"Saya terima nikah dan kawinnya Cahaya Bulan Purnama Binti Bara Brawijaya dengan mas kawin emas seberat satu kilogram serta uang tunai sebesar sepuluh miliyar rupiah dibayar tunai," ucap lantang seorang lelaki bernama Bintang Putra Angkasa sehingga membuat Bulan tersenyum bahagia.
Bintang yang saat ini tengah duduk berhadapan dengan Bulan merasa heran ketika melihat kekasihnya senyum-senyum sendiri.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" tanya Bintang.
"Eh, jadi barusan aku cuma mimpi ya?" gumam Bulan ketika membuka kedua matanya yang sempat terpejam.
"Apa kamu mimpiin aku makanya kamu sampai tersenyum bahagia seperti itu?" goda Bintang sehingga membuat wajah Bulan merah seperti kepiting rebus.
Alex yang merasa kesal terhadap Adik dan calon Adik iparnya, langsung melontarkan sindiran kepada Bulan dan Bintang yang seakan tidak memperdulikan keberadaannya.
"Ekhem, sepertinya dunia terasa milik berdua, sedangkan yang lain hanya pada ngontrak. Ingat, kalian harus fokus supaya kita bisa segera menemukan petunjuk keberadaan Ali dan Andini."
Kekuatan cahaya pusaka berbentuk bulan dan bintang akhirnya bersatu sehingga membuat langit yang awalnya gelap menjadi terang benderang dengan kemunculan bulan purnama serta cahaya bintang yang bertaburan di angkasa.
Bagi semua orang yang melihatnya, semua itu merupakan pemandangan yang terlihat begitu indah, lain hal nya dengan Bu Narsih yang merasa ketakutan, apalagi wajahnya yang semula segar dan terlihat muda tiba-tiba berubah menjadi keriput seperti Nenek-nenek.
"Ke_kenapa bulan purnama tiba-tiba muncul?" gumam Bu Narsih.
"Bi, kenapa wajah Bibi terlihat seperti Nenek-nenek?" tanya Deni yang begitu terkejut ketika melihat perubahan wajah pada Bu Narsih.
"Semua ini terjadi karena aku belum memberikan tumbal kepada Raja iblis. Deni, cepat culik Bulan dan Bintang sekarang juga, karena jam dua belas malam nanti Raja iblis pasti akan datang untuk mengambil tumbal, dan aku sudah berjanji akan memberikan Bulan dan Bintang sebagai tumbalnya, karena kalau tidak, Raja iblis akan mengambil puteri kesayangan ku. Bibi tidak mau Andini sampai kenapa-napa, apalagi sampai saat ini kita masih belum mengetahui keberadaannya," ujar Bu Narsih dengan gemetar ketakutan.
Deni tersenyum bahagia karena sebentar lagi dia bisa segera membalas dendam kematian Anak dan Istrinya kepada Bu Narsih.
Sebentar lagi kamu akan menderita Narsih, karena kamu akan melihat kematian puteri kesayangan kamu meninggal dunia di depan mata kepala kamu sendiri, ucap Deni dalam hati.
"Bibi tenang saja, Deni pasti berhasil menculik Bulan dan Bintang sebelum jam dua belas malam. Sebaiknya Bibi segera lakukan persiapan upacara penyerahan tumbal," ujar Deni, kemudian melangkahkan kaki nya ke luar dari dalam rumah Bu Narsih.
Deni bergegas menuju kamar kos Bulan, karena sebelumnya Deni sudah meminta kunci cadangan dari Bu Narsih, kemudian Deni mengambil jaket Bulan dan Bintang yang tadi siang mereka gunakan supaya Bu Narsih yakin jika yang Deni bawa adalah Bulan dan Bintang.
"Sekarang aku akan menyuruh Ali dan Andini menggunakan jaket Bulan dan Bintang, kemudian aku akan membawa mereka ke tempat penyerahan tumbal," gumam Deni.
Deni terkejut ketika kembali ke tempat penyekapan Ali dan Andini, karena pagar gaib yang sebelumnya telah dia buat sudah menghilang.
