Dua orang gadis cantik bersahabat sejak mereka sekolah dasar dan kini mereka berdua lulus sekolah menengah atas bersama teman-temannya, ke dua gadis itu bernama Clara dan Ririn.
"Cla kamu rencana mau lulus mau kemana?" Tanya Ririn sambil menatap ke arah sahabatnya.
"Aku ikut orang tuaku dan rencananya kami pergi ke luar kota sekalian Aku kuliah di sana." Jawab Clara menjelaskan.
"Wah enak donk, Aku tinggal di desa dan dijodohkan oleh orang tuaku." Keluh Ririn dengan wajah cemberut.
"Sabar ya. Semoga saja pernikahanmu bahagia dan langgeng." Ucap Clara dengan nada tulus.
"Padahal Aku juga ingin kuliah tapi sayang orang tuaku sangat miskin." Keluh Ririn yang tidak memperdulikan ucapan sahabatnya.
"Bagaimana jika kamu sudah menikah, minta suamimu membayarkan kuliah." Usul Clara yang bingung mau mengatakan apa karena dirinya tahu sifat sahabatnya yang sering mengeluh.
Tidak semua orang mau berteman dengan Ririn karena sering mengeluh hanya Clara lah yang mau berteman dengannya tanpa tahu kalau pada akhirnya sahabatlah yang akan menghancurkan kehidupannya dan juga anaknya di masa depan.
"Semoga saja mau. Oh ya kapan berangkat?" Tanya Ririn mengalihkan pembicaraan.
"Besok pagi kami sekeluarga berangkat ke kota ." jawab Clara.
"Apa??? Kenapa mendadak?" Tanya Ririn dengan wajah kesal.
"Maaf, Ayahku di suruh pindah ke kantor pusat karena salah satu pegawai yang di pusat ada yang pensiun jadi ayahku di suruh menggantikannya. Aku saja di kasih tahu tadi pagi sama ibuku." Jawab Clara tidak enak hati.
"Ya sudahlah, Aku mau pulang saja." Ucap Ririn dengan wajah di tekuk.
'Si*l, kenapa Clara selalu beruntung? Pintar dan cantik di tambah kaya. Dunia tidak adil padaku.' Sambung Ririn dalam hati.
"Maaf ya Rin, Aku juga mau pulang mau beresin barang-barangku." Ucap Clara merasa bersalah padahal Clara sama sekali tidak merasa salah.
Ririn hanya diam tapi dalam hatinya mengeluarkan sumpah serapah pada Clara karena hatinya dipenuhi rasa iri hati karena Clara hidup bahagia sedangkan dirinya tidak. Tidak berapa lama mobil jemputan Clara datang.
"Rin, maaf Aku tidak bisa mengantar kamu pulang karena Aku di suruh orang tuaku di suruh pulang cepat. Sekali lagi maaf ya." Ucap Clara sambil berlari ke arah mobil jemputan.
"Huh... Nyebelin banget jadi orang selalu beruntung sebel... sebel..." Ucap Ririn dengan wajah kesal.
Besok paginya orang tua Clara dan Clara beserta sopir pribadinya berangkat ke luar kota. Ririn yang mempunyai rasa iri hati tidak datang untuk mengucapkan salam perpisahan.
Empat Tahun Kemudian
Clara kini sudah lulus kuliah di usianya yang ke dua puluh tahun. Clara bekerja sebagai sekretaris di perusahaan di mana ayahnya bekerja.
Hanya dalam waktu dua bulan Clara bisa menguasai pekerjaan maklum Clara sangat pintar. Hingga banyak teman kerjanya menyukai Clara tapi tidak membuat Clara menjadi sombong malah mengajari ke teman - temannya.
Hingga pemilik perusahaan di mana Clara bekerja pensiun dan digantikan oleh putranya. Putranya yang bodoh dan malas untuk kerja terpaksa bekerja dikarenakan ke dua orang tuanya mengancam jika tidak bekerja maka segala fasilitas di cabut semuanya.
