Ini adalah dunia sihir modern di mana teknologi, penguasa wilayah, sihir serta perebutan kekuasaan masih menjadi hal yang wajar di dunia ini, sampai suatu ketika anak yang istimewa terlahir ke dunia.
Suara tangisan bayi mulai terdengar.
"Sayang, lihatlah anak kita, dia tampan dan juga manis" puji sang Ayah.
"Ia benar" sahut sang Ibu.
"Bagaimana jika kita namakan anak ini dengan nama Yuta Akiyama?" saran dari sang Ayah.
"Aku setuju sayang, nama yang bagus. Yuta Akiyama."
****
4 tahun setelah lahirnya Yuta Akiyama.
Yuta sedang berada di kamar, duduk di sebuah kursi kecil sembari di suapi makan oleh seorang pembantu atau pengasuh dari keluarga ini, lalu sang Ibu datang dari arah pintu kamarnya.
"Yuta... Anak pintar Ibu ini sedang makan ya?" ucap Ibu sembari berjalan mendekat.
Yuta yang melihat Ibunya pun mulai kegirangan.
"Ibu.. Ibu darimana saja, aku ingin bisa seperti Ibu dan Ayah."
"Seperti Ibu dan Ayah??".
"Iya Bu.. Aku ingin sama seperti ibu, bisa buat api besar!! Dan seperti Ayah yang bisa boom boom" ucapnya seraya memperagakan gerakannya, meski Yuta masih bicara dengan terbata bata dan sedikit tidak jelas, namun itu cukup bisa di mengerti.
"Yuta sayang, nanti ketika umur mu sudah 5 tahun, kamu baru boleh menggunakan sihir Nak, tunggu ya 1 tahun lagi kamu boleh menggunakan sihir dan pada saat itu tiba, Ibu dan Ayah akan mengajarimu" ucap Ibu mencoba menjelaskan.
Yuta memeluk Ibunya dengan perasaan senang.
Hari demi hari, bulan serta tahun pun kian berganti.
Satu tahun kemudian.
Pada suatu hari, Yuta yang sudah cukup mahir berjalan menghampiri Ibu dan Ayahnya di salah satu perpustakaan.
"Ibu.. Ayah, aku ingin sekali menggunakan sihir, dulu Ibu pernah mengatakan akan mengajari ku sihir saat umur ku sudah 5 tahun dan sekarang aku sudah berumur 5 tahun, ayo Ibu.. Ayah!! Ayo ajari aku" pinta Yuta.
"Baiklah Nak, sebelum itu persiapkan dirimu dulu ya, kita akan ritual dulu sebelum menggunakan sihir untuk pertama kalinya, nanti kita ke kuil untuk berdoa kepada para dewa dan meminta anugerah" ucap sang Ibu yang di setujui oleh Yuta.
Dengan perasaan senang Yuta pergi ke kamar untuk berganti pakaian di dampingi dengan pengasuhnya.
"Sayang apa menurut mu anak kita tidak terlalu muda untuk melakukan ritual ini?" tanya sang Ayah kepada Istrinya.
"Tidak apa-apa sayang, apapun hasilnya dia satu satunya anak kita, semoga saja dia di berikan setidaknya anugerah sihir cahaya" ucap sang Ibu.
"Sihir cahaya.. Tunggu!! Tapi aku ingin dia di beri anugerah dari dewa perang" sahut sang Ayah.
"Apa katamu? Dewa perang? Dewa sihir cahaya saja sudah cukup!!" teriak sang Istri yang akhirnya di iyakan oleh sang Suami.
"Ayah, Ibu aku sudah siap!!" yuta datang dari arah pintu perpustakaan.
"Lihatlah anak kesayangan kita saja sudah tidak sabar untuk menggunakan sihir, ayo waktunya kita pergi ke kuil sekarang."
...⛪⛪⛪⛪...
Sesampainya di kuil, Ayah Yuta yaitu Tsukasa Akiyama dan Ibunya Ichika Akiyama beserta dengan pembantu mereka serta anaknya yaitu Yuta Akiyama. Mulai bersiap siap melakukan ritual dan berdoa kepada para dewa agar di beri anugerah kekuatan.
Ritual di mulai, Yuta Akiyama duduk di depan patung para dewa dan berdoa agar di beri anugerah.
Cahaya yang sangat terang membuat semuanya tak bisa melihat.
"Yuta Akiyama" panggil salah satu dewa.
Kemudian Yuta Akiyama membuka matanya dan melihat para dewa itu.
"Apakah kalian dewa?" tanya Yuta.
"Yuta Akiyama, kita semua di sini adalah dewa yang menjaga dunia, Yuta kami melihat adanya keistimewaan dalam dirimu dan juga kamu mempunyai keyakinan yang kuat di dalam hatimu itu, kami terkesan denganmu" ucap dewa segel sihir.
"Aku? Terima kasih dewa tapi aku belum tahu caranya menggunakan sihir, bisakah kalian memberitahukan ku cara menggunakannya?".
"Hahahaha anak ini benar benar jujur" beberapa dewa terlihat tertawa.
"Yuta, suatu saat nanti kamu akan menyelematkan dunia ini dari Raja Iblis dan berbagai macam makhluk yang menginginkan kekuasaan dengan cara yang buruk. Lawan mu begitu kuat dan kamu pasti selalu terseret ke dalam banyak masalah, tetaplah percaya pada hatimu dan jangan pernah berada di jalan yang salah" ucap dewa sihir.
"Baiklah.. siapa nama mu dewa?" pertanyaan yang Yuta lontarkan membuat semua dewa tertawa.
"Hahaha baru kali ini ada orang yang menanyakan nama kita."
"Yuta, panggil aku dewa sihir elemen."
"Aku dewa sihir kegelapan."
"Aku dewa sihir cahaya."
"Aku dewa segel sihir."
"Dan aku adalah dewa perang."
Semuanya di dengarkan baik baik oleh Yuta.
"Yuta kami semua memberikan mu anugerah dan kamu bisa datang kesini berbicara kepada kami kapanpun kamu mau, jadi sampai bertemu lagi" ucap dewa segel sihir.