"Sial, siapa yang bisa menembus pagar gaib ku?" gumam Deni, tapi Deni bernapas lega ketika melihat Ali dan Andini yang masih berada di ruang bawah tanah serta dalam keadaan terikat.
Semenjak Istrinya meninggal dunia, Deni diam diam belajar ilmu hitam dari banyak Guru di berbagai penjuru daerah dengan niat untuk membalas dendam, karena pada saat itu Polisi tidak menemukan pelaku tabrak lari yang menyebabkan Istri dan Anak yang berada dalam kandungannya meninggal dunia, tapi sekarang Deni sudah tau jika penyebab kematian Anak dan Istrinya karena telah ditumbalkan oleh Bu Narsih.
"Ali, Andini, sekarang cepat kalian pakai jaket ini," ujar Deni dengan melemparkan jaket Bulan dan Bintang.
"Bukannya ini jaket Bulan dan Bintang?" tanya Ali.
"Sudahlah, kamu tidak perlu banyak bicara kalau tidak ingin kekasih mu kenapa-napa," ujar Deni dengan menodongkan pisau pada leher Andini.
"Bang, tolong jangan sakiti Andini, Abang bisa melukai saya, kalau perlu Abang bisa bunuh saya, tapi saya mohon lepaskan Andini," ujar Ali dengan wajah mengiba.
"Kak Ali tidak boleh berbicara seperti itu, karena Andini tidak akan bisa hidup tanpa Kak Ali."
"Aku datang ke sini menyuruh kalian untuk memakai jaket, bukan untuk melihat drama percintaan kalian," bentak Deni.
"Tapi bagaimana caranya kami bisa memakai jaket jika tangan kami masih diikat?" tanya Ali.
Deni mengeluarkan jarum suntik yang berisi obat bius, karena jika Deni membuka tali pada tangan Ali, Deni takut Ali akan melawannya.
"Bang, saya janji tidak akan kabur dan melawan Abang, tapi tolong jangan bius saya," ujar Ali yang takut jika Andini sampai dikerjai oleh Deni ketika dirinya tidak sadarkan diri.
Deni terlihat berpikir, karena jika Deni membius Ali dan Andini, dirinya akan kesusahan ketika membawa Ali dan Andini ke tempat upacara penyerahan tumbal.
"Baiklah, aku tidak akan membius kalian, tapi jika sampai kamu macam-macam, aku tidak akan segan segan menusuk Andini," ancam Deni kepada Ali dengan sebelah tangan melepaskan tali yang mengikat tangan Ali, serta sebelah tangan lagi menodongkan pisau pada perut Andini supaya Ali tidak berani berbuat macam-macam.
Setelah Ali dan Andini memakai jaket Bulan dan Bintang, Deni menutup mulut serta kepala keduanya dan hanya melubangi bagian matanya saja supaya Bu Narsih tidak bisa melihat wajah mereka.
......................
Alex bergegas memanggil bala bantuan, karena cahaya dari pusaka milik Bulan dan Bintang sudah menunjukan arah tempat penyekapan Ali dan Andini.
"Sekarang Ali dan Andini dalam bahaya, kita harus segera menyelamatkannya, karena mereka akan dijadikan tumbal kepada Raja iblis," ujar Alex.
"Tapi tidak mungkin Bu Narsih menumbalkan Anaknya sendiri, karena Bu Narsih sangat menyayangi Andini," ujar Bulan.
"Sepertinya ada yang tidak beres. Bukannya Andini bilang Bu Narsih akan menumbalkan kita?" ujar Bintang.
"Kita tidak memiliki waktu untuk memikirkan tentang semua itu, yang penting kita harus menyelamatkan Ali dan Andini. Bulan, Bintang, kalian pegang tangan Kakak, kita akan melakukan teleportasi," ujar Alex.
......................
Bu Narsih yang saat ini sudah berada di lapangan yang berada di depan rumahnya, tersenyum bahagia ketika melihat Deni membawa tumbal untuk nya, karena Bu Narsih mengira jika yang Deni bawa adalah Bulan dan Bintang.
"Deni, kamu memang Keponakan yang selalu bisa Bibi Andalkan, tapi kenapa kamu menutup kepala Bulan dan Bintang?"
