Renata terbangun dari tidurnya setelah semalam ia tertidur karena terlalu lelah menangisi kondisi rumah tangganya yang hancur karena kebohongan demi kebohongan suaminya yang selama ini selalu ditoleransinya.
Yaa...
Istri mana yang tak hancur hatinya jika suaminya telah mengingkari janji yang telah diucapkan didepan penghulu dan para saksi. Bayangan terlintas kala waktu awal Yogi mengutarakan isi hatinya untuk meminangnya dengan alasan mengaguminya dan juga mengagumi keluarganya yang berasal dari keluarga taat beragama. Dengan kalimat manisnya dia berkata akan menjadi manusia yang lebih baik dengan menjadi bagian dari keluarganya.
Namun yang terjadi jauh dari apa yang dia janjikan kala melamarnya dulu.
Dari awal pernikahan Renata sudah disuguhi dengan perilaku suami yang diluar dugaannya. Perilaku yang menyimpang dan bahkan terlarang oleh agama, selalu dan selalu diulangi.
"Re... bagaimana kelanjutan urusanmu dengan Yogi, lepaskan saja laki-laki benalu itu, tidak usah dipertahankan lagi, sudah berulang kali kamu maafkan tapi tetap saja tidak tau diri.. " cerca kakakku yang seketika membuyarkan lamunanku.
"Aku masih tidak habis fikir saja kak, kenapa dia akalnya sudah tidak berfungsi, bisa-bisanya dia berkata kepada anakku jika aku tak lagi diinginkan ditempat itu." terangku pada kakak tertuaku
Teringat kembali ketika beberapa malam yang lalu putra sulungku menghentakkan tangannya dilantai rumah dengan sekuat tenaga dengan menahan amarahnya, hingga mengejutkanku dan ibuku yang kala itu memang belum bisa memejamkan mata.
Buuggghh... bbuugghh..
"kenapa kamu belum tidur bang.. ada apa..?" tanyaku pada putra sulungku dengan sedikit mendongakkan kepalaku dipintu karena memang pintu sedikit terbuka.
"tidak apa bu.. " jawabnya namun tidak memandangku sama sekali
"ada apa bang, kalau ada masalah cerita, jangan dipendam sendiri.. " bujukku padanya.
lalu dengan tangis yang ditahan putraku menjawab
" tadi dirumah kita ayah bilang sama abang kalau warga disana sudah tak menginginkan ibu tinggal disana lagi, tidak ada lagi yang simpati dengan ibu lagi... bahkan ayah bilang bahwa warga disana lebih suka ibu pergi dan ayah yang tinggal disana ..".
Bagai dihantam dengan palu besi kepalaku malam itu, bagaimana mungkin warga yang selama aku disana selalu aku bantu sudh tidak menginginkanku lagi, kurangkah abdi ku selama ini .
"bang ... bukan ibu mau mematahkan ucapan ayahmu,, tapi abang tau sendirikan bagaimana hubungan baik ibu dan para warga selama ini.. abang bisa lihat sendiri bagaimana warga jika bertemu ibu .. berharap ibu dan kalian yang tinggal dirumah kita, bukan ayahmu .." kataku memberikan pengertian kepada sulungku.
"tapi ayah bilang gitu buk, kata ayah sebaiknya ibu gak usah kembali lagi kerumah itu, dati pada nanti dimusuhi warga .. "
Dalam hatiku beristighfar sambil menahan sesak didada. Bagaimana tidak .. laki-laki yang dari dulu aku lindungi dan aku maafkan selalu kesalahannya, hari ini kudengar ingin memprovokasi anak ku agar aku tak kembali kerumahku sendiri.
yaa.. itu rumahku .. murni rumahku ,, dibeli dengan hasil jerih payahku yang harus aku bayar tiap bulan dari potongan gajiku.. tanpa ada baantuan darinya .. bahkan bantuan dari keluarganya
Dan saat ini dia sedang berusaha untuk menguasai apa yang telah aku bangun dengan susah payah dengan menaburkan fitnah untuk warga . Sepertinya dia lupa siapa dia dirumahku, hanya benalu yang tak pernah aku ungkit walau tak pernah memberiku nafkah walau sedikit .
"sekarang abang lihat dan berfikir.. semua orang tau kalau itu rumah hasil kerja ibu, rumah kita .. bukan rumahnya , ibu memutuskan pergi dari rumah itu bukan karena ibu merasa bersalah, tapi karena ibu tidak mau lagi menjadi orang yang selalu dibodohi oleh ayahmu dan keluarganya,, cukup belasan tahun ini ibu menjadi wanita paling bodoh yang mau mengulangi memaafkan kesalahan ayahmu yang selalu fatal dan selalu disalahkan keluarga ayahmu" jelasku padanya yang tentu saja membuatnya berfikir dalam diamnya.
