NovelToon NovelToon

Putri Ahli Waris Yang Terbuang

1.Hari Terakhir

Gadis cantik dengan baju seragam hitam membungkus seluruh tubuhnya, yang tingginya 165cm, di dada sebelah kirinya terdapat logo bergambar Naga Api, yang melambangkan jika gadis itu adalah salah satu anggota dari perguruan Naga Api.

Azrela,nama gadis cantik yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke markas tempat pelatihan para anggota silat Naga Api, Azrela adalah seorang pelatih silat wanita yang sudah memegang juara tingkat internasional.

Azrela mengambil tas ransel, memasukkan barang dan printilan seperti;sabuk, celurit,dan pisau kecilnya kedalam tas itu, tidak lupa juga Azrela membawa pistol untuk berjaga-jaga.

Setelah selesai bersiap Azrela melangkahkan kakinya berjalan ke luar kamar, menuju balkon kamar apartemen yang di huninya selama beberapa tahun ini.

"Malam ini sunyi,dan penuh bintang."

Azrela terpaku sejenak menatap ke arah langit malam,yang di sinari bulan purnama, dan di kelilingi oleh taburan bintang yang indah. Bibir ranumnya mengukir sebuah senyuman manis yang melengkung seperti bulan sabit, terpatri indah di wajahnya yang cantik jelita.

"Hmm,fuh.."

Sambil menikmati suasana malam yang hening,ia menghirup udara segar di malam ini. "Sejuknya." Itulah yang di rasakan oleh tubuh Azrela.

Tidak lama, hanya sebentar saja Azrela berdiri di balkon untuk merilekskan pikiran yang kalut, hanya sekedar mengambil nafas dan berdo'a agar perjalanannya di berikan kelancaran.

Setelah puas meraup oksigen sebanyak mungkin barulah wanita itu beranjak dari tempatnya berdiri, kembali masuk ke dalam kamarnya, mengunci semua jendela dan menutup ventilasi yang mungkin saja dapat di masuki oleh nyamuk berbahaya. Dirasa semuanya telah aman barulah ia keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju lift yang menghubungkan langsung ke Basement.

Sesampainya di Basement Azrela menghampiri motor sport kesayangan nya, memeriksa rem dan bensin jika ada yang kurang akurat, karena semua aman,Azrela langsung menaiki kuda besinya dan melajukan kuda besi itu menuju markas.

"Indah sekali malam ini, kalau seperti ini bikin mood makin bagus untuk mengajar anak-anak." Gumam Azrela di tengah-tengah perjalanan yang ramai, menuju daerah markasnya berada.

Gadis cantik itu dengan semangat membelah jalanan Ibu kota yang semakin padat oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.Kendaraan berlalu lalang,silih berganti berlawanan arah.

Dinginnya udara malam,yang terkontaminasi dengan angin kencang,memaksa masuk ke dalam jaket kulit berwarna hitam yang bertengger di tubuh gadis cantik itu,saat Azrela menambah kecepatan laju motor nya, tidak membuat tubuh gadis itu kedinginan, ataupun masuk angin.

Ciiit...

Azrela menekan rem secara mendadak saat ada mobil yang berhenti di depannya secara tiba-tiba. Gadis itu mengusap dadanya untuk mengurangi rasa terkejut akibat mobil yang berhenti secara mendadak.

"Untung aku cekatan, kalau tidak mungkin sudah pindah alam." Syukur Azrela.

Azrela melanjutkan kembali perjalanannya setelah mobil yang berada di depannya kembali melaju.

Jarak tempuh dari apartemen Azrela dengan markasnya, sekitar 1 jam perjalanan, jadi Azrela harus ngebut di jalan karena Ia telah terlambat 10 menit dari jam kemarin dia berangkat.

Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 1 jam akhirnya ia sampai di markas dalam keadaan selamat. Dengan cepat gadis itu memarkirkan motornya.

