Yin terusik dari tidur lelapnya.

Wanita itu masih setia dibawa selimut bergambar wajah idola kesukaannya. Sampai akhirnya, suara ponsel berdering dengan sangat nyaring tepat di sebelah telinganya.

‘’Kring, kring, kring!’’ Begitulah nada dering ponsel Feng Yin yang disetel seperti jam weker. Baru setelah beberapa saat nada dering itu mulai mengganggu, Feng Yin mulai membuka matanya, menggapai asal di sebelah tempat tidurnya, mencari letak dari sumber suara yang begitu sangat mengganggunya.

‘’Feng Yin …!’’ Suara teriakan dari luar kamar. Cepat-cepat dia bangun dan turun dari ranjang, lalu berlari masuk ke bathroom. Sebelum benar-benar masuk, terlebih dulu dia memberikan flying kiss untuk banyaknya poster yang mewarnai dinding kamarnya. Poster sang idola tercinta, Lu Yuan.

Nggak membutuhkan waktu lama, hanya sekitar 20 menit dan Feng Yin sudah kembali keluar dari bathroom. Dengan masih menggunakan bathrobe, dia melangkah mengambil ponsel, lalu memutar lagu ’Call Me Baby’ lagu dari idola tercintanya.

Setelah memutar lagu, Nggak lupa dia berselancar di instagram, mencari akun instagram Lu Yuan dan mengirimkan pesan yang berisi semangat untuk menjalani aktifitas. Setelah itu, dia tersenyum, melihat banyaknya direct message yang sudah dikirimkan, tetapi Nggak ada satupun yang dibalas. Jangankan dibalas, dibaca saja Nggak. Tetapi hal itu malah membuatnya senang dan bersemangat dipagi hari.

Lu Yuan adalah seorang penyanyi yang juga berprofesi sebagai aktor dan model. Feng Yin sudah mengidolakannya hampir selama 8 tahun lamanya. Sebagai seorang penggemar, Feng Yin selalu mengikuti semua kegiatan yang dilakukan Lu Yuan. Mulai dari membeli semua album, membeli barang yang diiklankan dan menonton semua drama yang dibintangi oleh idolanya itu. Nggak hanya itu, dia bahkan memiliki semua koleksi foto dan video milik pria tampan dengan sejuta pesona itu.

Setelah selesai dengan kegiatan mengirim pesan, Feng Yin menambah volume pada ponselnya, lalu melemparkan ponsel begitu saja diatas ranjang.

Dia melompat-lompat kecil, mengambil sisir yang ada di meja rias, lalu ikut bernyanyi, gayanya sudah seperti seorang penyanyi yang sedang mengadakan konser.

Seketika, pintu dibanting terbuka, menampilkan wanita paruh baya yang kini sedang menatapnya dengan tatapan horor.

‘’Feng Yin …!’’ teriak mamanya. Paruh baya itu kemudian melangkah maju dan mematikan musik yang ada di ponsel Feng Yin.

‘’Aish Mama, kenapa selalu meneriaki ku sih?’’ protes Feng Yin dengan wajah manyunnya.

‘’Katanya kau memiliki pertemuan penting pagi ini!’’ ucap mama Feng Yin dengan wajah setengah kesal. Karena kurang suka dengan kebiasaan Feng Yin ini.

Feng Yin pun memukul kecil keningnya, wanita itu lalu berlari menuju lemari pakaiannya. ‘’Mama ih, kenapa baru ngingetin sekarang sih!’’ protesnya pada sang mama.

‘’Lagian kamu tuh kalo pagi bisa nggak sih langsung bangun, mandi dan keluar sarapan. Nggak usah pake-pake nyanyi-nyanyi nggak jelas gitu. Usia kamu sudah Nggak muda lagi loh untuk menjadi seorang penyuka idol. Tuh liat, teman-teman kamu aja udah punya anak, terus kamu kapan?’’

‘’Mamaku sayang, cintaku, aku juga ingin menikah kali, tetapi semua itu kan tergantung pada-Nya,’’ ucapnya sambil menunjuk ke atas, mengisyaratkan Tuhan.

