Mas! baju kerjamu sudah aku siapkan di atas kasur. kamu hari ini ada dinas ke luar kota kan selama 3 hari? semua keperluan mu sudah aku packing ke dalam koper," teriak Dinda kepada suami nya itu yang sedang berada di kamar mandi.
"Iya sayang Terima kasih! " sahut Arya yang berada dalam kamar mandi.
"Mas! kalau sudah siap langsung turun ke bawah yah untuk sarapan aku turun duluan," ujar nya.
"Iyah sayang," jawab Arya.
Dinda memang sosok yang cakap dan detail dalam melakukan segala hal. Ia juga pintar memasak dan senantiasa melayani suaminya dengan sepenuh hati sehingga membuat Arya bahagia.
"Lagi masak apa sayang?" tanya Arya kepada istrinya itu sambil melingkarkan tangannya ke pinggang Dinda yang sedang sibuk memasak.
"Mas, kamu mendingan duduk aja gih nanti bajumu bau kena aroma masakan, " pinta Dinda.
"Gak apa-apa sayang aku suka ko," sahut Arya sambil menciumi leher istrinya itu.
"Udah ah mas geli," sahut Dinda seraya mendorong suaminya agar menjauh.
"Oh gitu yah kamu gak mau dipeluk awas yah, " Arya melemparkan canda.
"Abis kamu gangguin aku masak nanti kamu telat loh diem yah duduk, " pinta Dinda kepada suaminya itu.
"Iyah deh aku duduk aja," sahut Arya yang mengalah kepada sang istri.
"Sayang, sarapannya enak banget makasih yah, aku pasti kangen banget nih sama kamu selama tiga hari ini kita gak ketemu dulu deh," ujar Arya yang kemudian meraih kedua tangan istri nya itu ke atas meja sambil menggenggamnya lembut.
"Iyah Mas, gak apa-apa nanti kita kan bersama lagi kamu hati-hati yah dijalan," ucap Dinda yang kemudian mencium tangan suaminya itu.
"Ya sudah sayang, Mas pergi dulu Assalamualaikum," ucapnya sambil melambaikan tangannya dan menaiki mobil nya untuk pergi ke kantor kemudian pergi keluar kota.
"Wa'alaikumsalam," sahut Dinda dengan penuh senyum kepada suaminya itu yang kemudian perlahan menghilang dari pandangan nya.
Dinda dan Arya baru menikah sekitar satu tahun yang lalu karena perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka masing-masing.
walaupun Dinda belum mengenal dalam sosok Arya ia akhirnya setuju untuk menikah dengan Arya karena terus didesak oleh orang tuanya terutama ibunya yang khawatir karena anak perempuan pertamanya itu yang belum menikah di usia 30 tahun.
Sebelum menikah Dinda adalah sosok perempuan yang sukses dalam karir nya, walaupun ia berasal dari keluarga berkecukupan tapi ia sosok wanita yang mandiri yang membangun karirnya dari nol dengan tidak mengandalkan koneksi keluarganya. Setelah menikah kini ia memutuskan untuk melepas karirnya dan hanya ingin mengabdi kepada Arya sang suami yang kini telah ia cintai dengan sepenuh hati.
Dinda kemudian memulai aktivitas paginya dengan acara bersih-bersih di rumah mewahnya itu. Setelah itu ia membereskan ruangan kerja Arya juga. Ketika ia membereskan meja kerja Arya Dahinya mengkerut tatkala ia mendapati sebuah amplop coklat yang tergeletak di atas meja kerja suaminya itu.
Dengan cepat kemudian Dinda berusaha menelpon Arya tapi tak kunjung diangkat. Mungkin sedang menyetir, pikir Dinda. Ia kemudian berinisiatif untuk menyusul suaminya itu ke kantor mungkin saja terkejar karena sebelum pergi dinas Arya ke kantornya dulu untuk mengambil berkas-berkas yang akan dibawanya.
