Jakarta, April 2025, di hari yang cerah, tiba tiba awan hitam yang sangat tebal berkumpul bergulung gulung di atas monas. Petir petir menyambar keluar dengan suara menggelegar yang memekkakan telinga dan membuat hati bergetar karena menyeramkan. Para warga dan pekerja kantoran berlarian keluar dari gedung gedung tinggi di wilayah perkantoran untuk melihat fenomena aneh tersebut secara live.
Tidak sedikit yang mengabadikan kejadian itu dengan smartphone mereka dan langsung menjadikannya konten untuk akun sosial media mereka. Polisi segera mengamankan lokasi supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan walau beberapa dari mereka ikut serta mengabadikan fenomena tersebut menggunakan smartphone. Wartawan berdatangan untuk meliput fenomena unik yang terjadi itu dan memprediksi apa yang akan terjadi.
Selagi semua terpana, bagian tengah gulungan awan itu terbuka menjadi lubang hitam raksasa besar yang sangat mengerikan, “Grooooo,” terdengar suara menderu dari dalam lubang yang sangat keras, tiba tiba bagian dalam lubang berputar kencang, lubang membesar sampai menutupi seluruh kota jakarta dan bahkan dunia, tapi sebuah dinding cahaya seperti aurora keluar dari dalam lubang membatasi jakarta dan membentuk kubah warna warni di atas kota.
Seorang pengendara mobil yang sedang menelpon menggunakan smartphone di tengah kemacetan yang parah, terpana dengan mata membulat dan mulut menganga melihat fenomena di depannya.Tanpa sadar smartphonenya jatuh dan dia melangkah turun dari dalam mobil, alasannya seluruh kota jakarta di tutupi oleh kubah bening seperti air berwarna warni tanpa mengetahui apa yang terjadi di luar. “Grooooo,” lubang hitam di angkasa yang menganga menyerap seluruh yang ada kecuali kota jakarta.
Seluruh penduduk yang melihat berlutut dan tidak bisa berkata apa apa sebab mereka sadar kalau mereka berada di penghujung jaman. Setelah menyerap seluruhnya dengan suara menderu, lubang hitam mulai mengecil dan akhirnya menghilang, kubah pelangi pun mulai terbuka. Penduduk yang selamat bertanya tanya apa yang terjadi sebenarnya, mereka mencoba mencari info melalui smartphone dan internet, tapi tidak ada jaringan tersedia. Seorang pria yang sedang berada di dalam gedung tinggi, maju ke depan jendela dan memicingkan matanya.
“Aaaaaa...apa itu....” teriak seorang pria sambil menunjuk melihat keluar.
Seluruh orang di dalam gedung melihat ke jendela, mereka melihat beberapa makhluk terbang mirip seperti naga yang memiliki penunggang di punggungnya. Orang orang mendadak menjadi takut, karena penunggang naga itu terlihat memiliki tanduk, berwajah seram, memiliki kulit berwarna biru dengan hidung dan telinga panjang seperti iblis. Penunggang naga di paling depan langsung mengangkat tangannya, pasukan naga di belakangnya maju menyebar dan mulai menembaki gedung gedung bertingkat dan membuat kepanikan massa.
Selain mereka, di jalan juga banyak manusia berkulit biru yang memakai baju zirah jaman dahulu masuk dan membunuhi para warga kota. Para tentara dan polisi membalas dengan menembakkan senjata mereka, suasana di tengah kota dan di seluruh bagian kota terlihat seperti perang, hanya saja kali ini musuhnya adalah ksatria berkulit biru bersenjatakan laser dan berwajah tidak seperti manusia pada umumnya. Selagi semua panik, berlarian dan saling bertarung, di atas emas monas, enam bayangan berdiri tegak.
Salah satu dari ke enamnya, seorang pria yang memakai jubah dan kerudung hitam, membawa dua celurit besar, memakai sarung tangan, berwajah tengkorak dengan mata bersinar merah, melangkah maju. Di sosial media dia di kenal dengan sebutan The Reaper.
“Sepertinya sekarang giliran kita unjuk gigi,” ujarnya dengan suara mengerikan.
Seorang gadis cantik berambut putih, bekulit pucat karena dia albino dan bermata merah bersama dengan hantu pria yang memakai jubah dan zirah tempur seorang jendral perang bertanduk dari negeri matahari terbit lengkap dengan helm dan sebuah pedang samurai, namun tubuhnya di selimuti kabut dan wajahnya memakai topeng dengan mata berwarna merah yang keluar dari tubuhnya. Di sosmed namanya adalah The Indigo.
“Yap, sudah saatnya kita selesaikan, semua sesuai prediksi ku,” ujar gadis itu.
Seorang manusia harimau besar memakai celana training dan nampak sangat kekar juga garang maju kedepan, nama viralnya, The Tiger.
