Syafira baru pulang dari dinas luar kota. Dia merasa heran karena rumah terlihat sunyi. Kemana anak gadisnya, pikir wanita itu dalam hatinya.
Jam menunjukan pukul tiga sore. Seharusnya Kinara sudah pulang sekolah. Mungkin dia tidur, pikir Syafira.
Dia lalu berjalan menuju kamar pribadinya. Saat akan membuka pintu, dia merasa terkejut mendengar suara desahan dari kamar putrinya Kinara.
Syafira berjalan mendekati kamar sang putri. Dada wanita itu terasa nyeri, tubuhnya gemetar dan badannya merasa kaku mendengar suara dari dalam kamar itu. Suara dua orang yang sangat dia kenal.
"Papi, kamu hebat. Selalu bisa memuaskan aku," ucap suara wanita.
"Kamu juga selalu bisa memuaskan Papi. Rasamu sangat legit berbeda dengan mamimu," ucap suara pria yang begitu dia kenal.
Tubuh Syafira terasa kaku. Tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Apakah selama ini dia telah dibohongi suami dan anak angkatnya itu. Tangannya terkepal menahan amarah yang hampir memuncak. Namun, dia tidak mau mengotori tangannya.
Dengan perlahan dia mencoba membuka handle pintu, beruntung sekali jika pintu itu tidak terkunci. Syafira lalu membukanya sangat lebar. Terlihat di depan mata aktivitas yang dilakukan pria dan wanita yang sedang berbagi peluh. Mungkin karena sedang asyik, keduanya tidak juga menyadari kehadiran wanita itu.
Syafira lalu menyalakan lampu kamar. Tindakannya itu berhasil membuat sang suami dan putrinya terhenti. Kedua orang terdekatnya itu memandangi wajah Syafira tanpa kedip. Sesaat keduanya terpaku. Setalah beberapa detik, barulah Kinara tersadar dan meraih selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Begitu juga yang dilakukan sang pria. Dia memungut baju yang berserakan di lantai dan memakainya. Setelah itu mendekati Syafira yang masih tegak terpaku di tempatnya. Dia sangat merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya.
Arya mendekati Syafira. Saat pria itu akan memeluk sang istri, wanita itu menepisnya. Tangannya terangkat dan langsung memberikan tamparan yang sangat keras.
Arya memegang pipinya yang terasa panas. Dia tidak menyangka, istrinya yang sangat lembut begitu berani menampar pipinya dengan sangat keras.
"Mi, maafkan aku. Ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku bisa menjelaskan semuanya. Mari kita bicara," ucap Arya.
"Tidak seperti yang aku kira. Jadi seperti apa? Sudah jelas kalian berdua berkhianat dan berbagi peluh berdua, bisa-bisanya berkata ini tidak seperti yang aku pikirkan. Jadi seperti apa?" tanya Syafira dengan suara tinggi.
Kinara turun dari ranjang dan mendekati kedua orang tua angkatnya. Dengan tanpa malu dan berdosa gadis itu memeluk lengan Arya.
"Baguslah, akhirnya Mami tahu semuanya. Jadi aku dan papi tidak perlu sembunyi lagi. Aku dan papi saling mencintai. Aku harap Mami bisa menerima semua ini," ucap Kinara dengan bangganya.
"Sejak kapan kalian melakukan hal yang menjijikan ini?" tanya Syafira dengan suara bergetar menahan amarah.
"Sejak enam bulan lalu. Papi merasa tidak puas lagi dengan layanan Mami. Seharusnya Mami berterima kasih karena aku bisa memenuhinya. Dari pada papi mencari wanita lain di luar sana," ucap Kinara lagi.
Tangan Syafira terangkat ingin menampar pipi Kinara. Namun, ditahan Arya. Hal itu membuat Kinara tersenyum puas dan bangga karena ayah angkatnya membela dirinya dari pada sang istri.
"Jangan pernah sentuh Kinara, jika kamu mau marah, luapkan saja denganku. Dia tidak bersalah," ucap Arya membela.