Dinda kemudian mengambil kunci mobilnya dan bergegas untuk menyusul suaminya itu ke kantor dengan memacu kendaraannya dengan cepat.
***
Dengan Langkah cepatnya Dinda berjalan ke arah lobby dan bertanya kepada seorang resepsionis, maksudnya ia hendak menitipkan amplop coklat yang berisi berkas itu di sana.
"Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu," ucap wanita yang berprofesi sebagai resepsionis itu kepada Dinda.
"Selamat pagi juga mbak, apa pak Arya Baskara sudah ada di kantor?" tanya Dinda yang terlihat cemas.
"Sebentar bu saya cek dulu," sahut wanita berambut sebahu itu. Ia kemudian mengecek komputer yang berada di depan nya itu. "Maaf Bu tapi jadwal pak Arya Baskara dari mulai hari ini sampai 3 hari ke depan cuti bu, " sahutnya.
Degh!!
Jantung Dinda tiba-tiba berdegup dengan kencang ia menghela nafasnya dalam, menenangkan pikirannya yang kacau dan meredam gemuruh yang ada di dadanya.
Ucapan resepsionis itu seketika menghentikan niat Dinda yang ingin menyerahkan amplop coklat itu kepada suaminya.
"Ada apa ini, kenapa suaminya yang sangat ia percayai itu berbohong kepadanya dengan mengatakan ada dinas keluar kota. Apa yang sebenarnya mas Arya lakukan di luaran sana yang tidak aku ketahui," gumamnya dalam hati.
"Bu Ada lagi yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis wanita itu membuyarkan pertanyaan-pertanyaan yang bercokol di kepala Dinda.
"Tidak Terima kasih, " sahut Dinda sambil berusaha tersenyum dan meninggalkan lobby Kantor.
***
Dinda berjalan dengan langkah gontai ia berjalan ke area perkiraan dengan perasaan yang dipenuhi dengan tanda tanya besar kepada suami yang baru ia nikahi selama satu tahun itu.
Secara perlahan ia mulai memacu kendaraannya menuju ke rumahnya, ia kemudian berusaha lagi untuk menghubungi suaminya itu. Tapi lagi-lagi tidak kunjung diangkat. Dinda tenggelam dengan pikirannya sendiri sebenarnya apa yang dilakukan suamiku? Ujar batinnya.
"Halo din, kamu tadi telepon mas yah? ada apa? Mas tadi lagi pesawat jadi gak angkat telpon kamu apa jangan-jangan kamu udah kangen lagi yah sama mas, baru juga di tinggal sebentar," ujar Arya yang melemparkan candaan kepada istri itu.
"Nggak Mas, ini aku lihat ada amplop coklat di meja kerjamu mungkin itu berkas mu yang tertinggal aku menelepon untuk memastikan saja, " sahut Dinda yang berusaha untuk tenang.
"Oh itu gak apa-apa sayang, itu gak penting ko, " ujar Arya.
"Ya sudah Mas kamu hati- hati yah, " sahut Dinda yang menahan amarah nya sebenarnya dinda ingin menghujani suaminya itu dengan seribu pertanyaan yang ada di benaknya tapi dinda lebih memilih untuk menahannya dan mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya Arya lakukan di luaran sana sehingga harus berbohong kepadanya.
"Iya sayang nanti Mas kabarin lagi kalau mas sudah di hotel yah."
"Di hotel dengan siapa Mas?" Gumamnya dalam hati.
Dinda menutup telpon dari suaminya itu ia memikirkan langkah apa yang harus diambil untuk membongkar kebohongan suaminya itu. Kemudian Dinda mencari sesuatu di ruangan kerja Arya yang mungkin saja ada petunjuk akan sesuatu yang selama ini disembunyikan oleh suaminya itu kepada dirinya. karena Dinda memang tidak terlalu mengenal jauh tentang Arya karena baru kenal selama tiga bulan dan langsung menikah.