"Biarkan saja kepala mereka ditutup, supaya mereka tidak bisa melihat ritual yang akan Bibi lakukan. Sebaiknya sekarang Bibi mulai ritualnya, supaya wajah Bibi bisa kembali muda dan cantik," ujar Deni dengan membaringkan serta mengikat Ali dan Andini di meja pemujaan.
Sebentar lagi hidup kamu akan hancur Narsih, karena kamu sudah menumbalkan puteri kesayangan kamu sendiri, ucap Deni dalam hati dengan tersenyum penuh kemenangan.
*
*
Bersambung
Bu Narsih memulai ritual dengan membaca mantra untuk memanggil Raja Iblis, dan Deni sudah tersenyum penuh kemenangan ketika merasakan hembusan angin kencang sebagai pertanda Raja iblis akan segera muncul ke tempat ritual.
"Selamat datang Tuan ku, hamba sudah menunggu kedatangan yang mulia untuk menyerahkan Bulan dan Bintang sebagai tumbal," ujar Bu Narsih.
Ali dan Andini saling berpandangan dengan airmata yang terus menetes membasahi pipi mereka. Keduanya hanya bisa pasrah dengan takdir hidup yang harus mereka hadapi, karena Ali dan Andini tidak bisa melakukan apa pun untuk melepaskan diri, apalagi mereka tidak mau kalau sampai Bulan dan Bintang yang menjadi tumbal.
"Apa benar kalau mereka adalah Bulan dan Bintang? Kenapa kamu menutupi wajah mereka?" tanya Raja iblis yang merasa ragu jika kedua orang yang berada di hadapannya adalah Bulan dan Bintang.
"Benar Tuan ku, mereka adalah Bulan dan Bintang. Hamba sengaja menutupi wajah mereka supaya tidak melihat wajah ketakutan mereka saat meregang nyawa," jawab Bu Narsih.
"Kerja bagus Narsih, kamu memang pengikut ku yang paling setia. Tadinya aku akan menjadikan Bulan sebagai Permaisuriku, tapi sekarang aku berubah pikiran dan lebih memilih menyerap kekuatan besar yang Bulan dan Bintang miliki supaya kekuatan ku semakin besar dan tidak ada yang dapat menandingiku," ujar Raja iblis dengan tertawa.
Pada saat Raja iblis mulai menghisap sukma dari tubuh Ali dan Andini, Bu Narsih terkejut karena tiba-tiba Bulan dan Bintang berada di hadapannya.
"Hentikan perbuatan kamu Raja iblis, karena mereka bukanlah kami !!" teriak Bulan dengan suara lantang.
Raja Iblis begitu murka karena merasa dibohongi oleh Bu Narsih, tapi Raja iblis tidak menghentikan perbuatannya, sampai akhirnya Alex menyerang Raja iblis dan terjadilah peperangan antara Anak buah Alex dan Anak buah Raja iblis.
"Tidak, tidak mungkin. Kalau yang aku tumbalkan bukan kalian, lalu siapa mereka?" ujar Bu Narsih yang begitu ketakutan, karena Bu Narsih curiga jika dua orang yang sudah dia tumbalkan adalah Ali dan Andini.
Deni tertawa melihat wajah Bu Narsih yang pucat pasi, dan Deni merasa sangat puas melihat Bu Narsih gemetar ketakutan.
"Deni, siapa mereka? Kenapa kamu menipuku?" teriak Bu Narsih.
"Mereka adalah Ali dan Andini, kamu sudah menumbalkan Anak kesayanganmu sendiri Narsih," jawab Deni dengan terus tertawa.
Tubuh Bu Narsih seketika terasa lemas saat mendengar perkataan Deni, bahkan Bu Narsih yang sudah tidak kuat menopang tubuhnya sampai terjatuh di atas rumput.
"Tidak, tidak mungkin aku menumbalkan Andini? tidak mungkin aku sudah menumbalkan Anak kesayangan ku sendiri? Kenapa kamu menipu Bibi? Kenapa kamu tega sekali melakukan semua itu kepada Andini? Dia itu saudaramu Deni," ujar Bu Narsih dengan menangis.
Bu Narsih begitu menyesal, apalagi tadi Bu Narsih sempat tertawa ketika melihat tubuh Ali dan Andini yang kejang kejang karena merasa kesakitan saat Raja iblis menghisap sukma mereka.
