...Happy Reading♥︎...
Peluh keringat mengalir membasahi permukaan wajah gadis cantik berusia 17 tahun. Gadis yang masih mengenakan seragam kerjanya tengah menunggu angkutan umum untuk kembali ke kontrakannya.
Sudah dua bulan lamanya ia tinggal di kota J, tempat dimana ayah kandungnya merantau. Berbekal foto lama ayahnya, Dania memberanikan dirinya membawa seta sang adiknya Rania pergi merantau ke kota J.
Dania tak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, ia bertekad untuk bekerja dan menyekolahkan sang adik di kota itu.
Tak berapa lama, angkutan umum yang Dania tunggu tiba, ia segera naik meninggalkan halaman depan perusahaan tempatnya bekerja.
“Huft, Bunda kemana Dania harus mencari ayah ? Apa tidak ada petunjuk selain foto ini… “ gumam Dania mengusap pelan foto ayah kandungnya.
“Bunda, Dania kangen bunda. Apa Dania kuat menjalani hidup berdua dengan Rania… “ ucapnya sendu.
Beberapa menit kemudian, Dania mengetuk atap angkutan umum. Ia memberikan sejumlah uang kepada supir angkot lalu turun dengan perlahan. Dania melanjutkan perjalanannya menuju rumah kontrakannya yang tak jauh dari jalan raya.
“Ayah, dimana pun ayah berada, Dania harap ayah juga mencari keberadaan Dania dan Rania… “ doanya.
Sebelum ke kontrakannya, Dania mampir ke warteg membeli makanan untuk dirinya dan juga adiknya serta sang kakek Raska.
“Bu, beli sayur sama ayamnya ya dibungkus seperti biasa… “ ucap Dania.
“Oke siap Dania, di tunggu ya sebentar ! “ sahut ibu warteg.
“Iya bu… “
*
*
*
*
“BELIIIIIIIIII !! “ teriak seorang pembeli memanggil pemilik warung sembako.
Mendengar teriakan pembeli, bocah gembul berlari keluar dan siap melayani pembeli.
“Mau nyali apa ? “ tanya sopan.
“Mau beli minyak goreng satu kilo, gula setengah kilo, sama beras lima kilo ! “ ucapnya kepada bocah gembul dihadapannya.
“Oke sebental ya, Lania cali balangna dulu ! “
“Oke siap Rania cantik ! “ sahut bu RT. “Bu Elte ada maunya manggil Lania cantik, “
“HEHE… Kak Dania belum balik ya ? “ tanya Bu RT basa-basi. “Belum bu, “.
“ Minyak goleng catu kilo, gula cetengah kilo, belas lima kilo… “ ucap Rania mencari barang yang disebutkan Ibu RT.
“Minyak goleng catu kilo, “ Rania meletakkan minyak goreng satu kilo diatas etalase. Kemudian, mengambil setengah kilo gula dan diletakkan disamping minyak goreng.
“Belas lima kilo, cebental ! “ ujarnya turun dari kursi plastik menuju kotak beras.
“Bu Elte mau belas yang halga dua belas libu atau empat belas libu ? “ tanya Rania yang sudah memegang gayung menimba beras.
“Yang harga empat belas ribu dong… “ jawab Bu RT terkekeh geli.
Rania mengangguk dan segera mengambil kantong kresek berwarna hitam dan memasukan lima gayung beras kedalam kantong kresek tersebut.
“Catu gayung … “
“Dua gayung … “ dan seterusnya. Ibu RT sigap membantu Rania untuk mengangkat berat lima kilo beras.
“Cudah, total cemuanya empat belas dikali lima cama dengan tujuh puluh libu, ditambah halga minyak goleng sekilo dua puluh lima, lima latus cama dengan sembilan puluh lima, lima latus di tambah lagi cama gula cetengah kilo delapan libu… total cemuana selatus tiga libu lima latus… “
Rania menunjukkan hasil hitungannya di kalkulator kepada ibu RT. Melihat itu, Ibu RT tersenyum senang. Hitungan Rania tidak pernah meleset, ia segera mengeluarkan uang sebesar seratus sepuluh ribu kepada Rania dengan cepat Rania kembali menghitung kembalian uang ibu RT.