Tak lama setelah mengobrak abrik ruangan kerja Arya, Dinda menemukan sebuah buku kecil di laci meja kerja Arya mengenai sosok perempuan bernama Hessa Aulia dan bertuliskan :
Hessa, my love forever and ever
Berserta sebuah foto lama yang terlihat sudah usang dimana Arya memeluk gadis cantik berambut panjang itu.
"Siapa wanita ini," gumam Dinda sambil mengamati dalam sebuah foto yang dipegangnya itu.
Bersambung....
guys jangan lupa tinggalkan jejak kalian like, komen dan vote jangan lupa yahh.... 🥰😍
Bug!!
Mas Arya menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Sedangkan Dinda menatapnya tajam penuh curiga melihat suaminya yang baru saja pulang dari perjalanan dinas palsunya itu.
"Capek banget Mas kayaknya? Habis ngapain emang?" ucap Dinda sambil melangkah masuk ke dalam kamar mereka.
"Iya sayang Mas capek banget kliennya rese banyak mau jadi Mas kecapean negosiasi," keluh Arya sambil menutup matanya.
"Oh gitu," ucap Dinda singkat sambil menahan gejolak amarah yang tertahan di mulutnya. Ingin rasanya ia menanyakan seribu pertanyaan kepada suaminya itu tapi ia tahan dahulu sambil mengumpulkan bukti-bukti pengkhianatan suaminya itu.
"Sayang nanti malam yah…aku kangen sama kamu" Mas Arya mengerlingkan matanya sebagai tanda kepada istri nya itu.
"Iya," sahut Dinda singkat.
Perlahan Dinda berjalan menghampiri Mas Arya yang sedang terlelap tidur, lalu dengan sangat hati-hati ia mulai membongkar isi koper suaminya itu untuk mencari bukti pengkhianatan dilakukan suaminya.
Tetapi ia tidak menemukan apapun di dalam koper suaminya selain baju kotor, ada satu lagi benda yang harus ia bongkar yaitu ponsel mas Arya benda yang selalu ia bawa kemana-mana pasti disana banyak menyimpan rahasia yang disembunyikan suaminya.
"Sebagai istri aku harus lebih cerdik dari suamiku agar aku tidak terus-menerus di bodohi, " gumamnya.
Dinda masih sibuk mencari-cari ponsel Mas Arya, sedangkan Arya masih terlelap tidur sedari tadi. Tapi ponsel itu tak kunjung ia temukan setelah mencari cukup lama ternyata ponsel itu berada di saku celana yang sedang dipakai mas Arya saat ini.
"Bagaimana ini pasti akan ketahuan kalau aku merogoh saku celana Mas Arya, "pikirnya sambil mencari cara lain.
Dinda kembali memandangi wajah suaminya itu yang sedang tidur terlelap. Ia menghela nafas pikiran dipenuhi oleh prasangka buruk kepada suaminya.
"Sebenarnya apa mas yang kamu sembunyikan dariku? Kenapa kamu berbohong? Apa benar kau telah mengkhianati pernikahan kita mas?" Kepala Dinda dipenuhi oleh pertanyaan kepada suami nya itu.
Dadanya terasa sesak Ia tak menyangka suaminya ternyata seorang pembohong kali ini Dinda begitu menyesal karena telah menikah dengan orang yang belum begitu ia kenal dalam tapi kini bukan saatnya ia untuk menyesali masa lalu ia harus mencari tahu tentang kebusukannya suaminya itu.
"Mas, bangun sudah sore kamu mandi dulu sana, " ucap Dinda untuk membangunkan suaminya yang masih terlelap.
Arya kemudian perlahan membuka matanya dan melihat ke arah istrinya itu yang berada di sampingnya.
"Sayang aku masih ngantuk 5 menit lagi yah, " pinta Arya.
"Tapi Mas, ini sudah sore kamu juga belum makan, " sahut Dinda.
"Iya baiklah istriku aku bangun deh," sahutnya yang kemudian bangkit dari ranjang dan melepas baju serta celananya.