Azrela melangkahkan kakinya menuju lapangan markas setelah selesai memarkirkan motornya dengan aman, ikut bergabung dengan yang lain.

Seperti biasa yang terlambat akan mendapatkan hukuman, tidak ada yang membedakan antara guru dengan murid,jika terlambat maka mereka akan menjalankan hukuman sesuai peraturan dalam perguruan tersebut.

Jam 3 dini hari Azrela telah selesai mengajar muridnya yang akan di bawa lomba untuk Minggu ini, jadi mau tidak mau mereka harus latihan yang baik agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Gadis cantik itu kembali menyalakan motor sport nya,dan melajukan motornya ke arah jalan pulang. Namun kali ini Azrela tidak menempuh jalanan biasanya,ia mengambil jalan pintas yang cukup sepi agar cepat sampai ke apartemen.

"Lewat kesini sepertinya lebih baik,biar cepat sampai apartment dan aku bisa langsung istirahat." Ucap Azrela mengangguk mantap.

Tanpa ba-bi-bu lagi Azrela menambah kecepatan laju motornya dan membelah jalanan yang sunyi bahkan tidak ada kendaraan bermotor lain sama sekali.

"Kenapa tidak ada yang lewat jalur sini ya? Ah, mungkin karena hari yang sudah larut malam." Azrela menepis pikiran negatifnya dan tetap melajukan motornya dalam kecepatan tinggi.

Drt..drt...

Di tengah perjalanan Ponsel Azrela berdering, menandakan ada yang menghubunginya, namun karena ia yang melajukan motornya dalam kecepatan tinggi, alhasil ia tidak mendengar deringan ponsel itu.

"Bagaimana? Apakah di jawab?"

"Tidak guru, beliau tidak menjawab panggilannya."

"Bagaimana kalau kita susul?"

"Baik guru, kita susul saja."

Kedua pria itu segera melajukan motornya membelah jalanan sepi,dan sunyi,dengan kecepatan tinggi di atas rata-rata, agar dapat menyusul Azrela yang belum lama ini menghilang dari pandangan mata mereka berdua.

"Kenapa kak Aze tidak mengangkat telepon nya?"

"Mungkin Dia sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, jadi tidak mendengar suara deringan ponsel,atau bisa saja ponsel nya mati."

Kedua Pria itu sedang di landa gelisah, dan khawatir dengan keadaan Azrela, karena melewati jalanan yang sangat sepi penduduk,dan gelap nya malam akan semakin gelap akibat pepohonan yang rindang, yang tumbuh di pinggiran jalan tersebut.

Setelah 5 menit menyusul Azrela yang tidak kunjung terkejar oleh seorang murid dan gurunya itu. Akhirnya sang guru pun memutuskan untuk menancap gas hingga kecepatan terakhir,dan tanpa sadar jika motor nya menabrak seseorang hingga terpental jauh dan kepalanya mengenai batu besar yang sedang teronggok di tengah jalan. Sedangkan kedua pria itu mendarat di tanah yang habis di gali, sehingga mereka aman.

Sebelumnya, Azrela berhenti secara tiba-tiba saat melihat jalanan yang sepertinya sedang di perbaiki. Ia menegakkan standar motornya dan turun dari motor untuk memeriksa kondisi jalan,benar saja jika jalan itu habis di gali oleh pekerja jalan.

Azrela berdiri tidak jauh dari motornya, hendak melihat panggilan yang masuk ke ponselnya,ia mendengar dengan samar suara ponsel yang berdering,saat di perjalanan tadinya, namun karena Azrela yang sudah tidak sabar ingin cepat sampai di apartemen jadi gadis itu hanya mengacuhkan nya saja,toh nanti setelah sampai di apartemen ia juga bisa melihatnya bukan?

Sepertinya gadis cantik itu kurang update tentang berita terbaru bulan ini,jika jalur sepi ini sedang mengalami perubahan,dan perbaikan jalan yang sudah di garap beberapa hari belakangan.

