NovelToon NovelToon

MY HUSBAND AND DEVIL MAFIA

Chapter 1

Happy reading semuanya🤗

Jangan lupa Vote, like dan komennya ya🙃

___________________

Darrel Ran Wezumo,

Adalah laki-laki tampan bermata indah yang disukai banyak sekali wanita.

Suami sah dari Hope Emilia. Gadis pendiam, agak penakut dan tentunya menyukai Darrel diam-diam, jauh sebelum mereka menikah. Saat dirinya masih berstatus sebagai anak dari sopir pribadi keluarga pria itu.

Darrel dan Hope menikah karena perjodohan. Ayah Darrel yang menjodohkan, tuan besar di keluarga Wezumo.

Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa dan berpengaruh di negara itu. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.

Dulu sikap Darrel pada Hope tidak sedingin sekarang. Pernikahan mereka-lah yang membuat laki-laki itu berubah drastis. Dingin, sedingin kulkas.

"Aduh Hope, kapan sih kamu akan berubah jadi lebih pinter? Memangnya nggak denger aku suruh ambil apa? Ya ampun, gimana kak Darrel nggak malu coba punya istri bodoh kayak kamu. Pantesan kamu nggak di kenalin ke dunia luar. Bikin-bikin malu sih. Mantan anak sopir juga." omel Aurel panjang lebar.

Gadis tinggi, kulit putih dengan tubuh langsing yang terus mengomeli Hope.  Aurel adalah adik bungsu Darrel. Satu-satunya anak perempuan di keluarga Wezumo.

Orangnya sombong, merasa pintar dan memiliki hobi mengatai Hope bodoh.

Hope menunduk menahan malu, tapi masih tetap berusaha tersenyum. Kalau tidak mau di usir dari rumah ini, dia harus bersikap baik dan mendengarkan semua yang berkuasa di dalam rumah. Karena bagi Hope, mereka adalah keluarga. Dia tidak punya siapa-siapa lagi setelah papanya meninggal dunia.

Hari ini adalah hari libur jadi hampir semua penghuni rumah ada. Termasuk Darrel. Hanya ayah mertuanya yang tidak kelihatan, lelaki tua itu memang selalu sibuk.

Seperti biasa, Darrel tidak peduli sama sekali pada Hope. Meski adik perempuannya sudah mengata-ngatai wanita itu sedemikian rupa, laki-laki itu hanya fokus dengan iped-nya. Bahkan saat mamanya bicara, tidak ia hiraukan. Pria itu sangat dingin dan kaku.

"Hope,"

"Iya?" Hope melirik Aurel.

"Ambilin aku ice cream di kulkas dong, cepet!" suruh Aurel. Mama dan abang keduanya yang mendengar Aurel menyuruh-nyuruh Hope, malah tak acuh. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

"Berhenti." itu suara Darrel.

Lelaki itu menyuruh Hope berhenti ketika wanita itu hampir melewatinya. Hope memiringkan kepala menatap Darrel, tatapan mereka saling bertemu. Dan Hope bisa merasakan betapa dinginnya pria itu saat menatapnya dengan iris tajam, bak pedang bermata dua. Ia bahkan bisa merasakan bulu kuduknya berdiri hanya dengan tatapan dingin Darrel.

"Siapkan pakaianku, aku akan mandi sebentar lagi." kata pria itu datar.

"Ta ... Tapi," Hope memiringkan kepala menatap Aurel. Ia tidak enak pada adik iparnya.

"Aku menyuruhnya ambilin aku ice cream bang. Habis itu aja baru dia siapin pakaian abang." kata Aurel ceplas-ceplos, namun langsung mendapatkan tatapan mematikan dari Darrel.

"Dia istriku, bukan pembantumu. Yang dia layani harus aku." ucap Darrel dengan suara rendahnya yang khas, namun sanggup membuat Aurel terdiam.

Hope masih berdiri di tempatnya, melirik Darrel dan Aurel bergantian.

"Ya sudah, biar bi Ina saja yang ambil. Kamu pergi saja siapin bajunya abang Darrel." kata Aurel ketus.

Tumben sekali kakak tertuanya itu melarangnya menyuruh-nyuruh istrinya. Biasanya juga cuek. Aishh ... Aurel jadi kesal sendiri.

