NovelToon NovelToon

Transmigrasi Amora

1. NOVEL SIALAN

Amora Zamora gadis berusia 24 tahun, memiliki kulit sawo matang, tinggi 175cm.

Amora gadis yatim piatu yang tinggal di kosan setelah keluar dari panti asuhan yang merawatnya selama ini, katanya ingin mandiri.

Amora harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari, namun karena satu insiden dia harus di pecat dari pekerjaannya.

Setelah di pecat ia hanya bermalas-malasan, belum berfikir mencari pekerjaan lainnya.

Kerajaannya hanya membaca novel seperti saat ini.

BRAK

Suara barang yang di lempar asal.

"Ah, Novel sialan. Mana ada seorang bapak kejam macam dia sialan, nyesel gue beli novel ini," umatnya setelah membaca novel berjudul "YOU ARE MINE"

KRUCUK KRUCUK

Bunyi perut yang meronta-ronta mintak di isi, membuat Amora bangkit dari tempat tidurnya.

"Mana laper lagi, uang gue tinggal lima puluh ribu doang," ucapnya sambil menenteng uang berwarna biru itu.

"Beli makan apa aja, dah." ucapnya seraya berjalan keluar dari kos-kosan tak lupa ia menguncinya.

Amora berjalan riang keluar gang-gang sempit menuju jalan raya, banyak penjual makanan di sana.

Mata Amora tertuju pada pedang ketoprak di melompat lompat kecil menuju gerobak mang ketoprak.

Amora berjalan tanpa melihat kiri kanan, hingga ada sebuah truk dari arah berlawanan melaju kencang ke arahnya.

BRAK

Tubuh Amora tertabrak truk bermuatan itu, hingga darah mengalir dari kepalanya.

"Uhuk sial, banget hidup gue, andai ada kehidupan kedua gue ingin merasakan kasih sayang orang tua," ucapnya terakhir Amora setelah itu dia benar-benar menutup matanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sebuah rumah sakit medika.

Seorang gadis dengan tubuh penuh alat medis terbaring lemah di bangkar rumah sakit.

Sudah dua bulan ia di rawat namun belum juga ada tanda-tanda untuk sekadar membuka mata.

Namun entah keajaiban dari mana tangan gadis itu mulai bergerak, membuat dokter yang memeriksanya tersenyum senang.

"Eughhh," lengkuhan panjang di bareng membuka matanya.

"Kamu sudah sadar mora?" tanya dokter itu dengan antusias.

Ya gadis yang koma itu Amora Queen Gradian, namun sekarang raganya saat ini di tempati Amora Zamora.

"Saya di mana? kamu siapa?" tanyanya sambil menatap sekeliling.

"Kamu tidak mengenal saya, Mora?" tanyanya sambil menatapnya dengan pandang yang sulit di artikan.

"Anda kan, dokter kenapa masih tanya." ucapnya santai.

"Kenapa kamu menyebalkan begini setelah bangun, Mora?" tanyanya kesal.

"Oh, ya?" tanyanya lagi.

Membuat dokter muda itu sangat kesal.

"IYA, AMORA QUEEN GRADIAN," teriaknya kesal.

Amora yang mendengar ucapnya dokter itu terdiam dia serasa familiar dengan nama itu.

"Arghhhh," Kepala Amora tiba-tiba merasa sakit seperti di timpa beban berat membuat dia pingsan.

...----------------...

Di alam bawah sadar amora, di sebuah hamparan bunga lavender yang sangat banyak membuat Amora Zamora menatap sekeliling binggung, karena tidak ada satupun orang di tempat itu.

Hingga seorang gadis cantik datang mendekat ke ayahnya.

"Amora?" panggilnya

Amora menoleh. "Kamu siapa? apa kita kenal?" tanya Amora dengan mata yang memicing.

Gadis itu tersenyum, "Kita adalah orang yang sama Amora, kau adalah aku, aku adalah kau," ucap gadis itu.

Ucapan gadis itu membuat dahi Amora mengkerut, gadis di depannya seakan tahu keheranan Amora hanya tersenyum kecil.

"Intinya kamu ada dalam tubuh aku sekarang, intinya kamu akan bahagia sesuai permintaan terakhir kamu," ucapnya.

