NovelToon NovelToon

Melodi Kehidupan

Prolog

Di sudut kamar penuh cahaya ada seorang laki-laki bernama Shuugetsu, ia adalah seorang hikikomori berusia 18 tahun. yang menghabiskan hampir seluruh waktunya menonton anime, namun ia juga kadang meluangkan waktu untuk bekerja paruh waktu online, untuk mendapatkan uang walaupun ia melakukan hal itu untuk membeli merchandise dari anime favoritnya.

"Yuki kamu memang sangat luar biasa, kecantikan dan kehebatanmu tidak diragukan lagi." Shu tersenyum sendiri menatap layar komputernya.

Entah kenapa tapi Shu selalu menonton film itu dari episode awal jika ada episode baru yang rilis. karena episodenya hanya tiap seminggu sekali, jadi Shu berpikir menonton dari awal agar tidak lupa dengan alur ceritanya.

Saat itu Shu sedang serius menonton anime berjudul "Beyond Starlight" matanya berbinar-binar menatap sang karakter utama bernama Yuki seorang putri yang dikenal akan kebijaksanaan serta kebaikannya bersama dengan pelayan setianya yang selalu menemani bernama Hana.

"Yuki jika saja kau berada di dunia nyata, aku pasti akan menikahimu." Shu menutupi wajahnya yang menjadi merah.

Tiba-tiba sebuah cahaya menyilaukan muncul entah darimana, seorang gadis dengan rambut hitam dan mata cokelat serta memakai perlengkapan penyihir.

"Namaku adalah Lucy seorang penyihir Agung yang akan mengabulkan semua permintaanmu." ucap orang asing itu yang menyebut dirinya penyihir

Untuk bebrapa alasan ketika Shu melihatnya ia memutuskan untuk tidak menghiraukan dan berpikir bahwa ia sedang berhalusinasi karena terlalu sering menatap layar komputernya.

"Sepertinya aku sudah terlalu mengantuk, karena melihat hal yang tidak mungkin. setelah episode ini aku akan langsung tidur." Shu menatap jam dinding yang mengarah pukul dua pagi.

"Minta maaflah kepadaku wahai manusia, maka aku akan dengan senang hati mengampuni nyawamu." Lucy tertawa dengan nada sombong.

Tapi Shu tidak menatapnya bahkan menoleh, ia hanya fokus pada anime yang sedang ia lihat dari layar komputer.

"Beraninya kau mengabaikanku, penyihir yang hebat ini." Lucy menjadi sangat marah berteriak pada Shu.

Menyadari bahwa yang dilihatnya bukan khayalan, Shu menjadi panik ketakutan mencari cara serta waktu yang tepat untuk keluar dari kamarnya. Dengan secepat kilat ia berlari ke kamar orang tuanya.

"Mama, Papa ada.. ada.. ada hantu di kamarku, aku pikir itu imajinasiku namun ia berbicara padaku." Shu berkata sambil mengatur nafas.

"Shu... tidak bisakah kau melihat jam berapa sekarang?" Charlotte berusaha untuk terjaga.

"Jangan bilang kau begadang hanya untuk menonton anime bodoh itu." kata Yukihiro yang merasa terganggu.

"Mungkin aku memang begadang untuk menonton anime, tapi itu bukan anime bodoh. itu cerita tentang persahabatan." Shu terlihat marah ketika papa nya menghina anime favoritnya.

"Jika kau masih menonton anime itu sampai larut, jangan salahkan papa ketika menyita komputermu." Yukihiro menatap Shu yang sepertinya terlihat tidak peduli.

"Tujuanku ke sini bukan untuk mengatakan tentang anime, tapi sesuatu yang lain." Shu menggaruk kepalanya karena gugup.

"Kalau begitu katakan apa alasanmu membangunkan kami di tengah malam seperti ini? papa harap itu adalah hal yang penting." ucap Yukihiro menunggu penjelasan dari Shu.

