NovelToon NovelToon

Ampun Pak Dosen

Tampol Pake Kentut

Prolog..

"Apah! Cerai?"

"Ya.. cerai, kita akan cerai diam-diam?"

Zevan menatap lekat wajah cantik gadis remaja yang baru saja di nikahinya tadi. Pria itu sepertinya sangat menyesal. Tentu saja bukan pernikahan seperti ini yang dia harapkan

Zevan mendamba wanita dewasa seperti seseorang yang sampai detik ini masih betah bertengger di hatinya setelah sekian lama.

Wanita cantik itu seumuran dengannya, bisa bayangin gimana meleyot nya body wanita itu?

"O."

Gadis cantik bermanik mata biru itu hanya bisa ber"o" ria. Dia nggak kaget jika pria ini memang tak berniat untuk benar-benar menikahinya, tapi ada sedikit nyeri di sudut hatinya. Pria itu masih mencoba ingin meyakinkan Nata lagi tentang perasaannya.

"Hey, saya nggak cinta kamu begitu juga sebaliknya,  jadi jangan buang-buang waktumu untuk tua bangka seperti saya!"

Gadis elok itu pun tersenyum miring. Natasha membuang muka, sekilas  menatap wajah sang dosen yang terduduk di atas tempat tidurnya.

Nata menjauhinya, berjalan ke arah meja rias dan mengambil satu persatu hiasan rambut yang terpasang di kepalanya tadi.

"Apa bapak yakin akan menceraikan saya?" Nata berkata sambil membelakangi pria menjengkelkan itu.

Ia lalu mengurai rambut panjangnya dan menyisirnya perlahan. Zevan bereaksi dengan mengerutkan keningnya. "Kenapa saya harus ragu?"

Pria itu terkekeh seolah-olah mengejek gadis itu sambil menggeleng. "Kenapa aku harus galau dan bimbang, bocil ini lama lama bikin aku geregetan, aku bukan pedofil, yang suka daun muda seperti kamu!" Sanggahnya dalam hati.

Putus nyambung itu suatu hal yang  biasa dalam hidup Zevan. Apa lagi hubungan atas dasar 'one night stand.'

Ada puluhan mungkin bahkan ratusan, hubungan singkat yang pria itu sudah jalani selama ini, so untuk cerai dari Nata itu bukanlah masalah besar, sampai-sampai bisa membuat Zev galau? Hah yang benar saja?

"Saya sayang sama mama dan papa bapak seperti orang tua saya sendiri, begitu pula sebaliknya, saya nggak mau mereka sampai masuk rumah sakit lagi, kalau bapak ceraiin saya."

"Kalau orang tua saya itu urusan saya. Mereka pasti mau mengerti. Ya sudah kita cerai ya?"

Seenaknya Zev memberikan solusi. Seperti sedang mengobrol dengan bocah yang mudah di kelabuhi. Ah diberi permen saja, beres dah!

"Saya tetap nggak mau cerai pak, begini saja, bapak bebas  memiliki hubungan dengan wanita mana pun di luar pernikahan ini, tapi bapak juga jangan melarang saya untuk berhubungan juga dengan lelaki lain? Apa bapak mengerti?" Tantang si cantik sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Zev lalu mencolekkan ujung hidung mancungnya ke hidung pria itu

Sontak tubuh Zev berdesir menghangat. "Belajar nakal dari mana nih si bocil?" Selorohnya dalam hati.

Gadis belia itu dengan mudahnya menjelaskan bahwa dirinya mengijinkan Zev untuk selingkuh tapi jangan main  larang-larang kalau sampai suatu hari nanti pria itu melihat Nata dekat dengan laki-laki lain.

Zev, memberangus, wajahnya merah, mirip red bull. Dikiranya Nata hanya bisa diam dan menurut. Jangan lupa gadis ini juga punya modal untuk memiliki banyak fans seperti yang sering Zev lakukan

Dalam hati Nata geram. "Ugh! pengen gue tampol pake kentut nih orang, dasar tua bangka nyebelin!"

"Do i make my self clear sir?"

(Apa semua jelas pak?)

Zevan pun membisu tak bisa berkata-kata. Tenggorokannya tercekat.  pria itu tak menyangka jika gadis ini bisa membalik perkataannya dengan mudah.