“Akhirnya terjadi juga, semua memang sudah seharusnya,” ujarnya dengan suara mengerikan.
Seorang gadis cantik yang memakai jaket hitam lengan panjang dengan dalaman hitam, berambut hitam pendek tidak sampai bahu dan memakai masker juga bermata biru terang, maju ke depan sambil memutar kedua mandau yang di pegangnya, nama viralnya The Phantom.
“Ayo semuanya, tunggu apa lagi, kita basmi mereka,” ujarnya dengan suara aneh karena memakai masker.
Seorang pria yang memiliki tubuh tidak terlalu besar maju ke depan, dia memiliki sayap kelelawar besar berwarna hitam dan telinga kelelawar kepalanya dengan mata merah menyala, dia mengenakan kemeja hitam yang sedikit lebih rapi di banding dengan yang lain. Namanya yang beredar di sosmed adalah The Devil.
“Kita berlomba siapa yang paling banyak bunuh musuh, seperti biasa,” ujarnya dengan suara mengerikan.
Seorang gadis cantik berkulit pucat dan berambut hitam panjang, mengenakan gaun hitam dan melayang di udara dengan kedua tangan terbuka maju ke depan. Dia langsung bergabung dengan yang lainnya. Nama yang di berikan warga net padanya adalah The Undead.
“Aku sudah siap...mari kita maju,” ujarnya dengan suara perlahan yang mengerikan.
“Midnight Warden....majuuu,” teriak pria berwajah tengkorak yang di panggil The Reaper.
Semuanya langsung melompat menghilang dari atap monas kemudian muncul di jalan raya, ke enamnya berjalan di jalan yang penuh dengan mobil terbakar, mayat bergelimpangan dan musuh yang masih menyerang. Di depan mereka ada pasukan monster yang terdiri dari mayat hidup, sejenis tuyul berwarna biru (mirip goblin), manusia berwajah seperti babi dan memiliki taring besar berkulit biru (mirip orc), ksatria ksatria berkulit biru (iblis) yang memakai pelindung lengkap menembak dengan tombak yang mengeluarkan sinar dan para penyihir bersayap hitam yang berterbangan dan menembakkan sihir mereka di tambah para burung berbentuk seperti naga yang ganas (wyvern) berterbangan di atas mereka. Semuanya menoleh melihat enam orang berjalan ke arah mereka,
“Graaaaaah...”
Pasukan musuh langsung berlarian dengan brutal menuju ke arah ke enamnya, tapi wajah ke enamnya tersenyum.
“Aku duluan...”
Sang Devil langsung terbang menggunakan sayap nya dan menembakkan sinar api berwarna merah dari telapaknya membasmi pasukan wyvern dan penyihir yang beterbangan.
“Shin, maju...” teriak sang Indigo.
“Siap...”
Hantu jendral perang itu langsung mencabut pedangnya dan merangsek maju membabi buta membelah apapun yang di lewatinya dengan kecepatan tinggi. Ketika sampai di tengah, dia berhenti langsung meledakkan diri dan menghabisi semua di sekitarnya dalam radius 500 meter, kemudian kembali ke sisi sang Indigo dan tos dengannya. Sang Reaper membuka kerudungnya, “Haaaah,” Dia membuka mulutnya menyemburkan nafasnya dan seluruh pasukan di depannya terkurung di dalam kabut putih seperti asap, kemudian dia mengambil beberapa bom berbentuk telur berapi dari dalam jubahnya dan melemparkannya ke dalam kabut, “Blaar..blaar...Aaaaaaaa,” suara ledakan dan teriakan bersahutan di dalam kabut.
Sang phantom melemparkan kedua mandaunya dan menggerakkan jarinya, kedua mandau itu terlihat seperti hidup berputar putar memenggal kepala musuh yang ada di lewati mandau itu dengan secepat kilat. Sang Reaper juga melemparkan kedua celuritnya dan sang Phantom mengendalikannya, dua mandau dan dua celurit terlihat seperti berdansa memenggali kepala musuh. Sang undead melepas kepalanya dan melemparnya ke tengah tengah pasukan musuh, dia menyinari seluruh pasukan di bawah nya dengan sinar merah yang keluar dari matanya sambil tertawa. Pasukan yang kocar kacir langsung berhadapan dengan sang Tiger yang sudah siap menarik nafasnya,
“Groooooooaaaar....”
Sang tiger mengaum, gelombang aumannya mendorong seluruh pasukan musuh kembali ke tengah dan masuk ke area sinar sang undead. Di tambah sinar api berwarna merah yang di tembakkan sang Devil yang sudah selesai menghabisi musuh di udara.
Dalam sekejap, seluruh pasukan musuh berhasil di kalahkan, semuanya kembali berkumpul di depan monas. Sang indigo mengambil buku gambarnya dan mulai menorehkan gambar. Setelah selesai dia memperlihatkan kepada yang lainnya. Ke enamnya langsung terpana, karena apa yang di gambarkan oleh sang Indigo sangat meresahkan pikiran mereka,
“Apa ini...” ujar sang Reaper.
