NovelToon NovelToon

Pengantin Pengganti Bu Dosen

Bab 1. Pengantin Pengganti Bu Dosen

"Ya Allah, Mas Galang dimana, ya? waktu sudah menunjukkan pukul 09.30 wib. Tamu undangan sudah berdatangan untuk menyaksikan acara ijab qobul kami. Mengapa batang hidungnya belum tampak juga? bukankah tadi ia hanya berpamitan sebentar? apa mungkin dia tersesat arah atau terkunci di kamar mandi?" pikir Nada. Terdengar mustahil jika sang mempelai pria hilang tanpa jejak setelah berpamitan ingin menunaikan hajatnya.

Nada Rindu Kinandita yang berprofesi sebagai seorang dosen muda di Fakultas Ekonomi Syari'ah mendadak celingukan mencari keberadaan mempelai pria di tengah kerumunan orang-orang yang sudah memenuhi bangsal pengantin. Tempat acara pernikahannya dengan Galang Saputra Dermawan akan di gelar.

Tamu undangan mulai berbisik kecil ketika mendapati Bu dosen yang telah berbalut gaun pengantin putih itu terlihat cemas dan gelisah menanti keberadaan sang pangeran hatinya yang tak kunjung hadir di bangsal pengantin.

"Sayang, jangan khawatir dan jangan tegang! mungkin Nak Galang sedang gugup. Jadi, ia ketoiletnya lama." Alya Qonitha Az Zahra nampak menenangkan putri semata wayangnya.

"Tapi, ini sudah tiga puluh menit berlalu lho, Ma? apa kita susul saja kedalam sana?" Nada Rindu mulai merasakan ada yang tidak beres dengan calon suaminya. Sehingga membuat dirinya berinisiatif untuk mengerahkan seseorang untuk menyusul Galang Saputra yang ia yakini masih berada di dalam kamar mandi yang ada di kamar pengantin mereka.

Mama Alya yang melihat kerisauan putrinya, sontak berbisik pada Soraya Lhaberta ibunya Galang, calon besannya. "Jeng, bagaimana ini? Nak Galang dari sejak tadi belum keluar-keluar dari dalam kamar? katanya ia mau menunaikan hajat sebentar. Tapi, kok lama sekali?" bisik Mama Alya di tengah keramaian yang ada di bangsal pengantin tersebut.

"Astaghfirullah ... maaf, aku baru sadar Jeng, jika putra kami Galang Saputra belum menampakkan dirinya. Tidak mungkin putra ku tersesat di dalam sana. Ia kan sudah sering kali keluar masuk gedung hotel. Mustahil jika ia sampai tersesat! putra ku bukan orang sembarangan, pasti ia pun tahu mana kamar pengantin yang di sediakan oleh pihak hotel!" sangkal Mommy Soraya yang merasa tak terima jika putranya disudutkan.

"Apa mungkin ia mendadak demam panggung hingga pingsan di toilet atau ia terkunci di dalam sana? kebelet kok lama sekali?" Mommy Soraya menerka-nerka. Ia pun mulai resah dengan keberadaan putra sulungnya.

"Sebaiknya, kita susul kesana saja Jeng! Kasian pak Penghulu juga para tamu yang sudah hadir menunggu lama," tukas Mama Alya Qonitha yang juga mengkhawatirkan calon mantunya.

Papa Nadhim ayahnya Nada, juga Daddy Galih Orang tuanya Galang pun ikut kelimpungan mendengar penuturan istri-istri mereka. Mereka pun terlihat cemas mengingat sebentar lagi waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang.

"Biar Gilang saja yang menyusul ke dalam sana, Dad, Mom, Om, Tante!" ujar Gilang putra bungsu dari Soraya Lhaberta dan Galih Arshaka Dermawan.

Gilang Prasetya Dermawan mulai curiga dengan keanehan yang terjadi pada kakaknya Galang Saputra. Sebab, dari sejak tadi belum kembali setelah beralasan untuk menunaikan hajatnya.