"Jadi gadis ini menantangku? Bukannya takdir seorang istri itu kan, harus berbakti pada suami? Lantas  ini apa, kenapa si bocil ini malah bertingkah?" Tanya Zev dalam hati sampai keningnya mengerut.

Nata pun mengemas satu persatu pakaiannya yang tadi sudah di bawa masuk ke dalam kamar Zev untuk pencitraan keluarganya. Zev bereaksi dan berdiri mendekati Nata yang tampak sibuk. "Mau kemana kamu?" Tanya Zev dengan mencekal lengan Nata.

Mau kemana gadis ini malam-malam begini? Sedangkan orang tuanya pasti bertanya kenapa Nata pergi meninggalkannya setelah keduanya baru saja mengikat janji suci.

"Kenapa? Tuh kan belum juga cerai, bapak sudah nggak mau jauh dari saya gini?"

Bagai keruntuhan durian montong belum tuntas  perjanjian keduanya tadi,  tapi pria ini malah tak mau jika Nata meninggalkannya secepat ini.

Nata pun tak tahan menggodanya. Namun tentu menaklukan pria Casanova seperti Zev bukanlah perkara mudah. Walau Nata sangat tahu ini mustahil. Matanya sampai berkaca-kaca, berkata pada diri sendiri "Sha kamu pasti bisa membuatnya takluk padamu!"

Prolog End..

***

Obrolan santai  Balwin dan Reta saat menonton tv pagi setelah keduanya subuh~an berjamaah.

"Pah, kamu tahu nggak penyanyi Julio Iglesias. Yang aku fans berat itu.. dia mau ngadain konser lagi di Jakarta Lo." Seru Reta antusias. Penyanyi Amerika latin itu adalah penyanyi favorit Reta saat keduanya masih  memiliki satu putra yaitu Varell Santino.

"Iya aku juga udah ngecek jadwalnya.. Mam, kalo nyebut Julio itu "Hulio" huruf J nya di ganti H. Jangan kampungan gitu, ah.. Mamah..."  Cetus Balwin tanpa melihat raut wajah Reta yang sudah panas dingin dibuatnya.

"O.. gitu ya...?" Reta kemudian mencari cara untuk membalas suaminya.

"Iya.. deh pah.. emang kapan sih konsernya?" Tanya Reta sambil mancing. Reta masih gemas melihat Balwin ngobrol dengannya tanpa meliriknya sama sekali. Matanya selalu tertuju pada gadis-gadis muda yang berlenggak-lenggok di TV.

"Bentaran lagi harusnya Januari ini kok. Coba mama bantu liat."

Reta pun mencoba mencari berita konser penyanyi itu via Mbah Gogo dengan cepat.

"Papah itu kudet, emang tadinya Hanuari, tapi sudah diundur ke Huni kalo nggak Huli dasar kampungan!"

Reta pun melipir. Wanita cantik di masa tuanya itu merasa puas setelah membalas telak sang suami. Balwin pun tak bersuara bibirnya masih menggigit keripik singkong tanpa mengunyahnya setelah bulan berhuruf 'J' seketika berganti jadi 'H'

Nata yang mendengar obrolan ngocol keduanya itu, jadi ikutan terkekeh.

"Assalamualaikum, Oma, opa, seru banget sih?" Salam sapa Nata di pagi itu dengan cepat sungkem ke Balwin dan Reta yang kini sudah berpisah duduk.

"Waalaikumsalam nak." Jawab Balwin sambil mengusap puncak kepala gadis cantik itu.

"Udah jam berapa sayang? Calon cucu menantu Oma nggak kuliah?" Sambut Reta riang, saat Nata masuk membawa sekantung tas plastik besar berisi baju branded milik keluarga itu.

Nata dengan sopan meraih tangan kanan Reta lalu diciumnya dengan lembut. "Tanggung Oma, ada kuliah nanti, masih ham 11 kok." Nata ikutan mengganti huruf J menjadi H.

Balwin dan Reta yang bersitegang tadi pun terkekeh berjamaah.

To be continued..

Pasangan Gemoy tak kalah ngocol..

Natasha Seroja. Gadis cantik berusia 20 tahun ini terpaksa harus tertinggal satu tahun untuk masuk universitas.

Dikarenakan kesibukannya membantu orang tuanya bekerja hingga terlewat tes masuk universitas lewat pengajuan beasiswa.

