NovelToon NovelToon

SCARLET

BAB 1. SCARLET

"Lepaskan aku!" teriak seorang wanita yang tergeletak di tepi jurang dengan kedua tangan terikat kebelakang. Terlihat gadis itu dalam kondisi lemah.

"Hahahaaha........" Cindy menatap tajam perempuan dihadapannya. "Aku akan melepaskanmu sebentar lagi. Bahkan aku melepasmu untuk selamanya."

"Cih! Meskipun aku mati! Kalian tidak akan pernah mendapatkan saham milikku!"

"Hahaahah.......sudah mau mati saja masih banyak bicara! Eh, Scarlet! Begitu kau mati, seluruh saham milikmu akan jadi milikku!"

"Sudah! Jangan banyak bicara lagi! Cepat lemparkan dia ke jurang!" teriak seorang wanita paruh baya. Wanita itu bernama Jenni yang merupakan ibu dari Cindy Alodie dan ibu tiri Scarlet.

"Huh....dua manusia tidak tahu diri! Jika aku mati hari ini, arwahku akan menghantui kalian berdua selamanya!"

Begitu Scarlet menyelesaikan kalimatnya, dua orang pria langsung mendorong tubuh gadis itu dan melemparkannya ke jurang. Dibawah jurang itu adalah lautan luas yang memiliki gelombang tinggi.

Siapapun yang jatuh kebawah sana, sudah bisa dipastikan tidak akan selamat. "Arkkhhhh!"

Mereka bisa mendengar teriakan Scarlet yang perlahan menghilang diantara debuaran ombak. Tebing itu berada jauh diatas laut, dengan ketinggian seperti itu Scarlet pasti jatuh terhempas ke batu karang.

"Ayo pergi!" ujar Jenni. Sepasang ibu dan anak beserta kedua pria bertubuh besar yang mereka sewa untuk menghabisi Scarlet pun meninggalkan tempat itu.

Sementara tubuh Scarlet yang terjatuh ke jurang, berusaha melepaskan ikatan di tangannya. SPLASH!!!!

Tubuhnya jatuh kedalam air laut yang menghempaskan ombak besar. Jika bukan karena Cindy dan ibunya membius Scarlet, tidak akan semudah itu mereka mencelakai gadis itu.

Keinginan bertahan hidup membuat Scarlet berusaha keras melepaskan ikatan ditangannya. Gelombang air laut yang besar menghempaskan tubuhnya.

Gelombang laut cukup tinggi, Scarlet berusaha keras melepaskan ikatan tangannya. Hingga akhirnya tali pengikat pun terlepas namun dia terlalu lemah.

Scarlet berusaha tetap mengambang karena dia tidak mungkin bisa berenang dengan gelombang setinggi itu dan gelombang lautpun membawa tubuh Scarlet.

******

"Hmmm....sepertinya aku sudah cukup lama bersemedi disini. Tubuhku sudah semakin bertenaga, itu artinya pengaruh racun itu sudah berkurang." gumam seorang pria tua berambut putih.

"Aku harus pergi ke tepian jurang mencari tumbuhan herbal lalu ke pantai untuk mencari beberapa rumput laut untuk kujadikan obat."

Lalu pria tua itu berjalan keluar dari gua tempat dia bersemedi selama seminggu ini. Tubuhnya yang terkena  racun sudah sepenuhnya pulih.

Setelah berjalan sekitar setengah jam dia sampai di tepi jurang. Perlahan dia menuruni tebing untuk mendapatkan tumbuhan liar yang bisa dijadikannya obat penawar.

'Ah, apa itu jamur emas?' tanyanya saat melihat tumbuhan jamur besar yang berkilau. Jamur jenis ini biasanya sangat berharga karena jarang bisa ditemukan. Dia pun perlahan mendekat dan tersenyum.

Pria tua itu mencabut dua jamur emas yang ditemukannya, lalu dia kembali menuruni tebing dan menemukan ginseng yang sudah berumur tua.

Daerah pinggir jurang itu tak pernah dilewati orang karena rumor yang beredar kalau daerah itu sangat berbahaya dan banyak tumbuhan beracun sehingga masyarakat sekitar tak pernah pergi kesana.

Setelah mendapatkan semua tumbuhan liar yang dibutuhkannya, pria tua itu dengan keahliannya bergerak cepat dan tiba di ujung jurang yang langsung menampakkan lautan luas.

Pria tua itu berjalan mengitari pinggiran laut melalui batu-batu besar. SPLASH....SPLASH.....SPLASH....terdengar suara ombak. Pria itu menuruni batu besar dan berjongkok lalu menarik tumbuhan laut yang menempel di batu itu.

Dia melompat diantara bebatuan besar hingga akhrinya tiba dipinggiran pantai. Dia meletakkan keranjang kecil yang dipikulnya lalu duduk di atas pasir seraya memandang ke laut lepas.

Pria tua itu kembali berdiri setelah merasa cukup beristirahat lalu berjalan menyusuri pantai. Setelah berjalan beberapa saat dia mulai berjalan masuk kearah laut untuk mendapatkan rumput laut.

Tak butuh waktu lama baginya hingga melihat rumput laut liar yang dicarinya. Dia berjalan semakin jauh kedalam air dan membungkuk untuk menarik rumput laut liar itu.