Amora mengangguk ia mengerti dia sedang bertransmigrasi. "Gue transmigrasi di dunia apa?" tanyanya.

"Di novel you are mine,"

"Apa novel sialan itu, kenapa harus novel sialan itu coba." frustrasi Amora.

"Kau akan menemukan kebahagiaanmu nanti, aku pamit." ucapnya sambil pergi meninggalkan Amora.

...----------------...

Amora terdapat kembali, melihat sekeliling sama.

Berarti dia tidak mimpi jika jiwanya masuk ke dalam tokoh favoritnya meski berakhir meninggal.

Nampak seorang dokter muda tadi terlihat sangat khawatir, kalau Amora ingat di dalam novel namanya dokter Rey, dokter yang selama ini merawat Amora dari penyakit kanker hatinya.

"Amora kau sadar?" tanyanya membuat Amora memutar bola malas.

"Bukan ini cuma arwahnya," ucapnya kesal sudah tau dia telah bangun kenapa masih tanya lagi.

Dokter muda itu menghela nafas.

"Alhamdulillah jika kau telah sadar, jadi saya tidak pusing jika di tanya terus sama Vanessa." ucanya.

Ah, Amora ingat Vanessa dalam novel You are mine adalah sepupunya, namun semenjak kepergian dirinya untuk berobat dia selalu membuat onar, membully, tawuran dan banyak lagi.

Vanessa dalam novel itu di jelaskan sebagai tokoh antagonis, yang meninggal secara tragis di tangan orang yang paling di cintai karena membela wanita lain.

Sedangkan Amora sendiri di sini sebagai tokoh figuran yang di benci papanya, karena menurutnya kelahirannya membuat istrinya meninggal.

Hingga dia hanya di rawat oleh maid dan tidak boleh tinggal di kediaman utama, Amora meninggal karena melawan penyakitnya kanker hati.

Namun semuanya telah berubah jiwanya telah di isi oleh Amora Zamora.

Dokter Rey yang melihat Amora melamun menepuk bahunya pelan.

"Mora, Are you okey?" tanyanya membuat Amora yang melamun memikirkan alur novel setelah ini bagaimana.

"Ah, iya gue baik. Gimna kabar Vanessa?" tanyanya tiba-tiba.

Amora telah berjanji akan merubah nasib sang tokoh antagonis alias sepupunya itu.

"Kamu sendiri yang melarang saya untuk memberi kabar sama dia, jadi saya tidak tau kabar dia." ucapnya acuh.

Amora menghela nafas berkali-kali, dia memikirkan rencana untuk kedepannya.

"Ya, Sudah. Bagaimana keadaan gue?" tanyanya.

"Ehem, keadaan kamu sudah baik, sebuah keajaiban penyakit kanker hati kamu dinyatakan telah hilang total." ucapnya sambil menatap Amora.

Karena dari di bangun dari koma sikapnya aneh, kalau amora asli sifatnya lemah lembut, sedangkan yang di depannya sangat menyebalkan.

"Em, saya mau kembali ke tanah air." putusnya datar.

Perubahan sikap Amora membuat dokter itu kaget.

"Kamu mau balik lagi kerumah itu?" tanya pelan.

Dokter Rey mengetahui semua masalah Amora yang tak di pedulikan oleh padanya, bahkan saat dia harus berjuang mempertaruhkan nyawanya.

Papanya tidak tau keadaannya.

"Tidak," ucapnya singkat.

"Terus kau mau tinggal dimana? Bagaimana jika kau pakai saya apartemen milik saya," tawarnya.

Membuat Amora menoleh. "Apa kau yakin?" tanyanya.

Dokter Rey menganggukan kepalanya.

"Terima kasih, kalau bisa apa kau bisa mendaftarkan ku sekolah, di sekolahan yang sama dengan Vanessa." pintanya.

Dokter Rey mengangguk. "Saya akan menjadi wali kamu nanti tenang saja," ucapnya sambil tersenyum.

"Apa kau tak mau jalan-jalan di kota paris ini dulu, sebelum kembali ke ibu kota?" tanyanya.

"Em, boleh juga," ucapnya sambil tersenyum manis.

Amora tersenyum miring.

"Gue akan kembali membawa perubahan besar dalam novel ini." ucapnya dalam hati.