Cahaya yang sangat terang kemudian meredup dan menghilang.
"Yuta!! Apa kamu baik baik saja Nak" sang Ibu tampak khawatir melihat putranya itu.
"Iya Ibu.. Aku baik baik saja."
"Baru kali ini kami melihat cahaya seterang itu ketika memohon kepada para dewa untuk di beri anugerah, Yuta sayang kamu mendapatkan anugerah apa?" Tanya sang Ayah dengan ekspresi panik.
"Aku sendiri juga tidak tahu tapi semua dewa berbicara kepada ku."
"Apa!! Semua dewa?? Kamu yakin Nak? Kamu berbicara dengan semua dewa?" tanya sang Ayah lagi mencoba untuk memastikan.
"Iya Ayah."
Mendengar hal itu Ibu dan Ayahnya saling memandang.
"Sayang!! Ayo kita kesana" usul sang Ayah seraya merangkul Istrinya.
****
Hingga tidak lama kemudian, sampailah mereka di tempat pengecekan sihir. Pengecekan sihir adalah tempat di mana penyihir bisa melihat kemampuan mereka masing masing.
"Nona Rin cepat cek kemampuan sihir anak ku!!" teriak sang Ayah sambil membuka pintu dengan keras.
"Uahhhh dasar Tsukasa!! Sabar sedikit!! Aku baru saja bangun dari tidur ku" ucap Nona Rin yang sebelumnya sedang tiduran di sofa.
"Baiklah anak pintar, bisakah kamu meletakan tangan mu di atas bola ini?".
...🔮🔮🔮🔮...
Bola yang di maksud oleh Nona Rin adalah bola yang mampu melihat kemampuan sihir dari seseorang.
"Uahhhh.. Paling hanya satu anugerah saja, mendapatkan satu anugerah saja sudah luar biasa" ucap Nona Rin seraya terus menguap, tampaknya ia bosan dengan pekerjaannya.
Kemudian Yuta menuruti apa yang barusaja di katakan oleh Nona Rin dan mulai menjulurkan serta meletakan tangannya dan menempelkan nya pada bola sihir itu.
CLINGGG.
Dari bola sihir itu terlihat ada 4 lingkaran sihir di sana.
Yang artinya Yuta Akiyama bisa menggunakan 4 segel sihir dari sihir elemental, sihir kegelapan, sihir cahaya dan sihir segel dewa. Nona Rin yang melihat hal itu sontak terkejut dan tercengang begitupun juga dengan kedua orang tuanya.
"A—APA? 4 SEGEL SIHIR!! DAN.. DAN SEGEL SIHIR DEWA??" Nona Rin seketika menggigil serta ketakutan dengan segel sihir yang di miliki oleh Yuta Akiyama.
Ia tak menyangka akan menyaksikan hal itu secara langsung, karena ini pertama kalinya ia melihat seseorang yang di beri semua anugerah oleh dewa.
"Ini tidak mungkin, baru pertama kali ada orang yang mendapatkan 4 anugerah sihir sekaligus bahkan segel sihir dewa juga. 3 anugerah sihir saja itu sudah sangat langka di tambah dengan segel sihir dewa, ini adalah pertama kalinya aku melihat segel dewa!! Ternyata berwarna biru dan begitu indah" ucap Nona Rin terkagum kagum.
"Tunggu bolanya masih bercahaya jangan jangan."
"APA!! ANUGERAH DEWA PERANG JUGA!!".
"Ini gila!! Tsukasa anak mu benar benar luar biasa, dia berada di luar batas manusia lainnya, dia benar benar mendapatkan ke semua anugerah sihir dari para dewa. Anak ini bisa menghadapi bencana dan menghadapi beberapa bahaya nantinya."
"SAYANG!! K—KITA MELAHIRKAN ANAK YANG LUAR BIASA BAHKAN BISA DI BILANG BAHWA ANAK KITA HAMPIR SETARA DENGAN DEWA!! APA YANG HARUS KITA LAKUKAN, JIKA SELURUH NEGERI INI MENGETAHUI KEMAMPUAN ANAK KITA, BISA BISA IA AKAN DI INCAR DAN SELALU BERADA DALAM BAHAYA!!".
"Benar kita harus menyembunyikan kekuatan Yuta ini jika kita tidak ingin ia berada dalam bahaya" sahut sang Ayah.
"Nona Rin!! Jangan pernah memberitahukan siapa pun tentang hal ini, jika kamu membocorkan hal ini aku tidak akan segan segan dengan mu. Anak ku akan berada dalam bahaya jika seluruh negeri mengetahui hal ini" ancam sang Ayah.
"Ayolah Tsukasa, kamu mengenal ku bukan? Aku tidak akan membocorkan hal ini, tenang saja aku sendiri juga tidak ingin melihat anak mu berada dalam bahaya" sahut Nona Rin.
"Yuta sayang.. ayo kita kelapangan, Ayah akan mengajari mu satu sihir kecil" ajak sang Ayah.
"Benarkah!! Hore hari ini aku bisa menggunakan sihir yeayyyy yeayyyy" ucapnya kegirangan.
"Kamu juga harus ikut Nona Rin" ucap sang Ayah yang langsung di setujui oleh Nona Rin.
Tampaknya Nona Rin juga ingin melihat bagaimana kemampuan sihir dari Yuta Akiyama.
Akhirnya mereka semua berjalan ke bukit dan mencoba sebuah sihir.
Sesampainya di bukit.
"Yuta, Ayah akan mengajari mu sihir biasa dan ini hanyalah sihir pada umumnya, sihir ini mampu membuat api keluar dari tangan mu, coba kamu tempelken kedua tangan mu ini sembari imajinasikan pikiranmu tentang api ke dalam tanganmu seperti ini."
Ayah mulai menunjukan sihir api kepada Yuta. Sementara sang Ibu dan Nona Rin memutuskan untuk duduk di rerumputan bukit ini sembari memperhatikan mereka berdua.
"Sihir elemen api Fire Ball."
...🔥🔥🔥🔥...
Dari tangan sang Ayah, Yuta Akiyama melihat api kecil itu secara langsung dan mulai mempraktekkan nya
"Baiklah Yuta sekarang giliran mu Nak" ucap sang Ayah mempersilahkan.