Dia memasukkan rumput laut ke keranjang kecilnya dan kembali kearah pantai. Dia berjalan kearah bebatuan besar untuk mendaki naik keatas tebing.

Namun saat dia melewati bebatuan besar itu, dia melihat sesuatu yang membuatnya curiga. Daerah ini bukan tempat yang biasa dilalui orang karena dianggap keramat. Dengan rasa penasaran dia pun mendekati.

Betapa terkejutnya dia saat melihat sesosok tubuh yang terbujur dengan luka di kening dan kakinya. Bergegas dia menghampiri dan memeriksa jika orang itu masih hidup atau sudah mati.

'Ha.....kenapa gadis ini bisa ada disini? Sepertinya tubuhnya dibawa gelombang air laut.' gumam hatinya. 'Untung saja dia masih hidup.' Pria tua itu masih memegang pergelangan tangan gadis itu.

'Sepertinya dia keracunan. Aku harus segera menyelamatkannya.' pria tua itu berujar lalu mengeluarkan beberapa tumbuhan liar dari keranjangnya.

Dia menumbuk semua tumbuhan herbal itu diatas batu lalu mencampurnya dengan air yang dibawanya.Pria tua itu mengeluarkan jarum perak dari saku dan mulai menusukkan kebeberapa titik ditubuh gadis itu.

Setelah beberapa menit, dia mulai mencabut jarum peraknya. Lalu mulai mengoleskan ramuan herbal ke luka ditubuh gadis itu. Baru saja dia selesai mengoleskan ramuan obat, gadis itu melenguh.

"Euhhhh......." tubuhnya bergerak pelan seraya matanya terbuka perlahan.

Pria tua itu tetap memperhatikan gerak gerik gadis itu, "Apa kau sudah sadar?" tanyanya.

Gadis itu mengerjapkan mata sambil meringis kesakitan. Dia menoleh kearah suara dan terkejut saat melihat pria tua itu menatapnya.

"A---aku di--dimana?"

"Nona, aku tadi menemukanmu! Kau pingsan dan aku baru saja membuatkan obat untukmu." ucap pria itu lalu mengambil ramuan herbal dan memberikan pada gadis itu, "Minumlah."

Dia mengangkat sedikit belakang kepala gadis itu untuk memudahkannya meminum obat. "Setelah kau meminum ramuan ini, tubuhmu akan kuat. Aku akan mengantarmu pulang."

"Aku Scarlet......Terima kasih kakek." ucapnya dengan suara lirih.

"Hmmm.....istirahatlah sebentar disini. Aku ingin mengambil beberapa tumbuhan herbal liar disana. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang."

Tanpa menunggu respon Scarlet, pria tua itu segera pergi untuk mengumpulkan beberapa tumbuhan herbal liar lainnya. Tak berapa lama dia kembali dan melihat Scarlet yang sudah terlihat lebih baik.

"Apa kau sudah merasakan lebih baik? Apa kakimu masih sakit? Bisa digerakkan?" tanya pria tua itu beruntun.

Scarlet tersenyum, dia benar-benar takjub dengan kemampuan kakek itu meracik ramuan herbal. Dia merasa tubuhnya masih sedikit lemah tapi kakinya sudah bisa digerakkan.

"Dimana kau tinggal?" tanya pria tua itu lagi.

"Ehmmm kakek. Keluargaku yang membunuhku, tak kusangka aku bisa selamat dan bertemu kakek."

"Apa? Kau dibunuh keluargamu?" pria itu menatap netra gadis itu namun dia melihat kepolosan dibinar matanya. Rasa kasihan memenuhi hatinya. "Sebaiknya nona ikut kerumahku saja, aku akan mengobatimu dulu. Racun ditubuhmu harus dibersihkan terlebih dahulu."

"Scarlet....panggil saja begitu." ucap Scarlet yang diangguki pria tua itu. "Kakek, bisakah aku tinggal bersamamu sampai aku sembuh?"

"Boleh. Sebaiknya kita pergi sekarang. Apa kau bisa berjalan?"

"Ya ya.....aku bisa berjalan." jawab Scarlet cepat.

Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir tiga jam, karena kondisi Scarlet yang belum pulih sepenuhnya membuatnya tidak bisa berjalan cepat.

Rumah itu terbuat dari kayu dan berada ditengah-tengah pekarangan yang luas. Sekitaran rumah banyak ditumbuhi pepohonan tinggi sehingga suasana tampak nyaman dan asri.

Rumah itu terletak jauh dari pemukiman penduduk, berada diujung desa yang berbatasan dengan hutan. Di halaman belakang rumah itu ditanami berbagai macam tumbuhan herbal. Scarlet berbaring diatas dipan, sedangkan pria tua itu berada didapur menyiapkan ramuan obat.

"Kau beruntung aku menemukanmu. Racun didalam tubuhmu sudah mulai menyebar, aku harus segera membersihkannya." ucap pria itu lagi. "Setelah kau sembuh, kau bisa kembali ke kota."

"Ehm, kakek bolehkah aku tahu siapa namamu?"

"Panggil saja Padre." jawab pria tua itu. Dia menyodorkan semangkuk obat, "Minumlah. Ramuan ini berguna untuk membersihkan sisa racun ditubuhmu."

