Pagi hari ini adalah hari dimana Amy tunggu, Ayah dan Ibu nya yang selama ini tinggal di Perancis akhirnya pulang. Amy yang selama ini hidup mandiri bersama mbak asisten yang selalu menemaninya akhirnya merasakan indahnya kumpul lengkap dengan keluarga, maklum saja ayah dan ibu nya sibuk mengurus perusahaan yang sedang mereka kelola. Alhasil sejak SMP Amy sudah ditinggal sendiri hidup dengan asisten di Indonesia, walaupun uang jajan dan kebutuhan hidup Amy tidak pernah kekurangan dia tetap merasa iri jika teman-temannya selalu berbicara tentang keluarga mereka yang selalu berkumpul setiap saat.
" Ayaaahhhh...Ibu..kangen banget Amy huhu"
Amy memeluk erat ayah dan ibunya yang baru saja mendarat di bandara kota Surabaya
" Sayang gendukku ibu juga kangen banget sama kamu"
"Udah ayo kngenannya dirumah aja nanti, ayah udah laper nih"
"Ihh ayah nih responnya gitu banget gak kangen ta yah sama anak mu seng ayu dewe"
" Heleh Yo kangen nduk tapi ayah juga kangen sama masakan indo "
"Dasar ayah nih wuuu"
Setelah selesai memasukan barang bawaan ayah dan ibunya Amy bergegas masuk ke mobil dan pulang bersama orang tuanya. Sepanjang perjalanan mereka mengobrol seputar kehidupan Amy selama orang tuanya tidak ada di rumah, Amy curhat panjang lebar dan sering kali merasa kesepian karena setiap hari di rumah cuma ditemani asisten nya saja, ayah dan ibu selalu sibuk di Perancis sampai kadang lupa untuk telpon Amy.
" Ahh akhirnya sampe juga "
" Liaten Bu ayah loh udah gak sabar mau makan ote ote pasti "
" Iyo kamu gak tau aja My di Perancis loh ibu setiap hari harus bikin ote ote soale ayah kalo gak ada ote ote makannya gak lahap katanya kurang srek"
Amy tertawa mendengar curhatan ibunya tentang ayah yang hobi makan heci. Seketika suasana rumah menjadi hangat ketika ayah dan ibu Amy pulang ke rumah, susana sepi yang setiap hari menemani Amy kini terdengar ramai.
Meja makan yang biasanya cuma ada Amy sendirian kini ada orang tua nya yang juga ikut makan di meja yang sama, suasana yang sangat di rindukan Amy bertahun tahun lamanya, dimana ayah dan ibunya akhirya bisa menemaninya makan.
Ting...tong..Ting..tong
Bunyi bel pintu rumah Amy bunyi, mbak asisten rumah segera membukakan pintunya dan mempersilahkan tamunya masuk ke ruang tamu.
" Non, ada mas Eza datang"
" Ohh..suruh tunggu sebentar ya mbak, aku nanti samperin"
" Eza.. ? Siapa nduk ?"
" Pacar aku Bu, hehe"
Ayah dan ibu Amy seketika saling menatap, mereka kaget anak perempuan semata wayangnya sudah punya pacar. Amy memang tidak pernah mengatakan hal ini kepada mereka.
" Amy, kamu kok gak pernah bilang sama ayah sama ibu ? "
" Halah yah yang begini gak harus diceritain, ini juga Amy mau kenalin ke ayah dan ibu"
Amy nyelonong pergi ke ruang tamu untuk menemui sang pacar
" Heh kamu kok cepet yang, ku pikir nanti sore datengnya"
"Iya aku tadi sekalian mampir bawain Boba kesukaan kamu yang nih"
Amy mengambil Boba kesukaannya sambil senyum manja
" Makasih loh yang udah inget kesukaan aku, eh yang ikut aku yuk ke dalem"
Amy menggandeng tangan Eza dan membawanya ke meja makan tempat ibu dan ayahnya berada.
" Yah..Bu ini mas Eza, pacar Amy"
Amy memperkenalkan Eza sebagai pacarnya ke orang tuanya, namun diluar dugaan raut wajah ibu dan ayah Amy sangat tidak bersahabat. Mereka seperti tidak suka dengan Eza walaupun begitu mereka tetap menerima salam perkenalan Eza.