Seminggu sebelum pernikahan kakaknya di gelar, Gilang sempat mendengar percekcokan antara Galang dengan mantan kekasihnya ditelfon. Tapi, perihal apa yang mereka bahas Gilang tidak begitu memahaminya.

Gilang tetap berbaik sangka dengan apa yang terjadi. Namun, ia tidak menyangka jika kakaknya benar-benar akan kabur dari pernikahannya hari ini semenjak keributan yang tercipta antara Galang dan Keisha Arandita yang sebenarnya telah berstatus mantan kekasih.

"Kak Galang tidak mungkin melakukan hal bodoh, ia tidak mungkin kabur bersama Kak Keisha. Kak Galang tidak boleh menyakiti Bu Nada!" Gilang Prasetya pun mengumpat kesal pada sang kakak. Ia nampak tergesa-gesa menuju toilet yang ada di kamar pengantin untuk mencari keberadaan kakaknya Galang.

"Kak Galang, apa kau berada di dalam? keluarlah! semua orang sudah menunggu mu di luar!" seru Gilang sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan keras.

Namun, sekali tersenggol saja daun pintu itu terbuka dan Gilang mendapati kotak cincin berlian berbentuk hati diletakkan begitu apik di atas wastafel. Mata Gilang mulai memanas, ia sudah bisa menduga jika sang kakak kabur dari pernikahan.

"Astaghfirullah! sandiwara macam apa lagi ini? kak Galang benar-benar kejam dan tak berperasaan!" rutuk Gilang dengan rahang yang mengeras menahan gejolak emosinya.

Pemuda tampan yang baru berusia 20 tahun itu pun sontak meraih benda pipih disaku jas hitamnya. Ia pun menghubungi nomor sang Kakak. Namun, ponsel Galang tidak aktif.

Netra Gilang membola sempurna ketika mendapati isi pesan terakhir Galang Prasetya di whatsapp-nya yang belum sempat dibacanya.

Gilang, tolong sampaikan permintaan maafku kepada keluarga besar Nada Rindu Kinandita. Maafkan aku jika harus mengakhiri hubungan kami dan membatalkan pernikahan ini. Tolong jaga Papa dan Mama, jangan sampai mereka syok dengan kejadian ini! aku pergi dalam waktu yang tidak bisa di tentukan. Saat ini, aku sedang menyelesaikan urusan pribadiku bersama Keisha Arandita yang terdesak oleh keadaan. Setelah semuanya dirasakan aman, aku akan kembali menebus kesalahanku pada keluarga dosen Nada. Bukan maksud hatiku menghianatinya, akan tetapi keadaan lah yang memaksaku seperti ini. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi di antara aku dan Keisha. Setelah semua permasalahannya jelas, aku akan kembali lagi! Titip Rindu dan tolong jadilah pengantin pengganti ku di sana untuk sementara waktu demi menjaga nama baik keluarga kita! maaf, atas segala kelemahan kakakmu yang tak berdaya ini, Galang Saputra Dermawan.

Gilang terlihat kebingungan setelah membaca isi pesan sang Kakak. Ia pun termangu sejenak, mungkinkah dirinya yang masih belia menjadi pengantin pengganti untuk dosen Nada Rindu Kinandita? mengingat Nada adalah calon kakak iparnya. Selain itu, Nada juga merangkap sebagai dosen kampusnya di mata kuliah fakultas ekonomi syariah yang saat ini Gilang geluti.

"Ya Allah, Kak Galang keterlaluan! ia meninggalkan Bu Nada yang sejak tadi menunggunya di bangsal pengantin. Mengapa harus sepakat mengukir janji untuk menikah jika akhirnya mengecewakan? apa Kak Galang telah menodai mantan pacarnya Keisha Arandita? Jika itu benar terjadi, aku akan memberikan perhitungan padanya, tak peduli ia kakak kandungku atau bukan? ia harus mendapatkan hukuman yang setimpal atas kedzolimannya." Gilang mendengus kesal sambil meraih kotak perhiasan yang ditinggalkan oleh Galang Saputra di toilet.

