NovelToon NovelToon

Parasite Island

EP 01 MALAPETAKA

Jakarta, Bandara Soekarno-Hatta.

    Suara mesin berdengung pelan, di sebuah bandara terlihat satu pesawat yang berisikan hampir 500 orang bergerak pelan untuk mengudara. Di dalam pesawat, terlihat anak kecil berumur 8 tahun dengan rambut yang di kuncir satu menatap ke luar jendela pesawat dengan gembira. Matanya begitu berbinar terang sambil melihat pesawat yang di tumpanginya  bergerak perlahan.

   "Aida sayang~ kamu harus duduk dengan tenang, pesawatnya mau meluncur" ucap seseorang dengan lembut.

   "Ah, baik ibu" jawab anak tersebut pada ibunya.

   Pesawat meluncur ke atas dan mengudara di udara. Dari atas terlihat gumpalan awan putih memenuhi langit di sekelilingnya. Terlihat pemandangan hijau serta birunya daratan dan lautan, terlihat elok nan indah di pandang. Aida tidak henti hentinya menatap ke arah jendela pesawat menikmati pemandangan.

    "Kamu sepertinya senang sekali ya" ucap ibu Aida yang melihat anaknya terus menatap jendela pesawat dengan gembira.

    "Ya, karena ini kali pertamanya aku jalan jalan naik pesawat, aku sungguh tidak sabar setelah kita sampai di sana. Jika sudah sampai, aku ingin banyak ambil foto agar banyak kenangan jalan jalan bersama ibu" jawab Aida dengan semangat.

    "Hahaha, tentu sayang. Nanti kita akan banyak berfoto ya" ucap ibunya ikut senang karena anaknya senang.

   20 menit berlalu, Aida terlihat tertidur dengan lelap. Ibunya menyelimuti anaknya tersebut dengan selimut kecil yang menutupi tubuh bagian atasnya.

   "Hhmmm, toilet di mana ya?" Ucap ibu Aida sambil celingak-celinguk.

    Melihat ada seorang pramugari yang tak jauh di belakangnya. Ibu Aida mendekat pada pramugari tersebut hendak menanyakan dimana toilet.

   "Permisi" ucap ibu Aida.

   "Ya ibu, ada apa?" Tanya pramugari.

   "Anu, toilet ada di mana ya?" Tanya ibu Aida.

    "Oh, toilet ada di sebelah kiri belakang kargo" jawab pramugari dengan sopan.

    "Oh, terima kasih" jawab ibu Aida.

    "Sama sama" jawab pramugari.

   Ibu Aida berjalan ke belakang kargo pesawat, terlihat ada tulisan toilet di pintu sebelah kiri. Ibu Aida hendak masuk ke dalam toilet tersebut, namun baru saja berjalan mendekati pintu tersebut. Tiba tiba pesawat bergetar hebat, ibu Aida panik segera berpegangan karena hampir jatuh.

    Suara alarm berbunyi,  "perhatian! Kepada para penumpang agar tetap berada di kursi masing masing , mengencangkan sabuk pengaman dan harap duduk  Dengan  tenang"  begitulah kata kata yang di sampaikan oleh kru pesawat.

   Ibu Aida berlari karena mencemaskan anaknya, pasti anaknya kini ketakutan. Tiba tiba, pesawat kembali bergetar kencang. Ibu Aida sampai terjungkal ke belakang.

    "AIDA!!!" Teriak ibunya panik.

   Di tempat lain, Aida panik seperti yang lain. Dirinya terbangun akibat getaran hebat dari pesawat, dirinya tidak melihat ibunya di sampingnya. Dan pesawat terus bergetar dengan kencang.

   "Ibu..ibu...ibu!.." Aida menangis ketakutan sambil memegang erat kursi yang di tempatinya.

    Dari atas muncul asap hitam memenuhi ruangan pesawat, Aida semakin panik. Pesawat yang dinaikinya bergoyang ke atas ke bawah dengan kencang, Aida bahkan hampir terlempar jika tidak menggunakan sabuk pengaman.

    Pesawat terlihat tenang, para penumpang kembali tenang. Namun, tidak lama dari situ. Terdengar sebuah ledakan di belakang kabin pesawat. Para penumpang di kejutkan kembali dengan kobaran api dan asap hitam di belakang kabin. Seluruh sistem pesawat seketika mati, pesawat kehilangan enzim nya. Pesawat langsung meluncur turun dari atas ke bawah.