‘’Kalau sudah saatnya, pasti Dia akan mengirimkan seseorang padaku, kalau Nggak ya mungkin saja jodoh ku Nggak lagi bernafas,’’ sambungnya dengan begitu santai. Mamanya yang kesal, langsung melempar selimut ke arahnya.

‘’Kamu tuh kalo ngomong dipikir dulu, jangan asal ngerocos aja!’’ omel mamanya, tetapi Nggak dipedulikan. Feng Yin malah cepat-cepat memungut selimutnya dan meletakkannya lagi diatas ranjang.

‘’Ma, Lu Yuan ku jatuh,’’ protesnya lagi.

‘’Memang Mama pikirin. Kalau perlu, bakalan Mama bakar nih semua poster kamu yang ada di dinding, biar otak kamu tuh waras lagi. Dan itu …,’’ tunjuk mamanya pada lemari kaca yang berisi semua pernak pernik yang dikoleksi Feng Yin.

Pernak pernik yang pernah digunakan oleh Lu Yuan dan tentunya Nggak mudah untuknya mendapatkan semua itu, karena harus saling berebut dengan penggemar lain dan juga pastinya harus merogoh kocek yang Nggak sedikit.

‘’Ih Mama kok ngomongnya gitu sih. Nggak baik loh kejam sama anak. Mama tuh harusnya mendukung apa yang aku sukai. Kata orang, orang tua akan sangat bahagia jika melihat anaknya bahagia. Nah itu, aku senangnya sama Lu Yuan, pokoknya aku bahagia banget punya idola seperti dia. Jadi, Mama harus ikut senang dong. Lagian Mama mah enak, akunya hanya terobsesi sama Lu Yuan, kalau akunya terobsesi dengan hal Nggak menyenangkan bagaimana?’’

‘’Kamu tuh kalau dikasih tahu selalu saja membantah.’’

‘’Lah siapa dulu Mamanya. Kata kakek, Mama bahkan lebih parah dariku saat masih remaja dulu. Jadi, maklum saja Ma, buah kan jatuhnya Nggak jauh dari pohon,’’ jawabnya yang semakin membuat mamanya kesal dan memilih keluar dari kamar Jien.

‘’Ck, punya anak satu, tetapi kelakuannya bukan main bikin pusingnya,’’ gerutu mama sambil melangkah menuju dapur, untuk menyiapkan sarapan.

Sepeninggalan mamanya, Feng Yin langsung bergegas untuk merias wajahnya. Nggak sampai 20 menit, dia sudah selesai. Maklumlah dia hanya memakai riasan sederhana, jadi Nggak terlalu membutuhkan waktu lama.

Dia tersenyum sambil melihat pantulan dirinya di depan cermin. ‘’Wajahku ini benar-benar sangat cantik. Bisa kali ya aku jadi aktris,’’ ucapnya sambil cekikikan. Dia lalu mengambil ponsel dan mulai melakukan selfie.

‘’Hhmm, benar kataku, aku ini benar-benar cantik dan menggemaskan,’’ pujinya sambil melihat foto yang barusan diambil.

Panggilan telepon masuk, saat dia sedang asyik mengamati dan memuji foto cantiknya. Dengan cepat dia menekan tombol hijau, lalu menyalakan speaker.

‘’Hhmm,’’ ucapnya sambil berdiri dari duduknya, melangkah mengambil tas dan keluar dari kamar.

‘’Kamu dimana?’’

‘’Rumah, kenapa?’’

‘’Loh bukannya kamu ada pertemuan sama produser drama ya?’’

Feng Yin adalah seorang penulis novel yang lumayan terkenal. Novel buatannya terbilang cukup laris dan diminati, bahkan ada dua novelnya yang sudah diadaptasi menjadi sebuah drama. Dan sekarang, untuk ketiga kalinya, Novel buatannya kembali akan diadaptasi menjadi sebuah drama lagi. Sebagai seorang penulis novel, tentu saja hal ini adalah salah satu pencapaian besar untuk karirnya.

‘’Iya, pertemuannya sejam lagi. Kenapa?’’ tanyanya. Sekarang dia sudah duduk dimeja makan. Ponselnya diletakan begitu saja diatas meja.

Bersambung .....

Maafkan otor untuk cerita yang nggak jelas ini ya teman teman 😃😂

Part 2

‘’Morning Pa,’’ sapanya pada sang papa, lalu mengambil sandwich yang sudah disediakan mamanya.