"Dimana kakak mu, Nak? apa ia masih berada di kamar pengantin atau di kamar mandi? lama sekali buang hajatnya? sampai kau pun baru muncul, sekarang sudah pukul sepuluh siang. Acara ijab qabulnya harus segera dimulai, tamu undangan sudah semakin berdatangan!" cecar Daddy Galih Arshaka Dermawan ketika mendapati wajah tak bersahabat dari putra bungsunya.

"Mari kita mulai acara sakralnya, Dad! Gilang akan menjadi pengantin pengganti Bu dosen!" cetus Gilang Prasetya Dermawan tanpa menjelaskan apapun pada orang-orang yang sedang menunggu jawabannya di bangsal pengantin tersebut.

"Apaaa?" semua orang nampak terkejut dengan penuturan Gilang barusan. Termasuk Nada Rindu Kinandita yang menjadi mempelai wanita. Ia hampir saja ingin pingsan mendengar penuturan mahasiswanya yang memiliki rentang usia 5 tahun lebih muda darinya.

"Kau jangan bermain-main dengan ucapanmu Gilang Prasetya Dermawan! aku tidak mungkin menikah denganmu, kau adalah mahasiswaku sekaligus calon adik iparku. Di mana Mas Galang?" cecar Nada memekik histeris. Air mata wanita berusia 25 tahun itu luruh sudah. Ia tidak menyangka hubungannya dengan Galang akan berakhir tragis seperti ini.

"Kak Galang kabur entah ke mana? ia lari dari pernikahan! ia pun sempat mengirim pesan ini di whatsapp-ku. Aku baru saja membaca isi pesannya dan sekarang nomor ponselnya sudah tidak aktif lagi!" ujar Gilang sambil terduduk lemas.

"Astaghfirullah, anak itu benar-benar keterlaluan! ini akibatnya kalau terlalu memanjakan anak sulungmu, Mom!" cecar Daddy Galih dengan emosi yang berapi-api.

"Mommy juga tidak tahu mengapa putra sulung kita melakukan hal demikian? Namun, kita tidak bisa membatalkan pernikahan ini begitu saja, Dad! Kita harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah terjadi, putra bungsu kita terpaksa harus menjadi pengantin pengganti kakaknya yang menghilang!" tegas Mommy Soraya Lhabertha.

Ibu dari dua orang anak itupun mencoba untuk menahan sesak di dadanya, ia merasa malu pada keluarga dosen Nada atas perbuatan putra sulung mereka yang tiba-tiba menghilang ketika acara pernikahan akan di mulai.

Mama Alya merangkul pundak putrinya yang sedang terisak dalam tangis, hampir saja Nada pingsan tak sadarkan diri setelah mendengar kenyataan yang ada. Pria yang ia harapkan menjadi suaminya kini hilang entah kemana.

Setelah sejenak saling mengatur nafas dan berembuk satu sama lain akhirnya kata sepakat pun ditemukan demi menjaga nama baik keluarga, kedua belah pihak bersepakat untuk menikahkan Gilang Prasetya dan Nada Rindu Kinandita saat ini juga, mengingat para tamu undangan yang sudah semakin berdesakan dan pak Penghulu pun sudah dari sejak tadi sabar menunggu acara sakral itu dimulai.

"Aku mau menikah dengan mu Gilang Prasetya Dermawan, tapi dengan satu syarat! lantunkan surat Ar Rahman untuk ku!'' pinta Nada Rindu Kinandita yang memang sengaja ingin menguji kemampuan dan hafalan berondong manis yang masih berstatus sebagai mahasiswanya, sebelum Gilang benar-benar menjadi pengantin pengganti untuknya.

Bab 2. Mahasiswaku Suamiku

"Aku akan memenuhi persyaratanmu, Bu Nada!'' sahut Gilang dengan lantang, membuat Nada dan semua anggota keluarga yang hadir beserta para tamu undanganpun merasa terkejut sekaligus menatap kagum atas keberanian berondong manis yang terlihat gagah berani dengan jas hitam yang dikenakannya.