Tak lama ayah dan ibu Amy mempersilahkan duduk Eza diruang keluarga. Eza tampak gugup, karena dia tidak ada persiapan apapun untuk bertemu orang tua Amy. Sebelumnya Amy tidak pernah mengatakan bahwa orang tuanya akan pulang ke Indonesia.
" Yang aku tinggal siap-siap dulu ya, kamu ngobrol aja dulu sama orang tua ku "
Eza mengangguk sambil melihat Amy yang pergi ke kamarnya di lantai 2 untuk siap-siap
Sementara tinggal Eza dan orang tua Amy yang duduk di ruang keluarga bersama
" Nak Eza sudah lama kenal Amy? "
Dengan nada sopan ibu Amy mencoba membuka pembicaraan
" Kenalnya sudah dari SMA Bu, saya sama Amy dulu satu SMA kebetulan saya kakak kelasnya"
"Ohh gitu, berarti sudah dari SMA ya pacaran sama Amy ?"
" Enggak Bu, kita menjalin hubungan pas Amy masuk kuliah "
" Kamu satu kampus sama Amy ? Satu jurusan juga ?"
Tanya ayah Amy dengan nada sedikit jutek
" Dulu iya saya kuliah sama Amy tapi pas semester 5 saya tidak melanjutkan pak"
" Drop Out ?"
"Iya pak, saya tidak bisa membagi waktu pada saat itu. Karena saya buka cafe di depan kampus dan Alhamdulillah rame jadi saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah karena memilih untuk berwirausaha"
Seketika ayah Amy langsung melempar koran yang dipegangnya dan meninggalkan ruang keluarga. Ibu Amy yang masih berada diruang itu seketika meminta maaf karena sikap ayah Amy yang kurang sopan.
" Maaf ya nak, bapak emang agak kurang enak badan jadi begitu efek baru mendarat "
"Gak apa Bu saya juga minta maaf waktunya kurang tepat untuk datang ke rumah"
Amy yang sudah selesai ganti baju dan siap untuk pergi akhirnya turun, dia yang tidak tahu apa yang terjadi antara Eza dan ayahnya pun berpamitan dengan ibunya untuk keluar bersama Eza.
Ibu Amy pun mengiyakan pamitannya, walaupun sesungguhnya ibu Amy juga tidak ingin Amy tetap bersama Eza yang menurutnya sangat tidak pantas karena Eza tidak kuliah. Sedang Amy adalah anak semata wayang yang akan menjadi pewaris perusahaan keluarga, tentu ayah dan ibunya harus melihat bibit bebet bobotnya lelaki yang kelak akan menjadi menantunya.
"Tadi ngobrol apa aja sama ayah ibu yang ?"
"Ohh ya ngobrol biasa ae yang, tanya aku sama kamu kenal dimana gitu aja"
"Tenang yang ibu ayah orangnya welcome kok, aku yakin pasti suka sama kamu"
Sambil peluk erat pinggang Eza, Amy sangat yakin bahwa orang tuanya akan mengizinkan mereka tetap bersama, namun di satu sisi Eza merasa hubungannya dengan Amy tidak akan semudah itu mengingat Ayah Amy yang tadi sempat bersikap dingin dan terlihat tidak suka dengan Eza.
Eza sengaja tidak mengatakan kejadian yang telah dia alami kepada Amy, karena takut Amy akan berontak ke orang tuanya, Eza tahu betul sifat Amy yang akan memberontak dan marah jika Eza mendapatkan perlakuan tidak mengenakan.
"Hallo Amy, lama nih gak ketemu makin cantik aja"
"Hush sana gak usah godain pacar gue "
Eza menangkis tangan Ardi teman SMA nya yang sedang menggoda Amy
"Candaaa bro gitu aja jelesss haha"
Amy ketawa geleng-geleng ketawa melihat candaan Eza dan Ardi, mereka berdua adalah sahabat sejak SMA tetapi Ardi pergi ke Australia untuk kuliah di Sidney dan hanya akan kembali jika liburan saja.