Selama dua minggu Scarlet menjalani perawatan hingga pulih. Dia pun meminta pada pria tua itu untuk mengajarinya pengobatan dan ilmu bela diri. Ternyata Padre adalah seorang ahli obat dan seorang dokter.

Dulunya dia dikenal sebagai dokter ajaib yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun sulit bagi siapapun untuk menemuinya karena keberadaannya tidak diketahui.

Masyarakat desa itu pun tidak mengetahui identitas sebenarnya pria tua itu. Yang mereka tahu bahwa dia seorang tabib dan ahli bela diri. Padre sangat dihormati masyarakat sekitar karena banyak membantu.

Padre mengangkat Scarlet menjadi muridnya setelah gadis itu menceritakan semua padanya. Scarlet juga memberitahukan tentang rencana balas dendamnya jika dia sudah menjadi orang hebat.

BAB 2. WANITA GILA

Beberapa tahun kemudian.

Scarlet sedang berlari pagi kearah bukit. Kegiatan setiap pagi yang rutin dilakukannya selama ini sejak kepergian Padre yang menghilang tiba-tiba dan hanya meninggalkan sepucuk surat untuknya.

Pria tua itu mengatakan bahwa dia harus melanjutkan perjalanan dan tugasnya sudah selesai mendidik Scarlet dan mempersiapkannya untuk masa depan.

Sebulan sudah Scarlet tinggal sendirian di rumah besar itu. Dia hanya dalam lamunan memikirkan rencana selanjutnya. Dia tidak bisa berlama-lama tinggal disana, dia sudah memiliki kemampuan dan keterampilan luar biasa sekarang.

Samar-samar dia mendengar suara rintihan dari arah sebuah pohon besar yang dipenuhi semak-semak. Scarlet berjalan mendekat dan suara rintihan itu semakin jelas terlihat.

Dengan berlari dia melihat seorang pria yang sedang merintih kesakitan sembari duduk bersandar di pohon besar itu.

"Tuan.....? Anda kenapa?" tanya Scarlet menghampiri lalu berjongkok. Dia bisa melihat ekspresi terkejut diwajah pria itu.

"Ah! Kakiku sakit sekali, sepertinya ada yang patah." jawabnya. Dia memperhatikan wajah gadis itu yang sangat cantik. 'Siapa gadis ini? Apa dia manusia? Kenapa ada ditempat seperti ini?' batinnya.

Scarlet memegang pergelangan kaki pria itu yang ternyata terluka parah. Pergelangan kakinya bengkak dan sepertinya patah.

"Tuan, apa anda keberatan jika kubawa kerumahku? Aku tinggal didesa dibawah bukit ini. Aku seorang dokter, aku bisa mengobatimu." ujar Scarlet.

Pria itu tampak merasa lega mendengar perkataan Scarlet. Lagipula mana mungkin gadis muda dan cantik ini seorang penjahat?

Dia mengangguk, dia terus memperhatikan gerak gerik Scarlet yang mengambil sebatang kayu untuk dijadikan penyangga kakinya.

Scarlet membantu pria tua itu berdiri lalu menggendongnya. Pria itu terkejut, melihat tubuh kecil gadis itu rasanya tak mungkin akan sanggup menggendongnya.

Seolah mengetahui pikiran pria tua itu, Scarlet tersenyum dan berkata, "Tuan, jangan khawatir. Aku cukup kuat untuk menggendongmu." ujarnya sambil berjalan.

Satu tangannya memegang tongkat yang dia gunakan untuk mengibaskan ilalang disepanjang jalan yang dilaluinya. Kekuatannya luar biasa, setelah melewati padang ilalang dia pun mulai berlari menuruni bukit.

Sesampainya di rumah, dia membaringkan pria tua itu lalu memberinya minum. "Tuan, aku akan menyiapkan obat dan makanan untukmu." ucapnya lalu pergi ke dapur.

Setelah beberapa saat, Scarlet kembali dengan nampan berisi makanan dan obat. Dia meletakkan nampan diatas meja disamping tempat tidur.

"Tuan, makanlah dulu. Anda pasti sudah kelaparan."

Pria itu menatap Scarlet dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu dia mengangguk saat Scarlet mulai menyuapinya. "Namaku Hector Fergus."

Scarlet terdiam mendengar nama itu. Meskipun dia tinggal di desa terpencil namun dia selalu mengikuti perkembangan berita terbaru. Dia juga mengetahui tentang nama keluarga Fergus.

"Apakah Tuan ada hubungannya dengan......"

"Ya, aku adalah kepala keluarga Fergus." sahutnya menyela ucapan Scarlet. "Panggil saja namaku. Kau sudah menyelamatkanku jadi tidak perlu sungkan."

"Hehe......rasanya tidak sopan jika saya memanggil nama." ujar Scarlet. Dia mengoleskan obat ke pergelangan kaki Hector sambil terus berbincang. "Bagaimana kalau ku panggil kakek saja."

"Ya bagus juga. Aku akan menganggapmu sebagai cucuku. Aku tidak punya cucu perempuan dan karena kau telah menolongku maka aku akan mengangkatmu sebagai cucuku, bagaimana?"

Scarlet hanya tersenyum dan mengajak pria itu berbincang. Hingga----

"Aaaaaggggggg............." teriakan kencang pria itu saat Scarlet yang tadi mengurut pergelangan kaki itu, tiba-tiba saja menarik pergelangan kakinya mengembalikan ke posisi semula.