2.Kembali ke tanah air

Di Bandara internasional paris.

Seorang gadis cantik bersama pria tampan membawa koper besar di tangannya.

"Dokter Rey, Gue pamit dulu. Makasih selama ini..." ucap gadis itu terpotong oleh tangan besar pria di depannya.

"Stop, panggil gue Abang oke, gue udah anggap lo, seperti adik gue sendiri. Jadi gak perlu lo berterima kasih." ujarnya membuat mata gadis itu berkaca-kaca.

Ya, dia adalah Amora dan dokter Rey.

Amora merasa terharu dengan ucapan pria yang baru ia kenal, semasa dia menjadi Amora Zamora hidupnya sepi tanpa teman dan keluarga.

Amora langsung memeluk dokter Rey.

"Terimakasih, di saat semua orang tidak ada yang peduli dengan diriku, kau selalu menyemangatiku, Bang." ucapnya sambil menangis.

Rey mengurai pelukannya, "Sttt, kalau lo nangis makin jelek." ejeknya.

Membuat Amora menatap tajam Rey dengan mata sembab hidung merah nampak lucu.

"Uh, lucu banget adik gue," sambil mencubit hidung Amora.

Amora mendelik tak terima segera ia menepis tangan Abang barunya itu.

"Ishh, Abang," teriaknya.

Membuat Rey tertawa pelan membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian di bandara itu.

"Ya, nanti kamu telat berangkat. Langsung pulang ya, pasti mama sama papa sudah menunggu kedatangan kamu, Abang kalau dah selesai bakal nyusul." ucapnya lembut sambil mengusap rambut panjang milik adiknya.

Ya, Keluarga Rey sudah tau perihal Amora sehingga mereka ingin mengadopsi Amora menjadi keluarganya.

Amora tersenyum sambil menarik kopernya menjauh.

"Bye, Abang jelek sampai ketemu kembali," ejeknya.

Membuat wajah tampan Rey berubah menjadi masam.

Setelah kepergian Amora Rey berjalan gontai menuju mobilnya.

...****************...

POV Dokter Rey

Dokter Rey atau Renaldy Abraham seorang dokter muda spesialis penyakit kanker.

Anak tunggal dari Melda Abraham dan Rendy Abraham mereka semua berprofesi sebagai dokter di rumah sakit yang di dirikan keluarganya di ibu kota.

Pertemuannya dengan Amora membuat Rey menjadi iba, karena tidak ada keluarganya yang menemani berobat hanya sepupunya yang menemani dan menyemangati dirinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di bandara Soekarno-Hatta.

Amora baru saja turun dari pesawat, setelah menempuh perjalanan dari paris ke jakarta.

Amor berjalan santai dengan menyeret koper, dengan tatapan datar melihat sekeliling, hingga pandangannya tertuju pada dua orang paruhbaya yang melambaikan tangan padaku.

Amora berjalan mendekati mereka.

Benar saja mereka langsung memeluk dengan penuh kasih sayang.

"Terima kasih ya tuhan, begini kah rasanya di sayang kedua orang tua," ucap amora dalam hati sambil meneteskan air mata.

Wanita paruh bayah itu panik saat merasakan basah di pundaknya.

Dia segera menguras pelukannya denganku.

"Hey, kenapa malah menangis sayang?" tanyanya padaku.

Amora tersenyum tipis, "Maaf tan, Mora hanya terharu bisa merasakan di peluk seorang mama," ucapnya sambil mengusap air matanya.

Wanita paruhbaya itu tersenyum.

"Mulai sekarang panggilnya jangan tante lagi, panggil Mama, seperti kamu panggil Rey abang!" perintahnya sambil berkacak pinggang.

"Panggil saya juga papa, tidak ada bantahan!" ucapnya saat Amora hendak mengucapkan sesuatu.

Amora menghela nafas. "Terimakasih sudah menerima Amora Tan, Eh Mama." ucapnya canggung.

"Ya, sudah ayok pulang pasti kamu capek," ajaknya sambil mengandeng tangan Amora.

"Sayang, kok aku di tinggalin," ucap suaminya sambil membawa koper Amora.

Istrinya malah tertawa kecil. "Udah ya, kamu urus koper aja. Aku mau cerita banyak sama Amora," ucapnya sambil memegang pergi meninggalkan suaminya yang kesusahan membawa koper besar nan berat itu.