Baru saja Azrela akan mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, tiba-tiba ada motor yang melaju ke arahnya dengan amat sangat kencang hingga menabrak tubuhnya dan terpental jauh menghantam batu besar,yang tadi sempat di injak oleh Azrela saat ia memeriksa kondisi jalan.

"Kak Aze!!"

"Aze!!"

Gadis itu masih dapat mendengar suara teriakan dari kedua pria yang sangat ia kenali dengan samar, sebelum semua kesadarannya hilang.

2.Terbangun di tubuh yang berbeda

Silaunya bias cahaya menembus celah dinding kamar seorang gadis bergaun biru yang terbaring di atas ranjang,dengan mata terpejam dan muka penuh lebam.

Cicit burung-burung kecil mengganggu pendengaran gadis itu,hingga matanya yang terpejam mulai terbuka secara perlahan. Kepalanya berkedut dan rasa sakit menyerang seketika saat gadis itu berhasil membuka matanya dengan lebar.

"Ssh," ringis gadis itu memegang kepalanya yang terasa sangat sakit.

Tiba-tiba di benaknya berputar beberapa adegan menyakitkan yang terekam begitu jelas oleh gadis itu, mulai dari gadis itu berumur sepuluh tahun hingga saat dimana dirinya di aniaya oleh Ibu dan saudara tirinya hingga tidak sadarkan diri.

Tangan gadis itu mengepal erat, setelah semua adegan itu kembali masuk ke dalam pikirannya.

"Nona? Nona Haziran, syukurlah Nona Haziran sudah bangun, saya sangat mengkhawatirkan keadaan Nona dari tiga hari yang lalu." Ucap Tessi pelayan pribadi gadis cantik itu dengan wajah yang berbinar.

Hati pelayan itu begitu senang saat Nonanya akhirnya terbangun kembali selama tiga hari tidak sadarkan diri, hampir saja pelayan wanita itu berputus asa dengan keadaan Nonanya sebelumnya. Tetapi berkat doa' pelayan itu setiap waktu yang meminta agar Nonanya kembali untuk di sadarkan dari pingsannya.

Gadis yang di panggil Nona Haziran itu samar-samar mendengar suara dari pelayan pribadinya. Pupil matanya berwarna kuning keemasan itu bergerak melingkar,menatap lekat ke arah sumber suara yang berhasil menarik kesadarannya dari dalam pikiran-pikiran yang membuat hatinya menjadi terasa panas.

Gadis itu tidak langsung menjawab ucapan dari pelayan wanita tersebut, karena dirinya masih berusaha keras untuk berpikir,apa yang sedang terjadi dengannya, sehingga berada di tempat asing yang sama sekali tidak pernah di lihatnya.

Terakhir kali yang di ingat oleh gadis itu hanya dua suara yang meneriakkan namanya dengan suara bergetar hebat, setelah itu tidak ada lagi yang diingat oleh gadis itu.

"Nona Haziran Azalter!"

"Apakah Anda mendengar suara saya Nona Haziran?" Pelayan wanita itu kembali memanggil nama Nonanya.

Mata pelayan wanita itu berkaca-kaca saat tidak kunjung mendapatkan respon dari orang yang selama ini sangat di lindunginya.

Sedangkan orang yang di khawatirkan masih saja belum sepenuhnya sadar dari lamunannya, hingga akhirnya gadis itu tersadar saat pelayan Tessi memberanikan diri untuk mengusap lembut pucuk kepala Haziran Azalter.

"Hah,apa yang sudah terjadi dengan diriku?" tanya Azrela dengan suara datar.

"Begini Nona Haziran.."

Pelayan Tessi menceritakan kejadian yang sudah membuat Haziran Azalter tidak sadarkan diri selama tiga hari akibat perbuatan Ibu angkatnya (Duchees Hellera),kepada Azrela yang baru saja berpindah jiwa ke tubuh Haziran Azalter.

"Apakah hanya itu saja?"

