NovelToon NovelToon

Transformasi Si Lemah

1

Seorang siswa bernama Ariel, tampak tertidur pulas ketika pelajaran sedang berlangsung. Mia, siswi yang duduk di sebelahnya, terlihat berusaha untuk membangunkannya.

Mia dengan hati-hati menepuk-nepuk bahu Ariel yang sedang tertidur. "Ariel, bangun dong! Pelajaran sedang berlangsung," bisiknya pelan. Namun, Ariel masih tertidur pulas tanpa merespons.

Mia mulai agak panik dan mencoba untuk tidak menarik perhatian guru. Dia mencuri pandangan ke arah depan kelas, memastikan bahwa guru tidak melihat mereka. Setelah itu, dia mencoba lagi, kali ini dengan mengguncang pelan bahu Ariel.

"Ariel, ayolah bangun. Kita mungkin akan ditegur oleh guru," Mia berbisik dengan nada sedikit lebih keras. Tapi sekali lagi, Ariel tetap tidak bereaksi, dan dia terus terlelap di mejanya.

Pandangan Mia beralih ke seorang teman sebangkunya, Rian, yang seolah mencoba menghela nafas dalam-dalam melihat kejadian ini. Mereka berdua merasa perlu mencari cara lain untuk membantu Ariel terbangun.

Akhirnya, Mia mendapat ide untuk menggunakan sebuah pulpen yang ada di mejanya. Dengan menggunakan pulpen itu, dia mulai dengan lembut mengetuk-ngetukkan pulpen di atas meja Ariel. Suara kecil itu bergema di telinga Ariel, tapi entah bagaimana dia masih tetap terlelap.

Mia merasa semakin panik. Dia tidak ingin Ariel mendapatkan masalah karena tertidur di kelas, namun semua usahanya sepertinya tidak ada gunanya. Rian kemudian memberikan saran kepada Mia untuk mencoba menggunakan metode yang lebih drastis.

"Pak Hendra! Saya tidak bisa konsentrasi belajar dengan seseorang yang mendengkur di kelas!" teriak Dimas tiba-tiba, seraya menunjuk ke arah Ariel.

"Mia, cepat bangunkan dia!" ujar Pak Hendra dengan tegas kepada Mia setelah mendengar teriakan Dimas.

Mia yang semakin panik dan terdesak segera mengambil keputusan drastis tersebut. Dalam sekejap, dia mengambil air dari botol minumannya dan dengan cepat menuangkannya ke arah kepala Ariel.

"Ariel! Bangun! Guru kita marah!" teriak Mia sambil memercikkan air ke wajah yang masih tertidur pulas milik Ariel.

Air yang tiba-tiba mengenai wajahnya membuat Ariel terkejut dan akhirnya terbangun dari tidurnya. Dia langsung menyeka wajahnya dengan tangan dan memandang kebingungan ke sekeliling kelas.

"Apa atapnya bocor?" tanya Ariel heran.

"Sadarlah, Ariel. Pak Guru marah karena kau tidur di kelasnya," jawab Mia memberitahu situasinya.

"Ariel, cepat maju ke depan!" kata Pak Hendra dengan nada marah.

Ariel yang masih mengantuk hanya mengangguk dan segera maju ke depan.

"Cepat kerjakan soal yang ada di papan tulis!" pinta Pak Hendra pada Ariel. "Kalau jawabanmu salah, kau harus keliling lapangan sebanyak 10 putaran!"

"Ariel adalah murid peringkat paling terakhir di kelas kita. Saya yakin ia tidak akan mampu mengerjakan pertanyaan matematika pada papan tulis," bisik Rian kepada Mia.

Mia merasa khawatir, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Ariel. Meski begitu, Ariel tampak sedang mengerjakan soal matematika di papan tulis itu dengan cukup cepat.

"Kurasa ia hanya sekadar mengisi sembarangan dan pasrah menerima keadaannya," pikir Rian.

Tapi, Rian menyadari ada hal aneh terjadi saat melihat Pak Hendra tampak begitu terkejut.

"B-bagaimana bisa kau mengisi jawabannya dengan benar kali ini?" tanya Pak Hendra heran.

"Apa Bapak pikir saya tidak akan mampu mengerjakannya?" jawab Ariel seraya menaruh kembali alat tulisnya ke meja.

"Ya!" jawab Pak Hendra. "Kau selalu mendapat nilai paling buruk sampai ulangan terakhir kemarin."

"Aku tahu, Pak Hendra," jawab Ariel. "Tapi itu karena saya tidak serius mengikutinya."

Pak Hendra terdiam sejenak. Terlihat keheranan dan masih tak percaya dalam tatapannya.

"Aku salah menilaimu, Ariel," kata Pak Hendra dengan suara yang lebih lembut. "Aku terlalu cepat menyerah padamu."