"sekarang tidurlah bang, hari sudah malam .. cepat lambat Allah akan ungkap perbuatan ayahmu baik didepan abang dan adik-adik abang ataupun didepan warga bang,, Allah tidak pernah tidur bang.. " titahky pada sulungku, lalu ia pun beranjak masuk kekamarnya dan aku kembali kekamarku yang telah lelap putri bungsuku.
Pagi menyapa setelah semalam banyak hal yang membuatku merasa sangat tertekan. Namun tekadku terus saja aku mantabkan bahwa aku benar-benar tidak akan lagi mempertahankan, walaupun kenyataannya sangat perih.
Seperti biasa rutinitas harianku aku jalani seolah aku wanita paling tanggung dibumi ini. Aku persiapkan mentalku untuk menghadapi hari ini, karena setiap hari aku harus bertemu dengan mas Yogi karena tuntutan pekerjaan .
Sampainya aku ditempat kerjaku. Aku bertemu dengan salah satu sahabat yang "agak aneh" kalau menurutku.
"Re... Kamu tau belum kalau mas Yogi sekarang udah punya gundik, padahal belum resmi pisah dari kamu... Teman lamanya dulu katanya, janda pirang ...ha ha ha " ucapnya bak kereta yang hilang kendali.
"Lalu apa urusannya denganku, mau dia zina juga terserah yang penting jangan kerumahku, mau dia overdosis juga terserah yang penting jangan dirumahku... Ngapain kamu repot-repot kesini cuma buat nyampein hal kayak gitu ... Berharap aku cemburu ? Maaflah ya .. Aku sudah tak peduli sama sekali " balasku tak kalah panjang.
Dan aneh saja ketika aku menjawab ekspresinya berubah tak seriang tadi. Mungkinkah dia bersekongkol dengan mas Yogi mau buat aku cemburu. Baguslah kalau sekongkol, akan aku buat dia tau kalau aku sangat tidak peduli dengannya. Dengan begitu siapa yang akan kepanasan .. Ha ha ha
"bu.. Aku besok ada tugas kerajinan dari sekolah untuk membuat mozaik dari kertas yang dipotong-potong " ucap putra kedua ku sepulang sekolah, putra keduaku sulit untuk pindah karena sudah kelas 6 SD.
"ya sudah sana pulang kerumah ambil peralatan yang kamu buruhkan, ayahmu pasti ada dirumah jam segini.." perintahku
"ahhhh... Males banget aku ketemu ayah, mending aku beli nanti dijalan pas pulang.. " gerutu anakku
Ada rasa nyeri dihati mendengar ucapan anakku, karena anakku tak ingin melihat ayahnya, padahal putra keduaku lah yang paling dengan ayahnya, tapi bahagia aku karena anak-anakku bisa dengan mudah terbiasa tanpa ayahnya karena aku dan mas Yogi pasti akan berpisah.
"yasudah nanti beli dijalan saja... Apa kamu nggak mau mintak uang jajan sma ayahmu.. ? " tanyaku lagi
"kalau memang dia ingat kami dan niat ngasih nggak harus diminta lah buk, kayak kmi ini penagih hutang saja, kalau nggak dikasih aku juga masih bisa makan dan jajan " pungkasnya malah menyadarkan ku
Jika kalian bertanya, apa selama ini kami diberi nafkah ? Jawabannya tidak. Karena akulah tulang punggung rumah tanggaku. Dia modal nyawa aja jadi sumiku..
"tapi ayahmu habis dapat arisan ditempatnya kerja, katanya kalian bertiga dikasih jatah rata..." jelasku pada anakku
"ya nanti tunggu dia ngabarin sendiri, males aku kalau tanya-tanya.. Ya kalau dikasih.. Kalau enggak ?" anakku mulai tak nyaman dengan bahasannya
"oohh.. Ya udah kalau gitu.. " niatku menutup bahasan kami.