“Tunggu ya bu elte, kembalianna enam libu lima latus lupiah… “. Rania menarik uang lima ribu dan seribu rupiah lalu mata bulatnya kembali menatap ibu RT yang juga menatapnya.
“Lima latusna mau pelmen nda ? “ tanya Rania pelan karena takut pembeli memarahinya kembali hanya karena memberikan permen tiga biji sebagai pengganti uang lima ratus rupiah.
“Terserah Rania saja, tapi untuk kembaliannya buat Rania saja ya. Rania tabung ! “ ujar Bu RT tersenyum.
“Nda boleh gitu bu elte, kembalian tetap kembalian.. “ ucap Rania lucu. Bu RT mengangguk saat Rania memberikan tiga butir permen kopiko kepadanya. Setelah itu, Bu RT pamit kembali ke rumah dengan membawakan barang belanjaannya.
Saat Rania hendak masuk ke dalam rumah, seorang pembeli kembali memanggilnya.
“BELIIIIII !! “
“Cebental, mau beli apa ? “ tanya Rania yang sudah hafal dengan pemilik suara itu.
“Eh, Rania ! Saya mau beli beras sepuluh kilo ! “ ucapnya angkuh.
“Citu beli langcung bayal apa mau ngutang lagi ? “ tanya Rania kesal. Pasalnya wanita itu sering kali mengutang di warung kakeknya.
“Bayar ! “ jawabnya ketus.
“Nda ucah balas ketus ! Citu seling ngutang jadi halap sadal dili ! “ sindir Rania, namun dirinya belum menyiapkan barang yang wanita itu minta.
“Gue ngutang juga dibayar ya ! Lu bocah ingusan tau apa ! Berhitung aja nggak bisa ! “ sentaknya kesal.
Rania mengambil buku kasbon utang, ia mencari nama wanita dihadapannya itu.
“Niiii utangna totalna tiga juta enam latus tujuh puluh libu … “
“Cepat bayal, katana mau bayal ! Nih utangna udah Lania hitung dengan benal menggunakan kalkulatol ! “ pekik Rania yang membuat wanita bernama Sarah menciut.
Namun ia menolak jika hutangnya sebesar tiga juta lebih. “Lu jadi bocah mau nipu gue ya ! Mana ada hutang gue tiga juta lebih ! “
“Citu yang nipu ! Dikila dia Lania macam kakek Langga ! Ooo nda bica ! Lania pantang di tipu cama tante janda pilang !! “ sewot Rania berani.
“Cepat bayal ! Bangklut kakekna Lania kalo citu nda bayal-bayal ! Cepat bayal ! Citu kalo miscin jangan belaga kaya ! Bayal hutang culit, ngutang elit ! “ sindir Rania.
Suara Rania terdengar hingga beberapa pembeli menatap Sarah dengan tatapan tajam.
“Cantik-cantik kok ngutang, “ sindir ibu berdastar bunga.
“Bayar dong sar, kasihan kakek Rangga di utangin mulu tapi nggak dibayar, “ sarkas ibu-ibu yang lain membiat Sarah malu.
Dengan kesal ia mengeluarkan ponsel mahalnya dan mulai membuka mbanking. “ Gue bayar pake Q-ris ! “ ucapnya sombong.
Dengan semangat membara, Rania mengeluarkan barcode Q-ris dan meletakkannya di hadapan Sarah.
KLIK !
“Nah, lunas juga akhilna ! Beluntung Lania hali ini ! “ serunya senang.
“Sudah LUNAS ya !! “ ucap Sarah dan berlalu pergi tanpa mengingat kedatangannya ke warung.
Setelah kepergian Sarah, Rania mulai melayani pembeli lainnya dengan ramah. Dari kejauhan, Dania tersenyum melihat sang adik yang sedang melayani pembeli. Adiknya itu akan stay di warung setelah pulang sekolah, sedangkan kakek Rangga dimintanya untuk beristirahat, mengingat beliau baru saja sembuh dari sakitnya.
“Wah, banyak pembelinya ya ! “ ucap Dania tiba-tiba yang mana membuat Rania yang menghitung uang terlonjak kaget.