"Tadi ketika aku berada di dalam kamar sedang menonton anime, tiba-tiba ada sesuatu di belakangku tapi kupikir itu ilusi. namun ia berbicara dan membuat aku kaget dan terkejut." jelas Shu.

"Mungkin kau hanya berhalusinasi karena terlalu sering menonton film horor dan thriller." Charlotte berkata sambil mengusap mata dan menguap lalu menatap Shu dengan ketidakpercayaan.

"Aku yakin bahwa aku jarang nonton film horor dan thriller," Shu menatap orang tuanya Sambil mencoba untuk meyakinkan mereka

Ditengah percakapan bersama orang tuanya, Lucy tiba-tiba berdiri di belakang Shu, orang tua Shu yang awalnya tidak mempercayai anaknya menjadi panik.

"Shu apa itu hantu yang kau bicarakan, dia berada di..." Charlotte menunjuk ke arah belakang Shu.

Merasa kebingungan Shu menatap kedua orang tuanya dengan wajah bingung karena secara teknis ia belum mengatakan secara rinci tentang hantu tersebut,

"Kenapa wajah kalian pucat padahal aku hanya memberitahu soal han.." kata-katanya terhenti ketika ia merasakan sosok itu berdiri belakangnya.

"Aku hanya ingin menyebarkan kebaikan ke mana aku pergi, tapi aku malah membuat orang takut dengan kehadiranku." Lucy berkata dengan wajah sedikit sedih.

"Kenapa kau tidak muncul dengan cara yang normal? bukankah itu tidak akan membuat orang terkejut?" Shu mencoba menenangkan Lucy.

Namun karena terlalu sedih Lucy hanya menundukkan kepala serta tidak menghiraukan perkataan Shu.

"Aku hanya ingin menjadi orang yang berguna, tapi selalu dianggap menyusahkan oleh orang-orang yang ingin aku bantu." Lucy yang merasa bersalah kemudian menangis.

Untuk beberapa alasan Shu merasa mungkin ia terlalu keras menanggapi kehadiran Lucy hingga marah-marah tidak jelas.

"Aku minta maaf karena mungkin aku terlalu berlebihan, aku akui bahwa aku hanya panik itu ketika melihatmu tiba-tiba muncul." Shu menyentuh bahu Lucy dengan lembut.

Mendengar perkataan Shu, Lucy pun kembali bersemangat, beberapa saat kemudian orang tua Shu memberikan ide agar mereka melanjutkan perbincangan di ruang tamu agar lebih leluasa.

"Sebaiknya kita membicarakan hal ini di tempat lain, karena mungkin ada banyak hal yang harus di ceritakan." usul Yukihiro.

Sementara itu Lucy hanya mengangguk menandakan baha ia menerima ide tersebut, tak lama kemudian Shu melihat ke arah orang tuanya yang sama-sama kebingungan, dengan perilaku dari Lucy.

Mereka pun berjalan melalui tangga menuju ke ruang tamu, dengan perasaan yang bercampur aduk antara ketakutan, kebingungan, kecemasan, dan rasa ingin tahu. Saat berada di ruang tamu Shu dengan wajah penasaran dan keingintahuan yang tinggi.

"Maaf aku belum memperkenalkan diriku secara formal, namaku adalah Lucy Smith, aku tinggal di menara di ujung taman." Lucy berdiri lalu membungkuk ketika memperkenalkan dirinya. "aku juga sebenarnya-"

"Namaku adalah Yukihiro Tsuki, dan aku adalah papa dari Shu." kata Yukihiro dengan sopan.

"Perkenalkan namaku adalah Charlotte Johnson, aku mama Shu, senang bertemu denganmu." ucap Charlotte sambil tersenyum.

"Kalau aku bernama Shuugetsu Shiro Tsuki," Shu tersenyum bangga.