"Masih banyak Nona Haziran, Duchees Hellera sangat sering memarahi Nona semenjak Duke Azalter mulai kembali bekerja di kerajaan Venus, Duchees Hellera hanya akan baik kepada Nona Haziran saat Duke Azalter kembali ke kediaman." Jelas pelayan Tessi menceritakan kepada Azrela.

"Jadi namaku sekarang Haziran Azalter? Bukan Azrela lagi." Monolog Azrela di tengah keterdiamannya.

"Bisakah kau membantuku untuk bangun?" Ucap Haziran dengan suara datar dan dingin, karena masih terngiang-ngiang tentang bayangan pemilik tubuh aslinya yang di aniaya oleh Ibu angkatnya sendiri.

Pelayan Tessi mengangguk cepat,"Bisa Nona Haziran,saya akan membantu Anda untuk bangun." Jawabannya dengan cepat.

Haziran memperhatikan sekitar saat kepalanya sudah berhasil bersandar pada kepala ranjang dengan nyaman. Mata elangnya menelisik sebuah lukisan yang tergantung di dinding yang berada di depannya.

"Kalau boleh tau, siapakah namamu?" Ucap Haziran, sedangkan matanya masih fokus menatap pada benda yang terdapat wajah tiga orang yang terpahat di dalam lukisan yang menggantung itu.

"Ah, Nona melupakan nama saya?" Kaget pelayan Tessi, yang membuat wanita itu kembali meneteskan air mata.

"Hah,bukan begitu."Panik Haziran saat melihat pelayan wanita itu menangis karena pertanyaan yang baru saja di lontarkannya.

"Bukan begitu,aku hanya takut salah memanggil namamu karena sudah terlalu lama tidak sadarkan diri."

Terpaksa Haziran Azalter mencari alasan yang lebih masuk akal,agar pelayan Tessi berhenti menangis.

 Azrela yang dulunya hanya tinggal sendirian,dan tidak mempunyai keluarga lagi setelah neneknya meninggal dunia, jadi lupa bagaimana caranya untuk membujuk orang yang menangis akibat perbuatannya.

Walaupun Azrela adalah seorang guru silat, namun muridnya kebal dengan kata-kata yang mungkin akan membuat mereka tersinggung, alhasil Azrela tidak pernah menemukan orang yang menangis di hadapannya semenjak hari terakhir neneknya tiada, meskipun itu seorang anak kecil.

"Ah iya Nona Haziran, maaf kan saya karena saya lalai dalam menjaga anda sehingga anda tidak sadarkan diri dalam waktu yang lama."Jawab pelayan Tessi, setelah air matanya mengering.

Pelayan Tessi menjeda ucapannya sebelum melanjutkan ucapannya kembali."Nama saya Tessiana Nona Haziran, tapi Anda cukup memanggil saya dengan sebutan Tessi." Lanjut pelayan Tessi sambil tersenyum hangat.

"Baiklah Tessi,kau bisa kembali untuk melanjutkan pekerjaan mu,aku akan beristirahat sebentar, karena seluruh tubuhku terasa begitu berat."

"Baik Nona Haziran,saya akan keluar sekarang, selamat beristirahat Nona Haziran."

"Hem."

Setelah pelayan Tessi keluar dari dalam kamar Haziran Azalter, gadis itu kembali membaringkan tubuhnya, agar tubuhnya segera kembali membaik setelah tiga hari tidak bergerak.

Kamar yang di tempati oleh gadis itu tidak terlalu besar atau kekecilan, sederhana, namun cukup terlihat mewah karena ukiran dindingnya batik kuno yang tidak di warnai, terlihat unik dan menarik.

Di depan kamarnya terdapat beberapa pohon rindang yang tumbuh dengan sangat subur, banyak bunga Lily dan bunga mekar tahunan lainnya, tidak terkecuali dengan bunga yang mekar setiap hari,di sekeliling kamar itu di hiasi oleh bunga-bunga tersebut.