"S—Sihir.. Sihir, sihir api elemen, aghh Ayah!! Pengucapannya sulit untuk ku ucapkan. Bagaimana jika hanya."
"Fire Ball."
DUARR.
"A—Apa!! Apa.. Apa yang kamu lakukan Nak!!" tanya sang Ayah yang tampak panik.
Begitu juga dengan sang Ibu dan Nona Rin yang langsung berdiri menghampiri Yuta.
"Fire Ball Ayah" sahut Yuta polos.
"Itu bukan Fire Ball sayang melainkan Meteor Ball!! Huh anak ku memang benar benar di luar nalar. Sihirnya terlalu kuat bahkan di umur 5 tahun saja anak kita sudah bisa menggunakan sihir sekuat itu, sayang aku ingin istirahat sebentar. Anak mu benar benar membuat ku kelelahan" ucap sang Ayah lalu mulai beranjak pergi dan duduk di tempat yang sebelumnya menjadi tempat istirahat sang Ibu dan Nona Rin.
"Yuta sayang, sekarang perhatian Ibu ya? Ibu akan mengajarkan mu bagaimana caranya melakukan sihir cahaya, sihir ini berguna untuk mu ketika nanti kamu membutuh pencahayaan atau semacamnya."
"Sihir cahaya Light Ball."
Yuta yang melihat Ibunya melakukan sihir cahaya mulai terkesan karena cahaya yang di buat Ibunya tampak begitu indah dan terang. Lalu ia mulai mengikutinya.
"Sihir ummm? Light Ball."
DUARRRRR.
Tercipta dentuman yang sangat keras, yang membuat Ayah Yuta pun ikut terbangun karena suaranya.
"HOY GEMPA BUMI!! TOLONG ADA GEMPA BUMI!!" teriak sang Ayah yang terkejut dan masih setengah sadar.
"APA!!" melihat apa yang di lakukan oleh Yuta, sang Ibu tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat melihat apa yang barusaja di lakukan oleh putranya itu.
"Yuta sayang!! Bukan seperti itu caranya, itu bukan Light Ball melainkan Light Bom."
"Aduh Yuta mengapa kamu mengeluarkan sihir sekuat itu!! Lihat gara gara kamu bukit ini hampir hancur Nak.. Aku mau istirahat sebentar, Nona Rin jaga anak ku, aku lelah."
Rasa lelah yang di rasakan oleh Ibu dan Ayah Yuta merupakan rasa lelah oleh pikiran mengenai kekuatan sang anak yang benar benar di luar prediksi mereka.
****
"Nona Rin" panggil Yuta.
"Kamu bisa memanggil ku Kakak Yuta."
"Kak Rin, apa yang terjadi dengan Ayah dan Ibu? Apa mereka sudah tidak mau mengajari ku sihir? Mengapa mereka sudah kelelahan padahal Ayah dan Ibu baru mengajari ku 2 sihir saja."
"Itu karena sihir yang kamu gunakan merupakan sihir tingkat khusus Yuta, itu bukanlah sihir biasa, itulah mengapa mereka merasa lelah serta terkejut. Dan mereka mungkin berpikir bahwa sihir itu tidak sesuai dengan usia mu bahkan orang dewasa saja belum tentu bisa menggunakan sihir itu."
"Umm bagaimana jika Yuta besok belajar sihir dengan Kakak? Besok Kakak akan mengajak mu ke tempat pelatihan prajurit perang dan prajurit sihir."
"Wahh prajurit? Mau, mau Kak Rin!! Aku mau, aku mau ikut."
Cukup lama mereka berada di sana untuk latihan, setelah selesai mereka pun akhirnya pulang ke rumah. Saat hari menjelang malam sang Ayah memberikan sebuah buku sihir kepada anaknya.
"Yuta, ini buku sihir untuk mu, pelajarilah beberapa sihir di dalam buku ini, Ayah sangat yakin bahwa kamu bisa menguasai semua sihir di dalam buku ini dan Yuta ingat!! Jangan kamu praktekan sekarang cukup di ingat saja tidak perlu mempraktekkannya."
"Karena jika kamu mempraktekan itu di sini, rumah kita bisa saja akan hancur dalam sekejap. Ayah benar benar penasaran seberapa banyak mana yang kamu miliki."
•Arti dari Mana sendiri adalah energi yang ada dalam tubuh manusia.
"Yasudah kalau begitu Ayah kembali ke kamar terlebih dahulu" ucap sang Ayah sambil berlalu pergi keluar dari kamar sang anak.
"Ibu tidak menyusul Ayah?" tanya Yuta pada sang Ibu yang tampak sedang duduk di depan sebuah cermin sembari melamun.
"Apa yang sedang Ibu pikirkan?".
"Ibu hanya kepikiran saja karena beberapa tahun lagi kamu akan memasuki sekolah akademi sihir, tepatnya 2 tahun lagi. Karena itu Ibu merasa sedikit takut jika ada yang mengetahui kekuatan mu nantinya."
"Ibu benar benar khawatir jika nanti kamu akan di incar oleh suatu organisasi sebab di negara kita ini ada sebuah organisasi yang sangat berbahaya sayang."
"Organisasi??" ucap Yuta mengulanginya.
"Iya sayang, organisasi itu bernama Rosemary, organisasi Rosemary merupakan salah satu organisasi yang memiliki anggota penyihir dan kesatria sekelas kerajaan, mungkin hanya beberapa tapi tetap saja itu sangat membahayakan."
"Yuta!! Berjanjilah pada Ibu kamu harus bisa menjaga dirimu dan jangan pernah menunjukkan kekuatan mu secara terang terangan kepada orang lain."
Mendengar hal itu Yuta mulai mengerti apa yang Ibunya khawatirkan namun di sisi lain Yuta yang melihat Ibunya terlalu memikirkan organisasi Rosemary itu merasa sedikit kesal dan jengkel karena sang Ibu jadi merasa was was dan khawatir.
"Sepertinya ini pertama kalinya aku kesal terhadap sesuatu. Organisasi Rosemary? Lihat saja suatu hari nanti akan akan menghancurkan organisasi itu hingga ke akar akarnya."