    "AAAAAA!!!" seluruh penumpang pesawat menjerit histeris.

    Pesawat masih meluncur turun ke bawah, Aida menangis ketakutan. Ibu Aida berlari dengan tergesa-gesa menemui Aida.

   "Ibu! Aku takut!" Teriak Aida sambil menangis.

   Ibu Aida menatap pada jendela pesawat, pesawat masih jauh dari daratan. "Aida, kamu tunggu disini! Jangan lepas sabuk pengamanmu. Ibu akan memeriksa ruang kendali!" Ucap ibu Aida mengalahkan suara jeritan para penumpang pesawat.

   Ibu Aida berlari ke bagian ruang kendali pesawat, di setiap langkahnya ibu Aida harus berhati hati karena pesawatnya terus bergetar.

    Di depan pintu ruang kendali, ibu Aida hendak membuka pintu tersebut namun pintu tersebut terkunci dari dalam.

   "Apa ini harus terjadi sekarang?!" Ucap ibu Aida kesal.

   Ibu Aida mendobrak pintu tersebut, satu kali, dua kali, tiga kali mendobrak pintu akhirnya terbuka. Ibu Aida terkejut karena pilot pesawat tidak ada di tempatnya. Ibu Aida segera duduk di kursi sebelah kiri untuk mengambil alih kemudi pesawat.

    Seorang pramugari masuk ke dalam ruang kendali, dirinya juga terkejut karena tidak melihat pilot pesawat.

    "Apa yang anda lakukan di sini?!" Ucap pramugari tersebut.

    "Tolong bantu aku! Nyalakan saklar daya cadangan di belakang!" Ucap ibu Aida.

    "Tapi.."

    "Tak ada tapi tapi, ini menyangkut semua nyawa yang ada di sini!" Ucap ibu Aida.

    "...baik! Saya akan menyalakannya!" Jawab pramugari tersebut.

    Ibu Aida menekan beberapa tombol di sebelah kanannya, tak lama setelah itu mesin pesawat kembali hidup. Sepertinya pramugari tadi berhasil menyalakan saklar daya cadangan.

   "Bagus!" Ucap ibu Aida.

   Ibu Aida menekan satu tombol di atasnya dan satu tombol lagi di sebelah kirinya. "Ayo!" Teriak ibu Aida sambil menarik kemudi pesawat.

    Ibu Aida dengan sangat kuat menarik tuas kemudi, perlahan kecepatan pesawat sedikit demi sedikit melambat.

   Namun tetap saja pesawat tidak mau meluncur ke atas karena beberapa mesin kabin ada yang rusak, pesawat masih meluncur ke bawah namun tidak secepat sebelumnya. Ibu Aida melihat permukaan tanah dengan banyak pohon, sayang sekali pesawat ini tidak bisa di hentikan dan terpaksa harus mendarat dengan kasar.

    Ibu Aida sempat berlari keluar dari ruang kendali, namun kecepatan pesawat masih sangat cepat. Baru saja dirinya keluar dari ruang kendali pesawat langsung menabrak permukaan tanah.

    BBUMMM!!! Terdengar bunyi benturan yang sangat keras, pesawat terhempas beberapa kilo meter. bagian depan pesawat hancur, dari belakang pesawat terlihat asap hitam masih mengepul. Ibu Aida terlihat terkapar di dalam pesawat, namun dirinya memaksakan tubuhnya agar berdiri untuk melihat keadaan Aida.

   Di dalam pesawat, Aida terduduk di kursinya.  Sabuk pengamannya masih melekat dengan erat, terdapat luka dan darah di sekitar wajah dan lengannya. Dengan kesadaran yang semakin menipis, dirinya melihat ke sana kemari mencari seseorang.

   "Ibu...ibu..?" Ucap Aida dengan sangat pelan seperti suara bisikan.

   Orang yang di panggilannya tidak terlihat, nafas Aida terengah-engah, kepalanya begitu sakit begitu pula dengan tubuhnya. Pandangannya pun semakin buram, asap semakin tebal membuat dirinya tak bisa bernafas.

   "Aida..Aida!" Terdengar samar samar suara ibunya memanggilnya. Namun apa daya, Aida sudah tak bisa menahan kesadarannya, pandangannya menjadi begitu gelap.

    Ibu Aida menghampiri anaknya dengan badan penuh luka, anaknya tak sadarkan diri. Dengan segera ibu Aida melepaskan sabuk pengaman Aida dan menggendongnya ke luar pesawat, sayang sekali dirinya tidak bisa menyelamatkan yang lain, tapi anaknya tentu sangat berharga.