“Aku tidak memprediksi ini....sasaran mereka bukan Jakarta...tapi dunia....” balas sang Indigo.
“Berarti yang tersisa di dunia ini hanyalah.....” balas sang Tiger.
“Kota Jakarta....oh tidak...” tambah sang Phantom dengan suara lucu.
“Kurang ajar...semuanya musnah, orang itu benar benar melakukannya,” ujar sang Devil sambil mengepalkan tangannya.
“Teman teman....lihat ke depan...” balas sang Undead.
Semuanya menoleh melihat ke depan, pasukan musuh kembali masuk ke dalam kota tapi kali ini jumlahnya bukan main main, terlihat di kejauhan seorang pemimpin yang berdiri di sebuah singgasana seperti piramid yang di tandu oleh beberapa raksasa berkulit biru, bagai seorang raja,
“Manusia....tunduklah padaku, aku jamin keselamatan ras kalian.....” ujar sang raja dengan suara menggelegar.
Kemudian sang raja menoleh melihat enam orang yang berdiri di depannya, wajahnya langsung tersenyum sinis dan dia maju mencondongkan tubuhnya dengan sebelah kakinya menginjak bagian depan singgasanannya,
“Kalian kalah, kalian tidak bisa menghentikanku hahahahaha.....” ujarnya dengan suara menggelegar dan penuh tekanan.
Ke enamnya langsung bersiap menghadapi pasukan yang tidak terhitung jumlahnya, kemudian sang Reaper memegang pundak sang Indigo di sebelahnya,
“Pergi....biar aku dan yang lain yang menghadapi mereka,” ujarnya.
“Tapi...” balas sang Indigo.
“Dia benar, pergi...serahkan raja itu pada kami, kamu harus kembali,” ujar sang Tiger.
“Kami tidak akan apa apa....cepat pergi....” tambah sang Phantom.
“Jangan tunda lagi, kami akan melindungi mu,” tambah sang Devil.
Sang undead langsung berjalan mendekati sang Indigo dan memeluknya, kemudian dia memegang kedua pundaknya,
“Selamatkanlah dunia ini, hanya kamu yang bisa dan percayalah pada kami....” ujarnya sambil tersenyum.
Sang Indigo melihat tatapan teman temannya kepada dirinya, mereka menaruh semua harapan kepada dirinya, sang Indigo menunduk dan akhirnya mengangguk melihat ke teman temannya, seluruhnya langsung tersenyum dan berbalik kemudian memasang kuda kuda mereka,
“Shin, kita pergi....” ujar sang Indigo.
“Baik...” jawab Shin si jendral hantu.
Sang Indigo naik ke tubuh sang jendral hantu dan melesat terbang, melihat sang Indigo terbang, sang raja mengangkat tangannya, pasukan wyvern langsung mengangkasa mengejar sang Indigo namun langkah mereka terhenti karena sang Devil dan sang Undead sudah berada di depan mereka,
“Lawan kalian kami......” teriak semuanya sambil berlari maju menuju pasukan musuh.
“Blaaar,” mendengar suara ledakan, sang Indigo menoleh, dia melihat seluruh teman temannya mulai bertarung melawan pasukan yang terlihat seperti lautan dari atas, air matanya menetes tapi dia langsung menghapusnya,
“Lebih cepat Shin.....” teriaknya.
“Baik.....”
Mereka melesat menuju ke sebuah rumah di kawasan jakarta utara, dia mendarat dan langsung masuk ke dalam, di dalam sudah menunggu seorang detektif yang membukakan pintu,
“Cepat, mana yang lain ?” tanya sang detektif.
Sang Indigo menggelengkan kepalanya, wajah sang polisi langsung menunduk, kemudian terdengar suara ribut di luar, sang polisi langsung menarik tangan sang Indigo masuk ke dalam,
“Kalau kamu di sini, berarti harus menggunakan alat itu kan....cepat, biar aku menghalangi mereka di sini,” ujar sang polisi sambil mengangkat pistolnya dan melihat keluar,
“Tapi bapak hati hati.....” ujar sang Indigo.
“Haha tidak perlu khawatirkan aku, cepat.....tidak ada waktu lagi,” balas sang detektif.
“Baik (menoleh melihat sang jenderal) ayo Shin,” balas sang Indigo.
Keduanya langsung naik menuju lantai dua dan masuk ke sebuah kamar, di dalam ada sebuah alat seperti tabung, sang Indigo langsung menghidupkan alatnya dan membuka tabungnya, tapi ketika dia mau masuk ke dalam, “aaaaaaaa....” terdengar suara teriakan orang di bawah,
“Cepat Shin....” teriak sang Indigo.
“Ya....” balas Shin sang jendral.