"Aku akan berusaha lebih keras lagi, Pak," kata Ariel dengan semangat. "Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa menjadi murid yang baik."

Pak Hendra tersenyum dan mengangguk. "Saya percaya kamu bisa melakukannya, Ariel. Kau boleh duduk kembali ke tempatmu."

Dimas tampak tak puas dan melayangkan sebuah protes. "Lalu, bagaimana dengan hukumannya?"

"Bapak akan membebaskannya untuk kali ini asalkan Ariel tidak mengulanginya lagi," jawab Pak Hendra.

"Saya mengaku salah, Pak. Tapi, semalam saya menghabiskan waktu untuk belajar," jelas Ariel.

"Kau dengar itu, Dimas?" kata Pak Guru Hendra. "Sebentar lagi memang akan segera ujian dan tidak bisa dipungkiri bahwa belajar adalah hal yang penting. Ariel sudah mengakui kesalahannya dan berjanji untuk lebih berusaha lagi. Kita beri kesempatan kedua untuk Ariel."

Dimas masih terlihat agak kesal, tapi ia tidak berkata apa-apa. Ia hanya mengangguk singkat dan kembali ke tempatnya.

Pak Hendra memberi senyuman kepada Ariel. "Aku sangat mengharapkan kamu bisa menunjukkan kemampuan terbaikmu dalam ujian nanti. Tetap semangat dan berusaha keras, Ariel."

"Aku akan, Pak. Terima kasih atas kesempatannya," jawab Ariel dengan rasa syukur.

Pak Hendra lalu melanjutkan pelajarannya seperti biasa. Tetapi, ada rasa bangga yang terpancar dari matanya. Ia merasa senang melihat keberanian dan semangat belajar yang dimiliki oleh Ariel.

[Ding!] [Berhasil mengejutkan guru dan teman sekelas] [+50 poin skill]

"Aku tidak bisa tidur nyenyak semalaman karena pemberitahuan aneh ini selalu muncul dan terus menggangguku," gumam Ariel.

Ariel sempat kesal pada layar sistem tersebut, tapi berkatnya, ia bisa menjawab soal di papan tulis tadi.

"Kurasa aku harus mencari tahu apa ini," pikir Ariel.

Setelah jam sekolah selesai, Ariel bergegas pulang menuju ke rumahnya. Namun, ia mendapati ada empat orang pria berpenampilan gangster sedang mengamuk ketika baru saja tiba.

"Cepat bayar hutangmu atau kami hancurkan tempat rumah makan ini!" seru salah satu dari mereka.

Ariel terperanjat melihat situasi tersebut. Ia bergegas mendekati orang tuanya yang tampak ketakutan. Namun, tanpa berpikir panjang, ia mengambil inisiatif untuk menghadapi para gangster tersebut.

"Dia siapa?" tanya salah satu dari gangster, menunjuk Ariel.

"Dia anakku, Ariel," jawab ibu Ariel dengan suara gemetar.

"Ayo, cepat bayar hutangmu, atau kami akan merusak semuanya!" kata salah satu gangster sambil mengancam.

Ariel merasa emosi memuncak. Ia tidak tahan melihat orang tuanya terancam seperti itu. Ia memutuskan untuk menggunakan kekuatan misterius yang diberikan oleh sistem.

Para gangster tersebut terkejut melihat Ariel langsung menyerang mereka. Mereka menahan serangan dan berusaha mencari cara untuk melawan Ariel yang sekarang terlihat lebih kuat.

Ariel melangkah maju dengan percaya diri. Ia melepaskan pukulan menghantam salah satu gangster, membuatnya terlempar ke tanah.

[Menambah kekuatan pukulan!] [-5 poin dikurangi]

Kemudian, Ariel dengan cepat bergerak menghindari serangan yang datang dari gangster lainnya.

[Menghindari serangan lawan!] [-5 poin dikurangi]

Ia terus menggunakan keterampilan tempur dari sistem untuk menghadapi para gangster.

Keempat gangster tersebut terkejut melihat kekuatan dan keterampilan bertarung Ariel. Mereka mencoba melawan dengan serangan balasan, tetapi mereka tidak mampu mengalahkannya. Ariel menghindari serangan mereka dengan refleks yang tinggi dan membalas dengan pukulan yang akurat.

Akhirnya, para gangster itu melarikan diri dalam kekalutan. Ariel bernapas lega melihat mereka pergi. Ia kemudian melepaskan lencana dan merasakan tubuhnya kembali normal.

[Ding!] [Anda telah berhasil mengusir penjahat]

[+100 Poin telah ditambahkan] [Total : 180 Poin]

"Hebat sekali, Ariel!" seru ayah Ariel dengan bangga.

"Aku tidak tahu aku bisa melakukannya," ujar Ariel dengan senyuman.