“Capi ayam makan ulat… ! “ latah Rania membuat Dania tertawa.
“Kak Dania cudah pulang !! “ teriak Rania heboh.
“Hari sudah sore, ayo kita tutup dulu warungnya ! “ ajak Dania kepada sang adik.
“Siap kakkkkk !! “
...****************...
...Jangan lupa dukungannya♥︎...
Follow instagram : dlbtstae_
“Rania, ingat pesan kakak. Jangan nakal di sekolah, belajar yang rajin, dengerin apa kata guru bila menjelaskan, bertanya jika tidak tahu okey ! “ pesan Dania.
Rania mengangguk paham. “Lania akan lajin belajal dan selalu beltanya jika tidak paham ! “. janji Rania.
“ Baiklah, kalo gitu kakak berangkat kerja dulu ya, “ ucap Dania berdiri dari jongkoknya, sebelumnya ia mencium kening adiknya.
“Rania masuk kelas gih, ingat pesan kakak ! “.
Rania mengangguk, ia berlari masuk ke dalam kelasnya tak lupa ia mengangkat kedua tangannya membentuk love.
Membuat Dania terkekeh. “Bunda, doakan Dania dari atas sana untuk membahagiakan Rania … “.
Dania pergi meninggalkan sekolah taman kanak-kanak menuju tempatnya bekerja, untung saja tempat kerjanya tak begitu jauh dari sekolah TK adiknya sehingga ia bisa berjalan kaki menikmati paginya kota J.
*
*
*
*
*
“Eh, Dania ! Tolong buatkan kopi untuk bos ! “ titah salah satu karyawan WD Group.
“Ba-baik mba “ ucapnya gugup.
Bos yang dimaksud bukanlah Ceo atau direktur, bos yang dimaksud adalah kepala manajer keuangan. Beliau juga masih baru lebih dulu masuk dua bulan sebelum Dania melamar kerja.
“Kenapa harus kamu sih, Dan ? “ tanya rekannya heran. Dania menggeleng, “ nggak tau Jen, “.
“ Hati-hati Dan, sepertinya ada maksud tertentu… “ Gadis itu menepuk pundak Dania, mengingatkan Dania untuk hati-hati.
“Huft, iya Jen.. “.
Setelah selesai membuat kopi untuk kepala manajer keuangan, Dania segera mengantarkan kopi tersebut dengan hati-hati.
Sesampainya di depan pintu ruangan keuangan, Dania menjadi gugup dan takut. Ia juga mengingat pesan Jena rekannya, “ Dan, tenang dan tenang ! Cuma antar kopi abis itu balik kerja ! “ ucapnya menyemangati diri.
“Huft ! Tuhan, lindungi hamba ! “ doanga dalam hati.
TOK ! TOK ! TOK !
“MASUK !! “.
Dengan ragu dan gugup Dania membuka pintu ruangan itu, dengan langkah ragu ia memasuki ruangan dimana kepala manajer berada.
“ Permisi pak, saya mau mengantarkan pesanan bapak ! “ ucap Dania dan segera meletakkan secangkir kopi panas di atas meja kerja bosnya itu.
Kepala manajer keuangan menatap Dania dengan tatapan tak biasanya. Beberapa kali mengusap bibirnya serta dagunya, jakunnya naik turun, tatapannya seperti ingin menerkam Dania.
“Dania… . “ panggilnya dengan suara yang membuat tubuh Dania meremang.
“I–iya pak ? “ jawab Dania gugup.
“Umurmu berapa ? “
“tujuh belas pak, “ jawab Dania takut, perasaannya sudah was-was saat kepala manajer keuangan berjalan ke arahnya.
Dania memundurkan langkahnya, wajahnya semakin pucat saat kepala manajer sudah berada di hadapannya.
“Paa— pak Niko ma-mau nga–ngapain… “Dania ketakutan, saat Pak Niko hendak menyentuhnya tiba-tiba pintu terbuka keras dari luar.
BRUKK !!!