"Maaf kakek." ucapnya.

Hector menarik napas dalam-dalam, rasa sakitnya bahkan hampir membuatnya pingsan. Namun dia merasakan sakit itu perlahan hilang. Dia mencoba menggerakkan pergelangan kakinya namun langsung ditahan oleh tangan Scarlet.

"Sabar kakek. Kakimu baru saja kuobati. Tunggu sampai besok baru boleh digerakkan." ucapnya.

*********

Seorang gadis dengan keranjang dipunggungnya tampak menaiki bukit. Dia hendak mengambil beberapa tumbuhan liar untuk dijadikan obat. Tiba-tiba dia mendengar suara dengung helikopter dari atas.

Dia mendongak dan melihat sebuah helikopter yang melintas diatasnya. Untungnya bukit itu ditumbuhi banyak pepohonan sehingga tidak ada yang bisa melihat keberadaan gadis itu. Dia bergegas menuju ke puncak bukit, setelah mengumpulkan beberapa tumbuhan yang dibutuhkannya dia pun segera pergi.

'Siapa orang-orang itu? Belum pernah aku melihat helikopter melintasi area ini.' gumam batinnya. Muncul rasa cemas dihatinya, dia pun mempercepat langkahnya hingga sampai di kaki bukit.

Tanpa mempedulikan kakinya yang berdarah akibat tergores kayu saat berjalan menuruni bukit. Dia hanya ingin segera sampai dirumah dan memastikan sesuatu.

KREKKKK!

Pintu kayu terbuka, dia langsung menutup dan menguncinya. Dia berjalan kearah ranjang dimana sesosok pria tua terbaring dan sedang mengorok.

"Ck! Sepertinya kondisinya sudah benar-benar membaik selama beberapa hari ini."

"Kau sudah kembali?" tiba-tiba pria tua itu membuka matanya.

"Hm....."

Pria itu memperhatikan ekspresi wajah gadis dihadapannya. "Ada apa?"

"Tadi aku melihat ada helikopter saat aku naik ke atas bukit. Apa mungkin mereka adalah orang-orang yang mencarimu?" tanya Scarlet. "Kondisimu juga sudah membaik! Aku rasa sudah saatnya anda kembali ke kota."

"Baiklah! Lalu? Bagaimana denganmu? Apa kau tidak ingin ikut denganku? Aku bisa melindungimu." ujar pria tua itu.

"Apa maksudmu?" gadis itu mengeryitkan keningnya.

"Aku adalah Hector Fergus! Bukankah kau ingin membalas dendam pada orang yang sudah menyakitimu? Jika kau setuju dengan persyaratan yang kuberikan, maka aku berjanji akan melindungimu dan membantumu."

"Syarat? Hehe.....pak tua, anda benar-benar pandai bernegosiasi." ujar Scarlet terkekeh.

"Aku serius! Menikahlah dengan cucuku! Aku jamin perlindungan tanpa batas dan segala sumber daya yang kau butuhkan! Aku hanya memberimu satu kesempatan dan anggaplah ini sebagai balas budiku padamu karena sudah menolongku."

Scarlet terdiam sejenak dan memikirkan semua perkataan pria tua itu. Ya, dia memang ingin membalaskan dendamnya.

Dia mengetahui tentang keluarga Fergus yang memegang kekuasaan. Meskipun selama ini dia hidup dalam bayang-bayang tanpa ada seorangpun yang tahu identitas sebenarnya tapi Scarlet sudah banyak berubah.

"Bagaimana?"

"Baiklah! Aku setuju tapi aku juga punya syarat." Scarlet tidak mau menikahi pria yang tidak dikenal apalagi dicintainya. Dengan wajah cantiknya, dia yakin tidak ada pria yang bisa menahan diri saat berada didekatnya.

"Katakan apa syaratmu." Hector Fergu bicara dengan ekspresi serius.

"Anda tidak boleh membocorkan rahasiaku, identitasku! Aku akan merubah penampilanku, hanya dengan cara itu aku bisa dengan mudah melancarkan rencanaku tanpa ada yang curiga."

"Hahahaha.....gadis pintar! Aku setuju!" Hector Fergus menatap wajah gadis itu seraya menghela napas panjang. 'Semoga saja kelak cucuku yang keras kepala itu bisa kau kendalikan dan jatuh cinta padamu.' batinnya.

Setelah berkemas-kemas dan membawa beberapa barang penting saja mereka meninggalkan tempat itu dan menuju ke kota kecil yang berada tak jauh disana.

Scarlet membawa pria tua itu menuju ke terminal bis dan menaiki bis menuju ke ibukota. Kehidupan baru dan rencana balas dendamnya akan segera terlaksana setelah menunggu sekian tahun.

*******

Di kediaman mewah milik keluarga Fergus. Setelah Hector Fergus membawa Scarlet pulang bersamanya, dia langsung memerintahkan pengawal untuk membawa Scarlet ke kediaman Darius.

Tampak Scarlet yang mengenakan gaun yang indah berwarna biru, dengan kulit putih mulus, wajahnya sangat cantik dan mungil serta tampak polos seperti layaknya wajah anak-anak.