   Ibu Aida keluar bersama anaknya, ibu Aida membaringkan Sunda di tanah dan menepuk pelan pipinya berharap anaknya bangun.

   "Aida! Bangun Aida!" Teriak ibunya dengan cemas.

   Aida masih terbujur lemas,  "sial, apa kami tidak bisa tenang satu hari saja? Mereka sampai merencanakan ini" ucap hati ibu Aida. Sepertinya ada sesuatu yang berhubungan dengan ibu Aida dan Aida dengan seseorang, bahkan rupanya kecelakaan ini adalah rencana seseorang.

   Terdengar dengan samar suara langkah kaki dari jauh, ibu Aida menduga jika itu adalah mereka yang ingin menangkapnya serta Aida. Dengan cepat ibu Aida mengendong kembali anaknya dan segera berlari ke dalam hutan.

   "Dia kabur! Tangkap dia!" Terdengar suara teriakan.

   Ibu Aida tidak mau berbalik ke belakang, dirinya terus berlari tanpa arah ke depan menelusuri dalamnya hutan. Tak jauh dari ibu Aida yang tengah berlari, seseorang memegang senjata berupa sniper. Sniper tersebut sudah di arahkan ke kaki ibu Aida, orang tersebut menekan pelatuk sniper tersebut.

    Satu peluru melesat dan tepat mengenai kaki ibu Aida, ibu Aida terjatuh terperosok ke tanah. Tidak dia sangka rupanya di bawah sana ada sebuah jurang yang tertutup oleh tumbuhan liar. Ibu Aida terperosok ke dalam jurang tersebut, sambil terus memeluk anaknya ibu Aida terus meluncur ke bawah, hingga ada sebuah aliran sungai yang deras. Ibu Aida semakin erat memeluk Aida dan akhirnya terjerumus ke dalam aliran sungai yang deras tersebut.

    Orang orang tadi yang mengejar ibu Aida berhenti lalu menatap ke arah aliran sungai yang dimana ibu Aida jatuh tadi.

   "Cih! Sialan! Cari dia ke bawah!" Ucap salah satu dari mereka.

EP 02 PERMULAAN

"Aida..bertahanlah! Bangunlah...Aida!"

   Aida bangun dari pingsannya, nafasnya terengah engah. Aida melihat ke sekeliling ruangan, ruangan ini begitu aneh. Bukan rumah sakit, atau tempat pengungsian. Karena di dalam sana hanya ada dirinya saja yang terbaring.

   Aida merasakan sakit di tangan bagian kirinya, dilihatnya tangannya sudah memakai perban putih. Kepalanya juga di balut oleh perban juga. Ruangan ini didirikan dengan tenda berwarna hijau tua. Di sebelahnya ada peralatan medis, seperti jarum, beberapa botol cairan dan sebagainya.

    Jika di rasa rasai lagi, entah kenapa ada yang aneh dengan dirinya. Dirinya tidak mengingat apapun, yang dia ingat hanyalah namanya saja dan kecelakaan pesawat sebelumnya. Apa yang terjadi? Lalu suara seorang wanita yang memanggilnya? Siapa dia?

    "Apa yang terjadi? Aku sama sekali tidak mengingat apapun"  rutuk hati Aida.

   Dua orang yang memakai baju serba hitam, dari sepatu, baju, topi dan maskernya berwarna hitam. Mereka berdua menatap Aida dengan tajam, wajah mereka begitu menyeramkan bagi Aida yang masih anak anak.

   (Dalam bahasa Rusia) "Dia sudah bangun, kita apakan dia?" Ucap salah satu dari mereka.

    Aida kebingungan, kenapa bahasanya begitu aneh? Aida hanya diam mendengarkan.

    "Atasan bilang, jika dia sudah bangun langsung bawa keluar" jawab temannya.

    "Kau yakin? Padahal dia baru saja bangun" tanya temannya kembali.

    "Ya sudahlah, ini juga perintah. Jika kita tidak mengikutinya bisa bisa kita tidur di kandang macan!" Jawab temannya.

    "Hah, baiklah. Hey kau! Sekarang bangunlah dan ikut kami" ucap salah satu dari mereka.

    Aida merasa jika orang tadi berbicara padannya, hanya saja dirinya tidak mengerti apa yang di katakannya.