Yeah benar, di usianya yang terbilang masih begitu muda. Yuta Akiyama memiliki kepintaran dan kecerdasan akan pemikirannya terhadap sesuatu yang mungkin anak seumurannya tidak akan bisa terpikirkan mengenai hal itu.
Tidak lama kemudian, sang Ibu beranjak keluar dari kamarnya. Yuta masih terdiam dengan isi pikirannya namun buku yang barusaja di berikan oleh sang Ayah itu menarik jiwa semangatnya untuk membaca.
Yuta Akiyama mulai membuka buku itu lalu membacanya.
****
Keesokan harinya.
Di siang hari, Yuta sudah berada di depan pintu tempat pengecekan sihir Nona Rin.
TOK.
TOK.
TOK.
Yuta mengetuk pintu yang ada di depannya itu dengan cukup kuat.
"Apa Kak Rin belum bangun?" pikir Yuta.
TOK.
TOK.
TOK.
"KAKAK!!! KAK RIN!! INI YUTA KAK" teriak Yuta di depan pintu.
Yuta yang merasa lelah karena Kak Rin tak kunjung keluar dan membukakan pintu, akhirnya.
"Summon Hammer."
DUAARRR.
Yuta mendobrak pintu itu hingga rusak dan membuat Nona Rin yang masih tertidur pulas itu dalam sekejap langsung terbangun dan terkejut dengan apa yang barusaja ia dengar.
"ADA APA INI!! APA ADA MUSUH?? ELEMEN SIHIR, ELEMEN AIR" teriak Nona Rin yang masih setengah sadar.
"Kak Rin!!!" teriak Yuta kesal.
"Eh Yuta?".
"Iya Kak!! Ini Yuta, dari tadi Yuta terus memanggil Kakak tapi Kakak tidak bangun bangun, ini sudah siang. Ayo Kak Rin, kita pergi ke tempat pelatihan prajurit sekarang!!".
"Heh Iyaya, aku kan ingin mengajak mu pergi ke tempat para prajurit, ehehe maaf Yuta sepertinya aku lupa dengan ajakan ku itu."
"Jadi apakah ini alasan mengapa Ayah kemarin mendobrak pintu itu dengan keras" batin Yuta sembari mengingat kejadian semalam di saat Ayahnya dengan keras mendobrak pintu Nona Rin.
"Yasudah ayo Yuta kita kesana sekarang."
Mereka berdua akhirnya menuju ke tempat para prajurit, Yuta terlihat sangat senang sekali dan Nona Rin tampak mulai begitu khawatir karena ia takut jika Yuta mencoba untuk meniru salah satu sihir dari prajurit itu, pasti akan menyebabkan kekacauan nantinya.
...⚔️⚔️⚔️⚔️...
Beberapa menit kemudian.
"Anu Yuta, sudah ya lihat lihat sihirnya kita ke prajurit perang atau kesatria sekarang."
Nona Rin buru buru mengajak Yuta ke tempat para kesatria karena Nona Rin takut Yuta akan melakukan sihir yang gila, jadi Nona Rin memilih pergi ke tempat kesatria karena mungkin Yuta tidak akan melakukan hal gila di sana.
Tanpa berlama lama lagi Nona Rin serta Yuta bergegas pergi ke tempat para kesatria.
"Wahhhh Kak Rin, mereka terlihat kuat, lihat ototnya Kak Rin besar besar.. Kak Rin aku juga ingin mencoba pedang itu!!" ucap Yuta seraya memperagakan nya.
"Ehh? Yuta ingin mencoba menggunakan pedang juga? Hmm bagaimana ya, Kak Rin sih sebenarnya tidak masalah jika kamu ingin mencobanya tapi nanti takutnya Ibu mu akan marah pada ku, kalau Ayah mu sih ya begitulah dia kan mantan seorang kesatria, sepertinya tidak apa" ucap Nona Rin sembari berpikir keras.
"Ayolah!! Kak Rin... Aku juga ingin mencobanya" Yuta mulai merengek sembari memegang tangan Nona Rin dengan tangan mungilnya itu.
"Aduh!! dasar anak ini, yasudah yasudah tapi Yuta gunakan pedang kayu saja ya."
"Umm baik Kak Rin."
Nona Rin pun lalu meminjam 2 buah pedang kayu dari para kesatria yang berada di dekat mereka.
"Nah Yuta pegang ini, kamu gunakan ini ya" ucap Nona Rin yang langsung memberikan sebuah pedang kayu pada Yuta begitupun juga dengannya yang menggunakan pedang kayu.
"Kak Rin bisa menggunakan pedang??" tanya Yuta yang tampak terkejut melihat Nona Rin juga memegang pedang kayu itu di tangannya.
Mendengar hal itu Nona Rin sontak tertawa, "Hahaha aku tidak terlalu mahir menggunakan pedang tapi kalau untuk mengajarimu aku bisa" jawab Nona Rin dengan percaya diri.
"Begitu, baiklah."
"Oke Yuta, sekarang ayo serang aku" ucap Nona Rin seraya mulai bersiap.
Yuta pun lalu bersiap siap dan berlari menghampiri Nona Rin yang tampak sudah begitu siap.
HIYAAA.
Setelah Yuta mendekat Yuta mulai menebaskan pedangnya kearah Nona Rin, yang membuat Nona Rin pun langsung menangkisnya dengan pedang kayu yang di gunakan nya itu namun secara mengejutkan.
DEG.
"Tunggu!! Aku melupakan sesuatu!! Anak ini kan di beri anugerah dewa perang!!" ucap Nona Rin dalam hati.
Dengan serangan yang Yuta lakukan padanya, hingga pada akhirnya Nona Rin pun berhasil terlempar kearah sebuah tembok yang membuat tembok itu mulai hancur.
"Kak Rin!! Kakak!! Aduh ini salah ku" Yuta yang melihat hal itu langsung bergegas menghampiri Nona Rin yang sudah tampak pingsan di antar puing puing tembok yang hancur itu.
"Kakak!!" teriak Yuta seraya menggoyang goyangkan tubuh Nona Rin. Lalu tiba tiba sesuatu terlintas di pikiran Yuta.