‘’Morning sayang,’’ jawab papanya sambil tersenyum.

‘’Morning Om, Tante.’’ Terdengar suara teriakan dari seberang telepon.

‘’Morning Chun Huaa,’’ jawab mama dan papa Jien kompak.

‘’Kamu kok udah jarang kesini, lagi sibuk ya?’’ tanya mama Feng Yin lagi.

‘’Baru juga seminggu Ma.’’ Bukan Chun Hua yang menjawab, tetapi Feng Yin. Dari balik telepon, Chun Hua sudah tertawa dengan nyaring. Chun Hua sudah terbiasa dengan perdebatan-perdebatan kecil antara Feng Yin dan mamanya.

‘’Aku lagi ada kerjaan luar kota Tan, pulangnya hari ini kok. Nanti aku mampir ya Tan.’’

‘’Udah ah, aku mau makan dulu. Bye!’’ Setelah itu, Feng Yin langsung menekan tombol merah pada layar ponselnya. Wanita itu makan dengan santainya, sedangkan mamanya sudah memasang wajah datar.

Papanya hanya menggeleng sambil tersenyum memperhatikan dua wanita tercintanya itu. Perdebatan-perdebatan kecil antara anak dan istrinya seakan menjadi irama tersendiri untuk menemani setiap pagi hari keluarga kecil mereka.

‘’Kamu tuh kebiasaan deh.’’ Mama kembali dibuat kesal, saat melihat Feng Yin yang dengan sengaja mengeluarkan tomat dari sandwich yang akan dimakannya.

‘’Lagian Mama, udah tau anaknya nggak suka sama tomat, musuan sama tomat, masih aja tomatnya dipake dan ini sengaja banget nih aku tau,’’ protes Feng Yin dengan tangan yang masih berusaha memisahkan potongan tomat dalam sandwich miliknya.

‘’Ya memang sengaja, Mama cuman takut aja kamu jadi setres karena kebanyakan ngehalu.’’ Mamanya menjawab dengan nada mengomel.

‘’Ya nggak pa-pa ngehalu, orang nggak dosa juga ‘kan?’’

Feng Yin lantas berteriak, lalu mengusap lengan atasnya karena pukulan yang barusan diberikan oleh mama yang sekaligus adalah teman berantemnya itu.

‘’Sakit Ma, kebiasaan deh, sukanya main tangan,’’ protesnya dengan nada lirih, sedangkan mamanya Nggak peduli. Paruh baya itu malah dengan santainya mengunyah sandwich miliknya.

Feng Yin menampilkan wajah manyun dan pura-pura sedih pada papanya, tetapi sang papa hanya menghibur dan mengusap kepalanya. Merasa Nggak mendapat pembelaan, Feng Yin langsung mengambil ponsel dan mengotak ngatik layar ponsel, mencari kontak kakek tercintanya.

‘’Hallo Kek, anakmu memukulku lagi, bawa dia pulang sekarang,’’ ucapnya penuh keluhan, sesaat setelah sang kakek mengangkat panggilan teleponnya.

Mendengar sebutan kakek dari mulut Feng Yin, mamanya pun langsung berdiri dan merampas ponsel Feng Yin.

‘’Cucumu membuatku kesal, jadi wajar jika aku memukulnya. Lagian aku Nggak memukul dengan keras, dia saja yang terlalu manja. Ini semua salah Papa, karena Papa terlalu memanjakannya, jadinya dia Nggak menurut lagi padaku!’’

Mamanya ikut melayangkan protes, sedangkan di seberang, sang kakek hanya bisa mendesah kasar. Kelakuan anak dan cucunya benar-benar membuatnya pusing, untung saja dia Nggak tinggal bersama dua wanita rewel itu, pikirnya sambil bernafas legah, tetapi merasa kasihan pada sang menantu yang harus meladeni sikap rewel dua wanita berbeda generasi itu.

‘’Mau kemana kamu?’’ tanya mamanya saat Feng Yin berdiri dari tempat duduknya.

‘’Aku sudah hampir terlambat,’’ jawabnya sambil melangkah.