Sebenarnya kedua orang tuanya sudah menyiapkan biaya untuknya berkuliah.

Namun gadis ini tak rela jika kehidupan mereka yang sungguh pas-pasan harus di bebani lagi dengan spp kuliah Nata yang memberatkan.

Nata terpaksa ketinggalan ujian untuk mendapatkan beasiswa di Universitas Gunadarsa dikarenakan sang ibu mendadak di rawat di rumah sakit karena kelelahan bekerja.

Pagi itu Nata menyempatkan untuk mengirim paket laundry milik keluarga Maldini yang sudah seperti keluarga baru baginya.

Kedua pemilik rumah itu begitu menyayanginya seperti cucu mereka sendiri. Sehingga gadis itu bisa bebas keluar masuk rumah gedong itu lewat pintu samping.

Reta tak henti-hentinya menjodohkannya dengan sang cucu yang juga berkuliah di universitas yang sama dengannya, tapi di semester akhir.

"Kalo kamu repot biar Varell yang ambil di ruko. Oma nggak apa-apa kok?"

"Hangan Oma, nanti si om minta ganti ongkos kirimnya dipotong ke harga laundry. Yaahhh mana bisa gitu omaaa? Nata ama orang tua Nata bisa di pecat dong?"

"Udah..udah.. jangan tiru opa Balwin emang suka sableng!"

Reta pun tak tahan untuk terkekeh lagi. Lalu mengajak gadis cantik itu turun dan meninggalkan Balwin yang masih asyik nonton 'pemandangan' di TV seraya melambai ke arah Nata, dan gadis itu pun membalas lambaian tangan Balwin dengan meringis menunjukkan deretan gigi seputih odolnya.

Seisi rumah itu suka sekali menggoda gadis itu tak terkecuali Varell dan istrinya hampir suka ngusilin gadis cantik itu. Siapa yang tak gemas jika berhadapan dengan wajah cantik Nata?

Pipi putih mulus kemerahan dan bibir merah semerah buah Cherry itu selalu dapat membuat pria mana saja tak berkedip melihatnya.

"Ya sudah ini Oma bungkusin menu makan hari ini buat kamu dan untuk orang tua kamu. Di makan ya sayang, jangan sampe telat makan lagi!"

Lagi-lagi kebaikan-kebaikan yang selalu di berikan tanpa pamrih oleh wanita berusia 65 tahun yang masih sangat cantik di usia rentanya itu.

Reta selalu membekali Nata dengan makanan lezat setiap Nata mengantar paket laundry ke rumahnya.

Tak ada maksud apa pun lantaran Reta sudah sangat mengenal Orang tua Nata dengan baik. Hanif dan Atikah sebagai pengantar laundry, sebelum Nata menggantikan tugas itu.

"Nata nggak tahu harus membalas Oma dengan cara apa...?"

Mata gadis itu langsung berkaca-kaca lalu Nata menunduk sambil mengusap bulir air mata yang jatuh di pipinya. "Heyy.. ada bawang merah ya disini, bentar Oma pinggiran dulu bawang merahnya."

Gadis cantik itu pun tergelak sambil mengusap air matanya lagi. Haru bahagia begitulah yang di rasanya saat ini. Reta selalu bisa mengalihkan kesedihan gadis riang ini menjadi tawa.

"Aduuh Oma lupa, ini yang ada dalaman wanita pasti milik si bujang lapuk itu?"

Wanita itu pun mengerutkan keningnya lagi sambil terduduk. Mengelus dadanya yang sedikit nyeri. Lagi-lagi ulah anak bungsunya yang sampai detik ini belum mau menikah tapi sukanya bergonta ganti pasangan.

"Omaaa! Oma nggak papa?"

Nata terpaksa kembali masuk ke ruang makan tempat Reta shock melihat pakaian dalam wanita berbeda ukuran yang pasti milik tidak hanya satu wanita.

"Omaaa, minum dulu, biar Nata yang antar ke apartemen bapak."

"Sayang Nata, kapan anak Oma itu insyaf?"

Sambil tersenyum Miley memeluk Reta erat menenangkannya agar tak anfal lagi seperti waktu itu.

"Nanti Nata jompa jampi biar si bapak insyaf."

Celetuk Nata tadi, tak ayal bisa sedikit menghibur hati Reta hingga terkekeh.