Kamar Haziran Azalter memang terpisah dari kediaman utama karena keinginan Haziran sendiri, saat Ayahnya hendak menikah lagi saat umurnya sepuluh tahun,Haziran Azalter menginginkan kamarnya untuk di pindahkan ke bagian belakang kediaman yang berada di dalam perkarangan Telaga Biru.

Karena di tempat itu banyak sekali kenangan indah bersama Ibundanya sebelum sang Ibunda pergi untuk selamanya. Dan Haziran Azalter tidak ingin momen-momen indah itu hilang dan lenyap begitu saja dari pikirannya, itulah kenapa Haziran meminta agar kamarnya di pindahkan,agar dirinya bisa setiap saat mengingat bayangan saat bersama sang Bunda.

Haziran Azalter berharap saat sang Ayah menikah lagi,dia akan mendapatkan pengganti Bundanya yang sangat menyayanginya, namun sayangnya keinginan Haziran tidak terkabul,dan malah sebaliknya, dirinya selalu di siksa dan di caci jika melakukan kesalahan sekecil apapun,dan Kedua saudara/saudari tirinya juga selalu membuat masalah dengannya, tidak heran jika Haziran mendapatkan banyak luka lebam pada bagian tubuhnya,itu semua adalah perbuatan jahat Ibu tirinya, yang suka memukulnya.

Duchees Hellera, dan kedua anaknya hanyalah penduduk biasa, saat Duke Azalter ingin meminangnya,dan tidak ada rasa curiga ataupun rasa was-was Duke Azalter terhadap Duchees Hellera yang akan menyakiti putrinya saat ingin mengangkat Duchees Hellera sebagai pendamping hidup keduanya.

Dan melihat kedua anak Duchees Hellera yang juga begitu ramah saat Duke Azalter berkunjung ke rumah mereka. Hellen adalah nama putri Duchees Hellera,dan Haller nama putranya, umur mereka tidak terpaut jauh dari Haziran, hanya satu dan dua tahun saja.

3.Telaga Biru

Haziran Azalter terbangun di saat senja jingga sedang bermega, warna merah bercampur orange yang menyatu begitu indah di pandang mata.

Tubuh gadis itu sudah mulai terasa lebih baik dari sebelumnya, Kaki jenjangnya yang di tutupi oleh gaun berwarna abu-abu tua yang baru saja di gantinya,mengayun melangkah ke luar dari dalam kamar,menuju tepian telaga biru, burung-burung kecil berkicau seakan menyambut gadis berambut golden brown itu yang sudah lama tidak menginjakkan kakinya di tempat sejuk tersebut.

Bunga teratai yang sedang mekar seakan menantikan kehadiran sang pemuja hati, katak-katak yang berada di dalam air,keluar dan berdiri di bebatuan sambil menatap ke arah Haziran Azalter.

Kupu-kupu berterbangan mengelilingi tubuh mungil gadis cantik itu, suara burung-burung kecil itu semakin kencang seperti sedang bernyanyi untuk tuanya.

"Indah,ini lebih indah dari pada dunia asliku, sepertinya tidak begitu buruk tinggal di tubuh gadis bangsawan ini." Gumam Haziran,dengan senyuman yang terukir indah di bibirnya yang melengkung seperti bulan sabit.

"Sekarang aku harus mencari cara bagaimana agar aku bisa bertahan hidup di dunia fantasi ini,aku akan mencoba untuk membantu Haziran Azalter untuk membongkar kebusukan dari keluarga tirinya." Ucap Haziran mengangguk mantap.

Tangannya mengambil air yang terasa begitu sejuk dengan kedua telapak tangannya, sambil memain-mainkan air itu,dan membuangnya ke udara.

Sedangkan pelayan Tessi berdiri sekitar empat meter di belakang tubuh Haziran Azalter, pelayan Tessi tersenyum bahagia melihat Nonanya yang kembali tersenyum setelah beberapa hari terbaring tak berdaya.