Nada menundukkan pandangannya ketika melihat tatapan yang tegas dari sorot mata mahasiswanya yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

"Baiklah, sebagaimana permintaan Bu Nada, aku akan melantunkan surah ar-rahman untukmu, disaksikan pula oleh semua orang yang hadir di sini!" Gilang pun melantunkan ayat-ayat tersebut dengan merdunya, membuat siapapun yang mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'annya seketika merasa tersentuh hatinya, meskipun sekeras apapun hati seseorang ketika mendengar bacaan dari pemuda yang baru berusia 20 tahun itupun begitu sangat terharu akan begitu indah kalam ilahi yang dibaca olehnya.

Nada Rindu Kinandita pun menitikan air mata ketika mendengar lantunan ayat Al-Qur'an dari lisan mahasiswa yang sama sekali tidak diinginkannya menjadi pendamping hidupnya.

Nada terpaksa melakukan itu semua demi menutup rasa malu keluarga kedua belah pihak.

"Bagaimana nona Nada? apakah Anda sudah bersedia melaksanakan ijab qobul dengan Gilang Prasetya Dermawan?" tanya pak Penghulu yang mewakili acara sakral tersebut.

Nada mengangguk pelan, bersama dengan itu pula Gilang menyambut dengan khidmat uluran tangan pak Penghulu.

"Wahai Ananda Gilang Prasetya Dermawan, saya nikahkan dan kawinkan Engkau dengan Nada Rindu Kinandita binti Nadhim Rayyan Syakir dengan mahar surah Ar Rahman dan cincin berlian di bayar tunai!" ucap pak Penghulu sambil tersenyum ketika mengingat bagaimana uniknya Gilang yang berusia 20 tahun harus rela menikah dengan dosennya yang sudah berusia 25 tahun berperan sebagai pengantin pengganti demi menutupi aib keluarga mereka.

"Saya terima nikahnya dengan yang tersebut!" sahut Gilang dengan lantangnya.

Seiring dengan itu, sontak semua saksi pun menjawab dengan antusias.

"Sah!"

"Sah!"

"Sah!"

Nada terkejut ketika kata sakral itu terucap, "Ya Allah, ternyata aku sedang tidak bermimpi? mahasiswaku suamiku!" seketika sekujur tubuh Nada bergetar hebat. Ia benar-benar tidak menyangka jika Gilang telah menjadi suaminya.

"Ya Allah, takdir macam apakah ini? Mas Galang, kemanakah perginya dirimu? mengapa kau tega mengkhianatiku dan pergi bersama wanita lain? mengapa kau tidak pernah jujur padaku jika masih ada Keisha Arandita di hatimu?" Nada terus merintih dalam hatinya.

Namun, semuanya sudah terjadi. Nada kini benar-benar telah menjadi istri sah dari mahasiswanya sendiri.

"Selamat ya sayang, kau sudah menjadi pengantin dan seorang istri untuk nak Gilang Prasetya. Mari ulurkan tanganmu agar suamimu bisa menyematkan cincin di jari manismu," ajak mama Alya yang mengerti akan keresahan putri semata wayangnya.

Nada pun terpaksa bergeser dari tempatnya, iapun mengulurkan tangannya dengan perasaan tak menentu. Tubuhnya terasa bergetar ketika Gilang yang masih ia anggap sebagai mahasiswanya menyentuh jemari tangannya dengan lembut.

"Maaf," lirih Gilang sembari menyematkan cincin di jemari Nada yang ia yakini dosennya itu merasa tak nyaman dengan keberadaannya.

Gilang pun terpaksa melakukan semua itu demi menjaga kehormatan dosennya dan nama baik keluarga kedua belah pihak.

Atas titah orang tua mereka, dengan tubuh gemetar Gilang pun mengecup puncak kepala Nada dengan perasaan yang entah bagaimana campur aduknya.

Gilang yang belum siap dengan status barunya pun berusaha untuk melafalkan do'a yang ia ingat kala mengecup puncak kepala Nada Rindu yang kini telah sah menjadi istrinya.

Nada yang merasakan hal serupa seperti Gilang pun terpaksa melakukan itu semua demi menutupi rasa malu dan kecewanya.

Sontak pernikahan keduanya menjadi buah bibir untuk semua orang yang menyaksikan acara sakral itu.