"Kenapa masih di sini? Pergi sana!" kata Aurel lagi. Nadanya tinggi, hingga kembali mendapatkan tatapan tajam Darrel.

Hope cukup tersentak mendengar suara keras Aurel, gadis itu cepat-cepat pergi ke kamarnya. Tepatnya, kamar dia dan Darrel.

Ya, mereka tidur di kamar yang sama. Namun tidak pernah seranjang. Karena Darrel lebih memilih tidur di sofa, daripada seranjang dengannya.

Mereka memang suami istri yang sah. Namun bagi Hope dan Darrel, status itu hanya sebatas status di atas kertas dan di depan seluruh keluarga besar Darrel. Karena kenyataannya mereka tidak benar-benar menjadi suami istri. Darrel tidak pernah menyentuhnya.

Selama dua tahun ini, dia masih perawan, meski statusnya sudah bersuami.

"Hufftt ..." Hope menghembuskan napas panjang sambil memilah-milah baju

"Kira-kira dia suka warna ini, apa yang ini?" gumam Hope menatap ke dua kemeja di depannya.

"Yang ini saja," suara berat tiba-tiba Darrel terdengar dari belakang Hope.

Entah sejak kapan pria itu sudah berdiri di belakang Hope, membuat wanita itu kaget dan gugup bersamaan. Pasalnya posisi Darrel berdiri sangat dekat dengannya. Kepala Hope bahkan tak sengaja menyentuh lengan Darrel ketika lelaki itu mengulurkan tangannya dari belakang mengambil kemeja berwarna dongker dari tangan kirinya.

Tubuh Hope menegang seketika. Darrel memang paling bisa membuatnya tidak berkutik. Aduh, dia harus bagaimana menghadapinya coba. Ia menggigit bibirnya kuat. Jantungnya malah tidak bisa kompromi lagi.

"Mana celananya?" tanya Darrel kemudian.

"Celana?" Hope refleks berbalik dan malah menabrak dada bidang suaminya. Tinggi badannya hanya mencapai dada Darrel.

"Ma .. maaf," ucap Hope takut-takut. Jelaslah ia takut menabrak Darrel. Takut pria yang berstatus sebagai suaminya itu marah. Ia bahkan tak berani menatap balik lelaki yang kini sedang menatapnya lama.

"Tidak perlu minta maaf, ambilkan saja celana yang akan kupakai." ujar Darrel datar. Hope mengangguk lalu berjalan ke lemari baju besar. Memilih-milih celana yang cocok dengan kemeja yang akan dipakai pria itu.

Hope tidak sadar Darrel terus mengamatinya dari belakang. Cukup lama. Entah apa yang lelaki itu pikirkan.

"Ya ... Yang ini saja bagaimana?" ia berbalik menunjukkan celana yang ia pilihkan untuk suaminya. Darrel mengambilnya tanpa berkata sepatah katapun. Pria itu lalu berbalik masuk ke kamar mandi. Kepergiannya langsung membuat Hope bernapas lega.

Astaga, itu tadi sangat kaku. Aku merasa sangat canggung.

Gumam Hope dalam hati lalu menarik napas lega. Padahal ia sudah menyiapkan pakaian Darrel tiap hari, tapi tetap saja rasanya canggung. Bagaimana tidak canggung dan gugup coba, kalau suaminya bersikap sangat dingin dan kaku. Ia merasa kisah hidupnya seperti di film-film. Anak sopir yang menikahi anak majikan.

Wanita itu berbaring di tempat tidur. Ia sudah kelelahan akibat seharian tadi mengerjakan semua pekerjaan yang di suruh Aurel. Aurel kalau lagi di rumah memang kebiasaannya menyuruh Hope. Apalagi kalau Darrel sedang tidak ada.

Begitu keluar dari kamar mandi, Darrel mendapati Hope sudah ketiduran. Lelaki itu melangkah ke dekat kasur. Ia menatap wanita itu lama. Ekspresinya tak terbaca. Raut wajahnya datar, lalu setelah puas menatap wajah sang istri, pria itu berbalik ke luar kamar.

Chapter 2

Darrel mendatangi sebuah club malam terkenal di kota itu. Beberapa temannya sudah menunggu di sana. Dalam ruangan VIP. Ada beberapa perempuan juga yang menemani mereka. Tentu saja perempuan yang dibayar mahal.