"Lalu apa yang sudah kamu lakukan terhadap Istriku serta Anak yang ada dalam perutnya? Kamu tidak usah berpura-pura lagi Narsih, karena aku sudah tau kalau sebenarnya Anak dan Istriku telah ditumbalkan oleh mu. Selama ini aku sudah menganggap kamu sebagai pengganti orangtuaku, tapi ternyata kamu yang sudah menghancurkan kebahagiaan ku. Kenapa, kenapa kamu tega sekali kepada ku?" teriak Deni yang begitu emosi.
Bu Narsih terkejut karena ternyata Deni sudah mengetahui semua kejahatannya.
"Maafkan Bibi, maafkan Bibi, Deni."
"Kamu bukan Bibi ku Narsih, kalau memang kamu Bibi ku, kamu tidak akan tega melakukan semua itu. Sekarang aku sudah bahagia, karena akhirnya hutang nyawa telah dibayar dengan nyawa. Asal kamu tau Narsih, kalau aku sudah menikmati tubuh Anak mu sebelum dia mati, kamu pasti bisa membayangkan saat aku menghancurkan hidupnya, dia berteriak minta tolong dan meminta ampun karena merasa kesakitan," ujar Deni yang sengaja berbohong supaya Bu Narsih semakin merasa syok.
"Tidak, tidak mungkin, tidak mungkin Anak ku Andini_" teriak Bu Narsih kemudian berlari menghampiri Andini yang masih terbaring di meja pemujaan.
Saat membuka penutup kepala Andini, tangis Bu Narsih semakin pecah, karena yang saat ini berada di hadapan nya benar-benar Andini, apalagi Bu Narsih sudah mengira jika Andini telah meninggal dunia.
"Bangun Andini, bangun. Maafin Mama Nak, Mama tidak tau kalau ini kamu," ucap Bu Narsih dengan memeluk tubuh Andini.
"Semuanya sudah terlambat Narsih, Anak kesayangan kamu sudah meninggal dunia, dan kamu sendiri yang telah membunuhnya. Bagaimana rasanya? Kamu pasti hancur kan melihat orang yang kamu sayangi mati di depan mata kepalamu sendiri. Sekarang giliran kamu Narsih, karena aku akan mengirim kamu menyusul Andini ke Neraka," teriak Deni kemudian mengeluarkan cahaya dari telapak tangannya untuk membunuh Bu Narsih.
Bu Narsih terluka parah setelah terkena tenaga dalam yang dikeluarkan oleh Deni, tapi Bu Narsih tidak melepaskan pelukannya dari Andini.
Saat ini masih belum ada yang membantu Bu Narsih dari siksaan Deni, karena Bulan, Bintang dan Nyai Sekar Kemuning ikut bertarung melawan Anak buah Raja iblis yang semakin lama semakin banyak.
Crash crash
Duar duar
Kilatan cahaya serta ledakan terdengar menggema dalam arena pertarungan, tapi sebelumnya Alex sudah membuat pagar gaib di sekeliling lapangan supaya tidak mengganggu orang orang yang tinggal di sekitar sana.
"Kamu harus waspada Bulan, jangan sampai kamu lengah," ujar Nyai Sekar Kemuning yang melihat Bulan lengah ketika Bintang terluka.
Bulan melawan makhluk halus yang memiliki wajah serta tubuh bermacam macam bentuk, ada yang bertubuh manusia tapi berkepala kuda, ada juga yang memiliki kepala serigala.
"Bulan, kamu tidak boleh mengasihani mereka, karena mereka adalah iblis yang sudah menyesatkan umat manusia," ujar Nyai Sekar Kemuning.
Bulan semakin bersemangat untuk mengalahkan Anak buah Raja iblis setelah melihat mereka melukai Bintang, bahkan tubuh Bulan tiba-tiba terasa ringan, sehingga dengan mudahnya Bulan melompat dan berlari.
Bulan dan Bintang yang melihat Raja iblis ingin kembali menghisap sukma Ali dan Andini untuk menambah kekuatan, mencoba menghalanginya dengan menggunakan pagar gaib untuk melindungi tubuh Ali dan Andini, sampai akhirnya Raja iblis menghisap sukma Deni yang masih menyiksa Bu Narsih.