Keduanya masuk ke dalam tabung, cahaya terang mulai menyinari tabung dan membuat seluruh ruangan di penuhi cahaya, “Blak,” pintu terbuka, terlihat beberapa makhluk manusia setengah ular berkulit biru membawa tombak masuk ke dalam tapi mereka langsung menghalangi pandangan mereka karena silau. Sang Indigo berbalik melihat hantu sang jendral perang,
“Shin, aku melepaskan ikatan kita, kamu sudah tidak terikat lagi dengan siapa siapa dan kamu sekarang bebas, cari aku....beritahu aku apa yang terjadi saat ini pada diriku di masa lalu dan beritahu kepadanya supaya mencegah semua ini terjadi, aku yakin diriku pasti akan mempercayaimu....selamatkan semuanya Shin,” ujar sang Indigo sambil memberikan sebuah smartphone pada Shin.
“Hah...kenapa kamu berkata seperti itu Amanda ? aku tidak mau kita berpisah, aku tidak mengerti ?” tanya Shin.
Amanda tidak menjawab, dia membuka tabung dan keluar, kemudian menutup tabung kembali dan berjalan ke konsol, dia menekan beberapa tombol dan ketika dia hanya tinggal menekan satu tombol lagi, “Duk...duk..duk..” Terlihat Shin di dalam memukuli kaca dan ingin keluar dari dalam tabung, Amanda tersenyum melihat Shin dengan air mata mengalir membasahi pipinya dan menekan tombolnya, langsung saja tabung mengeluarkan cahaya lebih terang dari sebelumnya dan Shin menghilang, Amanda menoleh melihat para makhluk yang masih menutupi wajahnya, dia mencabut kedua pistol dari pinggangnya,
“Semuanya tergantung kamu Shin, aku serahkan semuanya padamu (menghela nafas dan menghapus air matanya) teman teman kita akan berkumpul bersama lagi, yaaaaaaah....” teriak Amanda sambil menembaki makhluk di depannya.
*****
Januari 2000, di sebuah hutan yang berada di batu raden, “bluung,” sebuah cahaya seperti tabung muncul, Shin keluar dari dalam cahaya dan terjatuh di tanah, dia bangun dan melihat sekeliling,
“Aku kenal tempat Ini...ini masa lalu ?” tanya Shin dalam hati,
Dia melihat smartphone milik Amanda yang di pegangnya, dia melihat layarnya, ternyata dia kembali ke Januari 2000,
“Ini...waktu semuanya belum terjadi, mereka juga belum saling menemukan saat ini, bahkan mereka belum lahir saat ini....tapi mereka pasti kesini, aku akan tunggu mereka di sini....Amanda, aku menunggumu di sini,” ujar Shin dalam hati.
Dia melihat sekeliling dan akhirnya duduk bersila, dia membuka topengnya dan melihat ke arah bulan yang berada di langit, air matanya deras mengalir bercucuran membasahi wajahnya. Tanpa bisa kemana mana, Shin terus menunggu ke enam anak muda yang dia tahu pasti akan kesana di tahun 2023. Kisah kembali ke masa semuanya belum terjadi.
April 2022, di sebuah kota kecil yang berada di wilayah perbatasan antara jawa tengah dan jawa timur, waktu sudah menunjukkan pukul jam sepuluh malam.
“Haciiih.....sruuk,”
Seorang pemuda yang sedang berjalan menuju ke rumahnya selesai menyelesaikan shift malamnya di mini market, bersin karena udara terasa dingin. Suasana masih sedikit ramai karena banyak mobil angkutan umum dan motor yang masih melintasi jalan. Pemuda itu melihat ada warung di tepi jalan, dia mampir sebentar untuk meminum secangkir kopi dan makan beberapa potong gorengan. Setelah masuk ke dalam warung,
“Bu, kopi item satu ya..,” ujar sang pemuda.
“Eh Indra, baru pulang ?” tanya sang ibu pemilik warung.
“Iya bu, baru selesai,” jawab Indra.
“Kadang aku bingung liat kamu dra, kamu ganteng, indo lagi, kenapa kamu tidak ke Jakarta aja sekolah di sana dan jadi bintang film ? malah jadi kasir Al**, sayang atuh Dra,” ujar sang ibu.
“Wah ga lah bu, ga doyan yang kayak gitu hahaha,” balas Indra.
“Tapi bagus juga deh, jadi ada pemandangan di sini, ini kopinya,” ujar sang ibu.
“Makasih bu,” balas Indra.
Indra mulai menyeruput kopinya, tiba tiba pundaknya di tepuk seseorang, Indra menoleh, ternyata yang menepuknya adalah Ningsih, teman sepekerjaannya. Ningsih langsung duduk di sebelah Indra.
“Bu, makan dong,” ujar Ningsih.
“Eh...pake apa Ning ?” tanya sang ibu.