"Tapi mereka pasti akan kembali lagi jika kita tak segera melunasi hutangnya," sela ibunya khawatir.

Ariel setuju dengan ucapan ibunya, tapi orang tuanya sekarang belum punya uang untuk membayarnya.

"Dari pagi restoran kecil kita belum ada satu pun pembeli," ungkap ayahnya dengan raut wajah sedih.

Ariel segera memutar otak dan akhirnya menemukan ide untuk membuat menu makanan baru.

"Harusnya aku bisa membuat menu baru mengandalkan kekuatan sistem," pikir Ariel.

Ariel pun mulai merencanakan menu makanan baru yang unik dan menggiurkan. Dengan menggunakan kekuatan sistem yang diberikan, ia memiliki keunggulan dalam menciptakan rasa yang istimewa dan menghasilkan makanan yang belum pernah ada sebelumnya.

Dalam waktu singkat, Ariel berhasil menciptakan beberapa hidangan baru yang dapat menggugah selera. Ia membuat hidangan dengan sentuhan khusus, menggunakan bumbu-bumbu yang langka, dan mengkombinasikan berbagai cita rasa yang tak terduga.

[Ding!] [Berhasil membuat menu makanan baru]

[+120 poin telah ditambahkan][Total : 300 poin]

Restoran dibuka pada hari berikutnya, Ariel memamerkan menu baru tersebut kepada pelanggan. Mereka tertarik dengan keunikan hidangan dan tertarik untuk mencoba.

Dalam sekejap, kabar tentang makanan enak dan unik dari restoran ini menyebar luas. Orang-orang mulai berdatangan dalam jumlah besar untuk mencicipi hidangan-hidangan buatan Ariel.

Restoran kecil itu terkesan dengan peningkatan pesanan yang drastis. Orang-orang datang dengan ramai-ramai, membawa teman dan keluarga untuk mencoba hidangan khas Ariel.

"Wow! Saya belum pernah memakan makanan selezat ini sebelumnya!" kata seorang pelanggan yang terkesan.

"Apa rahasianya, Ariel? Kok makananmu begitu istimewa?" tanya seorang pelanggan penasaran.

Ariel tersenyum bangga. "Rahasia makanan istimewa kami terletak pada bahan-bahan bermutu tinggi yang kami gunakan, serta resep yang kami kembangkan sendiri secara eksklusif. Kami sangat berhati-hati dalam memilih bahan-bahan segar dan mengutamakan kualitas setiap hidangan yang kami sajikan kepada pelanggan kami."

Pelanggan pun semakin penasaran dan memuji kreativitas Ariel dalam mengolah bahan-bahan menjadi hidangan yang istimewa dan unik. Setiap hidangan memiliki sentuhan khas yang membuat pelanggan terkesan dan ingin mencoba lagi.

"Selain itu, kami juga selalu mengutamakan pelayanan yang ramah dan cepat. Kami ingin setiap pelanggan merasa nyaman dan senang saat berada di restoran kami," tambah Ariel.

Tak hanya itu, Ariel juga tidak ragu mencoba hal-hal baru dan berinovasi dalam menciptakan menu restoran. Ia senang bereksperimen dengan bahan-bahan baru, teknik memasak yang berbeda, serta menyajikan kombinasi rasa yang tak terduga.

Hal ini membuat pelanggan semakin penasaran dan ingin mencoba semua hidangan unik yang Ariel tawarkan. Mereka pun terus membagikan pengalaman mereka kepada teman dan keluarga, sehingga membuat restoran Ariel semakin terkenal.

[Ding!][Memuaskan para pelanggan]

[+300 poin] [Total : 600 poin]

Ariel memeriksa bahan-bahan di dapur dan melihat ada beberapa bahan yang sudah mau habis.

"Ayah, Bunda, Ariel pergi dulu ya!" teriak Ariel sambil pamit pergi untuk belanja.

Setiba di pasar, Ariel melihat seorang kakek-kakek berteriak minta tolong.

"Tolong! Cucu saya baru saja diculik!" teriak kakek-kakek tersebut.

Bersambung.

2

[Ding!][Memuaskan para pelanggan]

[+300 poin] [Total : 600 poin]

Ariel memeriksa bahan-bahan di dapur dan melihat ada beberapa bahan yang sudah mau habis.

"Ayah, Bunda, Ariel pergi dulu ya!" teriak Ariel sambil pamit pergi untuk belanja.

Setiba di pasar, Ariel melihat seorang kakek-kakek berteriak minta tolong.

"Tolong! Cucu saya diculik!" teriak kakek tersebut.

"Kakek, cepat hubungi polisi! Saya akan mengejar mereka agar tak kehilangan jejaknya!" ujar Ariel bergegas pergi, mengikuti arah penculik itu pergi.