Syafira merasa sangat muak mendengar ucapan suaminya. Dia lalu beranjak pergi. Tidak ingin melihat wajah keduanya. Wanita itu masuk ke kamar. Tangisnya pecah di dalam kamar pribadinya.
Tidak pernah dia menyangka, anak yang dia jaga dan rawat dengan penuh kasih sayang akan mengkhianati dirinya seperti ini. Jika saja suaminya bercinta dengan wanita lain yang tidak dia kenal, mungkin sakitnya tidak separah ini.
***
Syafira terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui celah jendela. Dia melihat jam di dinding telah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dia ketiduran karena semalaman menangis dan baru bisa memejamkan mata menjelang subuh.
Syafira bangun dan langsung menuju kamar mandi. membersihkan diri. Setelah mandi, dia mengambil satu stel baju kerjanya. Saat bercermin, wanita itu memegang wajahnya. Mematut dirinya.
"Apakah aku memang sudah tidak menarik lagi? Apakah aku sudah terlihat sangat tua?" tanya Syafira pada dirinya sendiri.
Setelah berpakaian rapi, Syafira keluar dari kamarnya. Dia ingin membuat segelas susu sebagai sarapan. Namun, pemandangan yang ada di depan matanya membuat perut wanita itu menjadi kenyang.
Kinara tanpa malu duduk dipangkuan Papinya Arya. Jika dulu Syafira menganggap hal itu wajar sebagai manjanya seorang anak, tidak untuk hari ini, setelah tahu hubungan keduanya.
Syafira menarik napas dalam. Dia yang salah, kenapa tidak pernah curiga atas kedekatan keduanya. Dia terlalu menganggap wajar semuanya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya sang anak akan tega melakukan hal hina ini dengan ayah angkatnya.
Kinara yang menyadari kehadiran mami angkatnya makin memperat pelukannya. Dia mengecup pipi sang papi dengan mesranya.
"Papi, aku ingin mengatakan berita bahagia," ucap Kinara dengan suara yang sengaja di besarkan agar sang mami mendengar.
"Berita apa, Sayang?" tanya Arya. Pria itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Syafira.
Kinara merogoh saku bajunya. Dan mengeluarkan suatu benda kecil pipih. Jantung Syafira berdetak lebih cepat menyadari apa yang putri angkatnya itu perlihatkan.
"Papi lihat ini ...," ucap Kinara memperlihatkan benda itu di depan mata sang papi.
"Kamu ... kamu hamil, Sayang?" tanya sang papi dengan suara yang riang.
Arya berdiri dan menggendong Kinara ala koala. Putrinya memeluk leher sang papi dengan erat. Syafira merasa dadanya sesak menyaksikan semua itu. Tak percaya jika hubungan terlarang keduanya telah membuahkan hasil.
Saat kakinya ingin melangkah pergi, bertepatan Arya yang membalikan tubuhnya. Pandangan mereka beradu. Pria itu terdiam sesaat.
"Syafira, sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Arya. Dia menurunkan tubuh Kinara dari gendongannya. Bagaimana pun di hati pria itu masih ada cinta untuk sang istri. Mereka telah berumah tangga selama tiga belas tahun.
"Sejak kapan aku berada di sini, apa masih kamu peduli?" tanya Syafira dengan suara yang serak menahan sebak di dada.
"Syafira, aku mau mengatakan jika saat ini Kinara sedang mengandung anakku. Jadi aku harap kamu mau mengizinkan kami menikah," ucap Arya.
Air mata Syafira tidak dapat di bendung lagi. Lima belas tahun bukankah waktu yang singkat. Mereka dulu begitu saling mencintai. Perhatikan Arya semua tertuju hanya untuk dirinya.
Diakui, Syafira sejak Kinara beranjak dewasa, perhatian sang suami semuanya tercurah pada gadis itu. Namun, tidak ada rasa curiga dihatinya jika Arya akan tega mengkhianati dirinya dengan putri mereka.
"Aku tidak akan menghalangi kalian menikah. Tapi aku minta, tunggu hingga akta cerai kita keluar. Hari ini juga aku akan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama. Kalian bisa bebas setelah ini," ucap Syafira.
