NovelToon NovelToon

Takdir Tak Sejalan

BAB 01

Selamat Membaca

...🌼🌼🌼🌼...

KL (Kuala Lumpur) adalah kota yang saat ini seorang wanita cantik berhijab bertempat tinggal bersama keluarganya. Wanita yang memiliki kepribadian yang lemah lembut, keras kepala, aktif, mandiri, dan cerdas. Anak kedua dari dua bersaudara. Ia bernama Hazira Aisyah, putri kedua dari Dato' Mohd. Haziq Utsman dan Datin Noor Khalisa.

Sedangkan anak sulung dari Dato' dan Datin seorang pria yang bernama Haniq Hakimi. Haniq sendiri sudah menikah dan memiliki seorang anak yang bernama Nazril Hakimi. Haniq tidak tinggal bersama kedua orangtuanya karena sudah memiliki rumah dan perusahaan sendiri. Istri Haniq bernama Putri Maisarah.

Hubungan Hazira dan Haniq begitu sangat dekat dan saling sayang menyayangi. Hazira merupakan adik kesayangan Haniq. Sewaktu sekolah dasar Haniq pernah berkelahi karena membela sang adik dibuli oleh teman sekelasnya. Bahkan sampai memasuki sekolah menengah atas Haniq sering berkelahi membela sang adik.

Dari zaman sekolah sampai masuk ke universitas. Hazira dan Haniq tidak pernah sekolah terpisah. Mereka selalu bersama dan sampai masanya Haniq menikah, barulah mereka berpisah. Tetapi walaupun Haniq sudah menikah, ia tidak akan hilang rasa sayangnya terhadap sang adik begitu juga Hazira.

Hazira saat ini bekerja di perusahaan sang ayah yang diberi nama DMH Group sebagai manager pemasaran. Ia memiliki cara komunikasi dan penampilan yang baik sehingga sang ayah mengangkatnya bagian pemasaran. Hazira juga menyukai jabatan yang diberikan oleh sang ayah. Baginya sebuah kedudukan tidak penting baginya. Yang terpenting yaitu menambah pengalaman.

Sedangkan perusahaan yang dipegang oleh Haniq awalnya merupakan anak perusahaan dari DMH Group. Kemudian diserahkan ke Haniq untuk dijalankan. Semakin lama waktu ke waktu, anak perusahaan tersebut berkembang pesat kini sudah setara dengan DMH Group. Dan telah berganti nama menjadi Haniq Group bagian namanya sendiri.

Istri Haniq pula yaitu Putri Maisarah seorang putri tunggal dari seorang pengusaha. Ia juga membuka bisnis dalam bidang fashion yaitu butik. Dari zaman universitas, ia memang mengambil bagian fashion designer dan bercita-cita menjadi perancang busana. Atas usahanya ia mampu mendirikan sebuah butik. Walaupun ada campur tangan sang ayahnya.

Dari pernikahan antara Haniq dan Maisarah, lahir seorang anak laki-laki yang bernama Nazril Hakimi yang masih berusia 10 tahun dan bersekolah di sekolah dasar. Kepribadian Nazril bisa dibilang agak mirip dengan Hazira. Dari perilaku keras kepala, aktif, mandiri, dan cerdas.

Kedekatan Hazira dan Nazril bisa dibilang seperti kucing dan tikus. Ketemu pasti suka usil dan saling mengejek. Apalagi Nazril suka sekali menjahili Hazira begitu sebaliknya. Namun disisi lain Hazira begitu sangat menyayangi keponakannya yang satu ini. Sepulang dari kerja Hazira kadang sering mampir ke rumah Haniq untuk bertemu Nazril.

Kadang juga Haniq dan Maisarah dibuat pusing oleh kelakuan Nazril dan Hazira yang sudah seperti kucing dan tikus. Tidak jarang pula Haniq pernah menggoda Hazira dengan menyuruhnya mencari pasangan agar memiliki teman. Dari godaan Haniq, tidak pernah diambil serius oleh Hazira. Ia saat ini masih fokus terlebih dulu ke kariernya.