Setelah beberapa saat keheningan Shu akhirnya mengangkat suaranya. "jadi Kenapa kamu datang ke rumahku, apa itu ada hubungannya dengan kegiatanku yang hanya menghabiskan waktu di depan monitor, padahal ada banyak orang di sini kenapa harus aku?" tanya Shu penasaran.

"Karena kau Shuugetsu adalah orang yang terpilih untuk menghiasi kisah ini, tujuanku adalah untuk memberikanmu istri anime seperti yang kau inginkan," Lucy terlihat sangat percaya dengan dirinya.

"Terpilih? apa itu?" Shu kebingungan sambil mengusap keningnya.

"Karena hatimu terluka akibat perasaan cintamu ditolak oleh orang yang kau sukai." Lucy merasa bahwa ia mengerti dengan apa yang di rasakan Shu.

Namun Shu hanya menatap dengan wajah datar dan tanpa ekspresi sama sekali karena seingatnya ia tidak pernah menyatakan perasaan kepada siapapun, bagaimana bisa ditolak.

Bab 01 : Menghadapi Realita yang Pahit

Untuk beberpa alasan tampaknya Shu tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Lucy, namun ia memilih untuk diam sementara waktu agar tidak membuat masalah.

"Agar hatimu tidak dikendalikan oleh kebencian, Aku tahu bagaimana rasanya. itu sangat amat menyakitkan," Lucy memegang tangan Shu dengan wajah penuh kekhawatiran.

"Kenapa kau berpikiran hal itu dan apa yang kau bicarakan karena aku bahkan tidak mengerti apapun yang kau katakan." Shu bertanya dengan wajah kebingungan

Wajah Lucy berubah menjadi datar mendengarnya tapi ia masih bersikeras berkata bahwa hari Shu sedang terluka, jadi ia akan dengan senang hati membantu. Padahal semua itu hanya ada di dalam imajinasi liar dari Lucy, karena secara teknis mereka tidak pernah bertemu, walau sepertinya Lucy merasa ia tahu segalanya tentang Shu.

"Aku tidak memiliki perasaan secara khusus kepada seseorang, aku hanya menyayangi diriku sendiri..." saat Shu ingin melanjutkan perkataannya Lucy menyela.

"jadi kau tipe orang yang egois ya?" Lucy menatap tajam kepada Shu.

"Itu kejam saat kau mengatakannya, Aku memiliki beberapa alasan ketika memilih untuk menyendiri dan menghabiskan waktu menonton anime," Shu tertawa sambil menggaruk kepalanya.

"jadi kau hanya wibu, yang hobinya menonton anime. apa kau tidak melakukan kegiatan lain?" Lucy merasa Shu hanyalah seorang wibu.

Sepertinya Shu tidak menyukai ketika Lucy memanggil dirinya wibu, karena ia juga membeli merchandise anime. dan juga kadang pergi ke festival yang berkaitan dengan anime.

Tapi jikalau mempeributkan hal tersebut hanya akan membuat jadi masalah menjadi ruwet, Shu memutuskan untuk tersenyum saja dan dibawa santai.

"aku juga bekerja walau itu hanya kerja paruh waktu di internet." Shu tertawa sambil berkedip pada Lucy.

"Bagaimana bisa kau bahagia hanya karena melihat gambar 2d yang datar," Lucy penasaran dengan selera Shu. "jadi apa alasannya dan bagaimana kau bisa mengabaikan orang yang ada di sekitarmu hanya untuk ilusi sementara?"

Entah kenapa tapi sepertinya Lucy yang merasa aneh dengan tingkah laku Shu, namun di sisi lain Shu terlihat begitu menikmati dan hanya tawa lalu mengambil foto Yuki dan Hana dari sakunya, sambil menatap dengan kekaguman. bagi Shu melihat foto karakter anime bisa membuat dirinya tenang sesaat, dan melupakan masalah yang ada.