Deni sempat melakukan perlawanan kepada Raja iblis, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan Raja iblis, apalagi kekuatan Deni sudah banyak yang terhisap oleh Raja iblis, sampai akhirnya Deni meregang nyawa di tangan Raja iblis.
"Sekarang aku sudah bisa mati dengan tenang, karena aku telah berhasil membalaskan dendam atas kematian Anak dan Istriku," ucap Deni dengan lirih sebelum mengembuskan nafas terakhirnya.
Setelah tubuh Ali dan Andini dipulihkan oleh kekuatan Bulan dan Bintang, secara perlahan keduanya mulai membuka mata.
"Alhamdulillah, Andini, Ali, akhirnya kalian sadar juga," ucap Bulan dan Bintang.
"Bulan, Bintang, apa kami masih hidup?" tanya Ali dengan lirih, karena tubuhnya masih terasa lemas.
"Kalian masih hidup Ali, Andini. Maaf kalau kami sudah datang terlambat," ujar Bulan.
Andini terkejut ketika melihat Bu Narsih yang tengah memeluk tubuhnya dalam keadaan sekarat, bahkan dari mulut Bu Narsih sudah banyak memuntahkan darah akibat luka dalam yang sangat parah.
"Mama, bangun Ma," ucap Andini dengan menangis memeluk tubuh Bu Narsih.
"Andini sayang, Mama bersyukur kamu masih hidup Nak. Tolong maafkan semua kesalahan Mama, selama ini Mama sudah melakukan dosa yang sangat besar. Semoga Andini selalu bahagia dan tidak melakukan kesalahan seperti yang telah Mama lakukan," ucap Bu Narsih sebelum mengembuskan napas terakhirnya.
"Mamaaaaaa"
*
*
Bersambung
Semua perbuatan pasti akan mendapatkan balasan, begitu juga dengan Bu Narsih yang akhirnya meninggal dunia karena harus mempertanggung jawabkan perbuatannya selama ini.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," ucap Bulan setelah memeriksa denyut nadi Bu Narsih.
"Tidak, tidak mungkin Mama meninggal dunia. Ma, bangun Ma, kenapa Mama tega sekali meninggalkan Andini," teriak Andini, dan sesaat kemudian Andini pingsan dalam pelukan Ali yang berada di sampingnya.
Pertarungan antara Anak buah Raja Genderewo dan Anak buah Raja Iblis dimenangkan oleh Raja Genderewo Alex, dan akhirnya Raja Iblis memutuskan untuk kembali ke Kerajaannya sebelum semua Anak buahnya dibantai oleh Alex beserta Anak buahnya.
"Apa Bu Narsih sudah meninggal dunia?" tanya Alex kepada Bulan.
"Iya Kak, kita harus bagaimana? Apa yang harus kita jelaskan apabila ada yang bertanya tentang kematian Bu Narsih dan Bang Deni?" Bulan balik bertanya.
Alex dan yang lainnya terlihat berpikir, apalagi saat ini Andini pingsan, sedangkan kondisi Ali juga masih belum pulih sepenuhnya dan masih harus mendapatkan perawatan medis.
"Kita tidak bisa menutupi apa pun tentang kematian Bu Narsih dan Bang Deni dari semua orang, apalagi sebelumnya mereka sudah mengetahui tentang Bu Narsih yang melakukan pesugihan. Bintang, nanti kamu temui Ketua RT setempat untuk memberitahukan semuanya supaya bisa membantu menjelaskan kepada warga, dan Bulan sekarang telpon Dewa supaya membawa Dokter untuk merawat Ali dan Andini, karena kita tidak mungkin membawa mereka ke Rumah Sakit, apalagi kita harus mengurus jenazah Bu Narsih dan Bang Deni," ujar Alex.
"Kalau tugas ku apa Raja?" tanya Nyai Sekar Kemuning.
"Nyai Sekar Kemuning, tolong bantu Anak buah ku memindahkan Ali dan Andini, sekaligus jenazah Bu Narsih dan Bang Deni ke rumah mendiang Bu Narsih, karena aku harus menjemput orangtua Ali, supaya nanti mereka bisa membantu kita," ucap Alex kemudian menghilang menuju rumah Sandi dan Alexa.