   "Cih! Malah bengong, cepat bangun!" Ucap salah satu dari mereka yang langsung menarik tangan kanan Aida dengan kasar.

    "Aww, sakit. Lepaskan aku!" Ucap Aida.

   Aida di bawa paksa ke luar tenda, di luar dirinya langsung di hempaskan sampai terjatuh.

   Tangan kirinya tak sengaja terbentur ke tanah, rasa sakit terasa di bagian tangan kirinya. Aida memegang tangan kirinya sambil menahan sakit.

   Di luar tenda, tidak seperti yang Aida harapkan. Di luar banyak sekali orang yang berlalu lalang, ada yang membawa kotak, berjalan ke sana kemari, ada juga yang memberi arahan pada seseorang.

   "Apa ini?" Ucap Aida pelan.

   Salah satu dari dua orang yang tadi mendekati Aida, di angkatnya dirinya agar berdiri secara paksa. Orang tersebut memegang tangan kirinya, Aida menjerit kesakitan.

    "Hei, apa yang kau lakukan?! Itu sakit! Lepaskan aku!" Teriak Aida.

   "Cih! Ini bocah" ucap orang tersebut kesal.

   Datang seorang lagi dengan menggunakan pakaian khas Dokter, terlihat orang tersebut laki laki. Dirinya mendekat saat melihat keributan terjadi pada Aida. Terlihat ada nama di baju sebelah kirinya bernama Dr.Cris.

   "Hei, lepaskan tanganmu darinya. Kau ingin membuat tangannya patah?" Ucap Dokter Cris.

   "Hah! Ini sudah tugas kami membawanya!" Ucap orang yang tadi memaksa Aida untuk berdiri.

   "Bukan seperti itu caranya, jika kau bersikap kasar padannya tentu anak itu tidak akan mengerti. Sudah kalian pergi saja, anak ini aku yang akan urus" ucap Dokter Cris.

   Dua orang yang tadi bersama Aida langsung pergi Tanpa berkata kata, sepertinya Dokter Cris adalah orang yang berpengaruh di sini. Aida menatap Dokter Cris, begitu juga dengan Dokter Cris. Dirinya menatap Aida yang masih terduduk di tanah.

    Dokter Cris mulai mendekati Aida dan berjongkok di hadapannya. Lalu dengan wajah yang ramah sambil tersenyum, Dokter Cris berkata. "Kamu tidak apa apa? Ayo ikutlah denganku, aku akan mengobati lukamu" ucap Dokter Cris dengan lembut.

   Aida mematung, bahasanya bisa dia mengerti. "Anu, paman..." Ucap Aida memberanikan untuk berbicara.

   "Hahaha, kamu pasti terkejut ya. Ayo kita ke ruangan ku dulu dan mengobati lukamu. Setelah itu, aku akan memberitahumu kenapa kamu ada di sini" ucap Dokter Cris menjulurkan tangannya.

   Aida merasa jika Dokter Cris tidak jahat, Aida mengikuti arahan Dokter Cris. Hingga tiba dirinya di sebuah tenda berwarna hijau tua. Namun ini lebih kecil dari ruangan sebelumnya.

    Di dalam terdapat satu meja dengan beberapa lembar dokumen di atasnya serta lampu, ada tiga kursi di pasang di meja tersebut, satu di belakangnya dan duanya di depan meja. Lalu ada beberapa laci bertingkat, alat alat medis lainnya dan satu kasur untuk pasien, lengkap dengan satu selimut dan satu bantal.

   "Nah kamu duduk di sini dulu ya" ucap Dokter Cris.

   Aida duduk di salah satu dua kursi di depan meja, Dokter Cris membawa anti septik, perban dan beberapa buah plester luka.

    Setelah membawa benda tersebut, Dokter Cris duduk di samping Aida dan membuka perban di kepalanya. Terdapat beberapa luka yang di jahit, dokter cris membersihkan sisa darah yang masih ada di luka tersebut dan di ganti dengan perban putih yang baru. Setelah itu lanjut ke bagian tangan kirinya dan melakukan hal yang sama.

   "Anu, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini?" Tanya Aida memulai percakapan.

   "Haha, kamu tidak sabaran juga ya. Baiklah aku akan memberitahumu, kenapa kamu ada di sini? Tentu itu sudah menjadi pertanyaan yang lumrah, kenapa kamu ada disini karena... kamu di temukan ada di sungai, mengambang dan seterusnya kami menemukanmu di sini" jawab Dokter Cris.