“APA-APAAN INI !!! “ teriak seorang wanita paruh baya, di belakangnya ada beberapa karyawan berkerumunan berlomba-lomba untuk melihat ke dalam ruangan.
“Ma–mami … “ ucap Pak Niko saat melihat istrinya datang.
“APA MAKSUDNYA INI PI !! “ teriak seorang wanita yang ternyata istri sah dari kepala manajer keuangan.
“Di—dia yang menggodaku mami ! “ tuduhannya kepada Dania lalu mendekat pada sang istri.
Dania menggeleng ribut, wajahnya yang pucat masih kentara membuat istri dari kepala manajer keuangan salah paham berpikir bila Dania ketahuan menggoda suaminya.
“Jadi kamu yang terus mengejar suamiku ? Bahkan dengan beraninya menggoda suamiku di kantor !! “ teriaknya marah.
“Ti–tidak bu ! Saya tidak menggoda suami ibu ! “ tegasnya.
PLAK !!! Pipi mulus Dania mendapatkan cap lima jari dari istri kepala manajer. Dania meringis menahan sakit, air mata yang sedari tadi ia tahan kini lolos begitu saja.
“Jangan ngelak kamu !! Masih kecil sudah berani menggoda suami orang !! Orang tuamu tidak mengajarmu apa gimana haaa !! “ teriaknya marah.
Suara ricuh membuat para karyawan menilai Dania sebagai wanita murahan, mereka berlomba-lomba memberikan asumsi yang tidak benar tentang Dania.
Seorang HRD yang ikut menyaksikan pertengkaran itu memutuskan untuk memecat Dania di hari itu juga tanpa pesangon dan gaji.
“Tapi bu, saya nggak salah ! “ bantah Dania tak terima. “Saya datang karena disuruh karyawan meminta saya membuatkan kopi untuk pak Niko ! Saya melakukan tugas saya sebagai office girl ! “
“Benar bu, Dania hanya menjalankan tugasnya, “ bela Jena.
“Pelakor tetap aja pelakor ! Dan kamu Jena, ucapanmu tak akan membuat Dania tetap bekerja disini !“ sentak Liyana kepala HRD WD Group.
“Anda nggak punya hak buat pecat Dania dari sini !! “ sentak Jena berani.
“Kamu yang nggak punya hak buat ngatur saya Jena ! Ingat, kamu itu hanya OG disini ! “ sarkas Liyana angkuh.
“Kalau saya OG, apa saya nggak bisa bela rekan saya yang tidak bersalah ? Gitu maksud ibu ! “ terang Jena.
“Pecat saja Bu Liyana ! Orang seperti itu nantinya mencari mangsa lain ! “ ucap Pak Niko.
“Benar bu, “ sahut istri pak Niko.
“Baiklah, saya putuskan Dania tetap dipecat ! “ ucapnya angkuh dan membuat Jena tak terima.
“IBU NGGAK BISA GITU !! “ teriaknya marah.
“Oh, kamu mau sekalian dipecat juga ? “ tantang Liyana.
Dania melirik Jena, ia menggeleng. “ Aku nggak papa Jen, jangan sampai kamu ikutan dipecat. “
“Tapi Dan, “ bantah Jena.
“Nggak papa, “ balas Dania. “Baiklah bu, saya permisi ! “.
Jena yang kesal segera menarik tangan Dania keluar dari ruangan kepala manajer keuangan dengan disambut sorakan karyawan.
“Huuu masih muda udah jadi pelakor ! “
“Amit-amit temenan sama situ ! “
“Cantik-cantik kok pelakor ! “
Banyak lagi cacian dan makian yang diterima Dania, hal itu membuat Jena geram. Ia mengirim pesan kepada seseorang tak lupa mengirimkan video kejadian barusan.
*
*
*
*
*
“Jen, aku pamit pulang duluan ya. “
“Iya Dan, kapan-kapan aku main ke kontrakanmu ya ! Sekalian ketemu Rania, aku kangen banget sama bocah gembul itu “ ungkap Jena.
“Haha, datang saja. Tiap sore dia selalu stay di warung ! “
“Hahaha, pasti dia bangga menagih hutang orang-orang ! “ ujar Jena yang sudah beberapa kali melihat Rania yang melayani dan menagih hutang pembeli.