"Heal.. S—Sihir penyembuhan."
Yuta yang tadi malam membaca buku sihir pemberian sang Ayah, mengingat tentang sihir penyembuhan itu lalu mempraktekkan nya sekarang.
"C—Cure Mega Cure."
Meski sambil terbata bata Yuta akhirnya berhasil mengucapkan sihir itu dengan sempurna. Hingga munculah sebuah lingkaran sihir penyembuhan tingkat Raja, sihir itu muncul dan menyelimuti hampir satu Kota wilayah kekuasaan Akiyama.
"Aghh" Nona Rin merintih seraya membuka matanya.
"Tunggu!! A—Apa!!" Nona Rin yang melihat ke langit di buat terkejut dengan sebuah lingkaran sihir yang tampak jelas di atas sana.
"Mega Cure??" teriak Nona Rin seraya mencoba bangkit.
"Y—Yuta, Yuta apa kamu yang melakukannya?" tanya Nona Rin masih dengan wajah terkejut.
"Yuta hentikan itu, sudah cukup, aku baik baik saja, aku sudah sembuh sekarang" ucap Nona Rin seraya memegang Yuta dengan erat.
Yuta yang sedari tadi menangis akhirnya mulai mencoba untuk melihat Nona Rin, melihat bagaimana kondisi Nona Rin sekarang. Nona Rin juga mencoba untuk membuat Yuta tenang dan mengatakan tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Tidak berapa lama kemudian, lingkaran sihir Raja tersebut akhirnya hilang.
"Yuta, jangan menangis ya, aku tidak apa apa sekarang, sudah jangan menangis."
"Hiks.. Tapi, aku sudah membuat Kak Rin terluka, aku minta maaf" ucap Yuta pelan, ia masih terlihat tersendu sendu seraya mulai menghentikan tangisannya.
"Dasar anak ini, kamu itu ya lucu sekali!! Sudah sudah, aku tidak apa apa sekarang waktunya kita istirahat ya" ucap Nona Rin sembari membantu menghapus air mata Yuta.
Namun, tanpa mereka berdua sadari. Sihir Mega Cure yang di buat oleh Yuta ternyata secara tidak langsung berhasil menyembuhkan seluruh prajurit yang terluka, baik yang terluka parah ataupun yang terluka ringan.
Bahkan untuk beberapa prajurit yang kehilangan lengan mereka. Serta sihir itu juga mulai menyembuhkan warga wilayah Akiyama dari semua penyakit.
Menyadari kesembuhan yang mereka dapatkan, para prajurit pun terlihat senang kembali apalagi untuk mereka yang mengalami lengan buntung, lengan buntung yang mereka dapatkan dari perang antar wilayah kekuasaan itu.
Mereka merasa kembali pulih dan warga warga yang terkena penyakit serius pun ikut bersyukur.
Para prajurit dan warga yang sembuh tidak akan menyadari kalau mereka di sembuhkan oleh sihir yang Yuta keluarkan. Karena sihir yang Yuta gunakan tanpa Yuta sadari pun ternyata ia berhasil menggabungkan sihir itu dengan segel sihir dewa.
Segel sihir dewa yang Yuta gunakan adalah memperkuat kualitas dan kuantitas sihir penyembuhan Mega Cure (sihir tingkat kerajaan) dan segel sihir dewa hanya bisa di lihat oleh orang yang mempunyai salah satu anugerah dari dewa sihir kegelapan atau dewa sihir cahaya yang sangat jarang ada orang yang memilikinya.
Meskipun mereka bisa menggunakan sihir kegelapan atau sihir cahaya, itu hanyalah sebatas sihir biasa atau jika seseorang berbakat dan giat menekuni sihir mereka bisa mencapai sihir tingkat elite. Namun, akan tetapi tidak bisa mencapai sihir tingkat Raja dan Dewa.
Karena syarat untuk menggunakan sihir kegelapan atau cahaya tingkat Raja ataupun Dewa itu membutuhkan anugerah dari dewa tersebut.
Seperti contohnya Tsukasa Akiyama dan Ichika Akiyama (orangtua Yuta) mereka berdua memiliki sihir elemental dan sihir cahaya tetapi tidak mencapai tingkat Raja dan itu hanya sebatas sihir biasa.
...✨✨✨✨...
Di sisi Kota lain di wilayah Yoshino.
Anak bernama Yuna Yoshino, sedang tampak memandangi langit di atas sana, ia terus memperhatikan apa yang ada di atas sana sekarang dan itu adalah sebuah segel penyembuhan dari Yuta Akiyama.
"Ibu!! Ibu lihat!! Itu cahaya, cahaya terang" ucap Yuna seraya menarik narik tangan sang Ibu.
"Cahaya? Cahaya apa Nak? Ibu tidak melihat apapun?".
"Tadi ada cahaya di atas sana Bu."
Yuna Yoshino yang tidak mengerti cahaya apa itu, terus melihat dan menatap kearah langit yang bercahaya atas sihir Yuta Akiyama itu, yang kian mulai menghilang.
****
Ya itulah sedikit cerita dari masalalu ku dan sudah 10 tahun lamanya sejak kejadian Mega Cure itu banyak hal yang telah terjadi dari mulai sewaktu aku sekolah dasar serta masa masa smp ku yang sejujurnya aku belum pernah bertemu dengan orang orang selain dari wilayah Akiyama sendiri.
Karena sekolah ku dulu dekat dengan rumah kekuasaan Ayah ku lebih tepatnya aku belajar private dengan Kak Rin. Sampai pada akhirnya aku harus bersekolah di sini.
Di SMA Kerajaan atau yang sering di kenal dengan SMA milik salah satu Raja yang mengayomi seluruh wilayah di negeri ini, sekarang usia ku sudah 15 tahun dan ini akan menjadi hari pertama aku masuk ke sekolah.
"Aku Yuta Akiyama pewaris anugerah dewa."
Di pagi hari yang cerah.
"Aghh silau."