[Ding!] [Keahlian mengemudi digunakan]

[-5 poin] [ Sisa : 595 poin]

"Bos, ada seorang bocah mengejar kita!" ujar penculik yang duduk di belakang.

"Tenang saja, dia tidak akan bisa mengejar kita," jawab si penculik yang mengemudi motor.

"Bos, dia semakin mendekat!" ujar penculik yang duduk di belakang.

Penculik itu semakin mempercepat motornya, namun Ariel tetap berusaha untuk mengejarnya. Dalam kecepatan tinggi, Ariel berusaha berpikir taktik yang tepat untuk bisa menangkap penculik tersebut. Tiba-tiba, Ariel melihat sesuatu yang bisa dijadikan untuk lompatan motornya.

Kedua penculik itu terlihat terkejut melihat motor Ariel terbang melompati mereka. Motor penculik itu jadi kehilangan kendali dan akhirnya menabrak trotoar pinggir jalan.

Ketika salah satu penculik itu terpental, terlempar dari motor bersama gadis yang ia culik, Ariel segera melompat untuk menangkap gadis itu.

"Aku akan menangkapmu!" teriak Ariel seraya melompat dan berhasil gadis itu.

[Kelincahan telah digunakan] [-5 Poin] [590 poin]

[Luka telah dipulihkan] [-poin] [Sisa : 580 poin]

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ariel pada gadis kecil tersebut.

Gadis kecil itu tidak menjawab, namun matanya penuh dengan rasa terima kasih. Ariel merasa lega melihat gadis itu tidak terluka parah. Sementara kedua penculik itu, Ariel segera mengikatnya agar mereka tidak kabur dan ia segera menghubungi polisi untuk melaporkan kejadian tersebut sambil menjaga gadis kecil itu.

[Ding!] [Berhasil mengalahkan penjahat]

[+100 poin] [Total : 680]

Ketika polisi tiba, Ariel memberikan keterangan mengenai pengejaran dan penculikan yang terjadi.

Kemudian, Ariel kembali ke pasar untuk mengambil barang belanjaannya setelah menyerahkan urusan penculik dan gadis itu kepada pihak polisi.

Keesokan harinya, Ariel mengantarkan motor yang ia pinjam dari dalam keadaan sudah rusak.

"Tidak! Motorku!" teriak Bang Jo, pemilik motor yang Ariel pinjam. Ia terkejut melihat motor kesayangan miliknya rusak parah.

"Nanti saya bawa ke bengkel," kata Ariel, merasa harus tanggung jawab setelah merusak motornya.

"Kau pasti kebut-kebutan di jalan dan akhirnya mengalami kecelakaan," tuduh Bang Jo. "Ini mustahil bisa diperbaiki lagi!"

"Saya memang kebut-kebutan, tapi untuk menolong seseorang," jawab Ariel.

"Tidak usah berbohong!" kata Bang Jo. "Kau hanya alasan saja agar tidak disalahkan."

"Dia tidak berbohong," sela seseorang yang tiba-tiba datang ke tempat mereka.

Ariel tampak mengenal orang tersebut dan ternyata ia kakek-kakek yang ditemuinya di pasar kemarin.

"Kakek, kenapa Anda ke sini?" tanya Ariel terkejut.

"Tentu saja untuk berterima kasih padamu karena kamu sudah menyelamatkan cucu saya, Rina," jawab Kakek tersebut dengan senyuman hangat. "Segera setelah polisi membawa Rina kembali, dia langsung menceritakan semua yang terjadi. Aku sangat berterima kasih padamu, Ariel."

"Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan," jawab Ariel sambil tersenyum malu.

"Kamu lebih dari itu," kata Kakek. "Kamu telah menunjukkan keberanian dan kepedulian yang luar biasa. Kamu telah membuktikan bahwa usia bukanlah batasan untuk membantu orang lain."

"Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa bantuan Kakek," kata Ariel.

"Kau yang telah menemukan keberanianmu sendiri, Ariel. Saya hanya memberikan dorongan," kata Kakek itu dengan bangga.

Bang Jo, yang mendengarkan percakapan mereka, merasa malu dan menyesal atas tuduhannya sebelumnya.

"Aku minta maaf, Ariel," kata Bang Jo dengan penuh penyesalan. "Kamu telah menunjukkan bahwa aku salah memahamimu."

Ariel tersenyum dan mengangguk. Dia belajar bahwa tindakan baik tidak perlu dibuktikan, tapi cukup membantu orang lain dengan tulus dan ikhlas.

"Omong-omong, saya lupa memperkenalkan diri. Nama saya Rudi Hermanto, dan saya ingin mengundangmu untuk datang ke kediamanku," kata Kakek Rudi sambil tersenyum ramah pada Ariel.