Keluarga kedua belah pihak itu pun memberikan ucapan dan do'a selamat untuk kedua mempelai.

Kini keduanya telah duduk bersanding di pelaminan menyambut para tamu undangan yang hadir memberikan do'a yang restu untuk kedua belah pihak.

Di tengah meriahnya pesta, seorang gadis cantik nan ayu nampak mengenakan gaun syar'i motif renda hitam senada dengan hijab pashminanya nampak terkejut ketika melihat mempelai pria yang kini berada di samping mempelai wanita.

Hari ini, gadis berusia 19 tahun itu memang sudah berjanji mengenakan gaun syar'i hitam agar terlihat couple dengan Gilang Prasetya yang memang menjadi teman istimewanya semenjak dua tahun terakhir ini mereka mengenyam pendidikan di kampus dan kelas yang sama di fakultas ekonomi syari'ah.

"Kak Gilang, Bu Nada? kalian! ini tidak mungkin!" Inaya Kasih Ramadhan memekik histeris sambil mengucek-ngucek matanya memastikan kembali apa yang dilihatnya.

"Inaya Kasih Ramadhan!'' Gilang berucap lirih dalam hati, ketika melihat sang bidadari hatinya hendak melangkahkan kaki menuju tangga pelaminan.

Entah alasan apa yang akan Gilang berikan pada gadis cantik yang mirip dengan sosok paramedis Razan Ashraf Najjar rahimaullah yang dulu pernah gugur dalam tugas ketika sedang memberikan pertolongan pertama pada korban luka di tengah demonstrasi berdarah di perbatasan Gaza, Palestina beberapa tahun yang lalu. Iya, Inaya Kasih Ramadhan sangat mirip sekali dengan beliau, kecantikan alami khas Timur Tengah terukir dari sosok Inaya Kasih Ramadhan, gadis yang sangat dicintai oleh Gilang.

Namun, wajah cantik nan ayu bak bidadari itu seketika meredup saat mendapati pria yang dicintainya kini telah duduk manis bersanding di pelaminan dengan dosen kampusnya sendiri.

Manik mata Inaya Kasih terasa memanas, namun ia berusaha untuk membendung air matanya agar tidak jatuh ditengah meriahnya pesta dan alunan musik melo yang mendayu seiring luka hatinya yang menganga lebar ketika melihat yang terkasih duduk manis di pelaminan.

"Aku bisa menjelaskan semua ini!" lirih Gilang ketika mendapati Inayah telah hadir di hadapannya dengan menangkupkan kedua tangan didadanya.

Meskipun mereka teman istimewa, tak sekalipun keduanya saling menyentuh kecuali hanya mengukir janji untuk bersama seiring sejalan bersama, menghabiskan waktu untuk belajar bersama. Keduanya juga sangat memahami bahwa tidak ada pacaran islami, akan tetapi mereka sama-sama memiliki rasa yang tidak bisa di bohongi.

Gadis yatim piatu dan hanya memiliki seorang kakak laki-laki yang menjadi tulang punggungnya itupun tak kuasa menolak. Ia hanya menganggukkan kepala ketika Gilang mengatakan akan memberikan penjelasan padanya kenapa kini justru Gilang yang bersanding di pelaminan dengan Nada Rindu Kinandita bukan Galang Saputra kakaknya Gilang.

"Selamat atas pernikahannya, Bu Nada!" Inaya merangkul erat dosen mata kuliahnya, meskipun hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Nada Rindu sangat memahami jika Inaya Kasih dan mahasiswa yang telah menjadi suaminya sekarang sangat dekat dan bisa di bilang mereka memang memiliki hubungan spesial yang berselipkan kata teman istimewa.

Sulit memang mencerna kalimat tersebut, tidak pacaran tapi menjadi teman istimewa dihati, dan sebagai seorang dosen Nada bisa membaca karakter mahasiswa dan mahasiswinya.

"Terima kasih sudah berkenan hadir di sini. Maaf, ini tak seperti yang kau lihat!" bisik Nada sambil mengusap lembut bahu Inaya.