“Ya begitulah. Jen, aku pergi dulu ! “ ucap Dania dan menghentikan angkot lalu kemudian naik ke dalamnya meninggalkan Jena yang berdiri di tepi jalan.
Air mata Dania kembali menetes, rasa sakit yang dirasakan hari ini membuatnya terlihat sangat rapuh.
“Bunda… . “ ucapnya lirih.
Dania menangis sesenggukan, hingga ia tiba berhenti di pangkalan tempat biasanya turun.
“Huft ! Dania tenanglah, jangan sampai Rania melihatmu bersedih ! “ ucapnya.
“Besok, cari kerja lain aja lah… masih muda harus semangat ! “ ucap Dania, lagi- lagi ia harus menyemangati dirinya sendiri.
“TOLONG !!! “ teriak seorang wanita paruh baya yang sedang dihadang oleh beberapa preman.
“Serahkan tas itu pada kami ! “ ucap salah satu preman yang memegang pisau lipat.
Dania menatap sekelilingnya, ia melihat seorang ibu tengah dihadang dua preman yang salah satunya pernah menghadangnya saat pertama kali dirinya menginjak kaki di kota J.
Dania berjalan ke arah mereka. “ Masih punya nyali kalian ? “ tanya Dania santai, walau suaranya masih serak ia masih bisa menormalkan suasana hatinya.
Salah satu preman membalikkan tubuhnya, “Siapa dia ? “ tanyanya pada rekannya itu.
“Dia yang kemarin bikin kami babak belur bos… “
“Kecil gitu ? “ tanyanya tak percaya.
“Benar bos, belum lagi mulut pedas adiknya.. Beh lumer telinga saya di ceramahin ! “ bisik rekannya itu kepada bosnya.
“Masih mau ganggu atau mau bubar ? “ tanya Dania kesal.
“Kabur saja lah bos, Sih Jedol aja udah nggak bisa makan pake tangan kanan karena dia..! Emang bos mau juga ? Kalau aku kaburlah cari aman! “ ujar Lonong mencari aman.
“Dan, aku pamit dulu ya. Mungkin bos aku yang mau lawan hiii seram ! Pamit dulu ! “ ucapnya kocar kacir melarikan diri meninggalkan bosnya yang melongo tak percaya.
“Oh anda bosnya ? Tolong pergi sebelum gugur ! “ ancam Dania.
“Bacutttt !! “ teriaknya kesal. Bahkan dirinya sudah memasang kuda-kuda untuk….
“KA—KABURRRRRRRRRRRRR ! “ teriaknya mengejar rekan kerjanya itu.
Wanita paruh baya yang tadinya ketakutan, melongo tak percaya, “ Badan gede nyali ciut ! Banci dong ! “ gumamnya lirih.
...****************...
Jangan lupa dukungannya❦
follow instagram : dlbtstae_
“ibu nggak apa-apa ? “ tanya Dania khawatir.
“Mereka belum macem-macem sama ibu kan ? “ tanyanya lagi.
Wanita paruh baya itu menggeleng seraya memegang lengan Dania. “Ibu nggak apa-apa nak,.....“.
“Dania bu, nama saya Dania… “ ucap Dania.
“Oh ya, nak Dania. Nama ibu Jevanka… “
“ Ibu dari mana, kenapa bisa berada disini? Anak ibu kemana ?“ tanya Dania lagi.
“Ibu cuma jalan-jalan aja di sekitaran sini, rumah ibu nggak jauh dari sini… “ jawabnya ramah.
Dania menghela nafasnya pelan dan tersenyum menatap wanita paruh baya yang ada di hadapannya ini.
“Kamu baru pulang kerja ya ? “ tanya Bu Jevanka kepada Dania.
Dania tersenyum, “ iya bu baru pulang .. “
“Kamu kerja dimana ? “ tanyanya lagi.
Dania terdiam, melihat keterdiaman Dania Ibu Jevanka langsung mengalihkan pembicaraannya. “Kalau gitu ibu pamit ya, kalau butuh apa-apa segera hubungi ibu.. ini simpan kartu nama ibu. “ ucapnya memberikan kartu namanya.