"Apa? Mengundangku?" tanya Ariel terkejut.

"Iya, Rina sangat ingin bertemu lagi denganmu dan mengucapkan terima kasih secara langsung," jelas Kakek Rudi.

"Aku sangat senang menerima undanganmu, Kakek Rudi. Terima kasih banyak," balas Ariel dengan antusias.

"Rudi Hermanto?" kata Bang Jo terkejut. "Bukannya itu nama orang terkaya di kota ini."

Kakek Rudi hanya tersenyum dan salah satu anak buahnya muncul menyerahkan sebuah kunci.

"Ini untuk mengganti motormu yang telah rusak," kata Kakek Rudi seraya menyerahkan kuncinya kepada Bang Jo.

Ternyata Bang Jo diberikan satu unit motor sport keluaran terbaru, yang harganya sangat mahal. Ia pun benar-benar terkejut dan tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya.

"Terima kasih, Kakek Rudi! Saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan hadiah sebesar ini," ucap Bang Jo sambil tersenyum lebar.

Kakek Rudi hanya mengangguk dan berkata, "Motormu sudah ikut berjasa dalam penyelamatan cucu saya kemarin."

Bang Jo sendiri adalah tetangganya Ariel yang kemarin meminjamkan motornya.

"Sebelum berangkat, apa Tuan Rudi ingin bertemu orang tua saya terlebih dahulu?" tanya Ariel.

Kakek Rudi tersenyum hangat. "Tentu, Ariel. Aku ingin mengucapkan terima kasih pada mereka juga, sehingga aku bisa memastikan bahwa mereka tahu betapa berharganya anak seperti kamu."

Ariel tersenyum lega. Dia merasa senang dapat memperkenalkan Kakek Rudi kepada orang tuanya yang selalu mendukungnya.

Kemudian, Ariel datang ke rumahnya dengan Kakek Rudi. Rasa gugup campur bahagia terlihat di wajahnya ketika Kakek Rudi mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya dan menceritakan keberanian dan kebaikan yang telah ditunjukkan oleh Ariel. Kakek Rudi juga berjanji untuk memberi hadiah, yaitu tempat baru untuk mereka berjualan.

Kedua orang tua Ariel merasa bangga dan terharu. Mereka mengucapkan terima kasih pada Kakek Rudi atas hadiahnya yang melimpah, tetapi Kakek Rudi hanya menjawab, "Ariel pantas mendapatkannya. Dia adalah orang yang istimewa."

Setelah memperkenalkan Kakek Rudi pada orang tuanya, barulah Ariel berangkat ke kediaman Rina.

"Anda memiliki banyak pengawal, kenapa bisa terjadi hal seperti kemarin?" tanya Ariel ketika mereka dalam perjalanan.

"Ada banyak lalat di antara para pengawal," jawab Tuan Rudi, menyinggung soal penyusup.

Kakek Rudi segera menceritakan bahwa kedua orang penculik kemarin itu adalah orang yang menyamar menjadi pengawal. Ketika diintrogasi oleh pihak polisi, mereka tidak mau mengakui apa motif mereka dan siapa yang memerintahkan mereka untuk menculik Rina. Namun, setelah melalui penyelidikan lebih lanjut, polisi menemukan bahwa ada keterlibatan seseorang dari dalam keluarga Hermanto yang menjadi dalang di balik penculikan tersebut.

"Kami sudah mengorek informasi dari mereka, dan ternyata ada seseorang yang membayar mereka untuk menculik cucuku, Rina," ungkap Kakek Rudi dengan nada serius.

"Apa? Siapa orang itu? Dan kenapa dia mau menculik cucumu, Rina?" tanya Ariel heran.

"Polisi masih terus menyelidiki dan belum mendapatkan semua jawaban," kata Kakek Rudi.

Kemudian, Kakek Rudi meminta agar Ariel menjadi pengawal pribadi cucunya untuk sementara.

"Baiklah," jawab Ariel setuju.

Ariel merasa kekuatan sistem miliknya akan berguna dan akan sangat bagus jika bisa menjalin hubungan dengan orang penting seperti keluarga Hermanto.

Sesampainya di kediaman Hermanto, Ariel disambut oleh Rina, gadis berumur 9 tahun, yang langsung memeluknya ketika ia baru saja turun dari mobil.

"Kak Ariel!" panggil Rina yang sangat senang bertemu dengan penyelamatnya. "Maaf, kemarin aku terlalu takut untuk bicara denganmu."

"Jangan khawatir, mulai sekarang aku dan kakekmu akan melindungimu dengan baik," kata Ariel sambil memeluk Rina dengan erat.

Hari itu, ketika semuanya selesai menceritakan kejadian penculikan Rina kepada Pak Erik Hermanto, ayahnya Rina, suasana di ruang keluarga terasa sangat tegang. Semua anggota keluarga tidak bisa membayangkan siapa dalang di balik semua ini.