"Ini Mas, handuknya," sahut Dinda yang kemudian melingkarkan handuk ke pinggang suaminya itu.
Arya kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dengan cepat Dinda langsung merogoh celana suaminya yang tergeletak di lantai itu untuk mencari ponsel Mas Arya.
Dengan jantung yang berdegup kencang dan tangan yang gemetar Dinda mulai membuka ponsel Mas Arya dengan password yang sudah ia ketahui yaitu pola berbentuk L. Dinda memang sudah tahu mengenai password ponsel Arya karena sering melihatnya.
Setelah layar ponselnya terbuka ia langsung mencari aplikasi chat yang biasa suaminya pakai yaitu aplikasi hijau ia langsung membuka satu per satu chat suaminya itu. Dinda mendapati satu chat mencurigakan bernama Ryan karena ia tidak pernah tahu ada teman dari Mas Arya yang bernama Ryan ia kemudian membuka chat dari si Ryan itu.
Ternyata berisi chat mesra chat yang berisi layaknya sepasang suami istri, Mas Arya ternyata mencoba mengelabui Dinda dengan menyimpan nama selingkuh nya itu dengan nama seorang pria mungkin agar istrinya tidak curiga.
"Licik kamu Mas!" gumam Dinda. Tapi kini aku tahu semua nya bahkan wajah wanita itu ada di dalam chat yang ia baca karena wanita selingkuhan suaminya itu rajin mengirim PAP kepada suaminya.
Setelah Dinda mengetahui semuanya ia kemudian meletakkan kembali ponsel Mas Arya di ranjang, sedangkan celana dan bajunya ia ambil dan menaruhnya di keranjang cucian kotor. Setelah selesai mandi mata Mas Arya langsung mencari-cari sesuatu.
"Din, ponsel Mas mana?" tanyanya sambil celingukan.
"Itu Mas, di ranjang tadi aku mengeluarkan hp Mas dari saku celana dan menyimpan pakaian kotornya di keranjang," sahut Dinda santai.
Arya langsung menyambar ponsel nya lalu mengecek ponsel nya. Dinda memperhatikan air muka Arya, yang tampak lega mungkin di pikirnya Dinda terlalu bodoh dan tidak mungkin mengutak ngatik ponsel nya.
"Sayang," sahut Mas Arya yang menghampiri Dinda di tepi ranjang ia melingkarkan tangannya ke pinggang istrinya itu sambil mencumbu mesra Dinda.
"Maaf Mas, tapi hari ini aku nggak bisa tiba-tiba saja datang bulan baru saja aku mengeceknya, " sahut Dinda menolak ajakan suaminya itu.
Dalam kondisi hatinya yang berkecamuk mana bisa Dinda melayani suaminya itu yang telah berkhianat di belakangnya.
"Hah? Kamu lagi datang bulan sayang?" tanya
Arya kecewa.
"Iyah mas, sabar yah," ucap Dinda sambil tersenyum palsu.
Biasanya Dinda tidak pernah menolak ajakan sang suami untuk berhubungan badan tapi kini Dinda merasa jijik kepada suaminya itu. Bentuk pengkhianatan sekecil apapun tidak bisa diterima oleh Dinda ia tidak sudi berbagi suami dengan wanita mana pun.
Dinda melangkah ke arah dapur untuk menyiapkan makan malam mereka berdua. Ia tidak ingin berdiam diri dan meratapi kesedihannya. Ia berusaha bersikap seperti biasa agar mas Arya tidak curiga terhadap nya yang telah mengetahui segala pengkhianatan yang telah dilakukan Arya terhadapnya.
"Mas, makan malam sudah aku siapkan di meja kalau kamu mau makan ambil saja yah aku mau tidur duluan seperti Nya aku kurang enak badan, " Ucap Dinda kepada Arya yang tengah berada di ruang tamu sambil menonton tv.
"Loh kamu kenapa? Arya menghampiri Dinda dan melihat kondisi nya. "mau aku antar ke dokter?" tawarnya.