Secara iseng Maisarah pernah memperkenalkan Hazira dengan seorang pria. Tetapi sikap Hazira malah juek dan tidak diambil peduli. Akhirnya Haniq dan Maisarah menyerah untuk memperkenalkannya dengan seseorang lagi. Dibalik itu semua, Hazira memiliki alasan tidak ingin berhubungan dengan seorang pria.

Hal ini dikarenakan semasa kuliah, ia pernah dikhianati oleh pacarnya sendiri. Bukan hanya dikhianati melainkan memanfaatkan Hazira untuk kepentingan ekonomi sang pacar. Disebabkan Haniq mengetahuinya lebih dulu. Akhirnya Haniq memberitahu Hazira mengenai sifat asli dari pacarnya itu yang hanya sekedar memanfaatkannya saja.

...🌼🌼🌼🌼...

Tepat di pagi hari, Hazira sudah bangun lebih awal untuk melaksanakan shalat subuh. Selesai barulah ia bersiap-siap untuk turun ke bawah sarapan pagi bersama sebelum berangkat ke kantor. Penampilan yang menarik, sederhana tapi elegan. Hazira turun ke bawah menghampiri meja makan.

Tampak belum terlihat sang ayah dan ibunya di meja makan. Ia pun mulai bertanya ke sang pembantu rumah.

"Mak Mah...mama dan papa mana?" tanya Hazira.

"Agaknya masih dalam bilik, zira." jawab Mak Mah.

Tidak lama Dato' Haziq dan Datin Noor pun turun langsung menuju ke meja makan.

"Morning mama papa." ucap Hazira ke ibu dan ayahnya.

"Morning sayang...." jawab Datin Noor.

"Morning juga sayang." jawab Dato' Haziq juga.

"Awal bangun? Biasanya tak selalu cam ni." goda Datin Noor.

"Ihh...mama ni. Kan Zira selalu bangun cam ni, buat tak tahu je ya mama ni." jawab Hazira.

"Hehe...mama gurau je lah."

"Ye lah tu." sahut Hazira.

"Oh ya, lusa kita ada jadwal mesyuarat bisnis ke Indonesia. Sekalian pergi acara kenduri sahabat papa kat sana." jelas Dato' Haziq.

"Jauh sangat tu, papa. Berapa lama kat sana?" tanya Hazira.

"Lebih kurang satu Minggu lah." jawab Dato' Haziq.

"Habis saya ni cam mana? Takkan awak tinggal?" tanya Datin Noor.

"Eh...apa lah awak ni? Awak pergi lah sekali, takkan lah saya tinggal awak. Awak kan buah hati saya." goda Dato' Haziq.

"Ishhh....apa lah papa ni bermesraan bagai. Tolong sikit eh, kat sini ada yang single lagi tay. Hargai sikit boleh tak?" ucap Hazira bercanda.

"Kau ni, Zira. Sapa suruh tak cari boyfriend ke bakal suami ke."

"Mama...Zira kan dah cakap dah. Zira masa ni taknak bercinta ataupun kahwin. Zira nak fokus dengan kerja Zira dulu masa ni."

"Kerja kerja juga, Zira. Teman hidup kena cari juga. Itu penting untuk Zira, kalau nanti mama dan papa dah takda lagi. Ada yang jaga dan temankan Zira." nasihat Datin Noor.

"Ya...Zira tahu. Tapi takyah lah cakap takda lagi kat Zira, Zira tak suka tau."

"Eishh...awak ni. Jangan lah paksa Zira cam tu. Nanti ada lah tu, mungkin masa ni dia nak habiskan masa muda dia sebelum berkahwin."

Setelah percakapan antara Hazira dan kedua orangtuanya mengenai pasangan. Kini Hazira dan Dato' Haziq telah berangkat ke kantor bersama. Biasanya mereka berangkat diantar oleh Pak Abdul. Tapi sekarang Hazira yang menyetir mobil sendiri bersama sang ayah yaitu Dato' Haziq.