Dia mengotak-atik gelas di atas meja kopi dan dengan bodohnya mengangkatnya kearah orang yang duduk di hadapannya. "Kaa…..kaca..." ucapnya seraya tertawa seperti orang bodoh.

Ekspresi wajahnya sangat antusias memandang setiap barang yang berada disekitarnya. Dia memandang gelas itu sambil berulang-ulang mengucapkan kata, “Kaca…..ka….kacaaa…..ya kaca.”

Dia benar-benar terlihat seperti anak kecil yang kesenangan melihat sesuatu yang baru. Bahkan dia memiringkan kepalanya memperhatikan gelas kaca itu dengan seksama.

Saat dia berbicara air liur menetes dari sudut mulutnya. Ada bekas luka berbentuk salib di wajahnya bahkan lebih sulit untuk diabaikan. Menatap bekas luka itu saja sudah membuat orang merasa jijik.

"Untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, dia benar-benar memintaku menikah dengan orang bodoh ini?" ujar Darius sama sekali tidak memperhatikan istri barunya. “Argggghhh!” umpatnya.

Dia dengan cepat memeriksa semua laporan di tangannya dan membuangnya. Dia tidak mungkin mengalami ini. Apalagi saat dia membaca laporan berisi informasi lengkap gadis itu, matanya melotot saat dia melihat tingkat IQ-nya hanya 50?

Hal itu yang membuatnya semakin kesal. ‘Arggg! Ini benar-benar gila! Mana mungkin aku menikahi wanita bodoh?’ geramnya didalam hati. Darius melemparkan berkas itu ke meja.

Wanita ini berkulit putih dan cantik, tapi dia tidak bisa berhenti meneteskan air liur dari sudut mulutnya. Pandangan matanya juga terlihat liar dan memberontak. Lalu apa gunanya berwajah cantik tapi bodoh? Dan sekarang wanita ini adalah istri Darius? Dia akan jadi tertawaan musuh-musuhnya dan mungkin semua orang pasti akan menertawakannya diam-diam.

Kepala pelayan yang melihat reaksi Darius yang emosi pun menjelaskan, "Kakek anda mengatakan bahwa Nona Scarlet lah yang telah menyelamatkan nyawanya.….jadi..." pelayan itu tidak melanjutkan kalimatnya saat melihat ekspresi wajah Darius yang terlihat sangat marah.

“Apa kakek masih waras? Apa dia mengalami Alzheimer dini? Oh Tuhan….lihatlah gadis bodoh itu. Aku tidak tahan melihatnya!” Darius mendengus kesal dan sinis. "Aku tidak mau gadis itu disini!" bentaknya marah.

Darius benar-benar tidak menyangka jika kakeknya senekat itu membawa pulang seorang gadis gila dan bodoh untuk dijadikan istrinya. Darius bahkan tidak tahu apa-apa tentang hal itu membuatnya semakin marah.

Sebulan yang lalu, Tuan Hector Fergus kembali ke kampung halamannya untuk refreshing, tetapi dia tersesat di pegunungan yang dalam. Saat itu tanpa sengaja dia terluka dan ditemukan oleh seorang gadis.

Keluarga Fergus mengirimkan regu pencari selama beberapa hari dan beberapa malam, tetapi mereka tidak dapat menemukannya. Setelah hujan reda, Tuan Hector Fergus dibawa pulang oleh seorang wanita dan dia dalam keadaan sehat.

Wanita itu adalah Scarlet Grazinia Balthazar.

"Jadi dia menggunakan pernikahanku sebagai barter?" tanya Darius dengan nada tak senang, Darius mendongak dengan dingin dan dengan cepat bangkit dari sofa. Dia bahkan tidak repot-repot memandang Scarlet.

Lalu Darius memerintahkan pada pelayan, "Bawa dia keluar! Aku tidak mau melihatnya disini!"

"Tuan Darius... tapi... tapi Nona Scarlet sudah menjadi istrimu sekarang!" ujar kepala pelayan.

“Siapa yang bilang dia istriku? Apa aku memberikan izin dan menerimanya sebagai istriku?” bentak Darius dengan nada marah.

“Tapi Tuan Hector yang sudah mengatur semuanya untuk anda Tuan! Nona Scarlet adalah istri anda sekarang dan dia akan tinggal dirumah ini mulai hari ini! Saya hanya menuruti perintah dari Tuan Hector. Jika anda keberatan, silahkan bicarakan hal ini dengan Tuan Hector!”

Saat kepala pelayan berbicara, dia dengan cepat mengeluarkan surat nikah dari dalam sakunya. Dia tahu Darius tidak akan setuju, jadi Tuan Hector telah menyiapkan akta nikah terlebih dahulu. Artinya masalah ini sudah diputuskan dan tidak ada ruang untuk negosiasi.

Suasana di ruang tamu tiba-tiba menjadi sunyi. Darius mengambil surat nikah dari tangan kepala pelayan dan memeriksanya. Dia sangat marah dan ingin merobek sertifikat itu menjadi beberapa bagian dengan tangannya.

Kepala pelayan itu menundukkan kepalanya, tampak tak berdaya. Dikalangan luas semua orang mengenal Darius sebagai sosok yang kuat dan tak terkalahkan di dunia bisnis, tetapi pada usia tiga puluh dua tahun, dia masih lajang.