Pria itu bernama Redi, Redi yang awalnya kesal bekerja menjadi semangat karena sekretaris ayahnya sangat cantik dan pintar. Redi yang playboy berusaha mendekati Clara dengan segala jurus rayuan hingga akhirnya Clara menerima Redi sebagai kekasihnya.
"Sayang, apakah kamu mencintaiku?" Tanya Redi sambil memeluk Clara dari arah samping di apartemen pribadinya ketika mereka selesai pulang bekerja.
Sejak mereka resmi menjadi pasangan kekasih setiap pulang kerja mereka menghabiskan waktu dua jam setelah itu Redi mengantar pulang Clara.
Mereka hanya melakukan ciuman dan berpelukan tidak pernah lebih dari itu. Hal itu dikarenakan Clara tidak ingin memberikan harta berharganya sebelum dirinya resmi menikah.
"Tentu saja sayang, Uku sangat mencintaimu." Ucap Clara.
"Tapi sayang, kok Aku tidak percaya." Ucap Redi dengan wajah pura - pura cemberut.
"Bagaimana caranya agar kamu percaya?" Tanya Clara sambil menatap wajah tampan kekasihnya.
"Apapun yang Aku minta maka sayangku harus melakukan apapun itu." Jawab Redi.
"Ya apapun yang kamu pinta maka Aku bersedia melakukannya kecuali satu dan kamu tahu itu karena Aku ingin memberikannya setelah kita resmi menikah." Ucap Clara menjelaskan.
"Baiklah. Sebelum Aku mengatakannya maka Aku akan ambil minuman dulu." Ucap Redi sambil tersenyum menyeringai tanpa sepengetahuan Clara.
"Biar Aku saja." Ucap Clara.
"Kapan-kapan saja baru kamu. Tapi sekarang ini biar Aku saja yang mengambil minuman." Ucap Redi beralasan.
Redi berdiri dan meninggalkan Clara dan tidak berapa lama Redi membawa dua gelas dan tanpa curiga sedikitpun Clara meminumnya hingga habis tanpa sisa sedikitpun.
Sedangkan Redi hanya memandangi Clara dengan senyuman mesumnya terlebih Clara meminumnya hingga habis hingga gelasnya kosong.
Selesai minum merekapun mengobrol kembali hingga tidak berapa lama Clara merasakan tubuhnya panas.
Redi yang sudah tahu langsung menggendong tubuh Clara ala bridal style menuju ke arah kamarnya dan merekapun melakukan hubungan suami istri.
brak
Pintu kamar Redi tiba-tiba di dobrak oleh sepasang suami istri kemudian menatap tajam ke arah Redi. Redi dan Clara yang tidak memakai pakaian sehelai benangpun langsung menutupi tubuh polosnya dengan menggunakan selimut.
Bersamaan mereka melepaskan pelukan mereka masing-masing. Clara sangat malu dan merasa amat bersalah dengan mantan bosnya yang sangat baik pada keluarganya terlebih ke dirinya.
"Mommy, Daddy." Panggil Redi dengan wajah terkejut.
"Kalian berpakaian setelah itu kami tunggu di ruang keluarga." Ucap Ayahnya Redi dengan nada dingin.
"Baik, Dad." Jawab Redi dan Clara dengan serempak dan patuh.
Sepasang suami istri itupun keluar dari kamar anaknya sambil memijat keningnya yang sangat pusing dengan sikap putranya yang super playboy.
Lima belas menit kemudian Clara dan Redi sudah selesai memakai pakaian masing - masing.
Clara sangat takut kalau kedua orang tuanya Redi sekaligus mantan bosnya marah dan tidak setuju dengan hubungan mereka.
Namun berbeda dengan Redi yang bersikap biasa saja karena orang tuanya sudah tahu tentang kelakuan bejatnya.
"Duduk!" Perintah Ayahnya Redi dengan nada masih dingin dan wajahnya yang datar.
Redi dan Clara dengan patuh duduk dan berhadapan dengan ke dua orang tua Redi.
"Kalian akan kami nikahkan." Ucap Ibunya Redi tanpa basa basi.