Selama ini, keluarga Hermanto dianggap sebagai keluarga yang sukses dan begitu dihormati, membuat mereka sulit percaya bahwa dalangnya ada di antara mereka sendiri.

"Kita harus mencari tahu siapa dalang yang melakukan penculikan ini," kata Kakek Rudi dengan sungguh-sungguh. "Polisi sedang menginvestigasi, tapi mungkin kita bisa melacak sendiri."

"Ayah, apa kamu yakin bocah sekolahan ini dapat melindungi Rina saat keluar rumah?" tanya Pak Erik meremehkan Ariel.

Tak lama kemudian, tampak Ariel akan berhadapan dengan beberapa pengawal yang ditunjuk untuk menguji kemampuannya dalam melindungi Rina. Dengan tenang, Ariel menyambut tantangan tersebut.

"Saya yakin bisa melindungi Rina dengan baik," jawab Ariel tanpa ragu.

'Saya memiliki kekuatan dari sistem dan saya pasti bisa memenangkan pertarungan ini.'

Pak Erik memandangnya ragu, namun Kakek Rudi memberikan dukungan. "Ariel adalah cucuku yang pemberani dan bertanggung jawab. Saya yakin dia akan melindungi Rina dengan sebaik-baiknya."

Ariel mulai menunjukkan kemampuannya dalam bertarung. Dalam beberapa gerakan yang cepat dan gesit, Ariel berhasil menangkis serangan-serangan pengawal itu. Meskipun mereka lebih banyak jumlahnya, Ariel dapat mengalahkan mereka satu per satu dengan kecerdikan dan kekuatan fisiknya.

[Ding!] [Keahlian bela diri digunakan] [-5 poin]

[Ding!] [Menambah kekuatan pukulan] [-5 poin]

[Ding!] [Memperkuat kekuatan fisik] [-5 poin]

[Ding!] [Menambah kelincahan] [-5 poin]

[Selamat, semua musuh telah berhasil dikalahkan]

[Sisa 660 poin + 150 poin] [Total : 810 poin]

Pertempuran berakhir, para pengawal terkapar di tanah sambil mengeluh kesakitan. Pak Erik terlihat terkejut melihat kehebatan Ariel dalam bertarung.

"Kau ternyata lebih dari sekadar bocah sekolahan biasa," kata Pak Erik dengan muka terkejut. "Maafkan keraguan saya sebelumnya. Kamu memang pantas dipercaya untuk melindungi Rina."

Ariel hanya tersenyum sambil memberikan senyuman kecil kepada Rina yang menatapnya dengan kagum. Mereka sadar bahwa mereka harus bersatu dan saling mendukung untuk mencari tahu dalang penculikan Rina.

Bersambung.

3

Ariel terlihat pergi ke perpustakaan sekolahnya ketika memasuki jam istirahat. Ia ingin menghindari kecurigaan dari semua orang tentang perubahannya yang besar setelah memiliki sistem.

"Aku tidak mungkin menjelaskan bahwa aku punya sistem," pikir Ariel.

Begitu tiba di perpustakaan, ia mendapati sebuah pemandangan yang sangat mengejutkan.

"Jangan lihat ke sini, aku sedang ganti baju!" ujar seorang siswi dengan panik.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu," balas Ariel sambil cepat-cepat berjalan ke sudut perpustakaan yang lebih tersembunyi.

Tapi, siswi itu tetap melempar Ariel menggunakan buku yang ia raih dari rak di dekatnya.

"A-apa kau harus bertindak sejauh itu?" keluh Ariel dengan kesal, kepalanya terluka terkena oleh lemparan buku tersebut.

Tepat saat itu, seorang guru perpustakaan sedang melintas dan melihat kejadian tersebut.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya guru perpustakaan dengan nada tegas.

"Aku melihat siswi ini sedang ganti baju, tapi aku tidak sengaja melihatnya. Aku sudah mengalihkan pandanganku dan berusaha pergi ketika dia melempar buku ke arahku," jelas Ariel, sambil menunjuk siswi yang saat itu telah mengenakan seragam sekolahnya.

Guru bernama Wulan itu pun melihat keadaan dan berbalik kepada siswi di belakangnya. "Ini adalah perpustakaan, tempat yang seharusnya menciptakan rasa aman dan nyaman bagi semua pengunjungnya. Mengganti baju di sini bukanlah tindakan yang pantas dilakukan. Kau harus menjaga etika dan privasi di tempat umum."

Siswi itu pun merasa malu dan menunduk, menyadari kesalahannya.

"Maaf, Bu. Saya tidak akan mengulanginya lagi," kata siswi tersebut dengan suara lirih.