Sebagai seorang wanita, Nada Rindu begitu sangat peka dan memahami apa yang kini sedang dirasakan oleh mahasiswinya Inaya Kasih.

"Tidak apa-apa, Bu." Air mata Inayah akhirnya mencelos sudah tanpa bisa ia tahan lagi.

Jujur Inaya pun bingung atas apa yang terjadi sebenarnya. Sebab, ia tidak hadir pas acara ijab qobul dimulai karena masih ada tugas rumah yang harus ia kerjakan.

Inayah pun beralih menyalami mommy Soraya, wanita yang sebelumnya ia harapkan menjadi calon mertuanya. Namun, kini impiannya pun kandas dan terhempas ketika apa yang ia impikan tak sesuai harapan dan kenyataan yang ada.

"Sabar ya sayang, maafkan anak mommy! Ini terjadi diluar kekuasaan kami." Mommy Soraya merangkul erat tubuh gadis ayu yang kini terisak dalam dekapannya.

"Ya Allah, takdir macam apakah ini?" Inayah berusaha untuk tegar setelah menyalami semua orang yang ada di pelaminan.

Bab 3. Ada Hati Yang Tersakiti

Inayah terpaksa memilih duduk di bangku yang jauh dari pelaminan. Ingin rasanya ia pergi saja dari tempat yang telah mengusik ketenangannya dan membuat luka hatinya semakin perih ketika menyaksikan yang terkasih sedang bersanding di pelaminan dengan dosen mereka sendiri.

Di tengah meriahnya pesta, tidak banyak yang menyadari jika ada hati yang tersakiti oleh pernikahan Nada dan Gilang Prasetya.

Inayah kasih Ramadhan, gadis yang telah menjadi yatim piatu itu tak kuasa membendung tangisnya. Di raihnya kaca mata hitam yang memang selalu ia bawa kemana-mana saat ia akan berlibur atau sekedar refreshing untuk menenangkan hati dan pikirannya ditempat-tempat wisata pada umumnya.

Desas-desus tamu undangan yang duduk bersebelahan dengan Inayah, membuat gadis cantik itu menajamkan telinga mendengar apa yang terjadi sebenarnya hingga pria yang dicintainya menjadi mempelai pria saat ini.

"Astaghfirullah, jadi kak Galang Saputra kabur bersama mantan pacarnya? Mengapa semua ini bisa terjadi ya Allah? Kak Gilang kena imbasnya. Aku tidak akan membiarkan hubungan Bu Nada dan Kak Gilang bertahan lama. Mereka harus bercerai! Bu Nada dan Kak Gilang tidak saling mencintai. Hanya aku saja wanita satu-satunya yang ada di hati Kak Galang! Pernikahan ini tidak benar adanya. Bu Nada dan Kak Gilang memiliki rentang usia yang berbeda, aku tidak ridho jika laki-laki yang ku cintai kini bersanding dengan wanita lain!"

Inayah yang semula terlihat tegar dan mencoba untuk ikhlas dengan keadaan tetiba saja terbesit rasa ego yang tinggi lantaran tidak ingin kehilangan laki-laki yang dicintainya.

"Hai Inayah, bagaimana rasanya melihat pria idaman mu bersanding dengan wanita lain yang ternyata berstatus sebagai dosen kita!" cetus Kyara bersama tiga orang Genk Ulat Bulunya.

"Ini bukan urusan mu, Kya. Semua ini terjadi tanpa bisa di cegah. Aku yakin kau pun menaruh rasa cemburu pada Bu Dosen, bukankah kau pun sudah sejak lama memendam rasa pada Kak Gilang?" cetus Inayah yang tidak ingin diinjak-injak harga dirinya oleh Genk Kyara.

"Dasar anak yatim piatu, menempuh jenjang pendidikan saja mengandalkan biaya siswa! masih saja belagu," cetus Kyara sambil mencibir Inayah yang sedang dirundung nestapa itu.

"Aku menempuh jalur biaya siswa karena prestasi yang ku miliki Kyara Amanda Putri! Berbeda dengan mu yang menghalalkan segala cara demi memenuhi keinginan burukmu," cecar Inayah yang sama sekali tidak gentar mendengar makian ke empat sekawan pembuat onar itu.