‘’Sandwich nya dihabiskan, itu juga susunya belum diminum.,’’ teriak mamanya.

Mamanya pun berdiri dan mengejar Feng Yin, sambil membawa satu gelas susu di tangannya.

‘’Susunya diminum dulu,’’ ucapnya menghentikan langkah Feng Yin. Feng Yin pun langsung mengambil gelas itu dan meneguk habis dalam satu kali tegukan.

Dia lalu membalik gelas kosong itu di depan mamanya. ‘’Udah habis ‘kan?’’ ucapnya, lalu memberikan gelas kosong itu pada mamanya. Setelah itu, dia melangkah pergi.

*****

Hampir jam 9 pagi, saat Feng Yin sampai di sebuah rumah produksi yang akan mengadaptasi novelnya menjadi sebuah drama.

Sambil tersenyum, dia melangkah masuk dan menyapa satu staf yang sepertinya datang menyambutnya. Staf itu langsung membawanya ke ruangan meeting.

Hampir satu jam, meeting itu berakhir dengan baik. Penandatanganan kontrak kerjasama juga sudah mereka lakukan. Pihak rumah produksi juga menyampaikan beberapa permintaan yang katanya ingin merubah beberapa bagian dari novel. Feng Yin Nggak keberatan dengan hal itu, karena menurutnya perubahan pada beberapa bagian yang diinginkan sama sekali Nggak mempengaruhi inti dari cerita.

Rumah produksi juga masih mencari aktor dan aktris yang tepat untuk membintangi drama yang nantinya akan diberi judul ‘Idol’ itu, sesuai dengan judul yang ada di novel.

Sebelumnya, Feng Yin sudah menyarankan nama Lu Yuan, tetapi pihak drama produksi langsung menolak. Bukannya Nggak ingin, tetapi mereka Nggak yakin, aktor besar seperti Lu Yuan akan mau membintangi drama itu. Lu Yuan juga terbilang cukup pemilih dalam mengambil projek drama yang akan dilakukannya dan itu menjadi salah satu alasan.

Dengan banyak pertimbangan, rumah produksi memutuskan untuk mengadakan audisi, untuk mencari aktor dan aktris yang akan membintangi drama itu. Feng Yin pun setuju walaupun dalam hati, ingin sekali drama adaptasi novelnya kali ini dibintangi oleh idola tercintanya, yang juga menjadi inspirasi dalam menulis semua novelnya.

Setelah dari rumah produksi, Feng Yin memutuskan untuk mendatangi cafe milik Gu Anxin, sahabatnya. Feng Yin memiliki 4 sahabat, 3 wanita dan satu pria. Mereka berlima sudah bersahabat sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu, pada hari pertama masuk sekolah, mereka berlima datang terlambat hingga berakhir dihukum untuk membersihkan beberapa toilet. Hari terus berlalu, hampir setiap hari mereka berlima datang terlambat dan selalu berakhir dengan hukuman yang sama, hingga akhirnya mereka saling terbiasa dan menjadi dekat dengan sendirinya.

Sambil menunggu bus, Feng Yin dengan seriusnya memandangi layar ponselnya. Lu Yuan baru saja membuat postingan terbarunya. Foto itu diambil di luar negeri. Ya, Feng Yin sangat tahu, idolanya itu sekarang sedang berlibur di New York, bersama beberapa teman dekatnya.

‘’Hhmm, kamu terlihat sangat bahagia. Apa karena kau bisa berlibur dan menghilangkan kepenatan akibat banyaknya pekerjaan yang menumpuk?’’ ucapnya pada foto Lu Yuan. Dia lalu membawa ponselnya dan mencium foto pria tampan itu. ‘’Kuharap kau selalu bahagia, dimanapun kau berada, aku akan selalu mendukungmu.’’

Nggak berapa lama bus datang, Feng Yin pun langsung mematikan layar ponselnya lalu berdiri untuk memasuki bus. Sepanjang perjalan, beberapa kali dia tersenyum, saat melihat banyaknya wajah Lu Yuan yang terpampang di banyak videotron yang ada di beberapa gedung tinggi dan mewah yang ada di kota tempat tinggalnya itu.

‘’Tampannya idolaku.’’ Pujian itu seakan mengiringi perjalanannya.

Bersambung .....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!