Guru Wulan berbalik kepada Ariel, yang masih menahan kepalanya yang tadi terkena lemparan buku.

"Kau juga harus minta maaf kepadanya," kata Ibu Guru Wulan.

"Maafkan tingkah lakuku tadi," ucap Ariel dengan kesal.

[Ding!] [Rasa sakit telah dihilangkan] [-10 poin]

"Astaga! Hanya seperti itu saja mengambil poinku!" keluh hati Ariel makin kesal.

Ariel pun memutuskan untuk fokus mencari buku yang ia butuhkan dan menghindari kontak mata dengan siapa pun yang ada di perpustakaan. Ia mengambil buku dan mencari tempat duduk yang terpencil di balik rak-rak buku yang tinggi.

Setelah menemukan tempat duduk yang aman, Ariel mulai membaca buku yang ia bawa. Di dalam perpustakaan yang sunyi, ia merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia fokus pada buku yang ia baca, mencoba untuk mengabaikan keraguan dan kecurigaan yang masih terlintas di pikirannya.

[Ding!] [Selesai membaca satu buku] [+20 poin]

Ariel mulai melupakan kejadian tadi dan poinnya sekarang telah bertambah jadi 820 poin.

Namun, siswi tadi tiba-tiba duduk di sebelah Ariel dan mengatakan ingin meminta maaf lagi.

"Maaf, tapi aku merasa perlu untuk meminta maaf sekali lagi. Tingkah lakuku tadi benar-benar tidak pantas," ucap siswi tersebut dengan serius.

Ariel menurunkan bukunya dan melihat siswi itu dengan sadar. "Baik, aku menghargai permintaan maafmu. Tapi tolong, biarkan aku fokus membaca. Aku ingin menikmati ketenangan di sini."

Siswi itu mengangguk dan pergi dari tempat duduk Ariel. Ariel memperhatikan sekelilingnya, memastikan tidak ada gangguan lain yang akan datang ke tempatnya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan lagi terbawa emosi dan akan tetap menjaga etika di perpustakaan.

Ariel melanjutkan membaca bukunya dengan lebih semangat. Ia merasa senang karena kejadian tadi tidak mengganggu kesendirian dan ketenangannya di perpustakaan. Ia semakin terpaku pada cerita dalam buku yang ia baca, dan poinnya pun terus bertambah.

Setelah beberapa waktu, Ariel selesai membaca bukunya yang kedua dan poinnya kini bertambah jadi 840. Ia merasa puas dengan pencapaian itu dan memutuskan akan mencari buku lain untuk dibaca. Tapi kali ini, ia akan tetap menjaga etika dan menghargai privasi pengunjung lain di perpustakaan.

Siswi tadi bernama Bunga, dan diam-diam ia memperhatikan Ariel dari kejauhan. Ia merasa malu dengan tingkah lakunya yang tadi dan masih merasa tidak enak padanya. Bunga menyadari bahwa ia harus belajar mengendalikan emosinya agar tidak mengganggu orang lain, terutama di tempat yang seharusnya tenang seperti perpustakaan.

[Ding!] [Nilai pesona Anda telah bertambah]

Ariel tidak tahu maksud dari pemberitahuan barusan itu apa, tapi gadis tadi terlihat malu-malu sendiri setelah cukup lama memperhatikan Ariel.

"Aku tidak tahu kalau Ariel ternyata cukup imut," pikir Bunga sambil tersenyum kecil.

Ariel segera kembali ke kelas dan di kelas terlihat seorang siswa bernama Kevin, sedang membagikan hadiah kepada seluruh murid dalam kelas.

"Ini semua adalah oleh-oleh yang aku bawa untuk kalian setelah berlibur ke pulau Bali," kata Kevin.

"Aku tidak mau hadiah darimu!" tolak Mia setelah melihat Kevin tak memberikan apapun pada Ariel.

Kevin terkejut dengan penolakan Mia. "Kenapa kamu tidak mau, Mia? Ini adalah pakaian batik khas Bali yang aku beli khusus untukmu," kata Kevin dengan kecewa.

Mia menghela napas. "Aku tahu itu pakaian batik khas Bali, tapi apa yang kamu pikirkan sebelumnya? Mengapa kamu memilih memberikan hadiah pada semua orang kecuali Ariel?"

Mia segera meninggalkan Kevin dan berjalan ke arah Ariel yang baru saja duduk di bangkunya.

"Apa yang terjadi ketika aku tak ada?" tanya Kevin pada Dimas.

Dimas pun segera menceritakan soal Ariel yang tiba-tiba berubah menjadi pintar, dan Mia semakin menempel padanya.

Kevin merasa bingung setelah mendengar cerita dari Dimas. Ia merasa curiga dengan perubahan mendadak Ariel dan memutuskan untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

Sepulang sekolah, Kevin, Dimas, dan beberapa murid pengikut mereka segera berkumpul.