Cafe yang dirintis oleh Eza adalah tempat nongkrong mereka dan teman lainnya jika ingin meet up. Amy pun sering mampir membawa teman kampusnya untuk berkunjung, tempatnya yang memang diseberang kampus sangat strategis dan selalu ramai pengunjung.
Eza mengurus cafe nya bersama temannya, Tata dan Deo. Mereka adalah teman sekelompok pada saat Eza masih aktif kuliah, cafe nya di dirikan di ruko milik keluarga Tata, cafe ini berdiri dulu karena ada tugas mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa nya membuat suatu usaha untuk riset namun dikarenakan usaha ini makin ramai Eza memutuskan untuk tetap membuka cafe nya dan mengalah untuk tidak melanjutkan kuliahnya. Sementara Tata dan Deo tetap melanjutkan kuliah dan saat ini sedang skripsi. Alhasil belakangan ini Eza harus bekerja keras untuk jaga cafe dikarenakan Tata dan Deo hanya bisa datang saat mereka senggang saja.
...----------------...
Sementara itu di rumah Amy, ayah dan ibu nya sedang bingung bagaimana caranya agar hubungan Amy dan Eza tidak berlanjut. Mereka mencari tahu latar belakang Eza dan dimana dia tinggal melalui sekertaris pribadi ayahnya
" Ayah, apa kita gak terlalu dini untuk mencari tahu tentang Eza "
"Ibu gimana mau sampe kapan kita biarin hubungan mereka, anak putus kuliah gitu ayah gak suka"
"Tapi kan yah kita juga belum obrolin masalah ini sama Amy, apa enggak nanti dulu tunggu anaknya pulang kita omongin baik-baik"
"Kamu kaya gak tau sifatnya anakmu, sedari kecil kita turutin mau nya mana mungkin dia mau dengerin baik-baik"
Pembicaraan orang tua Amy terus berlanjut, mereka membahas perjanjian pertunangan Amy dengan anak dari sahabat baik ayahnya, sementara mereka tidak menyadari bahwa Amy ternyata sudah sampai di rumah dan mendengar pembahasan soal tunangan yang tidak diketahui Amy.
Amy yang awalnya sumringah sepulang dari cafe dan niat membawakan cake buatan Eza sontak kaget mendengarnya, cake nya pun terjatuh dari tangan Amy.
" Maksudte ayah apa ?"
Ayah dan ibu Amy kaget langsung menengok kebelakang ternyata Amy sudah ada disana, mereka saling bertatapan karena belum selesai mempersiapkan obrolan dengan Amy tetapi justru Amy sudah mengetahui pembahasan soal tunangan ini.
"Ayah jelasin maksud nya Amy tunangan itu apa?"
Ayahnya sempat diam dan menghela nafas, rasanya sangat tidak tepat untuk bicara masalah ini karena pasti Amy tidak akan terima.
"Nduk sayang, sini ibu yang jelaskan nggeh"
"Amy gak ngerti maksudte piye Bu, kenapa Amy udah tunangan?"
"Iya sabar sek nduk, jadi gini dulu ayah sama sahabat ayah sudah mengatur pertunangan kamu dengan anaknya sejak kamu masih dalam kandungan"
"Awalnya ayah memang tidak bermaksud untuk serius tetapi takdir berkata lain, sahabat Ayah om Fikar dan istrinya meninggal kecelakaan hanya putra nya yang selamat dia 10 tahun lebih tua dari kamu "
"Enggak, aku masih gak ngerti aku gak terima kenapa harus aku yang jadi tunangan sama anaknya om Fikar"
"My, tapi ini wasiat dari om Fikar karena perusahaan yang ayahmu jalani sekarang juga berkat beliau, saat usaha ayah berada dalam masalah om Fikar yang membantu"
"Bahkan sebelum meninggal semua aset dan perusahaan nya diberikan ke ayahmu, termasuk anaknya yang akan menikahi kamu"
"Ibu tega ya bilang begitu, maksudnya aku barang yang bisa ditukar pake harta gitu?"
"Amy, gak pantes kamu ngomong begitu sama ibumu, tunangan ini nanti juga akan menjamin hidup kamu bahagia tanpa kurang apapun"
" Ayah jahat, tego ayah ngomong gitu. Amy bener-bener kecewa sama ayah dan ibu"
Amy lalu pergi berlari menaiki tangga dan pergi ke kamarnya sambil menangis, dia sangat sedih dan merasa kecewa dengan keputusan orang tua nya.