Karena jika manusia mereka selalu ingin menang sendiri, atau hanya memikirkan tentang keegoisan mereka tanpa peduli dengan perasaan orang lain, bahkan mereka selalu berpikir bahwa semua yang mereka lakukan benar. Tanpa menyadari perbuatan mereka hanya pembenaran diri.

"Bukankah mereka luar biasa? melihat mereka saja membuat hati ku berdebar kencang." ekspresi Shu berubah menjadi berbinar-binar.

"Shu bagaimana jika aku mengabulkan permintaanmu, dimana aku bisa membuat istri animemu menjadi nyata." Lucy merubah ekspresinya menjadi serius dan penuh percaya diri

Keheningan mulai terasa dalam ruangan tersebut, orang tua Shu menunggu respon dari Shu yang mengejutkan.

"Itu sebenar nya ide yang bagus, maksudku aku tidak perlu menonton anime dan sebagainya. Tapi," Shu terdiam sambil melihat sekelilingnya.

"Tapi kenapa? apa ada masalah? bukankah kau berkata ingin menikahi karakter kedua karakter anime tersebut?" Lucy merasa bingung dengan kepribadian Shu yang berubah ubah.

"Karena Aku tidak mau, karena menurut pendapatku hubungan itu seharusnya berasal dari perasaan sementara perasaan dimulai dari pertemuan.. namun bukan pertemuan yang seperti ini" Shu dengan tegas menolak tawaran Lucy

"Apa kau yakin tidak akan menerima tawaran dariku? tapi jika kau berubah pikiran aku akan datang menemuimu," Lucy berdiri dari tempat duduknya.

Seketika Shu terdiam, ia memikirkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi jika ia menerima tawaran Lucy. tapi ia juga mengerti bahwa ilusi dan kenyataan adalah dua hal yang berbeda.

"Bukannya aku ingin membuatmu kecewa, tapi ada beberapa hal yang harus aku persiapkan. dan itu tentang cinta." Shu menatap Lucy sambil tersenyum. "jika aku mengerti, maka aku tidak harus mencari nya bukan. aku ingin merasakan cinta sejati."

"cinta ya? cinta seperti apa yang kau inginkan?" tanya Lucy penasaran. "baiklah jika itu keinginanmu, maka aku dengan senang hati menghargainya. untuk sekarang aku akan pergi." Lucy berkata lalu berdiri dan beranjak pergi dari sana.

Melihat Lucy yang pergi sebenarnya membuat Shu memikirkan banyak hal, yang tidak mungkin akan terjadi.

"Shu, mama tidak percaya bahwa kau menolak tawaran penyihir itu, padahal mungkin itu bisa memberimu pasangan." Sementara itu Charlotte merasa bangga pada anaknya

"Tentu saja mama, aku kan tidak mudah tergiur dengan hal-hal aneh seperti itu. walaupun aku suka anime tapi ada batasnya." Shu membusungkan dada dengan penuh percaya diri.

"Anak mama memang hebat, kau membuat mama bangga." Charlotte mengelus kepala Shu dengan lembut.

"Shu, kenapa kau tidak mencari pekerjaan di luar sana?" tanya Yukihiro penasaran.

Tapi Shu merasa bahwa selama ini ia dianggap hanya bermain serta bersantai, dalam hatinya ia ingin dihargai oleh orang tuanya. dengan segala pengetahuan yang Shu miliki, ia mencari cara agar bisa melalui percakapan yang menurutnya tidak berarti ini.

"Itu, karena aku tidak percaya dengan diriku, maksudku siapa yang akan berbicara dengan seorang otaku sepertiku?" Shu menundukkan kepalanya.

"Jika memang seperti itu kenapa tidak kau tinggalkan animemu itu, dan mulai kehidupan baru sambil menatap dunia luar?" Yukihiro terlihat meragukan perkataan Shu.

Tapi Shu hanya terdiam, karena ia juga bekerja walau hanya lewat internet. sejenak ia merasa tidak dihargai juga tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya.