"Tidak Mas aku cuma butuh istirahat saja aku ke kamar duluan yah," ujar Dinda.
"Iyah sayang kamu tidur duluan saja nanti aku menyusul aku mau menonton TV sebentar, " sahutnya.
Diam-diam Dinda mengintip suaminya itu yang berada di ruangan TV, ternyata suaminya tidak sedang menonton TV melainkan asik memainkan hp nya,"mungkin membalas chat dari gundiknya," gumam Dinda.
Setelah cukup puas melihat tingkah suami nya yang asik berbalas chat dengan gundiknya itu. Dinda pun membaringkan tubuh nya di atas ranjang, ranjang yang sudah setahun ini menjadi saksi bisu atas pernikahan Dinda dan Arya. Dinda menangis pilu di ranjangnya itu ia tak menyangka pernikahan yang baru ia jalani harus di terpa badai pengkhianatan.
***
Pagi menjelang Dinda terbangun lebih dulu di lihatnya Arya yang sedang terlelap tidur sampai ngorok. mungkin karena kelelahan setelah semalaman berbalas chat dengan gundiknya, Ia melihat ponsel Arya yang tergeletak di sampingnya. Dinda kemudian dengan hati-hati membuka ponsel suaminya lagi.
Dibukanya aplikasi hijau benar saja pesan dari Ryan berada di urutan atas kemudian ia membuka isi chat tersebut dan membacanya.
[Mas, nanti malam kamu giliran menginap di sini kan? Aku kangen banget loh sama kamu. ]
[Iyah sayang sabar, aku lagi cari alasan untuk menemuimu malam ini agar Dinda tidak curiga. ]
"Oh jadi kalian akan bertemu malam ini baiklah aku akan bertindak kali ini mas, lihat saja aku akan menghancurkan hidupmu dan hidup gundik itu mas, karena kamu telah menghancur leburkan perasaan ku, " Ancamnya dalam hati.
Sayang hari ini Mas lembur yah pulang agak malam, nanti kamu jangan tungguin Mas pulang, tidur duluan saja, " ucap Arya yang sedang memakai baju kerja yang sudah disiapkan Dinda sebelumnya.
"Iyah Mas," jawab Dinda singkat. Sambil memendam kekesalan kepada Arya karena telah berbohong lagi.
"Sayang kamu kenapa? Masih sakit? Ko wajahmu merah begitu apa kamu demam?" Sahut Arya sambil memegang kening istrinya.
"Nggak Mas, aku Baik-baik saja kamu berangkat kerja saja sudah siang, " ujar Dinda sambil membetulkan dasi suaminya.
"Kalau begitu Mas berangkat yah sayang, " pamit Arya sambil mencium lembut kening istrinya.
"Kamu pandai sekali berakting Mas, entah sejak kapan kamu berbohong kepada ku seperti ini ?apakah sudah lama kamu melakukan hal ini Mas?" gumam Dinda sambil menatap nanar punggungnya suaminya yang pergi dengan mengendarai mobilnya.
Sore ini Dinda bergegas ke kantor Mas Arya dengan menaiki mobilnya, hari ini ia ingin mencari tahu kebenaran tentang suaminya itu, "benarkah hari ini ia lembur atau berbohong lagi," Pikirnya.
Mobilnya sengaja ia parkir agak jauh dari kantor Mas Arya agar tidak ketahuan, waktu sudah menunjukkan jam pulang kantor tapi Mas Arya tak kunjung keluar dari kantor mungkinkah kali ini yang ia katakan benar bahwa hari ini ia akan lembur, hati Dinda sedikit lega akan pemikiran nya itu.
Tapi tak lama kemudian mobil Arya keluar dari kantor itu, dengan sigap Dinda langsung membuntuti mobil Arya dari belakang hingga sampailah ke sebuah komplek perumahan yang cukup mewah.
"Rumah siapa ini? Mungkin kah mereka berdua sudah tinggal satu atap? astaga sampai sejauh ini kah Mas perbuatan mu," Dinda tidak bisa menahan air matanya untuk keluar.