Sesampai di kantor, para staf yang lainnya menyambut kedatangan Hazira dan Dato' Haziq dengan sopan. Hazira langsung berpamitan menuju ke meja kerjanya. Sedangkan Dato' Haziq berjalan ke atas menggunakan lift menuju ke ruang kerjanya. Berada di ruangannya, Dato' Haziq menghubungi sekretarisnya yang bernama Alif untuk datang ke ruangannya.

Alif pun telah sampai ke ruangan Dato' Haziq.

"Morning, Dato'." sapa Alif.

"Morning, Alif. Oh ya ada jadual apa sahaja hari ni dan esok?" tanya Dato' Haziq.

"Untuk hari ini dan esok tidak ada temu janji apapun. Tapi ada someone dari DNI Group datang bagi dokumen kena Dato' sign." jelas Alif.

"Oke, bagi sekarang dokumen tu. Tapi apa sudah kamu periksa?" tanya Dato' Haziq balik.

"Sudah, Dato'. Tapi untuk lebih meyakinkan lebih baik Dato' cek balik."

"Oke, hantar je dokumen tu kat sini. Dan jangan lupa persiapan dokumen untuk lusa."

"Baik, Dato'. Kalau cam tu saya minta diri dulu."

Alif pun pamit keluar mengambil dokumen yang dimaksud untuk ditandatangani oleh Dato' Haziq. Sedangkan mengerjakan sesuatu, ponselnya berbunyi menampilkan sebuah pesan WhatsApp. Dato' Haziq pun membuka pesan dari sahabatnya di Indonesia. Pesan yang berisi mengingatkan untuk hadir di acara pernikahan putranya satu-satunya. Dato' Haziq pun membalas untuk bisa hadir ke acara sang sahabatnya itu.

...Bersambung .......

Mohon maaf apabila terdapat kalimat yang typo 🙏 Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗

BAB 02

Selamat Membaca

...🌼🌼🌼🌼...

Sebuah mall Jakarta tepatnya di toko butik. Seorang wanita cantik yang berpenampilan menarik sedang duduk menunggu seseorang. Untuk memilih pakaian pengantin akan dilaksanakan pada lusa hari. Semakin lama menunggu, pria yang ditunggu tidak kunjung datang. Ia pun menghubungi sang tunangan tapi tidak diangkat.

Lama menunggu, akhirnya pria yang ditunggu telah sampai. Pria yang berpostur tinggi, tampan, dan mapan. Pria itu bernama Adzam Syarif. Seorang pengusaha sekaligus CEO dari sebuah perusahaan ayahnya. Dikarenakan tenaga ayahnya tidak mampu lagi memimpin perusahaan. Akhirnya Adzam lah yang menggantikan posisi ayahnya sebagai CEO.

Sedangkan wanita yang menunggu Adzam adalah sang tunang yang bernama Anita. Anita seorang wanita karier yang profesi sebagai desainer. Ia sengaja tidak merancang baju pengantin untuknya. Melainkan menginginkan orang lain yang merancang baju pengantin untuknya.

"Sayang, maaf telat soalnya macet dijalan." ujar Adzam.

"Tidak apa-apa kok yang penting kamu sudah datang." jawab Anita.

"Terima kasih sayang. Sekarang kita masuk yuk." ajak Adzam.

Adzam dan Anita pun masuk ke dalam memilih baju pengantin yang cocok untuk mereka. Para pelayan menunjukkan beberapa pakaian pengantin terbaik untuk Adzam dan Anita. Beberapa pun ditunjukkan ke Anita, tapi tidak satu pun yang cocok dengannya. Anita memutuskan memilih sendiri.

Arah pandangan Anita tertuju ke satu satu model pakaian pengantin yang begitu menarik, sederhana, dan elegan. Anita memerintahkan pelayan itu untuk mengambilkan baju tersebut. Sayangnya baju tersebut sudah dipesan oleh orang lain. Tapi Anita tetap kekeh menginginkan baju tersebut.

Ia pun membujuk ke Adzam untuk bisa mendapatkan baju pengantin tersebut.

"Sayang..." panggil Anita merengek.

"Ada apa sayang." tanya Adzam.