"Yo, lihat siapa ini." seru salah satu temannya berambut cokelat.

"Kenapa kau sangat lama? Kami sudah menunggu lebih dari dua jam."

"Aku sibuk kerja," jawab Darrel terkesan cuek. Kemudian seorang wanita penghibur naik ke atasnya. Duduk di pangkuannya, tanpa permisi.

Darrel menatap wanita itu dengan sorot mata tajam. Dia memang sering ke club dengan teman-temannya. Tapi dia tidak pernah main wanita. Juga tidak pernah suka di sentuh oleh para wanita murahan itu.

Darrel ke club hanya untuk minum. Terutama menghindari isterinya yang ada di rumah,

Hope.

Mereka memang sudah menikah. Tapi Darrel belum pernah menyentuhnya sekalipun. Karena pernikahan itu bukanlah pernikahan atas dasar cinta. Memang dia pernah memiliki sedikit rasa terhadap Hope, tapi jauh sebelum mereka jadi suami istri.

Setelah menikah, Darrel menjadi dingin pada wanita itu. Dimatanya, Hope setuju menikahinya karena uang dan nama besar keluarganya. Darrel benci kenyataan itu. Jadi selama dua tahun ini, lelaki itu kebanyakan pulang tengah malam untuk menghindar.

"Hai tampan, kau mau aku menemanimu bermain sebentar?" tanya sih wanita penghibur dengan nada menggoda. Tangannya memainkan dasi Darrel, dan menyentuh dadanya yang keras.

Makeup-nya terlalu tebal hingga Darrel jijik melihatnya. Perempuan menor. Ia heran kenapa banyak temannya menyukai perempuan-perempuan berpenampilan aneh begini.

"Turun." ucap Darrel. Suaranya rendah. Ia menatap wanita itu dingin.

"Loh, kenapa? Aku sangat pandai memberi anda kepuasan tuan, mau coba? Mau di sini langsung atau ke kamar?"

Brengsek.

Apa-apaan ini? Darrel menatap salah satu temannya yang duduk di sebelahnya.

"Bukankah sudah pernah kuingatkan jangan pernah ada ja-lang satupun yang menggangguku?!" sentaknya kasar hingga semua yang berada dalam ruangan itu kaget.

"Dan kau sialan, turun sekarang sebelum aku membuat kaki dan tanganmu tidak bisa bergerak lagi!" 

Wanita itu pun turun dengan lutut bergerak ketakutan. Laki-laki itu berubah menjadi sangat menakutkan sehingga semua yang berada di dalam sana terdiam. Suasana berubah tegang.

Dengan marah Darrel meneguk segelas kokain yang belum tersentuh di atas meja. Teman-temannya saling bertukar pandang.

"Darrel itu ..."

Minuman itu akan diberikan ke salah satu wanita penghibur yang akan menari untuk mereka malam ini, dan sudah dicampur dengan obat perangsang.

"Kenapa?" Darrel menatap temannya yang bernama Keno, sekaligus sekretarisnya.

"Ada perangsang dalam minuman yang kau telan tadi." kata Keno.

"Sial," maki Darrel. Tapi dia sudah menghabiskan semuanya. Rasa panas mulai menjalar ke tubuhnya. Keno mendekatinya.

"Jenisnya obatnya sangat kuat, kau mungkin tidak bisa menahannya meski kau mandi. Hanya bisa dengan ..." ucapan Keno tertahan.

"Lalu?" Darrel mulai merasa tersiksa. Obat itu mulai bereaksi. Ia melonggarkan dasi dan membuka satu kenop kemeja paling atas.

"Apa kau ingin aku mencarikan-mu wanita untuk mengobatimu?" tawar Keno. Darrel mendesis,

"Tidak perlu. Aku akan pulang sekarang juga."

Darrel berdiri meninggalkan ruangan itu. Keno ingin mengantarnya tapi ia menolak.

Sepanjang perjalanan pulang Darrel sangat tersiksa. Ia gelisah.

Begitu tiba di rumah, lelaki itu langsung menuju dapur dan meneguk segelas air dingin yang diambilnya dari dalam kulkas. Rumah sudah sepi, semua orang tampaknya sudah tidur.