"Apa?? Tidak mau Mom, Aku masih ingin bebas dan bersenang-senang dengan teman-temanku. Wanita ini sekaligus sekretarisku lebih baik kasih saja uang saja Dad, Mom seperti biasanya." Ucap Redi dengan nada santai tanpa ada perasaan empati sedikitpun.
Clara memandang Redi seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Redi barusan. Dirinya sangat kecewa pria yang menjadi kekasihnya tega mengatakan hal itu padanya.
Ayahnya Redi yang bernama Edward sangat terkejut dengan perkataan Redi. Membuat Edward langsung menampar, memukul dan menendang.
Sedangkan Clara merutuki kebodohannya karena pria yang sangat dicintainya ternyata tidak lebih dari seorang bajingan.
Clara hanya bisa mengusap wajahnya sambil menangis membuat Ibunya Redi yang bernama Mommy Elisabeth sangat kasihan dan memeluk tubuh Clara untuk mengurangi rasa sesak di hatinya.
"Ssttt sudah jangan menangis kalian pasti akan menikah." Ucap Mommy Elisabeth sambil mengusap bahu Clara.
"Hiks... Hiks... Hiks... Maafkan Clara Hiks... Hiks..." Ucap Clara sambil terisak dan membalas pelukan Mommy Elisabeth.
"Ssttt sudah." Jawab Mommy Elisabeth dengan nada lembut.
"Mommy dan Daddy, pokoknya Redi tidak mau menikah." Ucap Redi bersikeras.
"Baik kalau begitu kamu pergi dari sini dan segala fasilitas akan Daddy sita dan bukan itu saja kamu akan Daddy coret sebagai ahli waris." Ucap Daddy Edward dengan nada mengancam.
"Daddy, itu tidak adil." Ucap Redi dengan nada protes sambil menatap Clara dengan tatapan kebencian yang teramat sangat.
"Terserah, pilihanmu hanya dua menikah atau Daddy coret sebagai ahli waris." Ancam Daddy Edward dengan nada tegas.
"Baik, Edward akan menikah, puas." Ucap Redi sambil berjalan ke arah kamarnya.
brak
Redi membanting pintu dengan sangat keras kemudian menguncinya membuat sepasang suami istri tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Sedangkan Clara sangat terkejut membuatnya dirinya sangat menyesal mau menerima cinta pria brengs*k seperti Redi.
"Sudah jangan menangis biar kami akan mengurus pernikahan kalian dan maafkan perbuatan putra kami." Ucap Mommy Elisabeth merasa tidak enak hati.
"Tapi Tante dan Om, lebih baik kami tidak usah menikah karena Kak Redi tidak mau menikah denganku." Ucap Clara yang merasa keberatan untuk menikah.
"Bagaimana kalau kamu hamil? Apakah kamu tidak malu? Selain itu bagaimana dengan kedua orang tuamu? Apakah nanti mereka tidak sakit karena putrinya hamil di luar nikah?" Tanya Mommy Elisabeth dengan beruntun.
Clara terdiam dan apa yang dikatakan Mommy Elisabeth benar adanya dan Clara hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Sebulan Kemudian
Clara dan Redi kini sudah resmi menikah dan sikap Redi yang dulu sangat romantis berubah seratus delapan puluh derajat.
Di mana sikap Redi menjadi dingin dan tidak pernah menyentuh istrinya sama sekali karena bagi Redi setelah merasakan sekali Redi sudah bosan dan mencari wanita lain.
Sudah satu bulan mereka resmi menikah tapi tanda-tanda suaminya mau merubah sikapnya ternyata hanya sia-sia bagi Clara hingga dirinya memberanikan diri untuk berbicara.
"Mas, sampai kapan kamu seperti ini mencari wanita di luaran sana?" Tanya Clara dengan nada lirih.
"Sampai satu tahun baru Aku berubah." Ucap Redi dengan nada dingin.
"Kenapa lama?" Tanya Clara dengan wajah sendu.
"Karena setelah satu tahun kita akan berpisah dan setelah itu Aku berubah baik dan tidak dingin padamu." Jawab Redi dengan nada santai tanpa ada perasaan sedikitpun.
plak
Clara yang selama ini selalu bersabar menghadapi sikap suaminya akhirnya tidak bisa mengontrol emosinya hingga menampar suaminya untuk pertama kalinya.
plak
plak
bruk
"Akhhhhh.... sakit..." Teriak Clara.