Sandi dan Alexa yang tengah tertidur, begitu terkejut dengan kedatangan Alex yang tiba-tiba membangunkan mereka.
"Genderewo, kuntilanak, pocong, babi ngepet_" teriak Sandi ketika melihat sosok Alex dalam kegelapan.
Alexa langsung membekap mulut Sandi supaya tidak membuat kehebohan pada dini hari, apalagi Alexa tau jika yang berada di hadapannya adalah Alex Kakak kembarnya.
"Diam Pa, yang datang Kak Alex. Ada apa dini hari begini Kak Alex membangunkan kami?" tanya Alexa.
"Sebaiknya sekarang kalian ikut Kakak, karena ada musibah yang menimpa Ali," jawab Alex.
Sandi yang hanya menggunakan kolor, dan Alexa yang masih menggunakan daster, tanpa berpikir panjang langsung memegang tangan Alex untuk melakukan teleportasi.
Sandi terkejut karena saat ini dirinya tiba-tiba berada di atas sebuah pohon yang berada di depan rumah Bu Narsih.
"Aduh, dimana ini? Kenapa bisa aku nyangkut di atas pohon seperti monyet? Kemana Kak Alex dan Istriku?" gumam Sandi yang ingin sekali menangis karena tidak bisa turun.
Alexa dan Alex mendarat di dalam rumah Bu Narsih, dan keduanya kebingungan mencari keberadaan Sandi.
"Lho, Kak Alex, dimana Mas Sandi?" tanya Alexa.
"Eh, kenapa Sandi bisa hilang? Bukannya tadi dia memegangi tangan Kakak juga?" ujar Alex dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Bulan dan Bintang menghampiri kedua Kakaknya yang terlihat kebingungan.
"Kak Alex sama Kak Lexa sedang mencari apa? Kenapa kalian terlihat kebingungan seperti itu?" tanya Bulan.
Alexa bukannya menjawab pertanyaan Bulan, tapi Alexa langsung berteriak ketika melihat Pangeran Sabda Alam.
"Bintang, Kak Lexa tidak sedang bermimpi kan? Ini beneran kamu?"
"Iya Kak, Alhamdulillah Bintang berhasil menyelamatkan diri, dan sekarang Bintang sudah menjadi manusia karena masuk ke dalam tubuh lelaki yang memiliki wajah mirip dengan Bintang, bahkan namanya Bintang juga."
Bulan yang tidak melihat keberadaan Sandi, langsung bertanya kepada Alexa tentang keberadaan Kakak iparnya tersebut.
"Kak Lexa, dimana Kakak ipar?"
"Oh iya, kami lupa, tadi kami sedang mencari keberadaan Kakak ipar kamu, padahal tadi kami bertiga melakukan teleportasi, tapi Kak Sandi menghilang," jawab Alexa, sampai akhirnya mereka berpencar untuk mencari keberadaan Sandi.
......................
Di tempat lain, tepatnya di Pesantren Kyai Ahmad, Yusuf yang merupakan Adik dari si kembar Alex dan Alexa, serta Kakak dari Bulan, yang merupakan Anak dari pasangan Mantan Raja Genderewo Bara dan Sukma, tengah kebingungan mencari keberadaan Anaknya yang bernama Zahrana yang tiba-tiba hilang.
"Kemana lagi perginya Zahra? Kenapa dia selalu membuat kita merasa kesal?" gerutu Yusuf.
"Istighfar Yah, mungkin ini semua adalah cobaan untuk kita," ujar Aisyah, yaitu istrinya Yusuf.
"Bunda, Ayah malu dengan kelakuan Zahra, Ayah sekarang adalah Pimpinan Pondok Pesantren, tapi Ayah tidak bisa mendidik Zahra dengan baik, bahkan Anak kita menolak memakai kerudung dengan alasan belum siap," ujar Yusuf dengan mengacak rambutnya secara kasar.
Kyai Ahmad dan Umi Maryam, yaitu Orangtua angkat Yusuf, mencoba menenangkan Yusuf supaya bersabar dalam menghadapi Anaknya.