Ada desas-desus yang mengatakan bahwa dia menyukai pria. Tindakan Tuan Hector Fergus untuk menghancurkan rumor tersebut. Namun, siapa sangka jika Tuan Hector justru akan mengatur orang bodoh untuk menjadi istrinya!

Tiba-tiba wanita bodoh itu menatap Darius sambil tersenyum dan berkata, “Sayang, apakah kamu mau minum? Kau pasti haus bukan? Biasanya orang marah-marah tenggorokannya kering. Aku ambilkan minum ya?”

“Diam! Aku tidak mau minum!” teriak Darius marah seraya menatap Scarlet dengan jijik.

"Jika kau tidak ingin minum apa pun, apakah kau ingin permen?" tanya Scarlet dengan wajah polosnya sambil mengerjapkan matanya yang indah.

“Aku punya permen, enak loh! Aku akan membaginya untukmu! Ini….coba kau makan, rasanya manis, sayang.” ujar Scarlet yang sedang memegang permen lolipop ditangannya sambil menjilat dan air liurnya ikut menetes.

Scarlet yang berada di samping meja kopi, tiba-tiba menghampiri Darius. Sambil memegang permen lolipop di tangannya dan menatap Darius dengan mata cerah. Begitu kedua mata mereka saling bertautan, Darius merasakan sekujur tubuhnya merinding.

Scarlet langsung memegang tangannya karena dia tidak menyukai benda manis dan lengket. Darius adalah orang yang terobsesi dengan kebersihan. Jika permen lolipop menyentuhnya, dia akan menjadi gila, apalagi permen itu sudah dijilati.

"Hei, mengapa kau masih berdiri di sana? Segera bawa dia pergi! Pergi dan bersihkan dia! Aku tidak mau melihat wanita jorok ini didepanku!" ucap Darius memerintahkan kepala pelayan dengan suara dingin.

Darius ingin sekali melemparkan Scarlet dan meremukkan tulang-tulang wanita itu. Tapi sebelum pelayan itu bisa melakukan apapun, Scarlet tiba-tiba memeluk lengan Darius dan menangis.

"Sayang, apa kau tidak menginginkanku lagi? Huaaa……Aku hanya ingin memberimu makan! Huaaaa….." Scarlet menyeka air mata dan ingusnya dengan punggung tangannya sambil menangis. Lalu dia menyeka air mata dan ingusnya di jas mahal Darius.

Darius terkejut. ‘Brengsek! Berani sekali wanita ini! Arggg....benar-benar wanita gila dan tak tahu malu!’ geramnya didalam hati. Kepala pelayan ingin tertawa tetapi tidak berani.

Kepala pelayan itu mencoba yang terbaik untuk menahan tawanya dengan menundukkan kepala menyembunyikan tawa. Bahkan beberapa pelayan yang berdiri tak jauh dari sana pun menundukkan kepala mereka menahan tawa.

"Sayang, jangan bawa aku pergi. Aku akan menjadi gadis yang baik dan mendengarkanmu!" ujar Scarlet tanpa merasa bersalah sedikitpun. Dia terus saja menjilati permen lolipopnya dengan ekspresi polos.

Tangannya masih memegangi lengan Darius dengan kuat seolah dia tidak enggan berjauhan dengan pria yang sudah resmi menjadi suaminya itu.

“Berhenti memanggilku seperti itu! Kau pikir kau itu siapa? Minggir sana!” Darius mendorong Scarlet dan satu tangannya berusaha melepaskan pelukan Scarlet dilengannya.

“Sayang……aku sayang kamu! Tidak boleh kasar-kasar sama istri! Apa kau tidak takut kalau aku gigit ya? Tapi aku gigitnya tidak kuat-kuat kok sayang.” ujar Scarlet dengan suara kekanakan. Mendengar perkataan wanita itu membuat Darius semakin geram dan marah.

Scarlet mungkin terlihat lemah, tapi dia sebenarnya cukup kuat. Dia sangat kuat sehingga Darius tidak bisa menggerakkan lengannya dan lengannya bahkan serasa mati rasa karena penjepitnya yang kuat.

Ekspresi wajahnya semakin gelap setiap kali dia mendengar Scarlet memanggilnya "sayang". wanita itu tak henti-hentinya memanggilnya ‘sayang’ seolah Darius adalah pria satu-satunya dan paling dicintainya didunia ini.

Darius yang sudah kesal berusaha keras melepaskan tangan Scarlet dari lengannya tapi gagal. ‘Argggh! Kenapa wanita bodoh ini kuat sekali? Apa dia tidak tahu berapa harga jas ku? Seenaknya saja dia mengelap ingusnya di jas ku! Ingin rasanya aku mematahkan leher wanita ini!” geramnya didalam hati. Sedangkan Scarlet sama sekali tak terpengaruh dengan sikap Darius.

“Sayang, apa kau tidak menyayangiku ya? Kenapa wajahmu marah? Huaaa……aku tidak salah! Kenapa kau marah padaku, sayang? Huaaa……” Scarlet semakin menangis dan membenamkan wajahnya yang dipenuhi airmata dan ingus dilengan Darius sambil menggesek-gesekkan wajahnya.

“Minggir!” Darius mencoba mendorong Scarlet namun wanita itu malah mempererat pelukannya.