Redi yang tidak pernah di tampar membalas Clara dua kali lipatnya hingga Clara terjatuh ke lantai. Clara merasakan perih pada kedua pipinya bersamaan sakit luar biasa pada perutnya membuat Clara berteriak hingga darah segar keluar dari sela-sela paha Clara.
Redi yang sangat kesal dengan Clara sama sekali tidak memperdulikan keadaan Clara dan keluar dari kamarnya hingga bertemu dengan kepala pelayan.
"Bibi ke kamarku sekarang karena wanita itu ada di kamarku!" Perintah Redi dengan nada angkuh dan tidak mau menyebut nama istriku melainkan memanggil dengan sebutan wanita itu.
"Baik tuan." Jawab kepala pelayan dengan patuh.
Redi keluar dari mansion dan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi menuju ke bar tempat biasa dirinya minum-minum dan bermain dengan wanita sedangkan kepala pelayan berjalan ke arah pintu kamar majikannya.
tok tok tok tok
hening
ceklek
Karena tidak ada jawaban kepala pelayan itu pergi memaksakan diri untuk membuka pintu dan matanya langsung membulat sempurna melihat nyonya mudanya berbaring tidak sadarkan diri dan ada darah keluar dari sela-sela paha Clara.
Kepala pelayan langsung membalikkan badannya dan membuka pintu kamar dengan lebar sambil berteriak meminta tolong. Setelah ada yang datang barulah mereka membawa Clara ke rumah sakit.
Skip
Kini mereka sudah menunggu di rumah sakit dan tidak berapa lama orang tua Redi datang dengan wajah kuatir.
Di mana Kepala pelayan menghubungi Redi tapi karena tidak di angkat kepala pelayan menghubungi orang tua Redi.
"Apa yang terjadi bi? Mana Redi?" Tanya Mommy Elisabeth dengan wajah sedih.
"Saya kurang tahu nyonya besar pas saya datang ke kamar Nyonya Muda, Nyonya Muda sudah tidak sadarkan diri dan darah keluar dari sela-sela pahanya." Jawab Kepala Pelayan.
"Tuan Muda Redi biasa Nyonya pergi." Sambung Kepala Pelayan.
"Pergi kemana?" Tanya MOmmy Elisabeth.
"Paling minum-minum soalnya setiap pulang selalu mabuk." Jawab Kepala Pelayan.
"Kenapa Bibi dan menantuku tidak cerita? Setiap Aku bertanya dengan menantuku selalu bilang baik-baik saja." Ucap Mommy Elisabeth sambil memijat keningnya yang tidak pusing.
"Karena Nyonya Muda tidak ingin Nyonya Besar dan Tuan Besar sedih." Jawab kepala pelayan sambil menahan amarahnya terhadap Redi, pria jelmaan iblis.
"Kamu pernah melapor sekali kalau putraku pulang mabuk-mabukan setelah itu tidak lapor lagi, kenapa?" Tanya Mommy Elisabeth penasaran begitu pula dengan Daddy Edward.
"Karena gara-gara melapor membuat Nyonya Muda di siksa. Sejak saat itu Saya tidak berani melapor lagi." Jawab kepala pelayan menjelaskan dengan wajah sendu.
"Anak itu benar-benar tidak berubah." Ucap Daddy Edward dengan nada kesal.
"Iya, Dad." Ucap Mommy Elisabeth dengan wajah penuh kecewa.
Tidak berapa lama pintu ruang UGD terbuka dan dokter berjalan mendekati mereka. Orang tua Redi dan kepala pelayan mendekati dokter tersebut.
"Bagaimana keadaan menantuku, Dok?" Tanya Mommy Elisabeth dengan wajah kuatir.
"Untung di bawa secepatnya ke rumah sakit kalau tidak ibu dan janinnya tidak bisa diselamatkan." Jawab dokter tersebut.