Selama perjalanan menuju mansion Abraham hanya di isi obrolan kecil dari Amor dan mamanya.

Suaminya yang sedari tadi hanya di alihkan hanya mendengkus kesal sambil menyetir mobil.

Dua puluh menit mobil mereka memasuki mansion besar, membuat Amora tak berhenti berdecak kagum.

Sebenarnya keluarga Amora asli lebih kaya dari keluarga Abraham, namun sayang mereka menyia-yiakan anak perempuannya demi asumsi yang tidak masuk akal.

Melda tertawa kecil melihat keantusiasan Amora.

"Kamu suka sayang?" tanyanya sambil berjalan memasuki rumah itu.

Amora mengangguk singkat masih memperhatikan setiap detail interior rumah bergaya Amerika klasik.

"Semoga kamu betah tinggal di sini," ucapnya sambil mengusap lembut surau Amora.

Amora langsung memeluk erat Melda.

"Sama papa enggak, Nih." ucapnya sambil bibir yang di manyunkan.

Mereka berdua menoleh melihat wajah masam suaminya, Melda rasanya ingin tertawa.

"Sini Pah," Amora sambil melambaikan tangan dengan cepat Rendy masuk ke dalam pelukan sang istri dan Amora.

"Semoga kebahagiaan ini, bukan kebahagiaan semu." ucapnya Amora dalam hati sangat bahagia mendapatkan keluarga yang sangat perhatian.

"Ya, sudah kamu istirahat dulu, nanti kalau sudah waktunya makan malam, Mama panggil." ucanya lembut membuat hati Amora menghangat.

Amora pamit dengan mencium pipi kedua orang tuannya, dengan segera ia naik ke atas menuju kamar yang telah di persiapkan untuknya.

Saat sampai di lantai atas, Amora melihat tulisan di pintu kamarnya "My Queen" dia tersenyum tipis dan membuka pintunya.

Kamar bernuansa biru laut itu membuat dia tak berhenti berdecak kagum.

"Ah, sumpah jadi ini rasanya jadi orang kaya," monolog Amora saat dirinya melihat seluruh kamarnya.

Saat enak-enak menikmati kehidupan barunya Amora teringat tujuan dia kemari.

"Ah, gue jadi terlena akan kehidupan sekarang, hingga gue lupa tujuan gue tunggu gue sepupu tersayang," ucapnya dengan seringai terpatri di wajahnya.

"Gue akan balas dendam akan semua rasa sakit yang raga ini rasakan dan untuk Vanessa gue akan bebasin lo dari pemeran utama." ucapnya sambil tersenyum miring.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sekilas cerita, Novel You Are mine.

Novel ini mengisahkan seorang gadis bernama Alena putri, seorang gadis cantik yatim piatu, yang dia angkat anak oleh keluarga Gradian.

Membuat Vanessa geram dengan keluarganya, sepupunya yang darah daging keluarganya di buang, sekarang malah mengangkat anak yang tak tau asal usulnya.

Hingga cinta masa kecil Vanessa, Samuel Dirgantara lebih memilih gadis sok polos itu.

Membuat Vanessa geram dia sering membully Alena dan selalu berbuat onar.

Membuat semua keluarga besarnya membencinya.

Dan akhirnya Samuel bertunangan dengan Alena semakin membuat Vanessa murka.

Dia merencanakan menculik Alena dan menyiksanya, namun semua rencananya di ketahui oleh Samuel.

Dengan cepat seluruh geng Samuel membebaskan Alena namun saat sampai Alena sudah kehabisan darah hingga di nyatakan koma.

Seluruh keluarga dan samuel langsung menyeret paksaan Vanessa dan menyiksanya hingga berhari-hari tanpa makan.

Vanessa yang frustrasi sekaligus terpukul mendengar kematian sepupunya, lebih memilih mati dari pada terus di siksa seluruh keluarganya.

Setelah kematian sang antagonis, Samuel dan Alena menikah setelah sadar dari koma Dan hidup bahagia.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Amora yang berada di kamarnya berdecak pelan.

"Klasik banget alurnya," ucapnya saat mengingat cerita novel yang di tempati olehnya sekarang.