    "Sungai? Tapi, bukankah aku kecelakaan pesawat? Karena itulah yang aku ingat"  rutuk hati Aida.

    "Ya, penyebabnya masih belum pasti dan kami masih mencari identitasmu. Jadi, selama kami belum mendapatkan identitasmu kami akan merawatmu di sini. Kamu juga harus mentaati peraturan ya, jika tidak kamu pasti akan di hukum" jawab Dokter Cris sambil membersihkan sisa darah dari luka tangan Aida.

   "..., Lalu kenapa aku tidak mengingat apapun?" Tanya Aida kembali.

   "Kenapa? Itu karena kondisi mentalmu yang menyebabkan hilangnya beberapa memori dalam ingatanmu, tapi tenang saja kau bisa mengingat semuanya secara perlahan" jawab Dokter Cris.

   Aida termenung, dirinya benar benar tidak ingat apapun. Tapi anehnya, Dokter Cris bilang jika dirinya di temukan di sungai padahal dirinya jatuh dari pesawat. Ini agak aneh, ya benar benar aneh. Apakah itu hanya mimpi saja?

    "Baiklah sudah selesai, lukamu akan mengering dalam waktu lima hari, jadi selama lima hari ini kamu akan tinggal dulu di sini lalu setelah kamu sembuh kamu bisa pindah ke asrama" ucap Dokter Cris sambil membereskan perban dan peralatan yang tadi dia pakai.

   Asrama? Apa ini semacam sekolah? Tapi jika dilihat, disini hanya ada orang dewasa saja tidak ada anak anak selain dirinya.

   "Baiklah, terimakasih karena mau  mengobati ku paman" jawab Aida.

   "Haha, wajahku setua itu ya? Padahal aku baru saja berumur 21 tahun" ucap dokter cris.

   "Eh? Maksudku kakak" ucap Aida.

   "Haha, tidak apa apa. Panggil saja aku kakak Cris atau Cris saja, biar lebih mudah" jawab Dokter Cris.

   "Baik" jawab Aida.

    "Haha, benar benar anak penurut ya. Sayang sekali dirinya harus mengalami hal ini"  rutuk hati Dokter Cris.

                                                                                  ***

Hari hari berganti, Aida di rawat oleh Dokter Cris selama satu Minggu. Pekerjaannya hanya duduk, makan, tidur, dan belajar bahasa dengan Dokter Cris. Dokter Cris sangat berbeda dengan yang lain, Dokter Cris lebih lembut dan selalu membuat Aida nyaman.

    Ini adalah hari terakhir Aida tinggal bersama Dokter Cris, Dokter Cris bilang jika dirinya sudah sembuh total dan akan di pindahkan ke asrama.

   Aida di antar langsung oleh Dokter Cris menuju asrama yang tak jauh dari tempatnya, tapi tetap saja dirinya harus menaiki kendaraan agar cepat sampai. Serta jalanannya pun tidak mulus, banyak bebatuan serta jalan yang berbelok belok.

    Tapi hanya 15 menit dari sana, mobil yang di kendarai Aida dan Dokter Cris berhenti. Di depan mereka ada sebuah gerbang yang terbuat dari besi dan di jaga oleh beberapa orang.

    Seorang penjaga dengan menggunakan baju hijau tua mendekat ke arah mobil, "tunjukan identitasmu" ucap penjaga tersebut.

   Dokter Cris mengeluarkan sesuatu dari balik kerah bajunya, ada sebuah kalung logam bertuliskan namannya serta pangkatnya sebagai seorang dokter.

    "Boleh aku masuk sekarang?" Tanya Dokter Cris sambil tersenyum.

    "Baik, maaf membuatmu menunggu. Silahkan masuk" jawab penjaga tersebut yang lalu membukakan pintu yang terbuat dari besi tersebut.

    Dokter Cris melajukan kembali mobilnya, lalu memarkirkannya di tempat parkiran. Aida dan Dokter Cris keluar dari dalam mobil dan berjalan menuju pintu besi lainnya.

    Rupanya letak asrama ini berada di tengah hutan, sayang sekali Aida tidak tahu kini dirinya ada di mana. Karena Dokter Cris tidak memberitahunya, katanya tempat ini di rahasiakan. Memangnya ini tempat apa? Semacam persembunyian kah?