“Tempe orek, sayur nangka ama ikan aja bu, jangan lupa sambel yang banyak ya bu, porsinya dobel hehe,” jawab Ningsih.
Setelah sang ibu mengambilkan makanan dan memberikan piringnya, Ningsih berdiri mengambil piring nya dan menyambar kerupuk di sebelahnya plus dua tempe goreng.
“Buset kecil kecil makannya kuli, parah parah..,” ledek Indra.
“Biarin, bawel lu, gue kaga bakal gemuk makan cuman segitu,” balas Ningsih.
“Lah tumben lo balik sendiri mba, laki lo mana ?” tanya Indra.
“Masih gawe di kantornya, calon lembur lagi dah dia,” jawab Ningsih.
“Kasian sendirian malem malem,” ledek Indra.
“Ah biasa aja kale, lagian ntar juga dia jemput di sini, eh lo kan ke daerah sawah ya pulangnya ?” tanya Ningsih.
“Iya kenapa mba ?” tanya Indra.
“Ati ati, tadi ada yang belanja katanya liat jerangkong di sono...hiii...gue jadi merinding,” ujar Ningsih.
“Serius lo mba, jangan bikin takut dong, gue lewat sono nih,” ujar Indra.
“Serius kok, tadi anak sma yang ngomong pas lagi belanja,” balas Ningsih.
“Emang ibu juga denger akhir akhir ini katanya ada, tapi si Indra mah ga usah khawatir, pak de mu sakti kan,” ujar sang ibu warung.
“Yee tetep aja bu, kesenggol koit kan,” ujar Indra.
“Doa dong, payah lo..,” balas Ningsih dengan mulut penuh.
“Udah ah, ga usah di omongin lagi,” tukas Indra.
Akhirnya topik pun berganti, di temani ibu warung, mereka mengobrol sampai Ningsih di jemput suaminya di warung, setelah pamit Indra keluar warung, dia berjalan ke arah persawahan yang sedikit gelap karena lampu jalan di sana agak berjauhan, untuk memotong jalan menuju rumahnya. Indra sudah terbiasa pulang antara jam 10 malam sampai jam 11 malam melewati jalan itu, namun ketika dia sedang jalan, tiba tiba smartphonenya berbunyi, Indra mengambilnya dari kantung dan melihat siapa yang menelpon, dia langsung mengangkatnya,
“Halo ?” tanya Indra.
“Dra, lo dimane ?” tanya seorang pria.
“Gue udah balik, napa lagi lo bro ?” tanya Indra.
“Eh lo bisa gantiin shift gue ga ? gue harus pergi nih malem, tolong bro,” ujar Hadi teman sekolah dan satu pekerjaan dengan Indra.
“Ya elah, bukan dari tadi, gue udah separo jalan nih..,” balas Indra.
“Tolong bro, kaga mungkin kan gue minta tolong mba Ningsih atau si Rita, bisa di gatak lakinya mba Ningsih gue, tolong bro, gue lagi urgent banget nih,” balas Hadi.
“Lah lo udah bilang sama pak Joko belom ?” tanya Indra.
“Sekalian bilangin bro, gue belom sempet telepon dia, tolong yak bro,” jawab Hadi.
“Ampun deh lo, ada urusan apa sih, ya udehlah, di rumah gue juga ga ngapa ngapain, paling maen moba doang,” balas Indra.
“Thanks berat bro, i love you,” ujar Hadi.
“An*** lo kupret\, giliran begini aja i love u lo\,” ujar Indra.
“Dah ya...sekali lagi thanks bro,”
“Tuuut...tuuut,”
“Hah...bener bener tuh bocah, paling urusan cewe lagi...parah lah,” gerutu Indra.
Dia memasukkan smartphone ke sakunya dan berbalik untuk kembali ke mini market tempat kerjanya. Tapi ketika dia berbalik dan baru melangkah, “Kletek...kletek,” terdengar suara tulang yang bergesekan seperti sedang berjalan. Indra langsung mempercepat langkahnya dan berusaha semaksimal mungkin tidak menoleh ke belakang, wajahnya mulai pucat. “Kletek..klek..kletek,” suara tulang bergesekan itu tedengar semakin mendekat ke arahnya. Kepala Indra mulai terasa besar, seluruh tubuhnya merinding, bulu halus di sekujur tubuhnya mulai berdiri.
Tiba tiba suara gesekan tulang yang terdengar sudah berada dekat di belakangnya mulai tedengar seperti sudah jauh di belakang, Indra memperlambat langkahnya dan menoleh ke belakang, hatinya mulai tenang karena tidak ada apa apa di belakangnya, dia sempat menarik nafas, dia kembali menoleh ke depan,
“Klak...klak...klak..,” Sebuah kerangka manusia berdiri berada di depannya.
Mulutnya bergerak gerak seakan sedang berbicara, terdengar seperti gigi atas dan bawah beradu, tangannya terlihat memegang sebutir telur,
“Waaaaa....setaaaaan..,” teriak Indra.