"Sayang, saya menginginkan baju itu tapi sudah punya orang. Jadi harus bagaimana, saya sangat menyukai baju itu." jelas Anita.

"Ya sudah. Baju yang mana kamu maksud?"

Adzam melihat baju yang diinginkan Anita. Ia pun menyuruh pelayan untuk membungkusnya. Tapi sayang baju sudah miliki orang lain.

"Maaf, tuan. Baju ini sudah dipesan oleh orang lain. Jadi tidak bisa, mohon maaf."

"Mbak, kalian kan bisa merancang yang sama dengan baju itu. Atau saya akan membayar dengan harga tinggi untuk baju itu dari harga yang ia bayar. Bagaimana?" tawar Adzam.

Pelayan itu pun berfikir mengenai ucapan Adzam yang ingin membayar dengan harga tinggi untuk baju tersebut. Tidak berani untuk memutuskan, ia akhirnya memanggil bosnya.

"Kalau begitu saya bertanya dengan bos dulu ya? Sebentar, silahkan duduk dulu ya tuan dan nyonya."

"Baiklah."

Pelayan keluar bersama sang bos. Adzam pun berdiri menghadap bos pemilik butik itu. Menceritakan semuanya mengenai baju pengantin tersebut. Bosnya pun berfikir mengenai tawaran Adzam. Kelamaan ia pun setuju untuk dibayar tinggi dari harga yang dibayar oleh pembeli sebelumnya.

Anita begitu senang sambil memeluk Adzam.

"Terima kasih, sayang. Kamu tau tidak, dari pertama melihatnya saja aku sangat menyukai baju ini."

"Sama-sama. Iya, sayang. Sekarang sudah dapat kan."

"Iya."

"Sekarang kita mau kemana lagi?"

"Hm...perlengkapan yang lain sudah siap dan lengkap. Kecuali cincin nikah kita sayang."

"Oke sekarang kita ke toko perhiasan membeli cincin nikah."

"Oke."

Anita dan Adzam menuju ke toko perhiasan langganan keluarga Adzam. Sesampai di toko perhiasan semua staf menyapa Adzam dengan ramah dan sopan. Mengeluarkan semua perhiasan untuk dipilih oleh Anita.

"Mbak...perhiasan dengan permata berlian pink ada gak, mbak?" tanya Anita.

"Oke sebentar ya, mbak." jawab pelayan mencari.

"Oke."

Cukup lama menunggu, pelayan itu datang membawa cincin yang dipinta oleh Anita. Anita langsung mencobanya di jari manis. Sangat cantik, cocok, dan manis di jari Anita. Ia langsung memilih cincin tersebut. Adzam langsung mengeluarkan kartu debitnya membayar dengan harga yang lumayan mahal.

Serasa yang diperlukan sudah lengkap. Adzam dan Anita menuju ke restoran untuk makan siang. Mereka memesan makanan, seorang pelayan menghampiri mencatat pesanan. Lalu pelayan itu beranjak, sambil menunggu pesanan datang. Anita mengeluarkan cincin yang ia beli tadi. Memandang dan mencobanya tanpa henti.

"Sayang, cantik tidak cincin kita?"

"Sangat cantik seperti kamu."

"Ahh...kamu bisa saja. Sayang, lusa kan kita sudah menikah. Besok apa kamu yakin akan pergi ke luar kota sebentar?"

"Iya, sayang. Aku harus menyelesaikan masalah kantor. Dengan begitu aku bisa ambil cuti cukup lama mulai lusa sampai kita honeymoon nanti." jelas Adzam.

"Oke, baiklah. Ngomong-ngomong kita honeymoon kemana, sayang?" tanya Anita penasaran.

"Ada deh, rahasia. Malam pertama di hari pernikahan kita, aku akan kasih tau kamu tempat honeymoon kita."

"Oke, baiklah."

Tidak lama pesanan mereka pun telah sampai. Mereka pun lanjut menikmati makanan. Kemudian selesai makan dari restoran, mereka pun pulang.

...🌼🌼🌼🌼...