Habis minum, bukannya semakin reda, Darrel malah semakin kehausan. Rasa hausnya makin menjadi-jadi. Ia merasa gelisah, panas, dan sangat kehausan.

Darrel pun naik ke lantai dua menuju kamarnya dan Hope. Ia masuk ke dalam kamar bertepatan dengan sang istri yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wanita itu hanya mengenakan handuk. Dan terlihat begitu seksi di mata Darrel.

Pria itu berusaha menjernihkan pikirannya, tapi pengaruh obat itu begitu kuat, ia tidak mampu menguasai dirinya. Begitu tatapan mereka bertemu, ia melihat ekspresi kaget Hope. Wanita itu cepat-cepat berbalik lagi hendak masuk kembali ke kamar mandi.

"Berhenti!"

Perintah Darrel langsung. Otomatis Hope berhenti. Ia paling penurut apalagi sama Darrel.

Tapi Hope malu. Karena Darrel tiba-tiba muncul di waktu yang tidak tepat. Saat dia baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk.

Kenapa Darrel pulang jam segini? Biasanya kan pria itu pulang tengah malam, untuk menghindarinya. Hope tahu itu. Tapi sekarang baru jam sepuluh.

Sebenarnya Hope sudah mandi tadi, tapi karena Aurel menyuruhnya membeli keperluannya di supermarket, waktu pulang tubuhnya merasa gerah dan berkeringat. Jadi dia mandi lagi.

"M ... Mas sudah pulang?"

Darrel mendengus. Pertanyaan bodoh. Jelas-jelas dia sudah berada dalam kamar ini, masih ditanya lagi sudah pulang atau belum. Pria itu duduk di sofa, menahan kegelisahan akan rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya. Masih bisa dia tahan sebentar.

Pandangannya mengarah lurus ke Hope. Tubuh wanita itu saat memakai handuk sungguh seksi.

"Kenapa ... mandi malam-malam begini?"

Walau tubuhnya sudah dikendalikan oleh obat sialan itu, Darrel masih sadar sepenuhnya. Hanya saja ia merasa amat tersiksa. Butuh pelampiasan dan pelepasan.

Hope mengerutkan kening. Aneh. Ia merasa ada yang aneh dengan suaminya. Gerakan-gerakan pria itu yang seperti cacing kepanasan membuatnya berpikir keras.

"Mas kenapa, sakit?" tanyanya dengan polosnya. Satu-satunya yang ada dalam pikirannya ya itu. Tidak ada yang lain.

Hope itu masih polos, tidak pernah bergaul dengan dunia malam. Kesehariannya dari kecil hanya sekolah, dan langsung pulang.  Jarang bergaul dengan teman-teman sekolahnya. Tidak pernah dengar tentang obat perangsang dan cara kerja obat itu.

Di sekolah, mereka tidak pernah di ajarkan hal-hal seperti itu. Hanya ada pelajaran biologi yang sedikit menjurus ke hal-hal dewasa. Itu pun dia tidak terlalu mengerti, karena tidak suka dengan pelajaran biologi.

Umur Hope sekarang baru sembilan belas tahun. Tidak kuliah. Hanya tinggal di rumah dan mengabdi sebagai istri Darrel yang usia mereka terpaut tujuh tahun. Waktu menikah dengan Darrel, usianya tujuh belas tahun.

Darrel tidak menjawab pertanyaan Hope. Pria itu berdiri dari sofa dan berjalan mendekati isterinya yang masih muda. Hope refleks mundur karena tubuh Darrel tiba-tiba menjadi sangat dekat dengan tubuhnya. Tangannya meremas kuat-kuat handuk yang ia kenakan. Tubuhnya kini bersandar di tembok dekat kamar mandi.

"Aku butuh obat ..." gumam Darrel dengan tatapan sayu. Kedua tangannya berpegangan di bahu telan-jang Hope.

"Ma ... Mas sakit apa?" tanya Hope terbata. Ia bisa merasakan hembusan napas Darrel di wajahnya.

"Aku mau kamu ..." Darrel pun langsung mengangkat tubuh Hope dan membawanya duduk di atas meja.

Hope kaget. Jantungnya berdegup kencang.

"M ... Mas Darrel ..."