“Kenapa kalian diam saja? Cepat bawa wanita bodoh ini pergi! Menjijikkan!” teriak Darius memelototi kepala pelayan dan para pelayan yang berada disana.

“Tuan Darius, mohon perlakukan Nona Scarlet dengan baik! Anda tahu kalau dia…..kami tidak berani berlaku kasar padanya Tuan, takutnya akan mempengaruhi kejiwaannya dan bisa saja dia akan menyerang semua orang.” ucap kepala pelayan itu berusaha menenangkan Darius.

BAB 3. PESTA ULANG TAHUN

Sekitar pukul enam sore, Scarlet berdiri di dekat jendela kamar suite hotel dan membuka tirai. Dia menatap keluar jendela kaca dan melihat pesta itu sangat megah. Ruangan ballroom didekorasi dengan indah dan mewah, Scarlet hanya tersenyum tipis membayangkan betapa banyak uang yang dihamburkan untuk mengadakan pesta ulang tahun ini.

Scarlet memandangi para tamu di lantai bawah yang saling bersulang. Tuan Hector mengenakan setelan terbaiknya dengan tongkat di tangannya, dikelilingi oleh orang-orang kepercayaannya. Di usianya yang sudah delapan puluh tahun Tuan Hector masih terlihat berwibawa dengan aura kebangsawanannya.

"Tuan Hector, Tuan Darius telah tiba." Seseorang berbisik di telinga Tuan Hector untuk mengingatkannya.

"Oh? Begitukah? Cepat sambut dia dan Scarlet!" Tuan Hector berkata dengan suara rendah. Dari nada suaranya dia senang karena Scarlet datang ke acara pesta ulang tahunnya. Dia sangat menyukai cucu menantunya itu dan banyak menaruh harapan pada Scarlet.

"Tuan, tapi Tuan Darius tidak datang bersama....." ucapan orang itu terputus.

Bukan wewenang mereka untuk memberi tahunya dengan siapa Darius datang, jadi mereka tetap diam sambil menundukkan wajah. Sebuah mobil Bentley berhenti di pintu masuk hotel.

Darius mengenakan setelan putih dan dia keluar dari mobil dengan kakinya yang panjang. Pintu di sisi lain mobil terbuka dan seorang wanita keluar dari mobil dengan sepatu hak tinggi.

Wanita mempesona itu segera mendekati Darius dan mereka berjalan melewati pintu depan hotel di belakang seorang pelayan. Begitu pasangan itu tiba, mereka menjadi pusat perhatian. Scarlet juga melihat pemandangan ini dari kamarnya.

Seperti yang diharapkan, dia bisa melihat ekspresi wajah Tuan Hector berubah dengan cepat. Scarlet diam-diam segera meletakkan tirai.

“Darius cukup berani membawa Cindy ke acara ini! Hebat sekali pria itu! Apa dia tidak berpikir jika aku akan hadir disini sebagai istrinya. Apa penilaian orang-orang itu jika mereka tahu kalau istri bodoh Darius Fergus hadir sedangkan dia datang membawa wanita lain? Cih! Dua orang itu benar-benar tidak tahu malu! Baiklah……aku ikuti saja permainannya.”

Scarlet melangkah menjauhi jendela yang sudah ditutup tirai lalu menatap dirinya dicermin. Memastikan penampilannya sudah sempurna, dia pun tersenyum lalu mengambil tas kecilnya lalu keluar dari ruangan itu.

Ekspresi wajah bodohnya terlihat melirik kesekitarnya saat dia keluar dari kamar. Lalu Scarlet berjalan menuju ke elevator sambil menundukkan wajah.

Sementara itu di hall, tampak Tuan Hector yang terkejut melihat kehadiran cucunya bersama seorang wanita yang bukan Scarlet. Wajahnya menegang dan merah menahan amarah, genggaman tangannya mengerat ditongkatnya.

Hector menatap Darius dan wanita itu dengan tajam, jika tatapan tajam itu bisa membunuh maka keduanya sudah mati dengan tatapan tajam penuh kemarahan itu.

"Apa yang kau lakukan?" Tuan Hector mengendalikan amarahnya dan berkata dengan suara rendah, "Di mana Scarlet? Apakah kau mencoba membuatku kesal?"

Saat menyebut nama Scarlet, wajah Darius sedikit menggelap. "Kakek ingin aku menikahinya, dan aku sudah melakukannya. Tapi aku khawatir kakek tidak bisa memutuskan dengan siapa aku pergi!"

Dia tidak tahu mantra apa yang dilemparkan si bodoh itu pada lelaki tua itu. Entah bagaimana cara wanita bodoh itu bisa mempengaruhi kakeknya sehingga pria tua itu sangat menyukainya.

Setiap kali dia memikirkan bagaimana Scarlet telah membuat jasnya lengket dan kotor saat terakhir kali mereka bertemu, membuat Darius langsung merasa jijik dan marah.

"Kau!" Tuan Hector sangat marah sehingga dia memukul tanah dengan tongkatnya. "Scarlet adalah satu-satunya menantu perempuan yang akan aku kenali. Selain dia, aku tidak akan menyetujui orang lain!" ujarnya dengan tegas dan penuh penekanan.