Setelah mengantar Anita ke rumahnya, Adzam kini sudah sampai di kediamannya yang megah. Ia memasuki rumah dengan mengucapkan salam. Hendak menaiki tangga langkahnya terhenti ketika sang ibu memanggilnya. Adzam pun berbalik badan menghampiri sang ibu yang sedang duduk bersama sang ayah di ruang tengah.

Ibunda Adzam bernama Hana Pramono sedangkan ayahanda Adzam bernama Syarif Dermawan Prakoso. Ibu dan ayah sama memiliki sebuah bisnis. Ibu Adzam dulunya berasal dari keluarga yang berada begitu juga ayah Adzam. Bu Hana dahulu membuka usaha salon yang sekarang diambil alih oleh adiknya.

Sedangkan Bapak Syarif seorang mantan CEO di perusahaan Dermawan Group yang kini sudah diambil alih juga oleh Adzam. Dermawan Group berkembang sehingga bisa berdiri karena campur tangan sahabat Syarif sendiri. Sebelumnya Dermawan Group hampir saja bangkrut.

Atas kebaikan sahabatnya yang berada dari Malaysia. Bersedia menanamkan saham yang begitu besar sehingga Dermawan Group bisa bangkit kembali. Hingga sekarang bisa diwariskan atau diambil alih oleh Adzam. Pada acara hari pernikahan Adzam, Syarif sebelumnya mengundang sahabatnya untuk hadir.

Atas undangan Syarif, sang sahabat pun menerimanya dan bersedia untuk hadir satu sebelum hari pernikahan. Sahabat Syarif yang dimaksud adalah Dato' Mohd Haziq Utsman. Pengusaha besar di bidang properti di Malaysia. Dengan istrinya yang bernama Datin Noor Khalisa.

"Assalamualaikum." ucap Adzam masuk.

"Wa'alaikumussalam." sahut Hana.

"Adzam, baru pulang." tanya Hana lagi.

"Iya, Ma."

"Anita mana?"

"Sudah pulang, tadi aku antar setelah membeli perlengkapan pernikahan di Mall."

"Oh begitu."

"Hm...Adzam. Bisa sini sebentar."

Aiman pun menghampiri Hana dan duduk dekat Syarif.

"Ya, ada Ma."

"Mama mau tanya sama kamu. Apa kamu benar akan berangkat besok ke luar kota? Hari pernikahan kamu lusa loh?"

"Benar, Ma. Soalnya ini tender yang menarik dan tinggi. Sangat jarang perusahaan kita mendapat klien seperti itu. Tapi Mama dan Papa tenang saja, selesai pertemuan Adzam langsung pulang."

"Tapi kamu harus hati-hati jangan ngebut di jalan."

"Iya, Ma. Aku mau ke atas dulu, Ma...Pa."

"Iya." sahut Hana dan Syarif serentak.

Adzam langsung menuju ke kamarnya untuk membersihkan diri. Syarif dan Hana melanjutkan bersantai sambil menonton televisi bersama. Mengenai keberangkatan Adzam ke luar kota memang sudah bulat. Adzam harus mengejar tender yang begitu menguntungkan bagi perusahaan. Selesai pertemuan ia akan pulang secepatnya dan diperkirakan akan tiba pada malam hari.

...Bersambung .......

Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗

BAB 03

Selamat Membaca

...🌼🌼🌼🌼...

Tepat di pagi, Adzam sudah bersiap dengan setelan kantor. Seperti yang ia bilang sama ibu dan ayahnya. Kalau ia akan pergi ke luar kota untuk melakukan meeting. Tidak sampai satu hari Adzam pergi. Selesai meeting, Adzam akan langsung pulang ke Jakarta. Karena besok pagi acara pernikahannya dengan Anita sang kekasih hati.

Rapi dengan pakaian kantor, Adzam segera turun ke bawah untuk sarapan bersama Hana dan Syarif. Dilihatnya Hana dan Syarif sudah menjamu sarapan pagi. Adzam menghampiri tidak lupa menyapa mereka.

"Pagi mama, papa." sapa Adzam.

"Pagi, Dzam." jawab Hana.

"Pagi." jawab Syarif.