Ia menghentikan laju kendaraannya sejenak masih mengumpulkan energi untuk menangkap basah perbuatan hina suaminya itu. Tubuh Dinda bergetar, dan kedua kaki dan tangannya mendadak dingin.
"Maaf Bu ibu mau kemana dan mencari siapa?" tanya seorang petugas keamanan komplek yang menghentikan laju kendaraan Dinda.
"Hmm pak saya mah bertemu dengan pak Arya baskara saya adik nya mau bertemu dengan beliau karena sudah kamu tidak bertemu, " ucap Dinda berbohong agar petugas keamanan itu tidak mencurigainya.
"Oh begitu silahkan Bu masuk rumah pak Arya berada di ujung, " sahutnya.
"Terima kasih pak," sahutnya Dinda lega karena berhasil masuk ke dalam komplek itu.
Kemudian sampailah Dinda di sebuah rumah yang terlihat mewah disana terlihat jelas mobil suaminya yang terparkir di garasi rumah itu. Rumah dengan model yang hampir sama persis dengan rumah yang Ia tempati bersama Arya saat ini.
Tak perlu basa basi lagi tanpa permisi Dinda langsung memutar handle rumah itu yang ternyata tidak terkunci.
"Mas, Arya keluar kamu!! teriak Dinda emosi.
Arya yang sedang asik menikmati ranjang panasnya itu seketika merasa terkejut mendengar teriakan dari suara yang tidak asing Ia dengar, dengan hanya mengenakan pakaian dalam boxernya Arya keluar Dan langsung terbelalak ketika melihat Dinda yang sedang berada di rumahnya.
"Dinda!Kamu… ko bisa tahu mas disini?" Tanya Arya heran.
"Dasar biadab kamu mas!! Mana wanita jalang yang telah menggoda suamiku!" teriaknya lagi.
Dinda masuk ke sebuah kamar tempat dimana Arya keluar tadi, karena langkah kaki Dinda yang cepat sehingga Arya tidak sempat mencegah Dinda untuk masuk ke kamar itu, didapatinya seorang wanita di dalam kamar yang nyaris bugil sedang berusaha memakai pakaiannya,
"Jadi kau wanita jalang yang menggoda suamiku! pekik Dinda.
Wanita itu hanya terdiam dengan menampilkan wajah datar tanpa merasa bersalah dan dengan santainya masih mengenakan pakaian nya satu persatu.
"Kau dasar wanita jalang!! beraninya kau menatap wajahku seperti itu," bentak Dinda sambil menjambak rambut wanita itu.
Arya yang masih shock berusaha melerai pertengkaran antara kedua wanita itu.
"Diam kamu mas!" bentak Dinda sambil memelototi Arya.
"Lepaskan!! Pinta wanita itu,sambil berusaha melepaskan cengkraman Dinda. "Aku bukan wanita jalang seperti yang kau tuduhkan, " ucap wanita itu sambil menahan kesakitan.
"Lantas kalau bukan jalang apa?pelakor maksudmu? Kau ingin sebutan itu hah? " Pekik Dinda yang semakin kencang menjambak rambut wanita itu.
Arya yang sedari tadi berusaha melerai perkelahian mereka berdua tapi tak kunjung berhasil sungguh dirinya tak menyangka jika istri yang biasanya bersikap lembut itu bisa berubah seganas ini dan mempunyai kekuatan yang besar sampai ia tak mampu menahannya.
"Sabar Din, Mas bisa jelaskan semuanya sekarang kamu lepaskan dia oke, " pinta Arya memohon.
"Diam kamu mas! Aku tak butuh penjelasanmu!! Bentak Dinda dengan menatap tajam Arya. "Heh kamu wanita jalang sejak kapan kamu menggoda suamiku," tanya Dinda emosi.
"Lepaskan!!" Wanita itu masih berusaha melepaskan cengkraman Dinda yang begitu kuat, setelah mengeluarkan tenaga yang besar wanita itu akhirnya bisa melepaskan cengkraman tangan Dinda.