"Apakah kau hanya berpura-pura mengatakan bahwa kau bekerja online, agar supaya kau tidak di suruh kembali ke sekolah atau pun bekerja?" Yukihiro terlihat sedikit marah kepada Shu.

"Aku tidak berbohong, aku benar-benar bekerja. itulah sebabnya aku jarang meminta uang jajan dari kalian." Shu mencoba meyakinkan Yukihiro .

"Bagaimana jika kita makan cemilan? mungkin itu bisa meredakan suasana canggung sekarang ini?" Charlotte pergi berlalu menuju dapur.

Sementara itu Shu dan Yukihiro hanya diam saja tanpa mengatakan satu patah kata pun. merasa tidak nyaman Shu mengambil remot televisi dan menyalakan televisi tersebut, yang tidak menyangka dengan apa yang akan dia lihat di televisi.

"Berita hari ini : Seorang otaku berusia 17 tahun berinisial EF menjadi pembunuh hanya karena teman-teman di sekolahnya menghina karakter favoritnya, dia bahkan melakukan hal yang sama yang menimpa karakter favorit nya kepada semua korban korban. Jika anda melihat orang ini berada di sekitar anda tolong infokan ke nomor xxxxx, terima kasih dan semoga terhibur dengan acara kami selanjutnya."

Seketika Shu menjadi terdiam mendengar hal itu, kenapa ada orang yang tega melakukan hal itu, hanya karena di hina. Apalagi nyawa manusia lebih tinggi di bandingkan dengan karakter 2d yang adalah rekaan belaka.

"Itulah yang papa maksud, menonton anime hanya akan membawa pengaruh negatif dalam kehidupanmu," Yukihiro melihat bahwa Shu tidak peduli.

Merasa sakit hati oleh perkataan Yukihiro, Shu memutuskan untuk memfokuskan dirinya pada film yang sedang di tayangkan. sambil merasa sedih dengan apa yang dialami, Shu terkadang membenci dirinya sendiri. karena ia menilai ia tidak sehebat adiknya jika masih hidup.

"Shu apa kau mendengar papa? atau mungkin kau lebih percaya kata anime favoritmu di bandingkan papamu sendiri?" Yukihiro menepuk bahu Shu namun tidak di respon.

"Lagi pula jika aku berkata sesuatu papa pasti tidak akan mendengar, jadi apa alasan untukku berdebat." Shu mengelus keningnya karena ia tidak yakin Yukihiro akan mendengarkan apa yang akan ia katakan.

Saat ingin berbicara Charlotte datang serta membawa beberapa camilan yang sepertinya lezat. tidak lupa juga ia membawakan beberapa jus, dengan alasan biasa bersantai dengan makan dan minum

namun ketika Shu ingin mencicipi kuenya ada beberapa hal yang selalu mengganggunya. Yukihiro melihat Shu yang mungkin tidak akan pernah mendapat pasangan berniat menatap sebuah foto di saku kantung nya. sementara itu percakapan antara Shu dan Charlotte masih bisa di katakan baik.

"Shu apakah kau mau mama suapin makan kue?" Charlotte menggoda dengan menyodorkan kue.

Respon dari Shu hanya menggeleng karena ia bukan anak kecil lagi, dan bisa melakukan apa saja sendirian. termasuk makan kue atau semacamnya.

Bab 02 : Mencari Jalan Sendiri

Karena keheningan yang tidak bisa dijelaskan, Yukihiro mulai bertanya beberapa hal yang mengganjal pikirannya.

"Shu, kau sudah tidak berangkat sekolah. apa kau tidak merindukan teman-temanmu?" tanya Yukihiro yang khawatir melihat keadaan anaknya.

Shu hanya menunduk sambil memikirkan apa yang akan dia katakan, dan bagaimana respon yang di berikan.