“Terima kasih sudah menolong, ibu.. “ ucapanya tersenyum dan pergi tanpa menunggu jawaban dari Dania.
Sementara Dania, ia memegang sebuah kartu nama menatapnya dengan ragu.
*
*
*
*
Sedangkan di sebuah toko sembako, kini tengah ramai pembeli. Rania sampai kewalahan, bocah gembul itu tak henti-hentinya mengomeli pembeli yang selalu membuatnya naik darah.
“CEBENTAL IBU-IBU PEMBELI ! LANIA PUNYA TANGAN DUA ! NDA BICA KALIAN CULUH LANIA JADI KAKI SELIBU YANG PUNYA BANYAK TANGANNYA ! “
Bahkan bocah itu sudah berkacak pinggang, mulutnya sedari tadi terus mengomel akan tetapi para ibu-ibu pembeli tidak bisa diajak kompromi.
“BICA DIAM NDA !!! CABAL LOH CABAL !! “ teriaknya lagi.
“Aduuuuh Rania, ibu buru-buru nih. Di rumah ibu ada tamu besar ! “ desak seorang ibu berpakaian daster robot.
Sedangkan ibu-ibu yang lain tengah memilih-milih sayur dan daging di lapak sebelah namun pemiliknya sama sehingga membayarnya harus menghadap Rania.
“Sebental ibunya mau nyali apa ? “ tanya Rania sabar.
“Gula dua kilo sama kopi sekilo dan teh satu bungkus ! “ ujarnya.
“Oke sebental… “
Rania turun dari kursi plastik, dan bergegas mencari pesanan ibu Roja ibu yang menggunakan daster robot.
Lima menit kemudian pesanan ibu Roja telah tersusun rapi di atas etalase. “Cudah bu, totalna… . “
“Utang dulu ya ! “ celetuk Ibu Roja yang mana membuat Rania kembali mengomel.
“ENAK KALI NGUTANG !! BAYAL !! KEMALIN SOLE NGUTANG CIANGNA JUGA NGUTANG ! MANA BOLEH !! “
“BAYAL DULU YANG KEMALEN BALU BOLEH NGUTANG SATU TAHUN LAGI ! “ omel Rania.
“Bisalah ya ran, buru nihh… “ Ibu Roja memelas, namun bukan Rania bila ibu-ibu tak membayar hutangnya.
“NDA BOLEH ! KALO GITU INI CEMUA LANIA SIMPAN SAMPE CITU BAYAL HUTANGNA ! “ putus Rania.
“IBUUUU CEPATANN BUUU ! TAMUNYA KEHAUSAN INI !! “ teriak seorang pria paruh baya memanggil sang istri.
“SABAAARRRR PAKKKKK !!! “
“Iniiii nih duitnya sama yang kemarin. Lunas ya ! “ ujar Ibu Roja memberikan dua lembar uang seratus ribu, namun ia juga menunggu kembalian uangnya dari Rania.
“Kenapa ? “ tanya Rania heran menatap Ibu Roja.
“Kembaliannya… “ ucap Bu Roja menadah tangannya di hadapan Rani.
“Citu kila dua latus lebu ni hutangna citu udah lunas ? “ tanya Rania sabar.
Bu Roja mengangguk angkuh, namun sesaat wajahnya mendadak pias saat Rania mengeluarkan catatan hutang miliknya yang ternyata masih tersisa.
“Masih sisa selatus tujuh puluh libu lupiah. Mau dilunasi sekarang atau balangna ini nda Lania kasih ! “ ancam bocah gembul itu.
“Buset dah bocah galon !! “ pekik Bu Roja kesal.
“Cepatan, antlianna lania banyak tuh dibelakang ! “ ujar Rania.
Bu Roja membalikkan tubuhnya, betapa kagetnya antrian berbaris panjang hingga di pembatas pagar rumah.
Dengan lesu tak ikhlas, Bu Roja memberikan uang dua lembar seratus ribu kepada Rania. “ Nih, dua ratus. Masih sisa tiga puluh ribu ! Jangan korup ya ! “ ujarnya.