   Dokter Cris dan Aida masuk melewati pintu dari besi, di dalam terdapat beberapa orang yang berlalu lalang. Di sini terdapat beberapa bangunan bertingkat, ada juga yang memakai tenda. Di sini lebih ramai di bandingkan di tempatnya kemarin.

   Cris dan Aida masuk ke sebuah bangunan yang tidak terlalu besar, di dalam ada kasur tunggal serta lemari kecil dan ada meja di mana meja tersebut di duduki oleh seseorang. Orang tersebut begitu gagah dengan otot-ototnya yang besar dan kuat, wajahnya begitu tegas menatap tajam pada Dokter Cris lalu menatap Aida.

   "Komandan Zero, saya membawa anak ini sesuai perintahmu" ucap dokter Dokter Cris.

   "Haha! Bagus, sekarang kau boleh pergi" jawab komandan Zero dengan bahasa yang tidak di mengerti oleh Aida.

    "Lah, orang ini memakai bahasa yang berbeda lagi. Aku tidak mengerti apa yang di  katakannya "  ucap Aida dalam hati.

    "Nah, mulai sekarang kamu akan tinggal di sini. Dia adalah komandan Zero, kau harus bersikap baik padannya dan kamu harus mematuhinya" ucap Dokter Cris pada Aida sambil tersenyum.

    Aida mengangguk, "baiklah" jawab Aida.

   "Biar saya saja yang mengantarnya komandan" ucap Dokter Cris.

   "Baiklah, terserah. Anak ini sudah istirahat cukup lama, besok kau akan mulai bekerja keras" jawab komandan Zero dengan senyum mengerikan ke arah Aida.

   Dokter Cris hanya diam dengan wajah yang kesal, Aida tidak mengerti apa yang tadi komandan Zero bicarakan karena dirinya tidak mengerti bahasa yang di katakan oleh komandan Zero.

    Dokter Cris mengantar Aida ke sebuah bangunan bertingkat, di sana Dokter Cris menempatkan kamar Aida di lantai bawah. Ada kasur bertingkat berbaris dua jajar dengan tiga tingkat, kamar ini bisa di isi oleh 6 orang sekaligus.

    "Nah, ini kamar kamu. Baju kamu ada di dalam lemari, pakai itu mulai besok ya" ucap Dokter Cris yang lalu meninggalkan Aida sendirian.

    Aida memilih kasur di bagian bawah karena dirinya tidak mau capek capek memanjat ke atas. Aida duduk termenung di kasurnya, kamarnya masih kosong melompong, entah dirinya akan dapat teman sekamar atau tidak.

   Aida penasaran dengan bajunya di dalam lemari, Aida mencoba mengecek lemari yang ada di sampingnya. Omong omong sepertinya setiap kamar ada satu lemari, di dalamnya terdapat 6 setelan baju dengan atasan berwarna putih dengan tangan pendek, dan celana panjang berwarna hitam. Bahkan ke 6 dari baju tersebut sama ukuran dan warnanya.

    "Hei siapa kau!" Teriak seseorang dari pintu masuk kamar dengan bahasa yang tidak di mengerti oleh Aida.

   "Hah!?" Jawab Aida sedikit kaget dan langsung menutup lemari.

   "Siapa kau?! Apa kau pencuri!" Ucap anak tersebut.

    Aida masih melongo tidak paham yang anak tersebut katakan. Anak ini sepertinya satu tahun di atasnya, laki laki dengan rambut pendek.

    "Hei, kau membuat keributan lagi bisa bisa kita berdua harus tidur di atap" ucap salah satunya lagi yang tiba tiba muncul dari balik pintu.

    "Ini anak dari tadi cuman melongo, dia tidak menjawab perkataanku. Dasar! Apa perlu aku beri pelajaran dulu baru dia akan menjawab?!" Jawab anak tersebut kesal.

   "..." Anak yang baru saja muncul dari balik pintu mendekat pada Aida, di tatapnya wajah Aida dengan serius.

   "Kau..apa kau anak baru? Wajahmu belum pernah aku lihat. Siapa namamu?" Ucap anak tersebut.

   "Eh? Apa?" Jawab Aida tidak mengerti.

   "Hah, sepertinya dia bukan orang sini. Wajah dan gaya bicaranya pun berbeda" ucap anak tersebut yang lalu menarik kerah baju bagian belakang Aida agar bahu bagian kirinya terlihat. Ada tulisan hitam dari tato sebuah angka bertuliskan 467.