"Ih, sok kecakepan. Sudah miskin, yatim piatu pula!" desis Kyara sambil memainkan kuku-kukunya yang terpoles cantik dan menawan, namun tidak semenawan hatinya yang selalu iri dengki.

''Aku memang cantik dan menawan, kau saja yang baru lihat!" sahut Inayah sambil membenarkan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.

"Berani-beraninya kau!" Kyara hendak menarik ujung kerudung milik Inayah akan tetapi hal itu tidak membuahkan hasil yang maksimal, sebab Inayah bisa menangkisnya dengan cepat. Hingga membuat Kyara mengerang marah.

Semua mata tertuju pada segerombolan anak muda yang hendak menyerang Inayah dengan satu orang lawan empat. Hingga membuat Genk Kyara yang terkenal dengan nama Genk Ulat Bulu itu mengurung niatnya karena malu dengan tatapan semua orang.

Inayah yang merasakan kepanasan dihatinya oleh sebab rasa kecewanya setelah melihat Gilang menikah tanpa sepengetahuannya pun beranjak pergi ditengah meriahnya pesta. Ia tidak ingin menambah masalah yang ada. Inayah masih punya hati nurani untuk tidak berbuat kerusuhan di sana. Ia tidak ingin terus meladeni Genk Kyara yang terus merudungnya tanpa henti.

Gadis itu pun segera angkat kaki setelah berpamitan pada tuan rumah. Dari pelaminan Gilang terus memperhatikan punggung wanita yang dicintainya menjauh pergi dari pandangannya. Ia benar-benar merasa bersalah pada Inayah Kasih.

"Maafkan aku Inayah, jika saja Genk Kyara tetap nekad merudung mu dengan hal yang tidak wajar. Aku akan menjadi orang pertama yang membela mu, tapi kau adalah wanita yang tegar. Aku yakin kau adalah wanita yang tangguh dan bisa menyelesaikan masalahmu sendiri tanpa campur tangan ku! Maafkan aku yang tak lagi bisa terus disampingmu!" lirih Gilang dengan manik mata yang berkaca-kaca melepaskan kepergian Inayah.

Gilang merasakan perih di relung hatinya ketika menyaksikan wanita yang dicintainya tak bisa lagi ia rengkuh.

"Ya Allah, maafkan hamba atas perasaan yang tak wajar bertumbuh dihati ini!" Gilang melirik ke arah Nada Rindu yang kini telah berstatus menjadi istrinya.

Sementara, Nada terlihat tenang ketika melihat reaksi Gilang yang begitu kentara memperhatikan Inayah Kasih. Tak ada rasa cemburu dihatinya terhadap Gilang. Kecuali, rasa kecewa terhadap takdir karena laki-laki yang menjadi mempelainya bukanlah pemuda yang dicintainya.

"Ya Allah, mengapa harus serumit ini! Gilang sudah memiliki wanita yang dicintainya dan mereka sama-sama saling mencintai. Aku merasa sangat berdosa dengan Inayah. Apalagi ia adalah seorang anak yatim, siapa yang akan menenangkannya setelah ini?" lirih Nada yang mulai gamang kemana ia harus membawa pernikahannya dengan Gilang.

"Ya Allah, haruskah kami bercerai setelah ini atau menandatangani kontrak pernikahan? Sedangkan pernikahan bukanlah ajang untuk permainan?" Segala hal yang buruk berkecamuk di pikiran Nada Rindu saat ini.

Raga Nada ada di pelaminan, akan tetapi pikirannya menerawang kemana-mana.

Pernikahan Nada dan Gilang yang terjadi tanpa rencana itu kini menjadi trending topik disemua rekan sesama dosen kampusnya juga para mahasiswa dan mahasiswinya yang turut hadir di undangan pernikahan mereka.

Nama mempelai pria yang tercetak di kartu undangan adalah Galang Saputra Dermawan namun yang hadir sebagai mempelai prianya justru Gilang Prasetya Dermawan adik kandung Galang sendiri. Hingga pernikahan beda usia itu menjadi buah bibir bagi semua yang hadir di pesta itu.