Seminggu sudah sejak mengetahui kenyataan bahwa Amy telah menjadi tunangan orang sejak dalam kandungan, Amy tidak mau bicara dengan kedua orang tuanya. Dia masih marah dan kesal dengan orang tuanya.
Selama seminggu Amy benar-benar menghindari ayah dan ibu nya. Bahkan makan pun tidak mau satu meja dengan mereka, Amy memilih untuk makan di kamarnya.
Tok...tok...tok...
"Nduk, ibu mau ngomong sama kamu. Buka dulu pintunya"
Amy nampak masih tiduran di kasurnya, dia tak menjawab sepatah katapun seruan ibunya.
"Mau sampai kapan kamu diemin ibu sama ayahmu, ayo kita bicarain baik-baik dulu"
Mendengar ibunya masih terus berusaha membujuknya, akhirnya Amy membuka pintu walau dengan hati kesal dan raut wajah yang masam. Dengan masih memakai piyama dan rambut yang berantakan dia mempersilahkan ibunya masuk ke kamarnya.
" Apa yang perlu dibicarakan Bu, Amy tetap gak punya pilihan kan semua udah ibu dan ayah yang atur"
Dengan nada ketus Amy mengeluh kepada ibunya.
"Sabar nggeh nduk, ibu tau kamu kesel dan marah sama keputusan ini, tapi bukan berarti kamu gak punya pilihan"
"Maksud ibu ?"
"Semalam ibu sudah ngomong sama ayah, terkait masalah tunangan kamu dan anak om Fikar. Kami tidak akan melarang kamu untuk pacaran sama Eza, tapi dengan syarat"
"Bener Bu ? Aku masih boleh sama mas Eza ? Syaratnya apa Bu?"
Raut wajah Amy seketika berubah senang dan penuh harap, mendengar orang tuanya mau merestui hubungannya dengan Eza.
"Syaratnya malam ini kamu harus mau dinner dengan anaknya om Fikar, ibu sama ayah kasih waktu 3 bulan untuk kalian mengenal satu sama lain. Setelah itu sisanya kalian yang memutuskan pertunangan ini akan berlanjut atau tidak"
"Kalo dinner aku masih bisa terima, tapi kenapa harus 3 bulan sih Bu. Seminggu aja itu udah lama, aku mesti ngomong apa sama mas Eza"
"Itu kan syarat, kalo kamu mau ya silahkan kalo enggak ya terpaksa ibu sama ayah gak mau restui hubunganmu sama Eza"
"Ibu ihh...bener kan Amy bilang gak punya pilihan"
Sambil menaikan pundak ibu Amy pergi keluar kamar meninggalkan Amy yang terlihat kesal dan bingung.
Amy merenung seharian dia masih memikirkan bagaimana caranya agar pertunangan ini batal. Dia mulai memikirkan ide jahil agar tunangannya tidak mau dengannya. Baginya Eza adalah satu-satunya pilihan nya, disamping itu Amy juga berpikir tunangan nya yang selisih sepuluh tahun dengannya pasti sudah tua seperti om om yang sukanya dengan wanita muda.
Malam pun tiba, waktu dan tempat yang telah ditentukan untuk dinner bersama tunangannya pun sudah diatur dengan orang tua Amy. Dia tampil cantik dengan riasan minimalis dan gaun selutut berwarna pink.
Amy sengaja datang lebih awal karena ingin mengatur strategi kejahilannya agar tunangannya itu membatalkan pertunangan mereka. Amy menyemprotkan air ke baju diarea ketiaknya agar terlihat basah, dia juga sengaja menyelipkan cabe di gigi nya agar terkesan jadi wanita jorok.
Setelah lima belas menit menunggu dan mengatur kejahilannya, tunangan Amy pun datang menghampiri meja yang telah di reservasi oleh kedua orang tua Amy.
"Hai..Amy anak Om Ivan ?"