"Nak, Anak adalah titipan sekakigus ujian untuk kita, jadi Yusuf harus bersabar menghadapi Zahra," ujar Kyai Ahmad.
"Tapi Abi, Yusuf kecewa karena Zahrana sangat berbeda dengan Abimana kembarannya. Dari kecil Abimana begitu patuh menuruti perkataan kita, sedangkan Zahrana selalu saja membangkang."
"Nak, setiap Anak memiliki watak berbeda, apalagi di usia remaja seperti Zahra dan Abi, semoga saja kelak Zahra juga bisa berubah menjadi gadis saleha," ujar Umi Maryam.
Di tempat lain, Zahrana yang saat ini tengah melamun di tepi danau meratapi nasib nya yang selalu dibanding-bandingkan dengan kembarannya, tiba-tiba terpeleset sehingga terjatuh ke dalam danau.
"Tolong, tolong," teriak Zahra yang hampir tenggelam karena tidak bisa berenang.
Pangeran iblis bernama Bisma yang kebetulan sedang berada di sekitar sana, mendengar teriakan Zahra, kemudian Bisma mencoba menolong Zahra yang sudah tenggelam ke dalam danau.
Bisma terpaksa mencium bibir Zahra supaya tidak kehabisan oksigen, dan Zahra begitu terkejut ketika melihat sosok tampan yang saat ini tengah memeluk serta mencuri ciuman pertamanya.
Setelah Bisma berhasil membawa Zahra ke pinggir danau, Zahra langsung menampar keras pipi Bisma.
Plak
Tamparan keras mendarat pada pipi Bisma sehingga membuat Bisma terkejut.
"Kenapa kamu menamparku?" tanya Bisma.
"Kamu masih bertanya kenapa aku menamparmu? Apa kamu lupa kalau tadi kamu sudah mencuri ciuman dariku?Kamu tau kalau itu ciuman pertamaku," gerutu Zahra yang masih terlihat emosi.
"Dasar cewek gila, jadi kamu lebih memikirkan ciuman pertama kamu dari pada nyawa kamu sendiri? Aku tadi terpaksa mencium kamu supaya kamu tidak kehabisan oksigen, kamu juga harus tau kalau itu ciuman pertamaku juga yang terpaksa aku korbankan demi menolong kamu. Bukannya berterimakasih karena aku sudah menyelematkan hidup mu, kamu malah menampar pipi ku," ujar Bisma yang begitu emosi.
Zahra terlihat berpikir, karena dirinya memang telah bersalah terhadap Bisma, sampai akhirnya Zahra meminta maaf serta berterimakasih kepada Bisma.
"Tuan iblis, maaf karena aku sudah menamparmu, dan terimakasih banyak karena kamu sudah menyelamatkan ku. Namaku Zahrana, panggil saja aku Zahra," ujar Zahra dengan mengulurkan tangannya kepada Bisma.
Bisma terkejut ketika mendengar perkataan Zahra yang menyebutnya Tuan iblis.
Kenapa perempuan ini bisa tau kalau aku adalah iblis? Padahal aku sudah berdandan seperti CEO, ucap Bisma dalam hati.
"Kamu tidak usah heran, aku memang berbeda dengan manusia biasa, karena aku sudah memiliki kelebihan dari kecil, jadi aku bisa membedakan mana manusia dan mana makhluk halus, meski pun mereka pura-pura menjadi manusia bahkan sampai memakai pakaian seperti CEO," ujar Zahra yang sebelumnya mendengar isi hati Bisma.
"Eh, ternyata kamu juga bisa mendengar isi hati seseorang. Perkenalkan namaku Leonardo, panggil saja aku Leon," ucap Bisma dengan menjabat uluran tangan Zahra.
"Aku tau nama kamu Bisma alias bisikan maut, tapi mulai sekarang aku akan memanggil kamu Tuan iblis."
(Mohon maaf jika ada yang pusing dengan nama nama tokoh dalam cerita ini, saya sarankan membaca Season pertamanya dulu yang berjudul 'Suamiku Genderewo Tampan', terimakasih banyak, mohon dukungannya, 🙏 )
*
*
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!