   "Haah, rupanya benar kau anak baru. Jadi kita punya junior di sini, aku 324. Lalu dia 342, salam kenal teman sekamar baru 467" ucap anak tersebut yang di panggil sebagai 324.

    Mungkin kalian bingung kenapa di sini tidak ada nama melainkan nomor, karena mayoritas beberapa dari anak anak atau orang dewasa tidak mengetahui nama mereka, jadi nama mereka di gantikan dengan nomor. Hanya yang berpangkat tinggi saja yang bisa mendapatkan sebuah nama.

    "Hoo, jadi dia anak baru toh? Perempuan lagi, pasti dia tidak akan lama disini. Menyebalkan juga karena kamar ini akan jadi semakin sempit" rutuk 324.

    Aida hanya memperhatikan dua anak tersebut berbicara, dirinya benar benar tidak paham. Lalu Aida baru menyadarinya jika ada tato nomor di bahunya. Sejak kapan itu ada di sana? Lalu anak anak ini juga memilikinya. Sebenarnya ini tempat apa?

    Aida memutuskan untuk berkeliling, di sini ada tempat pemandian umum, khusus laki laki dan perempuan. Lalu ada sebuah lapangan besar yang sekarang sedang ada beberapa orang berlatih di sana, mereka meniru salah seorang yang ada di depan mereka yang sepertinya itu guru atau pelatih. Mereka meninju udara secara terus-menerus, lalu menendang ke atas, dan seterusnya di ulang beberapa kali.

    "Ini tempat apa sih? Benar benar aneh, bahasa mereka, tingkah laku mereka, dan juga tempatnya pun aneh karena ini di tengah tengah hutan. Dan juga, tempat ini di jaga dengan ketat, bahkan seekor tikus pun ragu bisa keluar masuk di sini"  ucap hati Aida.

EP 03 SANGKAR BERDURI

Pagi hari tiba, langit berwarna ke jingga an, tapi matahari belum muncul. Aida masih tertidur, dua teman sekamarnya tidak terlihat ada di dalam sana. Hanya ada Aida Seorang yang masih terlelap.

    Terdengar suara pintu di buka, seseorang memasuki kamar Aida. Orang tersebut dengan paksa melepas selimut Aida sampai Aida bangun karena terkejut. Orang tersebut menatap tajam pada Aida, Aida yang masih terkejut serta tidak tahu apa yang terjadi hanya balik menatap orang tinggi di depannya.

    Orang tersebut malah kesal dan membangunkan Aida secara paksa. "Hei, apa apaan?!" Ucap Aida masih tidak mengerti.

   "Cepat ganti baju sana! Dasar tidur saja kerjaanmu. Sialan! Kenapa harus aku yang harus membangunkan mu, cepat pakai baju ini dan pergi keluar, sekarang!" Ucap orang tersebut marah marah, biarpun begitu Aida tidak tahu apa yang orang itu katakan. Tapi melihat orang tersebut memberikannya baju walaupun agak di lempar dengan kasar, sepertinya dia mengerti.

    Aida memakai baju hitam putihnya, lalu ke luar kamar. "Kemana yang lain? Dari tadi aku tidak melihat mereka" ucap Aida pelan.

   Di luar kamar, orang tadi rupanya menunggu Aida, "kau ini lama sekali, cepat kau harus pergi!" Ucap orang tersebut menarik tangan Aida dengan kasar.

   Langkah orang dewasa tentu lebih besar dengan langkah kaki anak kecil, Aida sampai beberapa kali hampir terjatuh karena harus menyamakan langkah kakinya dengan orang tersebut.

   Di luar asrama sudah ada sebuah mobil truk berwarna hitam, Aida di paksa masuk ke dalam truk tersebut dari belakang. Terlihat ada 15 orang dewasa yang juga duduk berdampingan dengan Aida. Wajah mereka tampak putus asa, tak ada juga dari mereka yang berbicara.

    "Kenapa dengan mereka? Omong omong apa tidak salah aku ikut dengan mereka? Aku juga tidak tahu sebenarnya aku akan di bawa kemana"  ucap hati Aida.

   Truk yang di kendarai Aida mulai melaju perlahan, keluar dari pagar besi dan terus melajui jalanan yang berbelok belok Entah kemana Supir membawa Aida dan yang lainnya, namun jika dilihat mereka terus masuk ke dalam hutan.

   Tak ada yang berbicara sepatah katapun, mereka semua yang menumpangi truk ini seperti pasrah pada keadaan yang akan mereka alami.