Mata Amy terbelalak, laki-laki yang ada didepan nya ini adalah tunangannya. Dengan setelan kemeja putih dan celana panjang coklat tampak sangat menawan. Amy sempat terdiam.
" Hallo.. Amy ? Are you okey ?"
"Eh..mmh iya okey."
"Maaf ya kamu udah nunggu lama kah? Tadi aku ada sedikit kerjaan jadi telat 5 menit. Gak apa ya?"
Amy mengangguk, seketika ide jahil yang sudah direncanakan bubar total. Amy benar-benar tidak menyangka lelaki tua tunangan yang dia pikir seperti om om ternyata lebih menawan dibanding pacarnya.
"Enggak, apa sih balik ke awal aku wes punya mas Eza.Gak boleh..gak boleh"
Dalam hati Amy bicara ke diri sendiri, meyakinkan bahwa dia sudah memiliki Eza walaupun tunangannya ini lebih menawan. Amy tidak ingin tergoyahkan hanya karena ketampanan tunangannya tersebut. Walaupun dia lebih tampan tetapi belum tentu dia sebaik Eza pikir Amy.
"Mmhh..kita mulai dari pesan makanan dulu aja kali ya My"
"Boleh.."
"Kamu duluan deh pilih mau makan apa"
"Okey, mbak aku mau ini, sama yang ini terus yang ini juga sama ini satu lagi. Minumnya aku mau air mineralnya 2, lemon tea sama Ice cream ini ya. Sama tolong toping yang ini dibanyakin ya mbak"
Ide jahil Amy mulai kembali, dia sengaja memesan makanan yang banyak agar tunangannya tidak suka dengannya.
Tetapi nampaknya triknya tidak mempengaruhi, tunangan Amy tetap stay cool dan menganggap Amy tidak aneh. Dia nampak serius memilih makanan untuk dipesan.
"Ngomong-ngomong mas kayaknya kita belom kenalan"
"Ohh iya, jadi kamu sudah mau kenal sama aku?"
Amy mengernyitkan dahi nya mendengar jawaban tunangannya ini. Dia merasa seakan akan Amy ingin sekali tahu siapa lelaki tampan yang telah menjadi tunangannya sejak dalam kandungan.
"Gak jadi deh"
"Loh kenapa kok gak jadi mau kenalan"
"Ya habis kok kayaknya aku yang kepengen banget kenalan sama kamu"
"Gitu aja ngambek, Aku Zean"
Sambil mengulurkan tangannya Zean memperkenalkan diri ke Amy. Dengan muka ditekuk Amy juga menyambut uluran tangan Zean walaupun hanya menempel sebentar.
"Jadi aku panggilnya kak,mas,cak atau om Zean?"
"Panggil aja sesuka kamu, dipanggil sayang juga aku gak nolak"
"Dih..kepedean kamu om"
Zean tertawa mendengar panggilan om dari Amy untuknya. Dimata Zean, Amy ini lucu sangat menarik. Walaupun terlihat memaksakan untuk jadi cewek ketus, Zean tetap melihat Amy sebagai cewek yang menggemaskan.
Setelah beberapa obrolan pembuka satu persatu hidangan yang mereka pesan datang. Terlihat meja penuh dengan hidangan yang telah dipesan Amy. Sedangkan Zean hanya memesan Steak dan green tea saja.
Amy nampak mual melihat hidangan yang banyak, niatnya untuk membuat Zean illfeel malah jadi bumerang. Dia harus menghabiskan makanan yang telah dipesannya sendirian, padahal Amy tipe cewek yang tidak suka terlalu banyak makan.
Namun sekarang dia harus terpaksa melahap semua makanan yang ada di meja nya. Pipi Amy mengembung penuh makanan dalam mulutnya, dia sengaja memasukan makanan secara bersamaan ke mulutnya seperti orang kelaparan terus menyuap tanpa jeda. Berharap Zean jijik dan berpikir tidak mau menjadikannya tunangannya lagi.
Zean nampak tetap tenang menikmati makanannya. Dia sama sekali tidak terlihat jijik melihat tingkah laku Amy yang seperti orang kelaparan, justru Zean tampak senyum melihat kelakuan Amy yang sangat diluar nalar.