Indra terjatuh karena kaget dan terduduk di jalan, kepalanya sudah sangat berat, dia tidak bisa bergerak saking takutnya, tangannya terangkat mencoba menghalangi kerangka yang melangkah ke arahnya. Tangan kerangka itu terjulur berniat meraih Indra, tapi Indra menghalaunya dan punggung tangannya terkena tangan kerangka itu, langsung saja punggung tangan Indra terasa panas, dia melihat punggung tangannya ada tanda bekas gosong bergambar tengkorak yang sangat menyakitkan.
Karena takutnya sudah mencapai maksimal dan rasa sakit seperti rohnya di tarik keluar dari bekas gosong di punggung tangannya, Indra pun akhirnya tidak sadarkan diri dan tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.
*****
“Ugh....kepala gue..,”
“Dah bangun dra ?” tanya seorang pria paruh baya.
Indra membuka matanya, dia melihat dirinya berada di ruang tengah rumahnya, dia menoleh dan melihat seorang pria paruh baya bertubuh pendek, berambut putih dan bertubuh gempal tapi kekar.
“Loh pakde ? kok aku di rumah ?” tanya Indra.
“Lah iya, aku menemukan kamu pingsan di dekat sawah,” Jawab pakde.
“Huh ? aku pingsan ?” tanya Indra.
“Iya, kamu pingsan, lalu kamu bertemu siapa ?” tanya pakde.
Langsung saja Indra menceritakan seluruh pengalamannya kalau dia bertemu dengan tengkorak hidup yang bawa sebutir telur dan tangannya tanpa sengaja menyentuhnya.
“Oalah, ya syukur kamu masih hidup,” ujar pakde sambil tersenyum.
“Eh buset pakde, masa syukur, aku takut setengah mati,” ujar Indra.
“Sekarang masih takut ?” tanya pakde.
“Jelas saja masih, aku masih merinding,” Jawab Indra.
“Coba ngaca dulu sana,” balas pakde.
Karena penasaran apa maksud pakdenya, Indra berdiri dan berjalan ke lemari yang memiliki kaca berbentuk oval. Ketika berdiri di depannya, Indra langsung terkejut terjatuh sampai mau pingsan lagi, dia langsung mundur menjauh dari cermin sambil duduk.
“Waaaaaa...apa ini pakde...” ujar Indra sambil melihat kedua tangannya.
“Lah ya makanya aku tanya, kamu masih takut apa nda, mbo ya kamu sudah jadi jerangkong toh,” ujar pakde santai.
“Kenapa jadi begini...kenapa aku jadi kerangka begini...,” ujar Indra sambil mengamati tangannya.
“Sini, duduk dulu sama pakde,” ujar pakde tenang.
Indra yang berdiri, dia berjalan kemudian duduk di sebrang pakde di meja bundar yang indah dan antik, pakde kemudian menjelaskan kalau jerangkong itu hanya menakuti saja karena dia baru keluar dari kandang ayam dan baru habis mengambil telur, legendanya mengatakan kalau sampai bertemu jerangkong maka seumur hidup akan sial dan kalau sampai menyentuhnya maka orang itu akan mati dengan bekas gosong di bagian yang tersentuh, tapi kasus seperti Indra ini langka karena Indra malah berubah menjadi jerangkong juga.
“Lah jadi aku kenapa dong nih ? apa aku sudah mati pakde ?” tanya Indra.
“Loh ya kalau mati mana bisa ngobrol, bener nda. Ada ada saja kamu,” Jawab pakde santai.
“Trus kenapa dong..,” balas Indra.
“Wah ya nda tau, wes gini aja, kamu tak larang keluar dulu selama seminggu, aku semedi dulu cari petunjuk, dah sekarang kamu tenang saja dulu, atau mau ikut aku semedi ?” tanya pakde.
“Waduh ga deh pakde,” ujar Indra.
“Apanya yang bisa tenang, gue jadi tengkorak gini di suruh tenang ?...dia sih enak sakti,” gerutu Indra.
Pakde langsung berangkat keluar dari rumah untuk menuju ke bukit tempat dia biasa bersemedi, sedangkan Indra hanya bisa terduduk diam di meja sambil meratapi nasibnya, dia sudah lama di tinggal ibunya yang meninggal ketika dia masih berumur 12 tahun dan ayahnya berada di inggris karena memang berasal dari sana. Walau sekolahnya di biayai namun ketika dia berumur 18 tahun yaitu sekarang, dia mendengar kabar kalau ayahnya sakit keras di sana dan pembiayaan pun terhenti. Dia hanya tinggal bersama pakdenya di rumahnya dan membiayai sendiri semua kebutuhannya karena sang pakde tidak bekerja dan seorang pertapa. Sekarang, dia bingung bagaimana nasib masa depannya karena tubuhnya berubah menjadi tengkorak. Indra hanya bisa memegang kepalanya dengan kedua tangannya yang tertopang di meja.