    Beberapa lama dari sana, truk berhenti di sebuah lapangan besar, Aida dan lima belas orang lainnya turun dari truk. Lalu maju secara berbaris, perlahan memasuki lapangan.

    Di lapangan ruapanya sudah banyak orang yang berbaris di tengah lapangan, jika di jumlahkan ada 72 orang yang berbaris. Aida ikutan berbaris di antara barisan, Aida masih bingung kenapa hanya ada dirinya saja anak anak disini. Semuanya kecuali dirinya orang orang dewasa. Apa benar dirinya harus ada di sini?

    Seseorang maju kedepan lalu berteriak dengan kencang, dirinya membicarakan sesuatu tetapi sayangnya Aida tidak paham apa yang orang tersebut bicarakan. Orang tersebut mengangkat tangan kanannya lalu muncul 10 orang membawa senjata berupa pistol. Wajah Aida langsung tegang, kenapa orang orang itu membawa senjata? Mereka akan menembak apa?

    Orang tersebut kembali berteriak memberi isyarat, orang orang yang awalnya berbaris rapi kini berhamburan berlari ke sana kemari untuk menyelamatkan dirinya.

    10 orang yang membawa senjata tersebut langsung menembak secara bersamaan. Aida sontak panik, satu dua orang terkena tembakan. Aida tentu saja akan langsung berlari karena takut tertembak. Dirinya berlari untuk menyelamatkan dirinya keluar dari lapangan dan masuk ke dalam hutan.

   "Apa apaan mereka tadi?! Apakah mereka ingin membunuhku?! Apa ini pembunuhan massal?! Atau ini hukuman mati untukku?!" Teriak Aida sambil terus berlari.

    Tidak lama Aida berlari, Aida terkejut karena jalannya di tutupi oleh pagar besi berduri. Aida bingung harus ke mana, orang orang ini benar benar tidak membiarkan siapapun pergi. Aida benar benar bingung dirinya harus kemana.

    "Bagaimana ini? Aku harus bagaimana?!"  Ucap Aida dalam hati.

   Dua orang ternyata mengikuti Aida, Aida sempat berlari namun pada akhirnya tertangkap.

    "Ahh! Tolong!!! Lepaskan aku!!!" Teriak Aida.

   Aida di seret kembali ke tengah lapangan, lapangan terlihat basah dengan darah manusia. Beberapa orang meninggal di tempat dan sudah di bereskan. Di tengah lapangan ada 16 orang yang tampaknya berhasil selamat dari peluru, namun ada juga beberapa yang terluka di bagian tangan dan kakinya. Mereka semua berbaris di tengah lapangan dengan rasa takut menyelimuti tubuh mereka.

    Aida di paksa agar berbaris juga di antara barisan, jika dilihat dirinya tidak terluka parah seperti yang lain. Masih dengan orang yang sama, di depan mereka berdiri seseorang lalu berteriak kembali seperti mengatakan sesuatu. Lagi lagi Aida tidak paham maksud perkataannya karena tidak mengerti bahasanya.

    Tidak lama setelah orang tersebut selesai berbicara, orang yang tadinya berbaris langsung merapatkan dirinya pada tanah seperti posisi push up. Aida juga mengikuti yang lainnya, Aida dan yang lainnya langsung melakukan push up. Aida yang baru saja 3× push up langsung sudah lelah dan berhenti. Namun seseorang datang dan langsung memecut Aida dengan keras menggunakan tali kasar.

    Aida merasakan sakit perih dan panas di punggungnya akibat pecutan orang tersebut. Air matanya jatuh menahan sakit di punggungnya, karena tak mau di pecut lagi Aida terpaksa harus menuruti kemauan orang tersebut dengan berpush up entah harus berapa lama.

    Sudah lima menit berpush up, beberapa orang sudah kelelahan, namun sedetik mereka berhenti mereka langsung di pecut dengan keras. Aida dan yang lain terpaksa harus bertahan agar tidak terkena pecutan.

    Di tempat lain, ada dua orang di atas menara, satu duduk di kursi dan yang satunya lagi berdiri di sampingnya. Orang yang duduk rupanya itu adalah komandan Zero, dirinya menonton Aida serta yang lain di atas sana sambil menghisap rokok.

    "Hahaha, anak itu lumayan juga. Mari kita lihat seberapa tangguhnya anak itu" ucap komandan Zero dengan senyum seringai yang menakutkan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!