"Selamat pagi Tuan muda Yuta, ayo bangun Tuan hari ini adalah hari pertama anda pergi ke sekolah kerajaan, ayo Tuan segera mandi, sarapan lalu berangkat" ucap pengasuh ku seraya menarik selimut berwarna putih yang menyelimuti tubuh ku.
Ami Natsuki adalah pengasuh ku, lebih tepatnya beliau adalah pengasuh yang dari kecil sudah menemani ku. Aku memanggilnya dengan sebutan bibi sekarang.
Aku mendengar suara Bibi dan menatapnya seraya mulai bangkit dan duduk di kasur ku ini.
"Iya Bibi, terima kasih sudah membangunkan ku, jika Bibi tidak membangunkan ku mungkin aku masih pulas tertidur dan melewatkan hari pertama aku pergi ke sekolah hari ini."
Selesai mandi. Aku bergegas mengenakan seragam sekolah ku lalu pergi ke ruang makan keluarga yang ternyata Ibu dan Ayah juga sudah ada di sana, mereka tersenyum seraya menunggu kedatangan ku.
"Pagi Ayah, pagi Ibu" sapa ku sembari mulai duduk di salah satu kursi makan itu.
"Pagi Nak, mengapa lama sekali? Apa kamu lupa bahwa hari ini adalah hari pertama kamu pergi ke sekolah kerajaan?" tanya Ibu dengan nada lembutnya yang membuat ku selalu merasa senang.
"Umm hahaha, tidak Bu aku tidak mungkin melupakan hari ini, aku hanya sedikit telat bangun saja dan untungnya Bibi membangunkan ku."
Karena memang sebenarnya Ibu ku sedikit agak menyeramkan jika sedang marah jadi sebaiknya jangan sampai salah bicara padanya.
"Yasudah cepat makan nak."
"Baik Bu" sahut ku seraya mulai menyantap makanan yang sudah di sediakan di atas piring ku.
"Yuta, ingatlah untuk selalu hati hati dan jangan terang terangan menggunakan kekuatan mu, tetap batasi penggunaan mana mu ke dalam sihir" ucap Ayah mengingatkan.
"Baik aku mengerti Ayah."
Untuk Ayah sepertinya aku sedikit menyadari bahwa panggilan Nak serta Yuta sayang sudah lama tidak aku dengar darinya, karena sepertinya Ayah pun juga sudah menganggap ku sebagai orang yang mulai beranjak dewasa. Namun, berbeda dengan Ibu yang seolah-olah masih melihat ku sebagai seorang anak kecil. Dan aku tidak keberatan dengan hal itu.
Setelah selesai makan aku berpamitan pada orang tua ku dan bergegas pergi mengambil sepeda ku. Aku lebih memilih menggunakan sepeda karena sepertinya aku menyukai momen momen di mana aku bisa mengayuh pedal sepeda itu di bandingkan menggunakan motor ataupun mobil.
"Tuan muda, berhati hatilah di jalan."
"Baik Bibi" sahut ku seraya mulai mengayuh sepeda.
****
Aku terus mengayuh sepeda ku ini hingga menyusuri jalan menuju ke tempat sekolah.
"Panah asmara tereret tet~ sudah katakan ... cinta, sudah ku bilang sayang~ namun kau~ emm apa ya? Aghh aku melupakan liriknya!!".
WUSHHHH.
Sebuah mobil dengan cepat menyalip ku hingga membuat ku mulai memperhatikan dan mencoba untuk melihat mobil itu. Dan saat aku mencoba memperhatikan mobil itu tiba tiba mata ku terfokuskan pada sebuah wajah yang berada di kursi belakang mobil itu.
"Cantik sekali Rambutnya berwarna pink? Woo manis sekali!!" gumam ku pelan seraya mengagumi kecantikannya.
"ADUH!!! AGHH!!".
Karena tidak fokus dengan jalan, aku menabrak sebuah tiang jalan yang membuat ku menghentikan sepeda ku ini. Lalu saat aku kembali menoleh kearah mobil yang mulai tampak semakin jauh dari ku itu. Aku melihat tawa yang lebar dari gadis yang ada di mobil itu.
"Tunggu!! Dia menertawai ku? Arghh memalukan."
"Gadis itu memiliki jumlah mana yang sepertinya lumayan ataukah mungkin dia mendapatkan salah satu dari anugerah dewa? Karena auranya benar benar lumayan kuat di bandingkan dengan penyihir penyihir pada umumnya, aghh sudahlah aku harus cepat cepat sampai ke sekolah."
Aku terus mengayuh sepeda ku dengan sangat cepat, bahkan kecepatan sepeda ku bisa mencapai 200km/jam, aku memang sengaja membawa sepeda karena aku bisa mengatur kecepatan sesuka yang aku inginkan.
Setelah lumayan dekat dengan sekolah aku mulai mengurangi kecepatan sepeda ku agar tidak terlalu mencolok ketika di lihat oleh siswa lain.
Di sisi lain.
"Eh bukankah dia laki laki yang menabrak tiang jalan tadi? Bagaimana bisa ia sampai secepat ini?" gumam Yuna Hoshino sembari kebingungan dengan apa yang ia lihat.
Yuna lalu turun dari mobilnya dan menuju ke aula penerimaan peserta didik baru, begitu juga dengan ku yang sudah memarkirkan sepeda dan menuju ke aula.
TENGG ... TENGG ... TENGG
"Di mohon untuk para peserta didik baru menuju ke aula sekarang juga karena acara akan segera di mulai."
****
"Aghhh badan ku rasanya pegal karena mendengar pidato dari kepala sekolah, aku baru tahu ternyata kita semua yang berada di aula ini ternyata merupakan siswa rujukan dari masing masing kekuasaan wilayah (anak penguasa wilayah/pilihan penguasa wilayah) dan ternyata lumayan banyak juga ya, ada sekitar 100 siswa yang artinya ada 100 wilayah kekuasaan di bawah naungan Raja negeri ini lumayan banyak juga."
"Baiklah untuk semuanya kalian semua akan di bagi menjadi 5 kelas berarti satu kelas kurang lebih ada 20 siswa, jadi untuk 20 siswa terbaik di antara kalian semua, akan masuk ke kelas bintang 5 dan seterusnya akan di tempatkan di bintang 4, bintang 3, 2 dan 1" ucap kepala sekolah.