"Mau berangkat sekarang nih?" tanya Hana.

"Iya dong, Ma. Habis sarapan langsung berangkat dan lagian mau mengejar waktu juga." jawab Adzam.

"Hati-hati saat dijalan, jangan terlalu laju." nasihat Hana.

"Iya, Ma. Adzam akan selalu hati-hati kok." jawab Adzam.

"Oh ya kapan tukang dekornya datang?" tanya Adzam melihat rumah masih posisi semula.

"Mungkin sebentar lagi, nanti Anita ke tidak?" tanya Hana.

"Tidak tau tuh, nanti Adzam tanya dulu." jawab Adzam sambil menyuap nasi goreng.

"Oh ya, Dzam. Papa nanti mau nengok kantor sebentar. Papa rasanya sudah lama tidak datang ke kantor. Melihat suasana dan keadaan kantor, jadi kangen.." ujar Syarif.

"Datang saja, Pa. Pasti beberapa staf senang kalau Papa main ke kantor."

"Ingat Papa jangan terlalu lama di kantor. Di rumah kita ini ada acara. Nanti siapa yang bantuin Mama." ucap Hana memperingatkan.

"Iya, Ma. Papa ke kantor cuma sebentar kok."

Adzam sudah menyelesaikan sarapan paginya. Ia langsung pamitan ke Hana dan Syarif untuk berangkat.

"Ya sudah, Adzam pamit berangkat dulu Ma Pa." ucap Adzam sambil menyalami tangan Hana dan Syarif.

"Iya hati-hati, ingat pesan Mama."

"Iya iya, Adzam pergi dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." jawab Hana dan Syarif.

Adzam pun sudah masuk ke dalam mobil. Ia mengambil ponsel menghubungi Anita terlebih dahulu untuk pamitan sekaligus menanyakan perihal kehadirannya saat pendekoran serta membantu Hana di rumah.

Tut Tut Tut

Panggilan Adzam pun diangkat oleh Anita.

"Hello, sayang. Aku mau pamit nih sama kamu. Kalau aku pagi ini akan berangkat ke luar kota." pamit Adzam.

"Iya, sayang. Kamu hati-hati ya dijalan. Sampai sana jangan kabarin aku lagi."

"Iya, sayang. Oh ya sayang, kamu hari ini ke rumah Mama tidak. Soalnya hari ini pendekoran untuk acara kita."

"Tentu sayang. Aku akan ke rumah kamu nanti. Ini saja aku belum mandi sama sekali."

"Oh ya sudah. Aku berangkat dulu takut kesiangan."

"Oke, hati-hati sayang. Bye...."

Adzam langsung menutup ponselnya menjalankan mobil menuju luar kota. Kediaman Anita yang baru saja baru bangun tidur. Langsung beranjak menuju ke kamar mandi. Seperti yang pinta Adzam, Anita harus pergi ke rumahnya untuk membantu Hana mendekorasi acara pernikahan yang akan dilaksanakan besok.

Selesai mandi, ia langsung bersiap-siap. Ia keluar dari kamarnya lalu menuju ke meja makan yang sudah disiapkan oleh pembantunya. Saat Anita menyantap sarapan, ponselnya berbunyi. Tertera nama Clara yang menghubunginya. Ia langsung menjawab panggilan dari Clara sang sahabat.

"Ya Hello, Clara."

"Hello, Nita. Nanti malam kamu sibuk tidak?" tanya Clara.

"Tidak, kenapa memangnya?" tanya Anita balik.

"Kalau tidak sibuk, nih Mike mengundang kita ke acara ulangtahunnya nanti malam. Kamu mau join tidak?" tanya Clara.

"Boleh. Oke, nanti malam aku jemput kamu ya."

"Oke, sampai jumpa nanti malam."

"Oke."

Anita menutupi panggilannya melanjutkan menghabiskan sarapan paginya. Habis tidak tersisa, Anita berangkat menuju ke rumah Adzam membantu mendekorasi untuk acaranya.

...🌼🌼🌼🌼...