Setelah melihat keadaan Reta sedikit membaik. Nata memberanikan diri untuk mengantar baju dan beberapa celana dalam milik wanita itu ke apartemen Zevan sendiri.

Gadis cantik itu lebih dulu berhenti di pos satpam rumah Reta.

"Neng Nata manis, sinih di manja abang?"

"Nggak mau di manja maunya di timang?"

"Eh emang abang setua itu? Kita masih cocok jadi Anang~Ashanty atuh?"

"Hmm ini mah, Anang~Aurel."

Firman lalu bercermin setelah tersindir oleh kata-kata nyaring Nata, saat gadis itu berbalik menggodanya.

"Bang bisa kasih alamatnya pak Zevan nggak?"

"Eh ini neeng alamatnya, tapi eneng yakin mau kesono? Masalahnya jaraknya masih beberapa blok dari sin.."

Tin tin!

Obrolan mereka pun terpotong kala Varell kakak Zevan kebetulan mau berangkat ke kantornya di pukul 6.30 pagi itu.

"Nah tuh mas Varell mau berangkat ke kantor mending bareng." Saran firman padanya setelah Varell membuka kaca jendela mobilnya.

"Mau kemana Mbem?" Tanya Pria tampan gemoy itu seraya memicing.  Panggilan Mbem itu dari kata tembem karena pipi Nata yang begitu bulat putih kemerahan membuatnya gemas.. sangat.

"Om, Nata boleh nebeng ke apartemen bapak nggak?"

"Boleh tapi ada ongkosnya." Celetuk Shanaz sang istri dari sisi kirinya yang membeo.

"Iya deh, berapa ongkosnya?"

Dengan berat hati Nata pun bertanya berapa ongkos nebeng ke apartemen Zevan seraya menundukkan kepalanya dan meremas ujung kemeja putihnya.

Lalu kedua pasangan ngocol itu pun terpingkal kala godaan mereka sukses membuat gadis itu goyah.

"Igh tante, om suka banget bikin beban."

"Yeeeee kamu Mbem yang bikin beban?"

Gadis itu malah balik usil pada pasangan berbadan montog itu dengan melihat bentuk badan masing-masing lalu tertawa bersama.

"Salam dari Tulus dan TTdj." Pekik Firman dengan melambai ke mobil majikannya dan tak lupa memberi Nata kedipan mata sebelah.

"Heran deh kenapa abang-abang pada genit semua Ama kamu sih Mbem?"

"Ehh, gadis chuby pemikat hati kok malah ditempelin abang-abang sih?" Seru Varell dan Shanaz bergantian.

"Mending abang-abang juga dari pada aki-aki!"

Nata pun membalas telak godaan pasangan itu hingga membuat keduanya lagi-lagi terpingkal tak karuan.

"Sampe nih Mbem, kita tunggu  di bawah ya?"

Varell lebih dulu mengambil kartu acces dari security gedung apartemen itu agar Nata bisa langsung melesat ke lantai 35 tempat tinggal Zev.

"Tante nggak apa-apa ya? Nata kan baru pertama ke sinih?"

Nata yang ragu untuk naik ke tempat tinggal pribadi Zevan itu pun sedikit gusar. Ragu untuk berjalan sendiri ke dalam.

"Nggak apa-apa, kita udah kasih tahu Bi Marni kalo kamu antar cuciannya."

Ah lega ternyata di dalam apartemen itu sudah ada asisten rumah tangga yang menjaganya. Syukurlah Nata tak perlu lagi khawatir akan bertemu sang dosen di sana.

"Baik om, Tant. Makasih, nanti Nata sekalian berangkat ke kampus."

Varell dan Syahnaz kompak menyatukan kedua jari jemari mereka hingga membentuk simbol hati "ini untukmu dari Rafael." Seru mereka sambil melambaikan tangan kemudian.

Nata pun menggeleng saat keluarga itu selalu menjodohkannya dengan Rafael. Sedangkan Rafael sendiri tak pernah bersikap ramah padanya.

Sedangkan sang dosen di lantai 2 ternyata sedang disiksa oleh seorang perempuan, melahap dengan rakus miliknya hingga pria itu mengerang..

"Shit!"

Erangan itu malah terdengar seperti orang kesakitan karena terhimpit 'sesuatu'.

To be continued..

Tinggalkan jejak yuk yuk dear?

Ngembang Tapi Bukan Roti..