"tapi kemarin memang adek bilang katanya ayah mau kasih kami bertiga uang, setelah lunas hutang tempat Uti.." anakku menyambung lagi
Uti adalah sebutan nenek untuk ibu mertuaku, eh .. tapi sikap mertuaku pilih kasih, kalau dengan anak-anakku nggak seperhatian dengan anak-anaknya ipar-iparku. Jadi anakku juga tidak ada yang dekat dengan mertuaku bahkan terkesan menghindar
"yasudah.. Nanti kalau dikasih terima saja sejumlah yang dikasih, gak usah protes, ibu masih sanggup biayai hidup kita semua.." aku mengingatkan anakku agar selalu menerima dengan ikhlas setiap pemberian ayahnya
Tentu saja aku tidak ingin menghilangkan status mas Yogi dihati anak-anakku. Dia tetaplah ayah dari anak-anakku meskipun bukan lagi suamiku dalam agama, namun belum sah negara
"kata
Hari terus berganti dengan jalan cerita yang berbeda. Sakitku kembali terasa kala kuingat betapa bodohnya aku sejak awal menjalin kasih dengannya sebelum menikah dan berapa kali juga aku dibodohi olehnya
Flash back.
"Ren.. Aku menyayangimu.. Maukah kamu jadi pendamping aku ?" ungkapnya waktu itu menyatakan perasaanya
Aku yang terkejut tentu saja merasa deg-deg an karena sebenarnya aku juga mengaguminya, waktu itu memang mas Yogi termasuk kategori ganteng pada masanya ha ha ha
"maaf mas, aku tidak bisa.. Aku tidak ingin menjalin hubungan denganmu mas " jawabku ragu waktu itu
"kenapa Re.. ? Apa kamu tidak tertarik denganku sesikitpun, katakan apa alasanmu Re!! " cercanya waktu itu yang penasaran dengan ketidak sediaanku menjadi kekasihnya
"mas, kasta kita berbeda.. Aku hanyalah anak seorang PNS yang berasal dari kalangan sederhana, sementara mas Yogi berasal dari keluarga berada, tentu saja tidak akan sejalan mas.." jawabku menegaskan alasanku
"itu bukan alasan yang pantas kamu ucapkan Re, aku sayang sama kamu, aku kalau sudah sayang nggak akan peduli dengan status dan kedudukan orang yang aku sayangi.. Coba tanyakan hatimu Re, kamu mencintai mas bukan.." jawabnya dengan pede.
"mas Yogi apa nggak malu kalau jadi pacar Renata ? Coba lihat teman mas Yogi dan mantan mas Yogi yang kembar itu, mereka cantik-cantik, modis mas, sedangkan aku.. Aku hanya gadis polos dari keluarga sederhana,, apa kata orang nanti kalau tau mas Yogi punya pacar kayak Renata..?" aku kekeh dengan jawabanku yang menolak (awalnya, )
Tentu saja aku merasa minder dengan mantannya sikembar yang cantik-cantik itu, selain cantik sikembar juga modis dan sangat serasi dengan mas Yogi dan terbiasa nempel kayak perangko
"dia itu hanya masa laluku Re, dan sekarang mereka hanya sebatas sahabat saja tidak lebih, karena memang dari sebelum pacaran kami sudah akrab " jawabnya berusaha meyakinkanku
Tapi tentu saja aku masih belum bisa mempercayainya begitu saja karena aku tidak yakin, masa iya orang kaya dan ganteng naksir sama aku yang polos dan sederhana ini, dan aku juga nggak mau kecewa di usiaku yang masih muda
"tapi tetap saja aku tidak pantas untuk jalan sama kamu mas, aku minder, aku malu, aku juga takut nanti kamu ditertwakan orang-orang karena jalan sama aku yang polos ini " rengekku meminta pengertiannya
"kamu itu terlalu berlebihan Re, semua yang kamu bayangkan itu terlalu berlebihan, dan yang terjadi nggak akan seperti itu, siapa sih yang mau usil dengan kehidupan orang lain.. Kayak nggak ada kerjaan aja " dia masih tetap kekeh membujukku
"maaf mas, saat ini aku benar-benar nggak bisa jadi pacar mas Yogi.. Alasanku masih sama mas.. Aku belum mampu dan pantas menjadi pendamping kamu.. " tegasku pada mas Yogi.
"baiklah Re, tidak apa saat ini kamu belum mau terima mas, tapi mas akan tunggu sampai kamu mau terima mas, mas akan buktikan kalau mas bener-bener tulus sama kamu Re " ungkapnya pasrah karena aku tak kunjung luluh juga
"iya mas, terimakasih pengertiannya, maaf kalau menyinggungmu " jawabku dengan polosnya
Lalu mas Yogi melangkah gontai meninggalkanku, mungkin dengan perasaan kecewa karena tidak bisa meluluhkanku.
Namun aku yakin, jika dia serius dengan ucapannya, maka dia akan kembali dengan ungkakan yang sama, dan aku akan lihat seberapa tulusnya dia terhadapku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!