"Sebenarnya aku mengikuti kelas lewat online, jadi walaupun aku tidak pergi sekolah. aku masih terdaftar dalam sekolah tersebut." Shu khawatir bahwa papanya mungkin tidak akan mempercayai dirinya.

Karena merasa tidak punya bukti, Shu berdiri dan berjalan kembali menuju ke kamarnya. disana ia mencari dokumen yang pernah dikirim oleh pihak sekolah. dalam surat tersebut dinyatakan bahwa ia telah resmi lulus, dengan nilai yang lumayan bagus. yaitu tidak terlalu bagus namun tidak terlalu buruk juga alias rata-rata.

Setelah lama mencari akhirnya Shu menemukan surat itu, dan tidak lupa ia mengambil surat yang berisi bahwa ia telah resmi bekerja dengan penuh semangat Shu menuruni tangga ke ruang santai, disana orang tuanya sedang menunggu.

Sambil tersenyum percaya diri Shu meletakkan kedua surat tersebut ke atas meja, lalu duduk dengan santai. kadang-kadang ia melirik ke arah orang tuanya ingin melihat reaksi yang mereka berikan.

"Tidak mungkin... bagaimana bisa kau melakukannya?" Yukihiro tidak mempercayai surat yang diberikan, namun dilihat dari capnya itu benar-benar asli.

"Sudah aku bilang, aku tidak hanya menghabiskan menonton anime. mungkin lebih banyak menonton anime, tapi aku bekerja dan sekolah juga." Shu berbicara sambil menatap jari-jarinya.

"Sepertinya papa sudah melakukan kesalahan, dengan tidak mempercayaimu." Yukihiro tertunduk dan merasa bersalah telah menuduh anaknya tanpa bukti yang jelas.

Tapi Shu dengan lapang dada mengampuni Yukihiro, karena itu semua juga berkat orang tuanya yang selalu mendukung dirinya. Tiba-tiba ekspresi Yukihiro berubah ketika ia mengeluarkan sebuah foto dari sakunya,

"Shu, aku minta maaf harus mengatakan hal ini sekarang. sebenarnya kau telah dijodohkan dengan anak dari kenalan papa di tempat kerja." Yukihiro meletakkan foto itu diatas meja.

"Kenapa kau tidak memberitahu terlebih dahulu? diskusi atau semacamnya, kau tidak bisa memaksakan pilihan mu begitu saja." Charlotte terlihat sangat marah,

Namun Yukihiro hanya terdiam sejenak, ia mengerti bahwa apa yang ia lakukan itu salah tapi ia juga tidak tahu bagaimana bisa mengatakan hal tersebut, karena itu juga sulit baginya.

"Namanya adalah Azrael dan ia akan datang berkunjung sebentar lagi, jadi aku harap kau mengerti Shu." Yukihiro menatap dengan ekspresi penuh harap agar Shu mau mengerti keadaannya.

"Aku akan menunggu di kamarku, panggil jika dia sudah datang." Shu berdiri dan melangkah menuju ke kamarnya.

"Apa itu berarti kau akan menerimanya?" ucap Yukihiro yang sepertinya tidak didengar oleh Shu.

Ketika berada di kamar, Shu menatap sekeliling kamarnya. ia lalu mengambil tas punggung serta satu koper. di dalam tas ia letakkan semua action figur anime yang telah dia beli ketika mengunjungi festival anime yang dilakukan setiap tahun di kotanya.

sementara didalam koper ia letakkan semua novel dan komik yang pernah ia beli, ketika menuju jendela untuk pergi dari rumah Shu teringat dengan komputer yang sering ia pakai untuk bekerja.

"untung lah ini adalah laptop yang bisa dibawa kemana saja, jika tidak akan berakhir dengan sangat buruk." Shu mengambil laptop itu dan meletakkan nya ke dalam tas punggung.

Namun kelihatannya laptop itu tidak muat, karena tas itu sudah terlalu penuh dengan action figur, jadi ia mengambil sebuah tas yang dipakai untuk meletakkan laptop.