Seorang wanita membuka pintu megah itu, melempar senyum  sambil bertanya.

"Angkat tangan!"' Seru Nata usil pada asisten rumah tangga Zevan.

"Eh dooooor eh.. eh.. doooorr!" Pekik latah Marni dengan kedua tangannya diangkat keatas berulang-ulang.

"Pistolnya copot!" Pekik Nata lagi tak tahan menggodanya.

"Eh copot copot eehhh, ehhh, aduuuhhh neng geulis ahhh, suka godain bibik!"

Wanita itu sampai mengangkat kedua tangannya lagi sambil sedikit melompat saking kagetnya. Kemudian mengelus dadanya karena kaget.

Nata sampai memegangi perutnya sendiri sambil menahan tawanya.

"Neng geulis? Tumben kemari, aduhh bibik sampe copot ehh copot copott? Neng Nata teh meni geulis pisan, ada cucian aden ya?"

Marni, wanita paruh baya berusia 55 tahun, sudah 25 tahun mengabdi di keluarga Maldini sedari muda.

Ia bertugas membersihkan penthouse Zevan hingga siang hari saja, selebihnya Marni harus kembali ke kediaman Reta dan Balwin Maldini.

Seperti biasa wanita itu selalu kagum melihat penampakan gadis remaja di depan matanya dengan mata berbinar-binar.

Padahal Marni tak ubahnya seperti para penikmat wanita yang datang silih berganti ke apartemen Zev saking seringnya mereka keluar tepat di saat Marni akan beranjak dari penthouse mewah Zev di siang hari.

Wanita cantik, liar, menggeliat, ngesot, bahkan nungging dengan berbagai gaya, pernah di jabaninya. Ingin rasanya menghujat sai pria hidung belang penjajah wanita di dalam sana, tapi apa daya Marni hanyalah pembantu yang tak berhak melakukan tindakan lain kecuali pekerjaannya.

Jangankan menegur, menyapa saja Marni tak pernah, bagaimana tidak, Zev datang di saat Marni sudah pulang dan berangkat saat Marni sudah selesai membereskan kediamannya.

Sang dosen akan bangun tepat di jam 12 siang karena jadwal kuliah yang diambilnya hanya disiang hari kecuali hari ini.

Balas senyum dari Nata padanya. "Assalamualaikum bik? Cuma mau antar laundrynya bapak."

Tepat di saat gadis cantik itu membuka mulutnya keluarlah suara nyaring lebih mirip ke cempreng, khas remaja yang tak cocok dengan penampakan luar biasa wanita dewasa pada dirinya yang  sungguh mempesona.

Marni mulai memeriksa satu persatu  baju-baju Zev, yang hanya ada Kemeja, beberapa tuksedo dan Jaz mahalnya.

Sedangkan yang lebih mengkhawatirkan yakni ada sekitar dua belas G~ string warna-warni dengan berbagai ukuran.

Siapa yang melihatnya pasti akan tertegun dan membelalakkan matanya. Sebenarnya pria ini sudah menghabiskan malam dengan berapa banyak wanita sih, dalam sepekan?

Marni merangkul lengan Nata dan berkata..

"Neng, coba deh neng Nata aja yang masukin di almari den Zev, karena bibik trauma."

Marni khawatir bila kejadian tempo hari itu terulang kembali. Wanita paruh baya itu bolak balik memergoki Zev dan pasangan tidurnya masih mengaduk lendir bersama di siang hari bolong.

Bagaimana tidak, suara-suara desis, jeritan, lenguhan sering kali di dengarnya tiap kali melintas di walk in closet Zev dengan maksud  membereskan pakaiannya.

Kalau sudah begitu, Marni tak mau lagi menengok para koleganya walau kondisi mereka berantakan.

Kolega alias lemari, sapu, pel, meja kursi..

Entah, menurun dari mana, hingga pria itu tak ubahnya seperti binatang buas yang tak pernah puas menyalurkan nafsunya dengan satu wanita saja.

Marni pernah membatin. "Apa batangnya nggak bengkok kalo di asah terus begitu? Si Aden kuat amat yak?"

Firasat janda tak pernah salah. Maklum Marni juga pernah merasakan nikmatnya di pompa siang dan malam oleh almarhum suaminya. Terkadang ada Gelayar aneh dalam dirinya ingin berpasangan kembali agar bisa memenuhi hasratnya yang terus-menerus dimingi-imingi oleh Zev tiap hari.