"Layani aku malam ini," gumam Darrel lagi. Kali ini melepaskan handuk yang terlilit di tubuh Hope dan dilempar ke lantai.

"Mas!" kedua tangan Hope buru-buru menutupi aset bawa dan atasnya mengenakan tangannya. Wajahnya sudah memerah seperti tomat.

Chapter 3

Tubuh Darrel menegang saat melihat tubuh polos Hope. Walau ia dalam pengaruh obat perangsang yang begitu dahsyat, tapi kesadarannya belum hilang. Darrel tahu isterinya ini belum pernah di jamah oleh siapapun juga. Itu sebabnya dia bersikeras mati-matian untuk tidak langsung menyerang Hope. Darrel akan melakukannya dengan perlahan-lahan.

Ia tidak bisa lagi menghindar untuk tidak menyentuh perempuan ini. Lagipula mereka adalah suami istri. Bukan seperti dirinya melecehkan seorang wanita. Dia belum pernah meminta jatahnya, jadi malam ini anggap saja dia meminta jatah. Darrel tahu bahwa suatu hari nanti mereka tidak bisa menghindari kegiatan panas di atas ranjang.

Darrel menyeringai ketika melihat Hope menutupi aset atas bawahnya dengan tangannya. Wajah merah wanita itu membuat keinginannya untuk menyentuh makin berkobar-kobar.

Darrel meraih dagu Hope agar wanita itu balas menatapnya.

"Tatap aku, ini perintah." gumamnya. Hope mau tak mau menuruti titah suaminya. Menatap wajah lelaki itu. Tangannya masih setia menutupi aset pribadinya. Jantungnya berdegup sangat kencang.

Ini pertama kalinya Hope tak memakai apapun di depan suaminya. Ia malu luar biasa. Apakah malam ini mereka benar-benar akan melakukannya? Seperti yang dikatakan oleh Darrel tadi. Suaminya yang tampan dan berkharisma.

"Aku ingin kamu malam ini," ucap Darrel setengah berbisik. Lalu di ia menyingkirkan tangan Hope yang masih menutupi aset pribadi wanita itu. Memegangi kedua tangannya dan matanya fokus ke dada Hope yang berisi dan kencang.

Darrel menelan ludah. Hope biasanya mengenakan kaos kebesaran dan tidak pernah bergaya modis. Darrel tidak pernah menyangka istrinya akan secantik ini saat tak memakai apa-apa. Jauh lebih cantik dari wanita-wanita di luar sana yang mengenakan make-up tebal dan pakaian mahal mereka.

Tangan Darrel perlahan naik, menyingkirkan tangan Hope yang menutupi bagian dadanya, lalu menyentuh belahan dada sang istri. Hope menahan napas. Jemari Darrel bergerak perlahan, menimbulkan rasa geli. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat ketika jemari suaminya bermain di sana.

"Di sini sudah keras," gumam Darrel seperti orang mabuk. Sesaat kemudian ia memajukan wajahnya dan mulutnya ikut bermain di sana.

"Eung ..."  Hope melenguh. Getaran yang sangat aneh dia rasakan di sekujur tubuhnya. 

Hampir dua menit Darrel bermain di sana lalu berpindah ke bibirnya. Bibir yang keras dan dingin itu menyentuh bibirnya, Darrel memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas. Menggilasnya tanpa ampun. Sampai Hope merasa sesak dan memukul-mukul lengannya barulah pria itu berhenti.

Napas keduanya tersengal-sengal. Darrel menatap sang istri yang malu bukan main akibat ulahnya. Tapi Darrel tak berhenti sampai di situ saja. Ia menggunakan kesempatan itu untuk menggapai daerah yang paling sensitif di tubuh Hope. Menggosokkan jemarinya di sana dengan tekanan yang cukup kuat.

"Mas!" Hope terbelalak. Tangannya menahan kuat lengan Darrel. Itu terlalu mendadak dan dia kaget.

"Kau istriku. Kita menikah secara sah. Kalau aku mau menyentuhmu, itu wajar." ucap Darrel.

"Tapi kita ..."

"Tidak saling mencintai?" sambung Darrel tersenyum sinis. "Tidak penting. Aku juga melakukan ini bukan karena kau istimewa atau aku mencintaimu. Kalau bukan karena obat sialan ini ... Nikmati saja."