Komentar tersebut sengaja ditujukan kepada Cindy. Tuan Hector tidak bodoh, dia tahu wanita seperti apa Cindy Alodie. Dia tahu jika wanita yang bersama cucunya itu bukanlah wanita yang baik. Dia sudah menyelidiki tentang Cindy dan itulah alasan kenapa dia tidak menyukai wanita itu.

Saat Cindy merasakan ketegangan meningkat di antara mereka, Cindy dengan cepat menawarkan hadiah di tangannya dan berkata, "Kakek Hector, selamat ulang tahun untukmu."

"Siapa yang memberimu izin untuk berbicara di sini? Apakah aku mengundangmu?" Tuan Hector langsung membalas, yang membuat Cindy terdiam untuk waktu yang lama.

Dia tahu bahwa cucunya tidak puas dengan pengaturannya dan istri yang dipilihnya tapi Scarlet adalah wanita yang tepat untuk cucunya. Selain itu Scarlet lah yang sudah menyelamatkan nyawanya.

Hector menghabiskan beberapa waktu bersama Scarlet dan dia mengenali karakter wanita itu dengan baik. Scarlet yang merawatnya dengan tulus dan dia tahu jika wanita itu layak menjadi cucu menantunya menampingi Darius.

Selain itu, Scarlet adalah wanita yang sangat cantik dan polos dengan hati yang tulus dan penuh kasih sayang. Namun, Darius tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengenal Scarlet, jadi dia tidak tahu bahwa sebenarnya Scarlet adalah gadis yang baik.

Dia bahkan tidak berkeinginan untuk mengenal wanita yang dianggapnya bodoh dan gila itu. Apalagi melihat tingkah Scarlet yang seperti orang yang memiliki keterbelakangan mental, membuat Darius semakin tidak menyukainya.

"Maukah kau membawa Scarlet ke sini agar semua orang bisa melihatnya?" Tuan Hector menoleh ke kepala pelayan dan memerintahkan. “Pergilah! Bawa Scarlet kesini! Aku mau dia ada bersamaku.”

"Ya, Tuan Hector." jawab pelayan itu dengan cepat. Setelah kepala pelayan pergi, jari-jari Cindy yang memegang hadiah itu memutih saat dia mengencangkan cengkeramannya.

Cindy sengaja melirik sisi Darius dari sudut matanya, ekspresi wajahnya menjadi lebih dingin.

"Darius, sepertinya kakekmu tidak menyukaiku. Kenapa tidak... aku pergi saja?" Cindy berbisik.

Wanita itu bertanya ragu-ragu dan sebenarnya dia tidak berniat pergi sama sekali. Namun, Darius tidak menjawabnya secara langsung, namun ekspresi wajahnya tetap sedingin es.

“Tidak! Kau adalah wanitaku dan kau layak berada disini! Tidak usah hiraukan perkataan kakekku! Suka atau tidak suka, dia harus menerimamu karena aku hanya menginginkanmu sebagai pendampingku. Tetaplah disini bersamaku.” ucap Darius.

Mendengar perkataan pria itu membuat Cindy merasa senang dan puas karena Darius memilihnya. Cindy menegakkan kepalanya seolah menunjukkan kepada semua orang bahwa dialah wanitanya Darius.

“Bawa wanita itu pergi dari hadapanku! Aku tidak mau melihatnya!” ucap Hector tanpa memandang Cindy sedikitpun. Darius pun memegang lengan Cindy dan membawanya menjauh dari kakeknya.

Dia membawa Cindy menuju ke meja yang berada disudut tak jauh dari panggung. Disana Cindy tidak akan perlu berinteraksi banyak dengan para tamu.

“Darius, apa tidak masalah kita bersama begini? Orang-orang akan bertanya padamu siapa aku.”

“Tenanglah! Akan tiba waktunya semua orang akan tahu posisimu! Duduklah disini dan nikmati acaranya, jangan terlalu banyak berpikir. Aku membawamu kesini agar semua orang bisa melihatmu dan mengenalmu sebagai wanitaku.” jawab Darius.

“Tapi, bagaimana dengan istrimu? Kalau dia muncul nanti pasti kakekmu akan mengumumkan pada para tamu bahwa dia adalah istrimu! Darius, aku tidak mau semua orang menganggapku sebagai wanita pengganggu! Kurasa, lebih baik selama acara ini kita tidak terlalu dekat.” ucap Cindy dengan lembut.

Sengaja dia mengatakan itu agar Darius melihatnya sebagai wanita pengertian. Bagaimana mungkin dia rela melihat Darius bersama wanita lain, apalagi yang dia tahu jika istri Darius adalah seorang wanita bodoh.

Tapi dia harus memainkan perannya dengan baik sebagai wanita berhati lembut. Cindy menatap sekilas wajah Darius yang tidak terpengaruh dengan perkataan Cindy.

“Darius……” suara lembut dan manja Cindy memanggil pria itu.

“Sudahlah! Biarkan saja kakek mengumumkan! Toh wanita itu bukan pilihanku dan kakek yang mengatur semuanya. Aku juga berhak menentukan pilihanku.” ujar Darius dengan serius.

‘Aku tidak akan membiarkan kakek mengacaukan hidupku! Aku tidak mau menjadi olok-olokan semua orang karena memiliki istri bodoh!’ gumamnya dalam hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!