Nata bereaksi.."Trauma?"

Marni mengangguk sambil menunjukkan puppy eyesnya pada gadis cantik itu. Nata pun iba,  kemudian menuruti perkataan Marni untuk menata celana dalam, yang  lebih mirip saringan tahu itu ke tempat yang di katakan oleh Marni tadi di lantai 2.

Nata mengira pasti Marni sudah di maki habis-habisan oleh si dosen killer lantaran mengganggu waktu istirahatnya.

Marni melepaskan rangkulannya, jarinya menunjuk ke lantai 2. "Neng hati-hati ya? Awas mupeng eh salah.. awas jangan berisik."

***

Sesampai di lantai 2, didengarnya sayup-sayup orang kesakitan. "Pelan-pelan aja sss.."

Suara desisan pria yang sepertinya merintih,  semakin terdengar bersamaan dengan Langkah kaki Nata. Gadis itu mendekat cepat ke walk in closet Zev. "Pasti ada yang mau ngelukain Pak Zevan tuh?" Omongnya pada diri sendiri.

"Hey! Lepas!"

"Bapak nggak papa?"

Nata tercengang bukanya malu menutup matanya malah melolok semakin memperjelas penglihatannya.

Benar kata Marni kejadian itu pun terekam di otaknya. Namun gadis yang berlagak lugu  ini malah menarik si perempuan yang sedang lesehan, memberi service pria itu dengan mulutnya tadi,  hingga pusaka pria itu mengacung  dan si wanita  terpelanting.

"Beraninya  kamu!"

Wanita itu marah, sambil mengusap bibirnya dengan tisu.

"Aaaak!" Umpat Zevan geram.

Zev kemudian memasukkan pedangnya ke dalam Zipper celana kantornya dengan tatapan tersiksa bagai menahan sesuatu yang ingin meledak dan ingin memuntahkannya pada wajah Nata sekarang juga.

"Honey? Whos this girl?" Tanya Erina sambil terengah.

"Sa saya tukang laundry." Jawab Nata polos setelah sadar bahwa tindakannya barusan salah. Nata sedikit membungkuk tak berani melihat ke arah  keduanya.

"Pergilah!" Pekik keras Zev dengan menunjuk ke pintu keluar.

"Ba baik pak maaf!"

Nata pun patuh merasa sudah salah sasaran. Kenapa adegan enak-enak tadi malah bubar jalan akibat ulahnya. Nata menggigit bibirnya sendiri sampai meringis, lalu nyelonong pergi.

Bayangkan apa yang akan terjadi pada gadis ini setelah ini? Apakah Nata akan selamat? Namun sebuah tangan gempal menghalau jalannya.

"Bukan kamu! Tapi dia!" Titah Zev tegas.

"But honey?" Erina mendekatkan bibirnya ke pipi Zev.

"Apa boleh tukang laundry secantik ini?" Bisik wanita itu di telinga Zev sambil sedikit memberi jilatan  di sana. Sontak pria itu bergidik jijik dan mengusap daun telinganya yang sudah basah dengan menyambar kain g~string layaknya saringan tahu dari kantong plastik Fancy Laundry.

Zev mengutuk kebodohannya sendiri, kenapa harus menuruti pinta manja Erina untuk melakukan pertempuran sekali lagi di WIC nya tadi?

Tangan Zev masih menunjuk ke arah pintu keluar sambil melotot ke arah wanita itu. Sementara itu si wanita malah tak ikhlas jika harus di usir dalam kondisi seperti ini alias kentang?

Nata menelan ludahnya kasar saat pusaka Zev masih sedikit menyembul di balik zipernya yang jadi mengembang.

Zev dengan sigap menangkap arah pandang gadis itu lalu menutupi penglihatan Nata dengan tangan kanannya.

"Hey dengar, apa kamu tahu sopan santun? main seruduk aja, kamu tahu akibat dari perbuatanmu tadi!" Marah Zev dengan berkacak pinggang. Zev tak sadar jika Ziper cembung miliknya terbuka lagi.

"Loh,  saya kan datang untuk nolongin bapak yang kesakitan, ehh nggak tahunya sakit karena it.. ituhh?" Celoteh Nata makin membuat Zev tersiksa Luar dalam.

To be continued..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!