Melihat Zean tersenyum, Amy pun merasa aneh. Sepertinya kejahilannya tidak membuat risih Zean, dia terheran-heran kenapa Zean sama sekali tidak merasa risih dan jijik. Padahal sedari tadi banyak orang di restaurant yang melihat kelakuan Amy, jangankan orang lain, dirinya sendiri pun sangat jijik dengan kelakuannya sendiri.
"Kamu kenapa senyum Om?"
Dengan mulut masih penuh makanan Amy bertanya kepada Zean.
"Ya gak apa, lucu aja liat anak kecil lagi makan, mana pipinya kayak ikan buntal haha"
"Bilang aja kalo illfeel, aku biasa makan begini loh setiap hari. Mau kamu punya tunangan modelan kayak aku gini emang ?"
"Kenapa enggak ?"
"uhuk..uhukk"
Amy langsung tersedak mendengar jawaban Zean yang sepertinya tidak terpengaruh jika gaya makan Amy seperti orang kelaparan.
"Hemm..pelan-pelan makannya, keselek kan"
Sambil menyodorkan air minum Zean menasehati Amy yang sedang tersedak. Dia juga memberikan tissue untuk Amy.
"Makasih"
"Sama sama adek kecil" ledek Zean sambil senyum
Merasa siasat jahilnya tidak mempan akhirnya Amy memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Aku to the point aja ya, sejujurnya aku gak mau terima pertunangan ini"
"Alasannya ?"
"Ya aku gak mau aja kalo menikah sama orang yang gak aku suka"
"Emang kamu gak suka sama Om?"
Zean tampak sangat santai menjawab pertanyaan Amy, membuat Amy menjadi lebih kesal.
"Ckk...percuma ngomong beginian sama orang tua, sama aja kaya ngomong sama ibu dan ayah. Kalian gak ngerti"
"Kok ngambek?, Om kan cuma tanya"
"Gak usah SKSD Om am om deh geli tau"
"loh aku kan cuma ikutin apa kata adek kecil yang panggil aku om"
Zean terus meledek Amy, membuat Amy menjadi lebih kesal. Wajahnya ditekuk, bibirnya manyun persis seperti orang utan yang ada di hutan Kalimantan. Meskipun begitu Zean justru senang melihat raut wajah Amy yang seperti itu, dia berpikir semakin Amy kesal semakin lucu dan menggemaskan
"Alasannya karena kamu udah punya pacar kan ?"
Dengan posisi duduk tangan dilipat, Amy menganggukkan kepalanya. Mengiyakan pertanyaan Zean bahwa Amy sudah punya pacar
"Aku tau itu kok, kamu punya pacar. Dan kamu juga punya tunangan simple kan"
"Dih..gila ya, mana bisa punya pacar tapi punya tunangan yang berbeda. Iku jenenge aku mendua dong"
"Wes lah, aku males ngomong lagi. Dinner malam ini untuk pertama dan terakhir kalinya buat kita yo. Aku pokoknya mau batalin pertunangan ini titik"
Amy kemudian langsung pergi meninggalkan meja dengan membawa tas putihnya. Dia terus berjalan menuju lobby parkiran tempat dimana mobilnya terparkir.
"Braakk !!"
Amy menutup pintu mobil sekencang mungkin, dia benar-benar kesal dengan Zean. Sepanjang perjalanan pulang Amy mulutnya tak berhenti menggerutu dan memaki Zean.
Srakk..
Ibu menyingkap gorden jendela kamar Amy, sinar matahari terpancar dari jendelanya. Kendati demikian Amy tak juga terbangun dari tidurnya, dia masih dengan sangat nyenyak tidur di kasur empuknya.
"My..bangun udah siang, anak prawan jam segini belum bangun"
"Hmmm..masih ngantuk loh Bu, Amy semalem tidur jam tiga pagi"
"Halah..alasan aja kamu nih siapa suruh gak langsung tidur, ayok cepet bangun udah siang kok"
"Ahh..masih jam 10 pagi Bu ntar"
"heh..ngawur liat itu udah mau jam 1 siang kok, ayo bangun bantuin ibu hari ini mau ada tamu"
Ibu terus memaksa Amy untuk bangun, membuka selimut dan mematikan AC kamar Amy. Akhirnya Amy pun bangun, dengan kondisi yang masih setengah sadar dia berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajah dan gosok gigi.