"Ujian pemilihan kelas akan di laksanakan hari ini di mulai dari banyaknya jumlah mana, anugerah sihir dari dewa, fisik dan juga kepintaran. Jadi untuk semuanya sekarang waktunya menuju kelapangan dan persiapkan diri kalian" sambungnya.
"Emm jumlah mana ya, huh sepertinya aku harus menekan jumlah mana ku sekecil mungkin."
Di lapangan.
Sesampainya di area lapangan, tiba tiba saja mata ku kembali terfokuskan pada gadis cantik yang sebelumnya aku lihat di dalam mobil itu.
"Dia sangat cantik" lirih ku pelan seraya terus memperhatikannya.
"Aghh apa yang aku lakukan, aku di sini untuk belajar!!".
"Baiklah semuanya akan ada 10 petugas yang menjaga sebuah bola di meja, jadi berbarislah dan terserah kalian mau memilih meja yang mana untuk mengecek jumlah mana kalian sendiri."
Mendengar hal itu aku pun turut ikut berjalan ke salah satu meja yang ada di sana. Hingga dengan seketika nama nama pun mulai bermunculan di layar besar yang ada di belakang para petugas, angka dan jumlah mana juga terbaca dengan jelas, aku yang iseng juga mulai mencari cari gadis yang tadi karena aku penasaran dengan mana yang ia miliki.
"Itu dia ketemu!!".
Dia berada di meja nomer 7 dan aku di meja nomer 6, aku melihat proses pengecekan jumlah mana miliknya dan namanya adalah Yuna Hoshino.
"WOW ANGKA YANG LUAR BIASA, ITU JUMLAH MANA YANG SANGAT BESAR, ANGKANYA BERADA DI 1,1jt HAH BENAR BENAR JUMLAH MANA YANG SANGAT BESAR" Ucap salah seorang petugas yang ada di sana.
"Karena Yuna Hoshino memiliki jumlah mana terbesar, dia menjadi peringkat 1 dengan jumlah mana terbanyak di susul oleh Ayumi Sasaki yang juga mempunyai jumlah mana 1,05 jt perbedaan yang sangat tipis tapi mereka berdua memiliki jumlah mana di atas murid murid lainnya, yang hanya mempunyai jumlah mana di bawah 500rb saja" sambung petugas itu yang menginfokan ke seluruh peserta yang di susul sebuah tepuk tangan yang kompak untuk Yuna Hoshino dan Ayumi Sasaki.
"Lumayan, mereka berdua mempunyai mana di atas 1jt, pantas saja gadis itu (Yuna Hoshino) mempunyai aura yang kuat jadi karena mananya memang lumayan besar" ucapku mencoba memahami.
Sebentar lagi adalah giliran ku. Aku harus segera menyembunyikan jumlah mana asli ku.
Sihir kegelapan manipulation, yeah aku menggunakan sihir manipulasi untuk menyembunyikan jumlah asli mana ku. Dulu sewaktu aku mengecek jumlah mana ku dengan Nona Rin, jumlah mana ku berada di angka 1 milyar, itu benar benar angka yang sangat besar untuk jumlah mana bahkan bisa di bilang mustahil.
Jika mereka semua tahu dengan jumlah mana asli ku, mungkin akan terjadi terjadi keributan serta kekacauan nantinya. Hingga dengan santainya aku mulai mengubah data jumlah mana ku sendiri.
"10rb? Aghh tidak tidak itu terlalu kecil bisa bisa nanti Ayah ku akan di marahin oleh pemimpin negeri ini karena mengirim seorang murid dengan daya mana yang rendah. Oke 170rb aku rasa itu jumlah rata rata pada umumnya."
CRINGG.
Nama ku terpampang jelas di layar itu dan jumlah manaku benar 170rb di sana.
"Apa!! T—tunggu!! Aku berada di peringkat terendah jumlah mana? Dan mereka semua rata rata di angka 300-500rb? Sial aku salah mengira!! Aku pikir mereka berada di 100-500rb."
****
"Baiklah pengecekan jumlah mana telah berhasil di lakukan dan jumlah tertinggi mana di pegang oleh Yuna dari wilayah Hoshino dengan nilai 1,1jt dan jumlah mana terendah di pegang oleh Yuta dari wilayah Akiyama yaitu 170rb. Setelah ini kita akan melakukan pengecekan data anugerah dewa. Semuanya menuju ke kelas kalian masing masing yang sudah terpampang jelas di layar itu" ucapnya seraya menunjuk kearah layar.
"Yah aku masuk ke kelas bintang 1? Ah sudahlah tidak apa apa yang penting aku di sini untuk belajar sihir dan mendapatkan informasi dari organisasi Rosemary. Tunggu!! Sepertinya tadi aku sempat melihat orang aneh yang berada di salah satu gedung sekolah ini, sepertinya dia sedang menggali informasi tentang jumlah mana para siswa, sebenarnya apa yang ingin ia lakukan?".
Di kelas.
Semua siswa duduk di bangku yang sudah mereka pilih masing masing begitu juga dengan ku.
Hingga tidak lama kemudian seorang Guru sihir pun mendatangi kelas kami. Guru itu membawa sebuah patung sihir.
"Apakah patung itu alat untuk melihat anugerah dewa para siswa" ucapku dalam hati.
"Patung apa itu, jelek sekali bentuknya" ucapku spontan.
Di sisi lain, para dewa juga sedang memperhatikan Yuta Akiyama yang sedang menjalani kesehariannya bahkan hingga kegiatan di sekolah. Dewa segel sihir tampak kesal karena mendengar apa yang barusaja di ucapkan oleh Yuta mengenai patung dirinya.
"Jelek katamu? Yuta awas saja jika kita bertemu nanti!!" ucap sang dewa kesal, dan para dewa yang lain tampak mencoba untuk menenangkan nya.
Setiap siswa pun maju satu persatu dan di cek anugerah sihirnya dan ternyata tidak ada yang punya anugerah sihir dewa.