Setelah melewati serangkaian acara demi acara, resepsi pernikahan itupun telah berakhir pada waktu yang ditentukan. Semua orang satu-persatu meninggalkan gedung tempat acara itu digelar. Para petugas dan panitia yang memiliki tanggung jawab disana dengan sigap membersihkan dan merapikan kembali gedung itu seperti semula.

Keluarga mempelai kedua belah pihak telah kembali beristirahat di kamar hotel masing-masing.

Sedangkan Nada Rindu Kinandita dan Gilang Prasetya berjalan menuju kamar pengantin yang memang telah didekorasi sedemikian indahnya di hotel bintang lima yang memang sudah dibooking oleh keluarga Galih Arshaka Dermawan dan keluarga Nadhim Rayyan Syakir.

Tak ada salam hangat atau kata-kata manis sebagai pengantar kebersamaan mereka. Sepasang pengantin itu bergelut pada pikirannya masing-masing. Hingga sebagai sosok laki-laki Gilang akhirnya membuka suara untuk mengatasi segala ketegangan yang ada.

"Apakah Bu Nada akan terus mengenakan gaun pengantin itu? Kau sudah terlihat gerah, sebaiknya bersihkan dulu dirimu dan kenakan pakaian ganti?" ucap Gilang dengan mencoba berkomunikasi dengan wanita yang memiliki rentang usia lima tahun lebih dewasa dari dirinya.

"Aku akan membersihkan diri, tapi ku harap kau keluar dulu! Aku tidak ingin kau melihat ku ketika sedang berganti pakaian!" sahut Nada tanpa sedikitpun menatap ke arah Gilang yang kini telah resmi menyandang sebagai status suaminya.

"Baiklah," angguk Gilang menyetujui permintaan Sang Istri.

Nada pun tanpa ragu melepas gaun pengantinnya setelah kepergian Gilang. Ia membenamkan tubuhnya di bathtub dengan sabun mandi beraroma wangi khas pengantin.

"Apa gunanya aku berendam di air yang wangi jika nantinya aku tidak bisa menikmati malam pengantinku?" Nada pun segera menyelesaikan ritual mandinya, sudut matanya mulai berair mengingat kepenghianatan Galang Saputra terhadapnya.

"Aku membenci mu Mas Galang, tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku bahwa aku masih sangat mencintaimu! Mengapa kau pergi meninggalkan ku di hari bahagia kita dengan wanita lain?" Nada terisak dalam tangisnya. Ia pun menyudahi mandinya dengan dada yang penuh sesak meratapi nasib buruk yang menimpa dihari pernikahannya.

Ada hati yang tersakiti remuk redam disaat cinta yang diimpikan tidak berjalan mulus sesuai harapan.

Gilang yang sudah merasa gerah berada di luar segera kembali ke kamar pengantin mereka. Ia pun ingin membersihkan tubuhnya setelah seharian bersanding di pelaminan.

"Assalamu'alaikum, Bu Nada. Apakah sudah selesai ritual mandinya?" tanya Gilang dari balik pintu kamar.

"Wa'alaikumsalam warrahmatullah, sudah!" sahut Nada mencoba untuk bersikap setenang mungkin ketika berhadapan dengan mahasiswa yang sudah berstatus sebagai suaminya.

"Boleh aku masuk!" tanya Gilang yang masih menaruh hormat pada sosok dosen kampus yang sudah sah menjadi istrinya.

"Silahkan!" hanya sepatah kata penuh penegasan tanpa untaian kata romantis, begitulah jawaban dari Nada Rindu Kinandita yang sama sekali tidak menginginkan pernikahan dengan sosok mahasiswanya.

"Bu Nada menangis?" tanya Gilang ketika melihat Sang Istri bersimbah air mata.

"Bukan urusanmu, sebaiknya bersihkan dirimu dan jangan mencoba untuk bersikap manis apalagi sok peduli denganku!" cetus Nada yang tetiba saja bersikap seperti anak kecil yang sedang ngambek.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!