"Ayo kita beri pelajaran bocah itu," kata Kevin pada Dimas dan lainnya.

Mereka pun mencegat Ariel di jalanan sepi dan berniat untuk mengeroyoknya.

"Apa-apaan ini?" tanya Ariel, masih terlihat santai meskipun sudah terkepung.

"Hey Ariel, kami di sini untuk memperingati kamu agar menjauh dari Mia," ujar Dimas.

Ariel hanya tersenyum dan tidak terlihat terganggu oleh ancaman tersebut. "Apa masalahmu dengan Mia? Kenapa kalian begitu cemburu padaku?" tanya Ariel dengan tenang.

Kevin, Dimas, dan murid-murid lainnya semakin tertarik dengan sikap Ariel yang seakan tidak memedulikan mereka. Mereka merasa frustrasi dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Ariel tiba-tiba melempar tas miliknya ke arah Dimas dan Dimas langsung menangkap tas tersebut. Namun, Ariel segera melompat dan mendaratkan tendangan di perut Dimas. Dimas pun tumbang.

"Kalau kalian tidak mau maju duluan, biar aku saja yang maju!" kata Ariel menantang Kevin dan lainnya.

Kevin dan murid-murid lainnya terlihat cukup terkejut dengan keberanian Ariel. Mereka merasa dilecehkan oleh sikap Ariel yang tidak memedulikan ancaman mereka, dan keberaniannya untuk menyerang Dimas membuat mereka semakin emosi.

Tanpa ragu, Kevin dan beberapa murid pengikutnya langsung menyerang Ariel. Mereka mencoba menyusul aksi brutal Ariel dengan pukulan dan tendangan mereka sendiri. Namun, Ariel memiliki keterampilan bela diri yang cukup baik dan dengan mudah menghindari serangan-serangan mereka.

[Ding!] [Pukulan telah diperkuat] [-5 poin]

[Ding!] [tendangan telah diperkuat] [-5 poin]

[Ding!] [Kelincahan telah ditingkatkan] [-5 poin]

[Ding!] [Kecepatan telah ditingkatkan] [-5 poin]

Ariel melawan dengan kecepatan dan keahlian yang mengejutkan. Dia menendang dan memukul dengan presisi yang meyakinkan, membuat Kevin dan para pengikutnya merasakan rasa sakit hebat.

Setelah dikalahkan dalam pertarungan tersebut, Kevin dan teman-temannya menyadari bahwa mereka telah salah mencari masalah dengan Ariel.

Dengan penuh rasa malu, Kevin dan teman-temannya meminta maaf kepada Ariel, lalu memutuskan untuk tidak mengganggunya lagi.

"Ayo kita pergi," ajak Kevin kepada teman-temannya.

"Hey, apa kalian melupakan sesuatu?" ujar Ariel, membuat Kevin sedikit ketakutan.

"A-apa?" tanya Kevin dengan nada gemetar.

"Dia!" tunjuk Ariel pada Dimas yang masih tergeletak di tanah.

Kevin segera membantu Dimas untuk berdiri dan mengembalikan tas Ariel sebelum akhirnya pergi.

Dari saat kejadian tersebut, Ariel pasti tidak akan pernah dipandang sebelah mata lagi oleh Kevin dan murid-murid lainnya di sekolah.

[Ding!] [Berhasil mengalahkan murid-murid nakal]

[+100 poin] [Total : 900 poin]

"Kamu sungguh liar!" ujar seorang siswi bernama Luna, salah satu dari tujuh gadis tercantik di sekolah.

Ariel hanya berekspresi datar mendengar pujian dari Luna. "Terima kasih, Luna! Aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku tak bisa dianggap remeh. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu kehidupanku lagi," ucapnya dengan tegas.

Setelah Ariel pergi, Luna tampak sangat tertarik dengan dengan sikap Ariel yang tak acuh terhadap pujian tersebut. Dia merasa ada sesuatu yang tak biasa tentang siswa itu. Luna memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kehidupan Ariel.

"Luna, apa yang membuatmu tertarik dengan Ariel tiba-tiba?" tanya Mei Mei, temannya.

"Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikannya. Sikapnya yang datar saat mendapat pujian dariku, siswi tercantik nomor 2 di sekolah, membuatku penasaran. Aku ingin tahu lebih banyak tentang kehidupannya," jawab Luna dengan semangat.

Mei Mei mengangguk mengerti. "Aku akan mencoba mengumpulkan informasi untukmu. Tapi ingat, Luna, jangan sampai ketertarikanmu ini menyebabkan masalah baru. Kita tidak boleh mengganggu kehidupan pribadi orang lain tanpa alasan."

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!