Setelah mengatakan itu Syafira berjalan meninggalkan kedua orang terdekat yang telah mengkhianati dirinya itu.
Arya yang tersadar dengan ucapan Syafira mengejar istrinya itu. Menahan langkah wanita itu dengan memegang tangannya.
"Tidak Syafira. Aku tidak mau bercerai denganmu. Kita akan membesarkan bayi itu bersama. Bukankah kamu menginginkan keturunan dariku?" tanya Arya.
Syafira menghentakkan tangannya hingga terlepas dari pegangan Arya. Dia lalu mengangkatnya dan menampar pipi pria itu dengan keras.
"Apa kau pikir aku sudi merawat anak harammu dengan Kinara?" tanya Syafira dengan suara lantang.
Kinara lalu mendekati sang papi. Memeluk lengannya dengan manja.
"Papi dengar itu, masa mami mengatakan anak ini haram," ucap Kinara sengaja memprovokasi sang papi.
Arya memandangi wajah Syafira dengan tajam setelah mendengar ucapan sang putri. Tangannya terangkat dan menampar pipi istrinya dengan keras, sehingga darah segar mengucur dari sudut bibir wanita itu.
Syafira memegang pipinya yang terasa panas. Dia menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipi.
"Kau telah berani menamparku. Ini bukti bagi kita agar lebih mudah untuk bercerai," ucap Syafira. Dia lalu melangkah cepat meninggalkan rumah. Tujuannya ke rumah sakit untuk visum dan digunakan sebagai bukti untuk gugatan cerai.
Arya memandangi kepergian istrinya dengan tatapan kosong. Dia sebenarnya tidak tega menyakiti wanita yang dia cintai itu.
...----------------...
Syafira telah melakukan visum dan langsung mengajukan gugatan cerai di pengadilan agama. Dia tak akan sudi lagi menjadi istri Arya. Setelah mendaftar gugatan cerai, dia pergi ke sebuah kafe.
Hingga sore Syafira duduk di sana. Tak tau harus kemana. Dia ingin ke perusahaan. Namun, belum siap untuk bertemu dengan suaminya.
Perusahaan itu sebenarnya milik Syafira. Dia meminta suaminya yang memimpin agar Arya disegani dan terpandang. Tapi, mulai besok dia akan mengambil alih semuanya.
Syafira menghubungi salah seorang temannya. Dia ingin bantuan pria itu untuk mengaudit ulang data perusahaan. Kenapa selalu merugi selama tiga bulan belakangan ini.
***
Malam harinya Syafira memutuskan pulang. Dia harus kuat menghadapi semua. Seharusnya mereka yang keluar, bukan dia. Pikir wanita itu.
Dengan ragu Syafira melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Semua lampu masih padam. Gelap. Seperti tak ada penghuni. Dia menghidupkan seluruh penerangan.
Syafira menutup mulutnya agar tak keluar suara, dia kaget melihat Kinara yang tidur di sofa hanya dengan menggunakan pakaian dalam. Pasti kelelahan setelah bermain dengan suaminya.
"Pantas Kinara meminta aku berhentikan saja Bi Sum, pasti agar dia dan Arya bisa bercinta dengan bebas," gumam Syafira dalam hatinya.
Tiga bulan lalu, Kinara mengusulkan agar Syafira memberhentikan BI Sum. Alasannya karena dia telah besar, dan bisa bantu-bantu. Tidak perlu ada pembantu. Diakui Syafira, anak angkatnya itu memang rajin dan mau membantu bersih-bersih. Dia dan Arya sering memujinya.
"Lebih baik aku pergi dari rumah ini, menjijikan bila ingat semua ruangan di sini mungkin pernah mereka gunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan mesum!" gumam Syafira lagi. Dia melangkah menuju kamarnya.
Saat akan masuk, langkah Syafira terhenti karena namanya di panggil. Dia sebenarnya enggan menanggapi.