"Apa, Dok? Menantuku hamil?" Tanya Mommy Elisabeth dengan wajah bahagia.
"Iya hamil dan untuk memastikan berapa usia kehamilannya bisa di cek ke dokter kandungan." Jawab dokter tersebut.
"Boleh kami menengok menantu kami?" Tanya Mommy Elisabeth penuh harap.
"Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang perawatan. Jawab dokter tersebut.
"Baik, Dok." Jawab mereka dengan serempak.
Skip
Kini mereka berada di ruang perawatan VVIP sambil menunggu Clara tersadar akibat pengaruh obat bius. Hingga beberapa saat Clara perlahan membuka matanya dan menatap sekeliling ruangan.
"Aku di mana?" Tanya Clara lirih sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Kamu di rumah sakit sayang. Mommy mau telepon Redi dulu." Ucap Mommy Elisabeth.
"Jangan Mommy, nanti Clara kena marah lagi." Mohon Clara.
"Kamu tenang saja Mommy akan melindungimu." Ucap Mommy Elisabeth.
"Tapi Mom ..." Ucapan Clara terpotong oleh Mommy Elisabeth.
"Tenang saja, setelah kamu pulang dari rumah sakit kamu dan putraku tinggal bersama kami." Ucap Mommy Elisabeth.
"Tapi kalau kak Redi menolak, bagaimana Mom?" Tanya Clara yang tidak ingin serumah dengan Redi.
"Tenang saja karena kamu hamil pasti Redi tidak akan bisa menolak permintaan kami." Jawab Mommy Elisabeth.
"Aku hamil, Mom?" Tanya Clara dengan wajah terkejut.
"Iya sayang. Mommy dan Daddy sangat bahagia karena sebentar lagi kami akan mempunyai cucu." Ucap Mommy Elisabeth sambil memeluk menantu kesayangannya.
'Semoga dengan kehamilanku membuat suamiku berubah.' Ucap Clara dalam hati sambil mengusap perutnya yang masih rata.
Tidak berapa lama datang Redi kemudian Mommy Elisabeth menyuruh Redi dan Clara untuk tinggal bersamanya.
Awalnya Redi tidak setuju tapi lagi-lagi karena ancaman Daddy Edward membuat Redi tidak bisa berkutik.
Ketika mereka tinggal di manson milik orang tua Redi, Redi bersikap baik dan romantis dengan istrinya. Selain itu Redi pura - pura dirinya sadar dan menyesali perbuatannya membuat orang tuanya sangat senang.
Namun ketika di kamar, Redi langsung berubah di mana Redi bersikap dingin dan acuh. Hingga di usia tujuh bulan Redi mempunyai rencana jahat terhadap istrinya.
"Kamu bilang sama orang tuaku kalau kita ingin tinggal di mansion milikku!" Perintah Redi ketika mereka berada di kamarnya.
"Maaf, Aku tidak bisa." Ucap Clara yang tidak ingin dirinya di siksa oleh suaminya.
"Pokoknya Aku tidak mau tahu. Aku dan kamu harus pindah ke mansion milikku." Ucap Redi dengan nada ketus.
"Tapi ..." Ucapan Clara terpotong oleh Redi.
"Kalau kamu tidak mau melakukan apa yang Aku perintahkan maka jangan salahkan Aku. Jika Aku memberikan obat agar anak yang kamu kandung mati bersama ibunya." Ancam Redi sambil menatap istrinya dengan tatapan membunuh.
"Baik... Baik... Aku akan lakukan tapi dengan satu syarat jangan bunuh putri kita." Mohon Clara sambil menahan agar air matanya tidak keluar.
"Dengar, Ya! Walau itu putriku tapi Aku tidak akan mengakuinya. Jadi anak yang kamu kandung itu adalah putrimu! Ingat putrimu! Bukan putri kita." Ucap Redi sambil menatap tajam dan menunjuk - nunjuk ke arah wajah Clara.
"Iya, Aku akan mengingatnya kalau anak yang Aku kandung adalah putriku." Jawab Clara sambil menggigit bibirnya untuk menahan agar air matanya tidak keluar.