" Aku bukan jalang hati-hati kau bicara. Sudah waktunya kau tahu kebenaran yang sesungguhnya," teriak wanita itu. "Aku dan Mas Arya sudah menikah lebih dulu dibandingkan denganmu jadi pelakor disini adalah kamu!!" tunjuk wanita itu dengan tatapan tajam.
"Hessa!! Diam kamu! " Bentak Arya.
Dinda tertegun mendengar pengakuan wanita bernama Hessa itu, nama yang pernah ia baca di buku catatan Arya dan wajah yang sama dengan foto itu yang sedang di peluk mas Arya.
"Jadi ini wanita yang ada di foto bersama mas Arya. Mungkinkah mas Arya telah berbohong dari awal menikahi ku?" ucap batinnya.
"Apa maksud dari ucapan wanita itu mas? Jawab!!
"Din, mas minta maaf padamu," ucap Arya dengan wajah tertunduk, ia tahu kalau ia telah melukai hati istrinya itu sangat dalam. "Sebenarnya Mas, telah menikah duluan dengan Hessa tapi belum memberitahukan perihal pernikahannya ini kepada kedua orang tua Mas, karena waktu itu Mas takut untuk memberitahu mereka karena mereka tidak memberi restu atas hubungan kami, " papar Arya dengan wajah bersalahnya.
"Tapi kenapa Mas, kamu menerima perjodohan kita! Itu sama saja kamu menghancurkan hidupku mas!! Kalau saja dari awal kamu menolak perjodohan itu hidup ku tidak akan hancur seperti ini aku lebih baik tidak menikah daripada dimadu seperti ini, " teriak Dinda dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
"Mas, minta maaf sekali lagi padamu Din, sebenarnya waktu itu Mas ingin memberitahu tentang pernikahan Mas dengan Hessa kepada kedua orang tua Mas tapi mereka malah memaksa Mas untuk Menikahimu, jujur Mas tidak bisa menolak keinginan mereka terlebih lagi keluargamu sangat berjasa kepada keluarga kami karena telah menyelamatkan perusahaan ayahku dari kebangkrutan. ujar Arya sambil menatap nanar Dinda yang sedang menangis di hadapannya.
"Jadi maksudmu kamu terpaksa menikahi ku mas, " lirih Dinda dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
"Tidak seperti itu maksudku Din… "
"Cukup mas!! Aku mengerti maksudmu tidak ada lagi yang harus kamu jelaskan! "
Dinda berjalan gontai dengan air mata yang masih deras mengalir di pipinya terlebih ia mengetahuinya fakta kalau sebenarnya dialah yang menjadi orang ketiga atas hubungan Arya dan Hessa.
"Dinda dengar dulu penjelasan Mas," teriak Arya sambil mengejar istri nya itu dan berusaha menggenggam tangan Dinda.
"Janan sentuh aku Mas, aku tak ingin disentuh oleh pria pembohong sepertimu, sial sekali hidupku bisa bertemu dengan pria pecundang sepertimu! kalau saja waktu itu kau punya keberanian untuk mengatakan kepada kedua orang tuamu bahwa kau telah menikah mungkin hatiku tidak akan sesakit ini, " ucap Dinda tajam membuat emosi Arya meninggi.
"Apa kau bilang pecundang?beraninya kau menghinaku!"
plak !!
Arya yang dipenuhi dengan emosi tiba-tiba menampar pipi mulus Dinda.
"Tampar… mas tampar lagi, " ucap Dinda sambil memegang pipinya.
"Kamu diam jangan terus memancing emosi ku!" Bentak Arya.
"Ternyata ini sifat aslimu Mas, beruntung aku mengetahuinya lebih awal untung saja aku belum memiliki anak bersama Mas, jadi aku tidak perlu berpikir panjang untuk menceraikanmu!! " tegas Dinda.
"Din, Mas minta maaf,"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!