Setelah selesai dia bergegas turun ke bawah menemui ibunya yang sedang sibuk masak di dapur dengan mbak asisten.
"Emang mau ada tamu siapa sih Bu?"
"Ada tamunya ayah, nanti mau makan malem bareng"
"Ooh..rame dong ya, kalo gitu nanti sore aku keluar main aja ya"
"Hehh loh ya jangan, gak rame tamu nya cuma dua"
"Yauda kan tamunya ayah bukan tamu Amy toh"
"Tetep aja kamu gak boleh kemana-mana temenin ibu bantuin nata meja kok malah mau pergi"
"iya iyaaa nyonyaaaa.."
Waktu pun sudah menunjukan pukul 17.00 WIB, semua hidangan sudah selesai di masak. Ibu pun menyuruh Amy untuk lekas mandi dan berdandan yang rapi untuk menyambut tamu ayahnya.
Ibu juga sudah mempersiapkan baju untuk Amy pakai, beliau membelikan khusus untuk Amy. Dress simple cantik berwarna putih dengan tali simpul pita di bagian pundak memberikan kesan manis dan lugu. Amy juga sangat menyukai baju yang diberikan ibunya.
"Ting..tong.."
Suara bel pintu rumah keluarga Amy bunyi, nampaknya tamu yang ditunggu sudah datang. Mbak asisten rumah Amy segera membukakan pintunya, dia mempersilahkan masuk sang tamu. Seperti yang disebutkan ibunya, tamu yang ditunggu berjumlah dua orang. Satu laki-laki tua berumur sekitar 65 tahun dan yang satu lagi laki-laki tampan berumur 29 tahun.
Ibu dan Ayah Amy pun menyambut tamu tersebut, mereka tampak akrab dan saling bertegur sapa layaknya orang yang sudah kenal lama. Orang tua Amy segera mempersilahkan untuk segera ke ruang makan guna memulai acara makan malam bersama.
Tamu tersebut duduk bersebelahan membelakangi tangga di rumah Amy. Kemudian ayah Amy duduk di ujung dan ibu berada di samping ayah berseberangan dengan tamu. Amy yang masih dikamar akhirnya turun kebawah menuruni anak tangga. Dia tampil menawan dengan baju yang diberikan ibunya.
"Amy..sini sayang duduk samping ibu"
Dengan senyum manis Amy berjalan memutari meja makan untuk duduk disamping ibunya. Dia hanya melihat tamu ayahnya dari belakang saat menuruni anak tangga.
Namun setelah Amy sudah duduk di kursinya, betapa kaget saat melihat tamu yang ada di depan matanya. Ya, tamu itu ternyata Zean dan laki-laki tua yang datang bersamanya adalah kakeknya Zean.
"Hallo..Adik kecil, masih ingat aku?"
Tentu saja dengan sapaan nya Zean meledek Amy, lagi-lagi dia memanggil Amy pakai sebutan adik kecil. Ibu dan ayah Amy tertawa mendengar sapaan Zean. Mereka menyangka dinner semalam membuahkan hasil, Amy dan Zean ternyata sudah akrab.
Padahal Amy merasa keki setengah mati, dia kesal dengan Zean yang sok dekat dengannya. Ingin rasanya dia melempar nasi yang ada di piring ke wajah Zean tetapi apa daya, Amy masih menghargai orang tua dan kakek Zean yang berada dalam satu meja makan bersamanya.
"Nak Amy, jangan diambil hati ya cucu kakek memang suka bercanda"
Kakek mengatakan kepada Amy dengan lembut, sepertinya kakek menyadari Amy tidak suka saat dipanggil adik kecil oleh Zean.
"Iya gak apa kek, Amy gak marah kok"
"Alhamdulillah..udah gak marah toh padahal aku udah takut banget kemaren kamu amuk loh" celetuk Zean
Mata Amy langsung melirik sinis mendengar celetukan Zean. Masalahnya Amy tidak bicara soal apa yang terjadi semalam saat dinner bersama Zean, dia berpikir jika orang tuanya tahu soal pertengkaran mereka saat dinner akan tambah membuat rumit permasalahan. Belum lagi mendengar ceramah orang tuanya.