"Akhirnya Mami pulang. Mi, aku mohon, restui hubungan aku dan Papi. Aku minta maaf jika ini menyakitkan bagi Mami. Tapi seiringnya waktu, aku yakin Mami akan terbiasa dan bisa menerimanya. Dari pada Papi berselingkuh dengan wanita lain. Bukankah Mami menyayangiku?" tanya Kinara.
Syafira menarik napas dalam. Semua dia lakukan untuk menghilangkan emosi. Dia tak ingin terlihat menyedihkan dihadapan sang anak.
Delapan tahun dia menjaga dan merawat Kinara dengan penuh kasih sayang. Tak percaya jika dia tega mengkhianatinya. Tahun ini gadis itu baru saja menyelesaikan pendidikannya. Syafira berencana memasukan ke perguruan tinggi ternama di Singapura. Beruntung dia belum mendaftarkan putri angkatnya itu.
Syafira membalikan tubuhnya menghadap sang anak. Dia tersenyum simpul menanggapi ucapan Kinara.
"Siapa bilang aku tak merestui hubungan kamu dan Papi?" tanya Syafira dengan ucapan yang penuh penekanan.
"Jadi Mami akhirnya merestui hubungan kami?" tanya Kinara dengan tersenyum. Dia berdiri dan memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. Syafira menahan amarahnya dengan mengepalkan tangan.
Kinara berjalan mendekati Syafira. Saat anak angkatnya itu ingin memeluk, wanita itu menghindari. Dia jijik melihat banyaknya tanda merah di tubuh sang putri.
"Kanapa Mami tak mau dipeluk? Katanya Mami merestui hubungan kami?" tanya Kinara dengan heran.
"Aku memang merestui hubungan kalian. Itulah sebabnya aku minta cerai, biar tak ada penghalang lagi untuk kalian berdua. Dan jangan peluk aku, karena aku jijik," ucap Syafira.
Setelah mengucapkan itu, Syafira masuk ke kamar dan menguncinya. Dia tak ingin melihat wajah putri angkatnya itu lagi. Sangat menyakitkan. Apa yang tidak dia berikan untuk Kinara? Semua yang terbaik dia usahakan untuk gadis itu. Semua karena dia ingin sang putri menjadi penerusnya.
***
Pagi hari setelah berpakaian rapi Syafira keluar dari kamarnya. Dia ingin sarapan sebelum ke kantor. Hari ini dia berencana akan mengaudit data perusahaan.
Syafira melihat Kinara yang duduk sambil memeluk lengan suaminya Arya. Sebenarnya itu hal yang biasa anaknya itu lakukan. Namun, dulu Syafira mengira itu karena sayangnya seorang ayah pada anaknya.
Syafira merasa bodoh. Selama ini dia pikir suaminya tulus menyayangi Kinara. Yang tidak habis pikir, kenapa harus anak angkat mereka yang usianya masih delapan belas tahun. Belum dewasa.
"Mami, sudah bangun?" tanya Arya seperti biasanya dengan nada lembut. Syafira mengakui jika suaminya tipe pria romantis dan penyayang. Wanita manapun akan mudah luluh dengan ucapan manisnya.
"Mi, aku dan papi akan segera menikah. Perutku akan semakin membesar. Aku mohon Mami merestuinya," ucap Kinara tanpa perasaan.
Syafira yang akan menyantap sarapan roti bakarnya jadi mengehentikan kegiatannya itu. Dia menatap tajam ke arah gadis itu.
"Aku pasti merestui. Kalian berdua jangan takut," jawab Syafira dengan tersenyum.
"Terima kasih, Mi," ucap Kinara.
"Mi, kami minta maaf. Aku tahu apa yang kami lakukan ini pastilah sangat menyakiti Mami. Namun, aku mohon pengertian dari Mami. Semua juga bukan hanya kesalahan Kinara. Mami yang sering ke luar kota membuat papi kesepian. Hingga Papi khilaf saat malam itu kami tidur sekamar. Jadi sekali lagi, kami mohon pengertian dari Mami. Papi masih mencintai Mami. Tapi Papi juga menyayangi Kinara. Apa lagi saat ini di rahimnya Kinara ada benih Papi. Sekali lagi, Papi mohon pengertian dari Mami," ucap Arya dengan suara lembut.