Pagi hari, suara ayam jantan mulai berkokok, Indra yang berada di kamarnya bangun dan membuka matanya, dia duduk di tempat tidurnya berusaha mengumpulkan arwahnya, dia turun dari tempat tidurnya dan memasukkan tangan ke kausnya untuk menggaruk tubuhnya sambil menguap kemudian menyambar handuknya di pintu. “Kreek,” Indra membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju ke kamar mandi untuk mandi, ketika masuk, dia melewati tempat cuci tangan dan gosok gigi dengan cermin di atasnya. Dia menoleh melihat dirinya sendiri di cermin. Tiba tiba langkahnya terhenti dan mulutnya ternganga, dia langsung mundur menoleh melihat dirinya sekali lagi di cermin. Dia langsung berbalik dan memegang wajahnya sendiri,
“Loh gue balik jadi manusia ? semalem padahal tengkorak ? kerjaan si pakde bukan nih ya ?” tanya Indra senang sambil mengusap kedua pipinya.
Dia langsung keluar dari kamar mandi mencari pakde, tapi tidak ada orang di rumah dan pakde belum kembali. Akhirnya dia kembali masuk ke kamar mandi dan langsung mandi menggunakan shower, dia meraba raba tubuhnya sendiri seakan akan tidak percaya dengan semua yang terjadi dan menganggap nya mimpi. Selesai mandi, dia kembali ke kamarnya, ketika melihat tempat tidurnya, dia sedikit kaget karena melihat ada beberapa telur utuh di atas tempat tidurnya dan ketika dia ambil satu dari telur telur itu, telur itu sudah enteng tidak ada isinya walau cangkangnya sama sekali mulus tanpa retak sedikitpun.
“Apa ini ya ? siapa yang menaruh telur di sini, kopong lagi,” ujar Indra sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
“Ting...tong...Indra...” teriak seseorang di depan rumah. Indra langsung berlari keluar dari kamar dan membuka pintu depan, dia melihat seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian senam tertutup berdiri di depan pagarnya, sepertinya dia sedang lari pagi.
“Loh Rit, ada apa pagi pagi ?” tanya Indra.
“Oi Dra, kemana aja lo ? gue tiap hari datang lo ga pernah keluar..” jawab Rita.
“Hah...tiap hari ?” tanya Indra.
“Iyaaaa...udah seminggu lo ga sekolah, trus ga kerja juga, pak Joko dan guru guru di sekolah nanyain gue mulu...kemana aja sih lo ?” tanya Rita.
“Hah seminggu ? yang bener ? rasanya baru kemaren gue kerja balik dari sekolah,” jawab Indra.
“Yeee beneran, lo tanya Hadi, mas Rahmat ama mba Ningsih aja kalau ga percaya. Si Hadi marah marah nyariin lo tuh,” balas Rita.
“Seminggu ? nah loh...apa lagi nih..” Pikir Indra.
“Oi kenapa bengong..” tegur Rita.
“Oh iya..sori sori, bilangin aja ama pak Joko, ntar siang gue masuk, besok juga gue sekolah lagi,” balas Indra.
“Ok, gue cabut dulu ya, gue mau balik dulu mandi, dapet shift pagi soalnya..bye bye,” balas Rita.
Setelah Rita pergi, Indra masuk kembali menutup pintu, dia merasa heran sebab kejadian yang dia alami rasanya baru semalam, dia duduk di ruang tamunya dan berpikir apa yang terjadi pada dirinya. Tiba tiba “Kriiing...kriiing..” telepon rumahnya berbunyi, Indra langsung berdiri kemudian sedikit berlari menghampiri telepon dan mengangkatnya,
“Halo ?” tanya Indra.
“Selamat pagi, bisa bicara dengan pak Purbo ?” tanya pria di telepon.
“Wah pak Purbonya sedang keluar, ada pesan ? nanti saya sampaikan,” jawab Indra.
“Oh nanti saja saya telepon lagi, kapan kira kira dia pulang ?” tanya pria itu.
“Maaf, saya kurang tahu,” jawab Indra.
Tiba tiba pundaknya di pegang seseorang, Indra menoleh dan melihat pakde sudah di belakangnya, dia melompat kaget dan memberikan teleponnya kepada pakde, kemudian pakde langsung berbicara dengan pria itu.
“Ampuuuuun....kapan masuknya sih si pakde, ampir copot jantung gue,” ujar Indra dalam hati.
Indra langsung masuk kembali ke kamarnya, dia duduk di sisi tempat tidurnya sambil mengamati telur telur yang ada di atas tempat tidurnya. Dia mengambil sebuah telur dan iseng memecahkannya, ternyata isi telurnya benar benar sudah menghilang dan hanya tersisa cangkangnya yang utuh tanpa ada goresan secuil pun.