Kemudian dia tersenyum miring.

"Kalau gue rubah sedikit pasti seru," ucapnya sambil memikirkan rencana kedepannya.

3. SEKOLAH

Di pagi harinya,

Amora yang telah siap dengan pakaian seragamnya.

"Perfect," ucapnya sambil melihat dirinya di dalam kaca full body.

Amora memiliki kulit putih, pipi sedikit cabi dengan gingsul sebelah kanan menambah kesan manis, namun sayang tingginya hanya 150 cm.

Setelah memoles lip balm tipis di bibirnya, Amora segera turun untuk sarapan.

Saat ada di tangga Amora melihat keluarganya sudah menunggunya dengan senyum manis menyambut dirinya.

"Selamat pagi Ma, Pa." Sapanya sambil mencium pipi kedua orang tuanya.

"Pagi juga, sayang." ucapnya sambil tersenyum ke arah Amora.

Amora langsung duduk di kursi di samping Momnya.

"Kamu yakin mau sekolah hari ini, sayang?" tanya papanya.

Amora tersenyum ke arah papanya.

"Yakin Pa," ucapnya.

Mama dan papanya mengangguk tak lagi melarang Amora, takut dia tak nyaman lagi.

"Baiklah, sarapan dulu sayang," ucapnya sambil mengisi piring Amora dengan berbagai lauk pauk.

"Makan." ucap papanya.

Suasana hening hanya ada dentingan sendok beradu dengan piring.

Hingga beberapa menit sarapan Amora telah habis.

"Pa, Ma. Mora berangkat dulu," ucapnya sambil menyalimi kedua tangan Papa dan mamanya.

"Hati-hati sayang," ucap Melda dengan penuh kasih sayang.

Amora mengangguk di segera keluar rumah, sudah ada sopir yang menunggunya.

Amora sebenarnya ingin berangkat sendiri, namun ancaman kedua orang tuanya membuat dia mengalah dan memilih di antar supir.

Di dalam mobil Amora hanya melihat sekeliling mengingat jalan yang di lalui.

Hingga beberapa menit dia telah sampai di sekolah, dia melihat sekolah yang sudah sepi.

Sepertinya belajar mengajar telah di mulai.

"Neng, murid baru ya?" tanya Pak satpam yang menjaga gerbang.

SMA Tunas Bangsa memiliki peraturan masuk jam tujuh tepat, jika ada yang telat mereka tidak akan membuka gerbangnya.

"Iya, Pak." ucapnya sambil tersenyum manis.

Pak satpam membuka gerbangnya, saat Amora masuk sebuah motor sport masuk dengan kencang membuat Amora kaget.

"Sialan," umpatnya saat dirinya hampir terserempet motor itu.

Pak satpam sudah tau siapa pengendara motor itu hanya menghela nafas.

"Maafin tuan muda ya Neng," ucapnya.

Amora yang memegang dadanya karena kaget mendengar kata maaf dari pak satpam membuat dia menatap heran.

"Dia anak pemilik sekolah ini, Neng. Baru pulang dari paris, ah ya bapak lupa kalau Neng anak baru jadi tidak tau murid di sini," ucap Pak satpam itu.

Amora tersenyum manis, "Tidak apa Pak, nanti juga kenal." ucapnya sambil pamit menuju ruang kepsek.

Dan perjalanannya menuju kepsek Amora mengingat kembali alur novelnya.

"Apa setelah gue, hidup kembali cerita novelnya berubah." ucapnya.

Saat dirinya tak fokus tak sengaja dia menabrak tubuh tinggi tegap di depannya.

Dugh

"Aduh," pekiknya saat keningnya menabrak benda keras.

Pemuda itu membalik badannya, badan kekar, mata tajam, alis tebal, tinggi 190cm, namun sebagian wajahnya tertutup oleh masker.

Tapi tidak mengurangi kadar ketampannya.

"Kalau berhenti jangan di tengah jalan," ucap Amora sambil mendogakan wajahnya.

Deg

Mata tajam nan datar itu menatap Amora dingin.

"Aaa, Lo teroris yang waktu di paris, kan. Ngapain lo, ngikutin gue?" tanyanya sedikit ngegas.

Pemuda itu hanya menatap Amora datar, di balik maskernya dia tersenyum miring.