"Bagus, ingat lakukan perintahku!" Perintah Redi sambil berjalan meninggalkan Clara tanpa memperdulikan perasaan Clara sedikitpun.
"Baik." Jawab Clara dengan singkat.
Clara pun melakukan apa yang diperintahkan oleh suaminya. Awalnya ke dua mertuanya tidak setuju tapi Clara tidak putus asa untuk membujuk ke dua mertuanya karena bagi dirinya keselamatan putrinya lebih penting.
Setelah dua puluh lima menit akhirnya ke dua mertuanya terpaksa menyetujui permintaan menantu kesayangannya.
Skip
Kini Clara dan Redi tinggal di mansion milik Redi dan sikap Redi semakin menjadi-jadi. Hingga usia kandungan Clara menginjak sembilan bulan dan tinggal menunggu waktu melahirkan.
Clara sebenarnya ingin bercerai tapi tidak tega melihat kebahagiaan ke dua orang tuanya dan juga ke dua mertuanya membuat Clara menelan pil yang sangat pahit.
tok tok tok
"Masuk." Jawab Clara sambil membelai perutnya yang sudah membuncit.
ceklek
Kepala pelayan membuka pintu kamar Clara kemudian menunduk hormat.
"Maaf Nyonya Muda, ada tamu namanya nyonya Ririn." Ucap kepala pelayan sambil memberikan hormat.
"Oh iya, Bi. Dia adalah sahabatku suruh naik ke atas saja Bi." Ucap Clara sambil tersenyum.
"Baik, Nyonya Muda." Jawab kepala pelayan dengan patuh.
Kepala pelayan itupun pergi hingga lima menit kemudian pintu kamarnya dibuka tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
ceklek
"Clara apa kabar?" Tanya Ririn sambil berjalan ke arah Clara.
"Kabarku baik, bagaimana denganmu?" Tanya Clara sambil tersenyum melihat sahabat baiknya.
"Baik, seperti yang kamu lihat." Jawab Ririn sambil memeluk Clara dari arah samping karena Clara hamil besar.
Mata Ririn tanpa berkedip menatap barang-barang mewah milik Clara membuat dirinya semakin iri hati dengan keberuntungan Clara.
"Syukurlah. Oh iya, katanya waktu itu kamu tidak jadi menikah? Kenapa?" Tanya Clara penasaran.
"Iya benar, karena ternyata calon suamiku cacat dan tiba - tiba bangkrut karena itulah Aku menolaknya dengan tegas." Jawab Ririn.
"Setelah itu apa yang kamu lakukan?" Tanya Clara.
"Aku kerja membantu orangtuaku tapi bertahun-tahun bekerja membuatku bosan hingga akhirnya Aku ingin bekerja di kota ini." Jawab Ririn.
"Oh iya, katamu suamimu pemilik perusahaan? Bagaimana kalau Aku bekerja di perusahaan suamimu?" Tanya Ririn mengalihkan pembicaraan.
"Iya benar, tapi Aku akan tanya sama suamiku dulu." Jawab Clara.
"Ok, Aku tunggu kabar baiknya. Oh ya boleh Aku menginap di rumahmu?" Tanya Ririn penuh harap.
'Siapa tahu Aku bisa menggoda suaminya dan menjadikan Aku wanita simpanan. Syukur - syukur Aku dinikahi dan sahabatku diceraikan.' Sambung Ririn dalam hati penuh harap.
"Silahkan. Di sini juga banyak kamar kosong jadi kamu tinggal pilih." Ucap Clara tanpa ada rasa curiga sedikitpun.
"Ok. Aku pilih kamarnya dekat kamarmu ya." Pinta Ririn tanpa punya rasa malu sedikitpun.
"Silahkan." Jawab Clara.
Ririn pun keluar dari kamar Clara dan memilih kamar yang ada di samping kamar Clara sedangkan Clara hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Semoga apa yang kulakukan tidak salah." Ucap Clara.
Sorenya Redi pulang dari kantor sedangkan Ririn duduk di ruang keluarga dengan memakai pakaian seksi sambil menunggu kedatangan suami sahabatnya.