Hazira yang sudah berada di kantor pagi-pagi sekali. Memiliki jiwa pekerja yang ulet, disiplin, rajin, dan cerdas. Membuat sebagian para staf merasa bangga dengan Hazira. Walaupun ia anak dari CEO, ia tetap ingin bekerja sebagai orang bawahan. Kebanyakan biasanya anak seorang CEO langsung mendapat posisi tinggi seperti sebagai pendamping CEO.

Berbeda dari Hazira sendiri, ia sangat menginginkan keberhasilannya bukan dengan cara yang instan. Tapi harus dengan kerja keras dan usaha sendiri. Keinginan awal Hazira, duduk di posisi yang setara dengan staf yang lainnya. Tetapi Dato' Haziq tidak mengizinkan Hazira menduduki posisi seperti itu. Jadi ia memilih posisi Hazira sebagai Manager Pemasaran.

Saat di kantor, tidak jarang staf laki-laki yang menggoda Hazira. Tetapi Hazira tetap ramah dan tersenyum. Dikarenakan keramahannya, memudahan ia mendapatkan teman serekan kerjanya. Seperti laki-laki yang bernama Khai. Saat ini Hazira sedang mengajarkan sesuatu di meja kerjanya.

Khai datang dengan sebuah berkas di tangannya lalu menyapa Hazira.

"Hai, Zira." sapa Khai.

"Hai, Cik Khai. Ada perlu apa-apa ke?" tanya Hazira mata ke layar komputer.

"Takda apa-apa. Cuma saya nak tanya boleh?" tanya Khai.

"Boleh, tanya lah." jawab Hazira.

"Awak siang ni free tak?" tanya Khai.

Hazira langsung menghentikan tangannya yang sedang mengetik. Beralih menoleh ke Khai yang berada di hadapannya.

"Siang ni saya takda kerja apapun, kenapa?" tanya Hazira balik.

"Tak...Ingatkan saya nak ajak awak pegi lunch kat kantin." jawab Khai.

"Pegi lunch?"

"Ya, lunch."

"Hm...cam mana eh. Minta maaf Cik, tengah hari ini saya kena balik cepat. Sebab nak packing buat nanti."

"Packing. Zira kena berhenti kerja ke?"

"Eh taklah, bukan berhenti kerja. Tapi packing baju untuk pegi kat Indonesia."

"Indonesia. Awak pegi sorang-sorang?"

"Tak...pegi dengan Mama dan Papa saya. Sekalian ada meeting kat sana juga."

"Ohh...berapa lama peginya?" tanya Khai

"Lebih kurang satu Minggu."

Seorang staf perempuan yang bernama Lia sedang lewat menegur Khai yang sedang berbicara dengan Hazira.

"Hei, Khai. Sudah-sudah dah tu, buat kerja. Jangan sampai Bapak Hazira tengok, habis kau nanti ha..." ujar Lia.

"Eh, diam lah kau. Kau tu buat kerja jangan jalan ke hili ke hulu." balas Khai.

"Amboi sedap mulut kau eh, aku memang tengah kerja ni tau. Kau tu apa, alasan bawa file nyatanya nak mengorat lah tu." ucap Lia.

"Eh, Lia. Kau tu cakap je kalau kau tu jealous kan..."

"Aku jealous kat kau? Hah lambatttt lagi...."

"Eh elehhh...cakap je suka kat aku kan senang."

"Aku suka kat kau? Baik aku sukakan Aniq Suhaili dah lah handsome. Lah kau...."

"Eh kau jangan mimpi eh. Aniq Suhaili belum tentu sukakan kau lah. Perangai macam samseng."

Hazira yang melihat mereka berdua adu mulut membuatnya menggelengkan kepala dan merasa pusing. Ia memutuskan untuk menghindar keluar menuju ke dapur. Saat Hazira pergi saja mereka masih saja bertengkar. Tapi pertengkaran mereka bukan yang mendatangkan permusuhan. Melainkan hanya pertengkaran biasa antar teman yang saling mengejek satu sama lain.

...Bersambung .......

Jangan lupa like, vote, komen, follow, dan subscribe ya readers 🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!