Tak mau berlama-lama lagi, Darrel pun mengangkat tubuh polos Hope dari atas meja, membawanya ke tempat tidur dan membaringkan wanita itu ke kasur besar mereka. Lalu menurunkan resleting celananya dan menindih Hope.

Darrel mendesakkan dirinya ke dalam tubuh Hope. Ia menggertakkan giginya, mencoba menahan gairahnya yang begitu kuat, mencoba meredakan dorongan untuk menerjang dan menenggelamkan tubuhnya dalam-dalam secara kasar.

Isterinya masih perawan. Darrel mengingatkan dirinya lagi. Masih ada penghalang yang seolah mencoba menahan Darrel memasukinya. Pria itu mendesak maju. Ia menahan pinggul Hope yang bergerak-gerak akibat dorongan yang dia buat di dalam wanita itu. Darrel terus mendorong miliknya sampai penghalang itu terlepas dan ia mendengar pekikan kencang Hope disertai cakaran di lengannya, mencoba mendorongnya untuk berhenti.

Tapi tidak. Darrel tidak akan berhenti. Ia membiarkan Hope terus mencakarnya sementara pinggulnya mulai bergerak maju mundur.

"Ahh ... Sa ... Sakit mas ... Berhentilah. Aku m .. mohon ... Ma ... s ..." Hope terus memohon. Sudut matanya mengeluarkan air.

Seolah tak mendengar permintaannya, suaminya tetap bergerak di dalamnya. Sampai Hope pasrah. Ia tidak tahu pertama kali melakukan ini rasanya akan sangat perih. Namun rasa perih itu berganti dengan sebuah kenikmatan yang tidak bisa ia jelaskan.

Hope merasa dirinya seakan melayang. Apa ini? Cakarannya di bahu dan lengan Darrel berhenti. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat menahan suara memalukan itu keluar dari mulutnya.

"Hhhh ..." sebuah erangan nikmat pun keluar dari mulutnya.

Seksi. Sangat seksi. Darrel makin tertantang mendengar erangan kenikmatan isterinya.

"Kau menikmatinya sekarang?" seringai kecil terpampang jelas di wajah tampan Darrel.

Gerakan pria itu makin cepat dan kasar.

"Ahh ..." Hope malu. Tapi ia tidak bisa menahan diri. Tiap kali suaminya menusuk dengan kasar, ia akan mengeluarkan suara tak tertahankan. Untung kamar mereka sengaja Darrel buat kedap suara, jadi tidak ada yang akan mendengar apa yang tengah pasangan tersebut lakukan malam-malam begini.

"Mas aku ... Ah ..." Hope merasakan dirinya seperti ingin pipis.

"Ayo keluar bersama ... Ouch ..." Darrel mengerang kuat. Keduanya mendapatkan pelepasan yang luar biasa bersama. Tubuh Hope menggelinjang hebat.

Apa ini?

Hope bertanya-tanya dalam hati. Rasanya begitu enak, tapi ia masih bodoh dengan urusan begitu. Apa ini yang dinamakan dengan pelepasan? Wanita itu menyadari Darrel sedang menatapnya. Wajahnya kembali bersemu.

Darrel berpindah dari atas tubuhnya dan berbaring di sebelah wanita itu. Hope tidak berani menatap ke arahnya. Apalagi melihat tatapan dingin suaminya.

"Tidurlah," pria itu bersuara datar. Hope membalikan badan membelakanginya lalu tersenyum pahit.

Akhirnya malam pertama di antara keduanya terjadi. Namun tanpa ada cinta di hati suaminya. Hope harus mengubur perasaannya dalam-dalam. Cinta yang tak terbalas itu memang amat menyakitkan. Tapi wanita itu masih bisa tersenyum. Karena dia sudah berjanji akan menjadi istri yang baik untuk suaminya, dia akan memberikan apa saja buat pria itu.

Masalah Darrel mencintainya atau tidak, bukan masalah. Tanpa Hope sadari Darrel terus menatapnya dari belakang. Raut wajah lelaki itu tak terbaca. Ia terus menatap Hope lama dengan perasaan yang campur aduk.

Obat sialan ini ...

Pria itu merasa seperti pria brengsek yang memperkosa seorang gadis perawan. Tak lama kemudian mereka pun tertidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!