Hingga yang di tunggu datang di mana Redi berjalan melewati ruang keluarga.
"Nona siapa?" Tanya Redi sambil memandangi tubuh seksi Ririn yang sangat menggoda.
"Kenalkan Saya Ririn, sahabatnya Clara." Ucap Ririn berdiri dan memperkenalkan dirinya dengan suara menggoda.
"Kalau Saya Redi, silahkan duduk." Ucap Redi sambil masih memandangi kemolekan Ririn dan beberapa kali menelan salivanya dengan kasar.
"Terima kasih." Jawab Ririn sambil tersenyum menggoda dan memperlihatkan dua gunung kembarnya.
"Oh ya, Saya sudah ijin menginap di sini sama istri kakak, apakah boleh?" Tanya Ririn sambil merendahkan tubuhnya agar terlihat dua gunung kembarnya agar di sentuh.
"Silahkan." Jawab Redi sambil mengedipkan matanya kemudian memainkan dua gunung kembar milik Ririn.
"Terima kasih, oh ya apakah di perusahaan kak Redi ada lowongan? Maaf kalau Saya memanggilnya dengan sebutan kakak." Ucap Ririn dengan suara masih menggoda dan membelai adik kecil milik Redi.
"Tidak apa-apa santai saja, di perusahaan kakak ada tapi..." Ucap Redi menggantungkan kalimatnya sambil memeluk tubuh Ririn.
"Tapi apa?" Tanya Ririn sambil mengedipkan matanya dan membalas pelukan Redi.
'Tapi dengan satu syarat yaitu bersedia melayaniku.' Bisik Redi.
Redi terpaksa melepaskan pelukannya kemudian berjalan ke arah kamar pribadinya untuk menidurkan adik kecilnya yang sudah mulai menegang. Sedangkan Ririn hanya tersenyum mendengar ucapan vulgar suami sahabatnya.
"Kapanpun aku tunggu undangannya." Ucap Ririn sambil tersenyum menyeringai.
Sejak Redi dan Clara pindah ke mansion mereka tidak tidur satu kamar. Clara pun tidak mau berdekatan dengan suaminya karena perasaan untuk suaminya sudah mati sejak suaminya tidak mengakui putrinya.
Redi tidak mempermasalahkan hal itu karena dirinya tidak mau menyentuh Clara. Hingga keesokkan harinya Ririn mulai bekerja sebagai sekretaris di perusahaan Redi.
"Kenapa kita berangkat pagi?" Tanya Ririn dengan suara menggoda.
"Ada sesuatu yang ingin Aku kerjakan." Jawab Redi sambil tersenyum mesum.
Ririn hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Redi duduk di kursi pengemudi sedangkan Ririn duduk di samping pengemudi.
Redi mengendarai mobil dengan kecepatan sedang hingga dua puluh lima menit kemudian mereka sudah sampai di perusahaan milik orang tua Redi yang sudah diberikan untuk dirinya.
"Ikut Aku masuk ke dalam ruanganku!" Perintah Redi ketika mereka berada di ruangan CEO milik Redi.
"Ok." Jawab Ririn dengan singkat dan patuh.
Ririn tanpa curiga mengikuti langkah Redi hingga mereka sampai ke kamar pribadi milik Redi yang terhubung dengan ruangan kerja.
"Wow.... Enak ya kalau lelah bekerja, langsung istirahat dan ruangan kamar ini bentuknya mirip hotel." Ucap Ririn sambil menatap sekeliling kamar dengan pandangan takjub.
grep
"Iya benar. Aku ingin sekali merasakan tubuhmu sekarang." Bisik Redi sambil memeluk tubuh mungil Clara.
"Tapi Aku tidak mau kalau hanya menjadi penghangat ranjang Kak Redi." Ucap Ririn sambil tubuhnya bersandar di dada bidang Redi tanpa ada rasa canggung sama sekali.
"Tenang saja setelah istriku melahirkan maka Aku akan menikah denganmu dan istriku akan Aku ceraikan." Ucap Redi berbohong.
'Cih asal kamu tahu, Aku hanya memakai satu kali setelah itu Aku buang dan itu berlaku untuk dirimu.' Sambung Redi dalam hati.