“Nuan tenang, bu ! Lania anakna jujul ! “ ucapnya tersenyum dan mengambil uang sebesar tiga puluh ribu kemudian memberikannya kepada Bu Roja.
Setelah kepergian Bu Roja, kini Rania kembali melayani ibu-ibu yang ingin membayar.
“Rania, kenapa bukanya siang terus sih. Cuma sabtu sama minggu aja yang bukanya pagi ? “ tanya Ibu RW kepada Rania yang sibuk menghitung belanjaan pembeli.
“Jawabanna ini bu, “ ucapnya menunjukkan seragam TKnya.
Bu RW mengangguk paham, jarang sekali ada anak-anak yang mau membantu orang tua menjaga warung. Mereka juga tahu kondisi Kakek Rangga yang sakit-sakitan sehingga Rania dan Dania lah yang mengurusnya. Istrinya yang sudah meninggal dua tahun yang lalu sedangkan anak-anaknya tidak ada yang mau menampung kakek Rangga yang akan membuat beban di keluarga kecil mereka.
“Rania… . ibu mau bayar hutang yang kemarin nih ! “ ucap salah seorang ibu yang mengenakan pakaian ketat.
“Nah gitu bu, bayal ! “ ucap Rania senang bahkan ia dengan cepat mencari nama ibu Damia di daftar buku hutang.
“Totalnya berapa, Ran ? “ tanyanya sombong. Mata penuh dosanya menatap ibu-ibu berdaster yang selalu ngutang tapi bayarnya nyicil sedangkan ia sekali berhutang langsung bayar.
“Totalna, dua juta cembilan latus libu lupiah mamana ciko ! “
Mendengar total hutangnya membuat wanita itu membulatkan kedua matanya. “Yang bener aja utang gue sebesar itu !”
“Eh, bocah hitung yang bener ! Utang gue nggak sampai dua juta ya“ sentaknya kesal tak terima hutangnya sebesar dua juta.
“Di cini mengatakan bahwa utang citu dua juta ! Mau Lania cebutkan utangna apa-apa aja ? “ tanya Rania santai.
“Mana … “ tantangnya kesal dan malu.
“Citu nantangin Lania ya !!! Oke siapa takut ! “ ucap bocah gembul itu. Ia mengikat rambutnya yang terurai dan melipat ujung seragam yang dikenakannya.
“Ibu-ibu jadi saksinya ya ! Kalo mamana ciko nantangin Lania nyebutin cemua balang yang di utangna ! “
“Siap Rania ! Kami jadi saksinya ! “.
Rania mengangguk puas sementara Mamanya Chiko raut wajahnya semakin pias harga dirinya dijatuhi oleh seorang bocah gembul penunggu sembako.
Rania mulai menyebutkan barang dan harga tangan gemuknya mengotak-atik tombol kalkulator dengan lincah membuat semua orang disana menatap Rania dengan kagum kepada bocah TK bisa sepintar itu dalam menghitung.
Selang beberapa menit, Rania telah selesai menghitung dan menyebutkan barang apa saja yang dihutangi oleh mama Chiko.
“Sudahlah mama Chiko, bayar saja hutangnya. Jangan ngereog nggak jelas ! “ celetuk salah satu ibu-ibu pembeli.
“Iya, kasihan Rania sudah berbuih mulutnya nyebutin barang yang kalian hutangi. “ sahut yang lainnya.
“Iya bener ! “
“Iya Ma Chiko ! “
“IYA IYA GUE BAYAR LUNAS !!” bentaknya kesal.
Mama Chiko mengambil amplop berwarna coklat dan menarik isinya sejumlah yang harus ia bayarkan. “Baru juga pamer bisa bayar hutang,…” gerutunya dalam hati.
“LUNAS ya ! “ . Rania mengangguk puas dan kedua tangan gemuknya memegang erat uang tebal berwarna merah. “Telima kacih mamana Chiko ! Sering-sering ngutang ya ! Lania siap nagihnya ! “ teriak Rania kala mamanya Chiko berjalan menaiki sepeda motornya dengan laju.
“hihi Lania memang celdas olangna ! Bisa jadi plopesol doktol !”.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!