"Menarik," ucapnya sambil melangkah menjauh dari gadis di depannya.

Amora yang tak di respon kesal, sambil menghentak-hentakan kakinya di lantai, Amora berjalan berlawanan arah dengan pemuda itu.

...****************...

POV Ethan king Arthayasa

Di kota paris aku berlari menghidari para bodyguard grandpa, berlari tanpa tentu arah.

Namun tak sengaja aku menabrak satu gadis mungil namun nampak mengemaskan di mataku.

Raut wajah kesal dan cara dia marah dengan melototkan matanya, bukan tampang garang yang terlihat malah semakin mengemaskan saat di marah seperti itu, di mataku.

"Hey jalan pakai mata dong," ucapnya kesal sambil berkacak pinggang.

Namun aku memilih dia menatapnya, membuat dia semakin kesal.

"Hey, diam saja apa kau bisu?" tanyanya sambil menatapku dari atas sampai bawah memakai baju serba hitam dengan topi dan masker.

Tiba-tiba dia menjerit keras.

"Huwa, kau pasti teroris," ucapnya sedikit keras membuat ku sedikit malu, aku mendekat ke arahnya.

"Sampai jumpa lagi gadis kecil, jika nanti kita ketemu akan ku pastikan kau menjadi milikku," bisikku tepat di telinga gadis itu.

Setelah pertemuan itu aku selalu mencari informasi tentang gadis itu, namun sangat sulit.

Sampai hari ini aku baru melihatnya lagi, setelah satu minggu tak bisa mencari keberadaannya.

...****************...

Amora mengumpati pemuda tadi dia benar-benar kesal.

Sampai ia lupa tujuannya menuju kepsek.

"Ah, lebih baik gue ke kantin, ke kepseknya nanti saja, bentar lagi juga bel istirahat pertama." ucapnya dengan riang berjalan ke arah kantin yang tak jauh dari tempat dia berhenti.

Dan benar saja setelah Amora sampai di kantin bel istirahat berbunyi, membuat semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka masing-masing.

Amora memilih duduk di pikiran kantin, agar lebih leluasa melihat ada kejadian apa nanti, kalau sesuai alurnya.

Sang tokoh utama akan cekcok di kantin, jadi Amora memilih datang lebih awal.

Tak lama dari arah pintu kantin masuk para most wanted gril membuat para cowok terpekik heboh.

"Ah, para bidadariku sudah datang,"

"Vanessa keren, mau dong jadi pacar keduamu," teriak salah satu mereka.

Dan banyak lagi pekikan heboh dari para buaya darat.

Dahi Amora mengkerut, di dalam novel Vanessa tidak memiliki teman dia hanya sendiri, tapi sekarang ya ia lihat seperti sekelompok geng.

Amora terdiam sambil memikirkan sesuatu.

"Apa alurnya berubah ketika gue di hidupkan kembali," lirihnya namun masih di dengar seseorang pemuda yang tak jauh darinya.

Tak lama setelah pekikan kembali heboh saat most wanted boy memasuki kantin, mereka berima datang dengan gaya coolnya bersama satu gadis di antara mereka.

"Aaa, enak banget ya jadi Alena bisa bareng cowok-cowok tampan,"

"Gue juga pengin dong satu,"

"Aaaa, si kembar I Love you," pekik mereka.

Membuat Amora tersadar menatap rombongan itu, saat melihat wajah bahagia abang kembarnya, hati Amora terasa sakit.

Namun dengan cepat ia mengeleng dia hanya jiwa yang tersesat dalam tubuh seorang figuran.

Mereka semua duduk tak jauh dari bangun yang Vanessa tempati.

Vanessa yang berjalan dengan hati-hati membawa satu nampak bakso yang masih mengepul, menuju meja teman-temannya.

Amora melihat Alena dengan sengaja menjulurkan kakinya, dengan cepat membuka handphonenya untuk merekam.

Brakk

"Astttt"

Bunyi benda jatuh dan pekikan seseorang membuat semua orang menatap ke arah kejadian.

"Hiks sakit," tangis Alena saat tubuhnya merasa panas dan perih karena terkenal tumpahan kuah bakso.

Vanessa yang kakinya terkena pecah mangkuk, hanya diam menahan perihnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!