“Aneh banget sih,” ujarnya dalam hati.
Indra mengambil smartphonenya dan melihat banyak sekali pesan yang masuk, kebanyakan dari teman teman sekerjanya dan managernya yang menanyakan dirinya ada di mana, selain itu juga ada grup alumni sma dan smp tempat dia berbincang bincang menggunakan chat dengan teman temannya. Tidak lupa dia memeriksa status aplikasi sosial medianya, setelah memperhatikan semuanya, ternyata memang benar seperti yang di katakan Rita, seluruh pesan dan update status di sosial media sudah berlangsung selama seminggu, dia melihat tanggal di smartphone dan tanggal yang tercantum di layar semakin mempertegas perkataan Rita.
“Terus seminggu ini gue dimana ? masa tidur terus ? gila gue bener bener ga ingat apa apa,” gumam Indra dalam hati.
Selagi sibuk menggali pikirannya, “Kreek,” Pintu kamarnya di buka, pakde masuk ke dalam dan mengambil kursi kemudian duduk di depannya. Wajah pakde terlihat serius dan membuat Indra merasa takut.
“Ndra, sekarang kamu ikut pakde ke bukit ya. Kita semedi di sana, kamu harus bisa mengendalikan apa yang ada di dalam tubuhmu,” ujar pakde tiba tiba.
“Huh sekarang pakde ? Trus kerjaan ku gimana ?” tanya Indra.
“Loh ya kamu mau tubuhmu di ambil alih sama makhluk yang ada di dalam dirimu, aku sih terserah saja,” jawab pakde.
“Aduh...apa lagi sih maksudnya pakde, coba jelasin dulu,” ujar Indra.
Pakde langsung menjelaskan kalau jerangkong yang menyentuh tangan Indra masuk ke dalam tubuhnya dan menjadi bagian dari jiwanya, dia harus mengendalikannya sebelum dirinya di kendalikan oleh jerangkong di dalamnya sebab kalau sampai terjadi maka Indra akan menjadi jerangkong seutuhnya tanpa bisa kembali menjadi manusia. Pakde juga menjelaskan kalau setiap malam dia menaruh sebutir telur selagi Indra tertidur dan menjelma menjadi kerangka, tujuannya supaya sang jerangkong di dalam tubuh Indra keluar dan masuk ke dalam telur, tapi kemudian pakde mendapat petunjuk dari leluhur kalau jiwa Indra sudah menyatu sebagian dengan jerangkong di dalam tubuhnya karena dia tidak mati ketika di sentuh.
Menurut pakde, penyebab kenapa Indra tidak mati karena dia di lindungi leluhurnya, namun dia tetap harus bisa mengendalikannya dan tidak ada pilihan lain. Indra terdiam dan tidak bisa berkata apa apa, akhirnya mau tidak mau dia mengatakan kepada pakde kalau dia bersedia ikut untuk semedi bersama dengan pakde di bukit tempat pakde biasa bersemedi.
“Kalau begitu aku hubungi dulu sekolah ku dan atasanku untuk minta cuti, kira kira perlu berapa lama pakde ?” tanya Indra.
“Wah ya nda tau, semua tergantung kamu, bisa hanya satu hari, bisa sebulan bahkan bisa setahun,” jawab pakde.
“Waduh...jadi aku bilangnya apa dong ?” tanya Indra.
“Lah ya ngomong aja apa adanya ke sekolah dan masalah kerjaan ya resign.” jawab pakde santai.
“Loh, bilang aku kemasukan mahkluk halus gitu ke sekolah ? lalu biaya hidup kita gimana ? aku harus cari kerja lagi kan,” balas Indra.
“Kamu ndak usah khawatir, soal sekolah biar aku yang bicara, aku kenal kepala sekolah mu, aku juga harus pergi ke pulau sumba, barusan temanku butuh bantuan di sana. Tadi kamu yang angkat teleponnya kan,” ujar pakde.
“Nah loh, kapan perginya ?” tanya Indra.
“Bulan depan, masih lama,” jawab pakde.
“Aduuuuh...gimana dong nih, aku mendadak jadi pusing pakde,” ujar Indra mengacak ngacak rambutnya.
“Nda usah khawatir, aku ada uang, nanti aku kasih kamu semuanya, toh aku kesana nda perlu uang,” ujar pakde.
“Hah..pakde punya uang ?” tanya Indra kaget.
“Loh ya punya, ibu ku kan kasih perhiasan jaman dulunya supaya di jual, dia mengubur semua di halaman, tinggal di gali,” jawab pakde santai.
“Astaga...dari dulu kek pakde, ya udah, aku resign, tolong urus sekolahku ya,” balas Indra percaya.
Akhirnya Indra menelpon manajernya dan datang sebentar ke mini market untuk berpamitan, kemudian dia pergi ke bukit bersama pakde untuk melakukan semedi bersama.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!