"Apa?!! Aku pikir anugerah sihir dewa bisa di miliki oleh beberapa orang namun ternyata tidak. Ternyata memang selangka itu, ini gawat tadinya aku ingin menunjukkan 2 anugerah sihir dewa karena takutnya nanti aku bisa saja di bully oleh siswa yang lain yang mempunyai jumlah mana yang lebih besar. Ya meskipun aku tidak masalah jika ada yang berani meremehkan ku tapi tetap saja itu akan merepotkan" ucapku dalam hati.
Aku kemudian kembali menggunakan sihir manipulasi lagi. "Sihir kegelapan sihir manipulation."
Aku kembali mengubah data dalam diriku menjadi 0 anugerah dewa dan untungnya aku selamat, aku selamat dari pengecekan alat sihir dewa itu.
Akan tetapi ternyata di kelas ini ada 1 anak yang mempunyai anugerah sihir dewa, anugerah tersebut dari dewa sihir elemen. Dengan itu dalam seketika siswa si pemilik anugerah dewa elemen itu mulai di pindahkan ke kelas bintang 5 dan siswa yang sebelumnya ada di kelas bintang 5 yang hanya mempunyai mana dengan jumlah besar dan tidak memiliki anugerah dewa harus di turunkan ke kelas bintang di bawahnya.
"Jadi begitu" pikirku.
Ini hampir mirip dengan perkastaan, terdengar tidak adil namun aku bersyukur karena setidaknya aku tenang di kelas ini.
"Baiklah semuanya kita akan mulai pelajaran sihirnya."
Beberapa jam kemudian.
TENGG ... TENGG ... TENGG
Bel istirahat sudah berbunyi, "Wah seru sekali!! Senang rasanya bisa masuk ke sekolah ini ternyata pembelajaran sihirnya lebih luas."
"Akhh aku lapar" ucapku seraya mulai berdiri dan beranjak dari kursi lalu mulai berjalan mengarah ke arah pintu kelas.
"Yutaa."
Seseorang di kelas ini memanggil nama ku dan aku segera menoleh kearahnya.
Dia siswa yang tempat duduknya berada tak jauh dari tempat duduk ku. Dia menghampiri ku seraya mengulurkan tangan sebagai tanda salam kenal darinya.
"Hai Yuta, salam kenal nama ku Tadashi Yamazaki."
"Oh iya salam kenal, aku Yuta Akiyama, senang mengenal mu" sahutku sembari membalas uluran tangannya.
"Emm ... Begini apa kamu mau ke kantin?" tanyanya.
"Iya aku baru ingin kesana."
"Kalo begitu kita bisa pergi kesana bersama" ajaknya yang langsung aku setujui.
Di kantin.
Kami berdua sampai di kantin dan sudah selesai mengambil makanan. Lalu kami mulai memilih tempat duduk yang akan menjadi tempat istirahat kami untuk menyantap makanan ini.
Beberapa menit kemudian.
Kami berdua menyelesaikan makan kami yang di akhiri dengan rasa kenyang serta nikmat.
"Aku kenyang, aku sangat kenyang Tadashi, makanan di sini juga sangat enak" ucapku jujur.
"Kamu benar Yuta, makanan di sini enak sekali, aku sendiri juga menyukainya, ini bahkan lebih enak dari masakan Ibu ku" ucapnya.
"Masakan ibu? Hmm tidak masakan Ibu tetap yang paling enak" ucapku dalam hati seraya memikirkan Ibu.
Lalu tidak lama kemudian.
"Oh jadi ini? Anak yang jumlah mananya hanya 100rb an saja? Terlihat dangat lemah dan tidak bisa apa apa hahaha."
Tiga orang siswa datang menghampiri meja kami dan salah satu dari mereka mengatakan hal itu pada ku secara terang terangan.
Mereka pun merupakan siswa laki laki dari kelas 10 bintang 3.
Tawa mereka yang terlihat menghina ku dan seperti sedang membully ku itu tidak membuat ku tertarik untuk meladeni mereka bertiga. Karena aku pikir ya sudahlah di beberapa sekolah hal ini bisa saja terjadi. Dan sepertinya wajar saja hal ini terjadi pada ku karena aku sudah menduga hal ini akan terjadi sebab jumlah mana ku yang ku buat terlalu rendah dan hal itu membuat aku bisa menjadi sasaran empuk bagi mereka.
Salah satu dari mereka mulai menarik kerah baju ku, "Hey bocah lemah, untuk apa kamu di sini, jumlah mana mu itu terlalu rendah dan kamu tidak pantas ada di sekolah ini, dasar lemah!!".
"HEY APA YANG KALIAN LAKUKAN!!".
Terdengar teriakan seseorang dari kejauhan .
Dia adalah Yuna Hoshino dan yang berada di sampingnya adalah Ayumi Sasaki, "Apa yang kalian lakukan!!" teriak Yuna lagi.
"Kamu selamat hari ini bocah lemah" bisiknya pada ku lalu mulai pergi menjauh dari kantin.
"Hey, apa kamu baik baik saja?" tanya Ayumi sasaki pada ku.
"I—iya, aku baik baik" sahut ku seraya memperhatikan wajahnya dengan seksama.
"Cantik sekali" ucapku dalam hati.
"Salam kenal nama ku Ayumi Sasaki" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Y—yuta Akiyama" sahutku sedikit gugup seraya membalas uluran tangannya.
"Yuta, salam kenal nama ku Yuna Hoshino" ucapnya ikut memperkenalkan diri.
Kami mengobrol cukup lama di sana hingga waktu istirahat pun berakhir. Kami masuk kembali ke kelas masing masing.
...✳️✳️✳️✳️...
Pembelajaran sihir di kelas berjalan dengan baik seperti sebelumnya. Kami belajar banyak hal yang belum kami pelajari bahkan belum kami pahami. Semuanya benar benar di jelaskan dan di ajarkan dengan baik.
Beberapa jam berlalu hingga akhirnya waktu pulang pun tiba.
"Waktunya pulang, yah meski aku senang dan masih ingin belajar lebih banyak lagi tentang sihir, ya mau bagaimana lagi" ucapku seraya beranjak pergi keluar dari kelas menuju tempat parkiran. Mengambil sepeda ku lalu mengayuhnya kembali menuju rumah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!