"Aku merestui pernikahan kalian. Makanya aku telah mendaftarkan gugatan cerai. Kalian bisa berdua tanpa ada penghalang. Dan satu lagi, mulai hari ini perusahaan aku yang pimpin kembali. Mobil kamu aku yang pakai. Mana kunci mobil?" tanya Syafira dengan nada penuh penekanan.
Tentu saja hal itu membuat Arya terkejut. Dia tak menyangka jika Syafira akan bertindak begini.
...----------------...
"Apa maksud kamu, Syafira?" tanya Arya dengan suara masih terkejut. Begitu juga Kinara. Dia memandangi wajah mami angkatnya dengan penuh tanda tanya.
"Apa kamu belum paham dengan ucapanku? Dengarkan baik-baik! Aku akan mengambil alih pimpinan perusahaan. Aku tak mau perusahaan itu gulung tikar. Apa kamu pikir aku tak tahu jika selama satu tahun ini perusahaan selalu merugi. Pengeluaran begitu besarnya. Satu lagi, mobil yang kamu pakai, mulai hari ini untukku. Kamu bisa pakai mobil yang lain," ucap Syafira dengan penuh penekanan.
Mobil yang biasa suaminya gunakan Ferrari sedangkan dia hanya menggunakan mobil Honda. Bagi Syafira selama ini dia hanya mencari kenyamanan saja. Bukan gengsi.
"Aku tak mau. Apa kamu lupa jika mobil itu aku beli atas namaku?" tanya Arya. Mana mungkin dia pergi dengan mobil yang biasa istrinya pakai. Bisa malu jika teman atau rekan kerjanya melihat.
"Tapi uang untuk membeli mobil itu memakai uang perusahaan. Kamu pasti tahu jika itu berarti uangku!" ucap Syafira tak mau kalah.
"Dari mana kamu bisa buktikan itu uangmu? Surat mobil itu atas namaku. Kemanapun kamu menuntut tak akan bisa!" ucap Arya dengan suara meninggi.
"Sebenarnya perusahaan itu milik siapa?" tanya Kinara.
Dari tadi dia hanya diam mendengar pertengkaran kedua orang tua angkatnya itu. Dia memang tak tahu siapa pemilik harta sebenarnya. Yang dia tahu selama ini, hidupnya bergelimang harta dari kedua orang tuanya. Di sekolah dia disegani karena kekayaan mereka.
"Dengar Kinara, Sayang. Perusahaan itu milikku. Warisan dari orang tuaku. Selama ini aku percayakan kepemimpinan pada Arya karena menghormati dia sebagai suami. Aku hanya mengelola butik sebagai kesibukan," ucap Syafira dengan tersenyum.
Kinara tampak terkejut. Dia memandangi wajah ayah angkat sekaligus selingkuhannya itu. Mungkin dia mengira jika semua harta ini milik Arya sehingga dia berani menggoda pria itu.
"Harta istri itu juga harta suami ...," ucap Arya.
"Sejak kapan harta istri itu menjadi harta suami? Jika harta suami adalah harta istri, itu baru benar. Susah bicara dengan orang seperti kalian berdua ini. Silakan ambil saja mobil itu sebagai hadiah dariku. Tapi yang lainnya, jangan harap kau miliki. Dan perlu aku ingatkan, jika terbukti kerugian yang di alami perusahaan karena campur tanganmu, aku akan tindaki lagi!"
Setelah mengucapkan itu Syafira lalu berdiri dari duduknya. Meraih tas kerjanya dan langsung pergi meninggalkan kedua orang yang tak tahu diri itu.
Setelah Syafira pergi, Kinara lalu memandangi wajah ayah angkatnya itu. Meminta penjelasan atas apa yang Syafira ucapkan tadi.
"Apa benar semua harta ini milik Mami?" tanya Kinara.