"Ok." Jawab Ririn dengan singkat.
Merekapun melakukan kegiatan suami istri di mana Ririn merelakan harta berharganya yang selama ini di jaganya. Untuk diberikan oleh Redi asalkan dirinya bisa menjadi Nyonya Redi dan hidup dengan kemewahan.
Setelah selesai melakukan hubungan suami istri, merekapun mandi bersama. Entah kenapa biasanya Redi hanya bermain sekali setelah itu memutus hubungan dengan wanita tersebut dengan memberikan imbalan uang.
Tapi ketika bermain sekali dengan Ririn dirinya menjadi ketagihan dan tidak pernah merasakan bosan malah menginginkan lagi dan lagi.
"Punyaku masih perih." Ucap Ririn ketika tubuhnya disatukan kembali oleh Redi.
"Maaf, Aku sangat ketagihan dengan tubuhmu." Ucap Redi sambil menggoyangkan pinggulnya berulang kali.
'Itu karena Aku memakai susuk agar orang yang melakukan itu padaku akan menjadi ketagihan dan membuatnya candu dengan tubuhku.' Ucap Ririn dalam hati.
Seminggu Kemudian
Tidak terasa hubungan Ririn dengan Redi tidak ada yang mengetahui baik istrinya maupun ke dua orang tuanya. Namun sepandai pandainya tupai melompat akhirnya ketahuan juga itulah yang terjadi pada Ririn dan Redi.
Clara yang merasa perutnya mulai kram keluar dari kamarnya untuk meminta bantuan kepala pelayan dan tanpa sengaja dirinya mendengar suara desahan dua orang di kamar sahabatnya yang bernama Ririn.
ceklek
Clara membulatkan matanya dengan sempurna ketika melihat suaminya sedang berada di atas tubuh sahabatnya sedangkan sahabatnya berada di bawah melakukan hubungan suami istri.
"Kalian..." Ucap Clara tidak sanggup melanjutkan perkataannya.
Redi yang merasa kesal kesenangannya di ganggu langsung menarik adik kecilnya kemudian berjalan mendekati istrinya.
plak
"Ini hukuman akibat mengganggu kesenangan kami." Ucap Redi sambil menampar pipi Clara dengan sangat keras hingga sudut bibirnya mengelurkan darah segar.
"Ririn, kamu itu sahabatku kenapa kamu tega padaku? Hiks... hiks.. hiks..." Ucap Clara sambil terisak dan memegangi pipinya yang terasa perih akibat tamparan suaminya tanpa memperdulikan ucapan suaminya.
"Aku ingin hidup enak dengan menjadi Nyonya Redi." Jawab Ririn tanpa punya rasa bersalah sedikitpun.
"Kamu jahat! Selama ini Aku membantumu dan mau berteman denganmu, tapi inikah balasanmu padaku?" Tanya Clara dengan wajah penuh kecewa.
"Berisik, sayang usir Dia!" Usir Ririn tanpa punya rasa empati sedikitpun.
bruk
"Akhhhhh sakit..." Teriak Clara.
Tanpa punya rasa empati sedikitpun Redi mendorong tubuh istrinya hingga terjatuh ke lantai yang sangat dingin membuat istrinya berteriak kesakitan.
"AKU MENGUTUK KALIAN BERDUA, DI MANA SUATU SAAT NANTI PUTRIKU AKAN MEMBALAS SEMUA RASA SAKIT YANG AKU RASAKAN SELAMA INI YANG TELAH KALIAN BERIKAN PADAKU DENGAN BERKALI-KALI LIPAT!!!" Teriak Clara dengan suara menggelegar.
duar
duar
Terdengar suara petir saling bersahutan membuat Redi marah.
"Aku tidak takut sama sekali. Sebelum putrimu melakukan itu Aku akan menyiksanya dan membunuhnya." Ucap Redi.
Sambil berbicara Redi menendang perut Clara dengan sangat kejam tanpa punya rasa empati sedikitpun. Padahal janin yang di perut Clara adalah darah dagingnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!