"Menghadapi Amy itu emang harus super sabar nak Zean, dia terlalu kami manja. Maklum anak semata wayang"
"Tapi kalo sudah keterlaluan nak Zean boleh kok, bilangin Amy tapi jangan kasar ya. Ibu percaya sama kamu nak Zean"
Sambil tersenyum Ibu Amy menanggapi obrolan Amy dan Zean, beliau seakan-akan sudah tahu apa yang terjadi antara Zean dan Amy. Hal itu membuat Amy penasaran apa mungkin Zean sudah melapor ke ibunya soal apa yang terjadi saat dinner semalam.
"Siap Tante, saya gak akan berani kasar sama anak Tante kok. Apa lagi masih adik kecil gini haha"
Semua di meja makan tertawa mendengar candaan Zean terkecuali Amy. Dia justru menunjukkan sikap yang tidak suka. Dengan nada datar akhirnya Amy mengatakan untuk izin ke luar dengan alasan mencari udara segar.
"Ibu, Ayah dan Kakek Amy izin keluar mencari udara segar dulu ya. Enggak banget nih kenyang abis makan"
Belum ada jawaban apapun dari para orang tua di sana, Amy langsung pergi keluar. Dia sudah tidak tahan dengan ledekan adik kecil yang sering di ucapkan Zean. Menurutnya semua candaan Zean freak dan garing, tidak ada unsur lucu nya sama sekali.
Tak lama setelah Amy pergi meninggalkan jamuan makan, Zean ikut pamit untuk menemani Amy.
"Mmh..saya juga boleh izin keluar untuk menemani Amy ya Om Tante"
"Ooh..oke silahkan saja Nak, temani Amy kamu izinkan"
"Terima Kasih om"
......................
Amy terlihat berdiri di taman belakang rumahnya sambil melipat tangannya di atas dada. Udara angin malam meniup rambutnya yang ikal panjang, dari belakang Zean melihat Amy dan memakaikan jas nya untuk Amy.
"Dingin..udara malam gak bagus buat kesehatan"
"Opo sih, ngapain ikut keluar juga"
"Kekenyangan sumpek engap jadi cari udara segar"
"Gak usah ikutin aku cari alasan lain dong, gak kreatif blass"
"Serius, emang bener kok"
"Sak karepmu"
"Jangan ketus gitu dong, nanti ilang loh manisnya"
"Wes ta lah gak usah sok sok manis, kamu ngapain sih ngadu ke ibu ku masalah dinner kemarin"
"Ngadu ? Ngadu apa ?"
"Bisa gak sih, gak ruwet gitu. Kalo kamu gak ngadu mana mungkin ibuku tadi respon begitu"
"Ohh soal yang aku bilang kamu ngamuk itu ta?"
"Gak usah sok tanya kaya gak tau apapun deh"
"Daripada ruwet kalo tanya sama aku, kenapa gak mbok tanya ibumu loh. Aku ngadu ta gak"
"Ckk..mesti malesin jawabane gak masok blass. Wes lah percuma ngomong sama km tuh mending tidur"
Amy kesal dan berniat untuk pergi meninggalkan Zean di taman sendirian, tetapi kali ini Zean tak melewatkannya seperti saat dinner semalam. Dia bergegas meraih tangan Amy dan menahannya pergi.
"Tunggu my, aku serius soal pembahasan kita dinner semalam"
"Maksudte ?"
"Soal kamu punya pacar dan aku tetap jadi tunangan kamu"
"Ckk..Gendeng a kamu"
"Aku serius, aku tetep mau jadi tunangan kamu dan aku gak ngelarang kamu punya pacar"
"Kamu mau, akunya yang gak mau"
"My, pertimbangkan lagi soal ini. Aku gak akan batalin pertunangan ini apapun alasannya"
Setelah mengungkapkan keinginannya Zean melepaskan tangan Amy, dia membiarkan Amy pergi meninggalkannya di taman sendirian.
Selain memang dia tertarik dengan Amy, Zean memang punya alasan khusus kenapa dia tidak ingin pertunangannya dengan Amy dibatalkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!