"Tenang saja, aku tidak bodoh Kinara. Tiga belas tahun aku berumah tangga dengan Syafira, aku telah menyimpan banyak aset tanpa setahu dirinya. Salah sendiri terlalu percaya denganku. Apa dia pikir aku akan mau jadi babu selamanya?"
"Papi memang pintar," ucap Kinara. Dia lalu memeluk ayah angkatnya itu.
Arya memang licik dan jahat. Tanpa sepengetahuan istrinya, dia membeli banyak aset atas nama keluarganya. Atas nama adik dan ibunya. Semua dia lakukan biar aman. Dia memang dari dulu telah menduga hal ini. Jika mereka berpisah, pasti dirinya tidak akan dapat apa pun karena semua harta bawaan istrinya dari gadis.
"Pi, kapan kita menikah. Nanti perutku makin membesar. Aku malu," ucap Kinara dengan manjanya.
"Hari ini kita akan menikah secara siri," balas Arya.
"Kok siri, Pi?" tanya Kinara. Dia ingin dinikahi secara resmi.
"Untuk saat ini hanya pernikahan siri yang bisa kita lakukan," jawab Arya.
"Setelah akta cerai Papi dan Mami keluar, aku mau dinikahi secara resmi," ujar Kinara lagi.
Arya hanya mengangguk dengan pelan. Padahal dia memang tak pernah berkeinginan menikahi Kinara secara resmi. Karena dia tak ingin membagi hartanya. Jika dilakukan secara siri, anak angkatnya itu tak bisa menuntut apa-apa.
"Aku mau pergi, ada keperluan yang harus aku kerjakan. Mungkin malam baru aku pulang!" ucap Arya. Dia berdiri dan ingin melangkah meninggalkan Kinara. Namun, langkahnya dihentikan anaknya.
'Katanya Papi akan menikahi aku secara siri hari ini?" tanya Kinara.
"Besok saja. Aku baru ingat ada janji dengan seseorang. Aku harus segera pergi," jawab Arya. Dia lalu melepaskan pegangan tangannya Kinara.
Arya mengendarai mobilnya menuju sebuah apartemen. Dia membelinya untuk wanita simpanan yang lainnya. Dia baru ingat ada janji dengan gadis itu.
Di tempat lain, Syafira sedang duduk menunggu kedatangan temannya yang berjanji akan membantunya mengaudit kembali data perusahaan.
Setengah jam menunggu barulah temannya itu datang. Dia tidak sendirian, berdua dengan seorang pemuda tampan. Berusia kira-kira dua puluh delapan tahun.
Mereka berjabat tangan. Pria yang bersama dengan temannya itu mengulurkan tangan dengan Syafira.
"Perkenalkan nama saya Garvin Reviano Agler. Ibu bisa panggil saya Garvin atau Revi. Silakan mana yang Ibu anggap nyaman," ucap pria itu mengenalkan diri.
"Ratu Nadhifa Syafira," balas Syafira.
"Syafira, ini Garvin asistenku. Dia yang akan membantu kamu mengaudit semua data perusahaan kamu. Dia sangat pintar. Aku yakin dia mampu menyelesaikan semua yang kamu mau," ucap Pria yang bernama Chandra itu.
Syafira memandangi wajah pria itu. Dia masih sangat muda dan sangat tampan. Wajahnya begitu berkharisma, itu yang ada dalam pikiran Syafira. Menyadari dirinya diperhatikan, Garvin lalu berkata.
"Ibu Syafira jangan takut, walau usiaku masih muda dan wajahku sangat tampan, aku bisa selesaikan semua pekerjaan dengan baik," ucapnya dengan percaya diri. Hal itu membuat Chandra jadi tersenyum.
"Syafira, apa yang Garvin katakan itu benar. Kamu jangan ragu dengannya. Percayalah dia akan bisa menyelesaikan semuanya," ucap Chandra meyakinkan.
Syafira akhirnya terpaksa mengangguk tanda setuju. Dia mengenal Chandra dengan baik, tak mungkin sahabatnya itu merekomendasikan orang yang salah.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!