Sekarang saat yang merepotkan yaitu mengeluarkan koper serta tas tanpa diketahui oleh orang tuanya, tiba-tiba ia merasakan sepertinya calon tunangannya akan segera datang.

Dengan panik Shu melihat ke arah jendela, lalu membukanya dengan sangat pelan sehingga suaranya tidak akan di dengar sampai lantai bawah.

Akhirnya Shu terpikir ide untuk menggunakan kain dan menurunkan barang-barangnya, dengan penuh hati-hati ia mengikat kopernya dan mengeluarkan lewat jendela.

Berharap bahwa orang tuanya tidak menyadari bahwa ia sedang berusaha pergi dari sana, setelah kopernya berhasil sampai ke bawah. Kini tiba waktunya Shu yang melewati jendela, walau hampir ketahuan. tapi ia berhasil turun dengan selamat, beberapa saat kemudian bunyi klakson menandakan bahwa calonnya sudah sampai.

Yukihiro langsung menuju ke kamar namun ternyata telah dikunci dari dalam kamar, sementara Shu berlari menuju ke sebuah taman.

"Sepertinya ada yang aku lewati, apa itu?" Shu mencoba mengingat barang yang tidak sempat ia bawa.

Seketika ia teringat itu adalah ponselnya, namun sudah tidak mungkin untuk kembali lagi. karena ia meletakkannya di meja santai yang berarti itu sangat beresiko tinggi jika harus kembali.

Shu menatap langit yang sangat indah, sinar rembulan menyinari wajahnya seakan-akan memberi semangat kepada dirinya, ia pun terlena dalam keajaiban alam yang sangat indah.

Ketika sedang sunyi, suara tetesan air mancur menjadi sebuah musik yang indah terdengar begitu menenangkan. namun ketika Shu memejamkan matanya, tiba-tiba Lucy datang entah darimana.

"Boo..." teriak Lucy di depan wajah Shu.

Sontak hal itu membuat Shu menjadi kaget dan terkejut namun ia juga merasa kesal dengan perilaku Lucy yang tidak ia sukai.

"Kenapa kau mengagetkan aku? apa maksudmu? apa jangan jangan kau sengaja melakukannya?" Shu terlihat tidak tertarik dengan lelucon Lucy karena dianggap mengganggu saja.

"Shu, kau itu mau pindahan kah? kenapa kau membawa banyak barang?" tanya Lucy penasaran.

"Aku kabur dari rumah, puas kah kau?" Shu melanjutkan ketenangan yang ia rasakan.

"Kenapa kau mau pindah? apa kau tidak suka suasana dalam rumah?" Lucy duduk di samping Shu untuk mendengar lebih banyak hal.

"Papa menjodohkan aku dengan seseorang yang tidak aku kenal, itulah sebabnya aku memilih untuk pergi dari rumah." Shu menghela nafas tidak mempercayai fakta mengenai Yukihiro yang hanya ingin menekankan pendapat terhadap dirinya.

Lucy menepuk pundak Shu, yang sepertinya ia paham dengan apa yang dialami oleh Shu. dengan sombong ia berdiri dan menawarkan bantuannya lagi.

"Nika kau membawa seorang atau mungkin dua orang calon istri, aku yakin bahwa papamu tidak akan menyuruh kau untuk menikah." Lucy mengeluarkan foto dari Yuki dan Hana dari kisah 'Beyond Starlight'

"sudah aku beritahu beberapa kali kalau aku tidak mau dijodohkan seperti ini, jangan bilang bahwa kau sama saja dengan orang tuaku yang semena-mena." Shu berdiri dan membawa semua barang-barangnya dan meninggalkan Lucy berdiri di sana sendirian.

"Beraninya kau mengabaikanku seorang penyihir Agung, untuk kedua kalinya." Lucy berdiri di belakang Shu menunggu respon.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!