"Nona Haziran? Apakah ada yang anda butuhkan untuk menemani senja yang indah ini?" Tanya pelayan Tessi setelah cukup lama hening.

Haziran menoleh ke arah sumber suara, gadis itu hampir saja lupa jika ia tidak hanya sendirian di sana, untungnya Haziran tidak berbicara keras sehingga pelayan Tessi tidak mendengar apa yang tadi di pikirkan olehnya.

"Hem,aku tidak membutuhkan apapun saat ini,jika kau tidak keberatan bisakah kau untuk mencarikan ku jubah hitam bertudung,dan senjata tajam jenis belati,dan juga pedang,aku sangat membutuhkan benda itu." Jawab Haziran menatap wajah pelayan Tessi yang menunduk.

Untuk apa Nona Haziran meminta barang seperti itu kepadaku, sangat aneh, semenjak Nona sadar dari pingsannya kepribadian Nona Haziran menjadi lebih datar dan tidak banyak bicara seperti sebelumnya.

"Ba-baik Nona Haziran,saya akan mencarikan nya untuk Nona sekarang,apa tidak masalah jika Nona di sini sendirian?" Ucap pelayan Tessi tidak enak hati jika harus meninggalkan Haziran sendirian, di tambah lagi pelayan Tessi takut hal buruk akan menimpa Nonanya.

"Tidak apa-apa,kau bisa pergi sekarang, jangan terlalu khawatir dengan keadaanku Tedsi." Ucap Haziran datar.

Semenjak gadis itu bertukar Jiwa,kepribadian mereka yang biasanya sama-sama baik dan penyabar,jadi berubah delapan puluh persen, mungkin karena Azrela yang selalu teringat dengan kehidupan Haziran Azalter sebelumnya. Itulah salah satu penyebab Azrela menjadi lebih tegas dan kalem agar harga dirinya tidak mudah diinjak oleh orang lain.

Pelayan Tessi langsung pamit undur diri dari hadapan  Haziran, setelah mendapat balasan anggukan kepala dari gadis berambut warna Golden brown itu.

Sekarang tinggal  Haziran seorang diri di sana,di temani suara jangkrik malam di sepanjang telaga biru yang membuat keheningan seketika, suara burung-burung kecil sudah tidak terdengar lagi,dan senja jingga telah melebur ke dalam malam.

 Haziran Azalter berdiri dari duduknya, melangkah meninggalkan tempat itu dan kembali ke dalam kamarnya untuk menghidupkan lentera. Namun belum sampai gadis itu masuk ke dalam kamarnya, lentera itu sudah menyala di setiap sudut ruangan kamarnya hingga bagian luar kamar.

"Apakah pelayan itu yang menyalakan lentera nya?" Gumam Haziran berjalan mendekati pintu kamar.

"Enak sekali." Senyuman manis tidak luntur dari wajah cantiknya.

Ceklek..

"Tessi!"

"Nona!"

Kedua wanita itu menjerit kaget karena sama-sama ingin membuka pintu kamar tersebut. Hampir saja kedua wanita itu bertabrakan jika Haziran tidak cepat mengelak sehingga pelayan Tessi terjatuh ke tanah.

"Maaf kan aku,aku tidak sengaja membuatmu terjatuh Tessi." Ucap Haziran sambil membantu pelayan pribadinya itu untuk berdiri dari atas tanah.

"Tidak apa-apa Nona,ini bukan seratus persen salah Nona Haziran, maaf kan saya yang sudah membuat jantung anda kaget Nona." Jawab pelayan Tessi sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat kepada Haziran Azalter.

"Hem." Dehem Haziran sebagai jawaban atas permintaan maaf dari pelayan Tessi.

Haziran duduk di sisi ranjang sambil tersenyum menyeringai, memegang jubah hitam bertudung, dan senjata yang tadi di mintanya kepada pelayan Tessi. Namun yang membuat gadis itu tertegun kenapa pelayan Tessi begitu cepat membawakan pesanan itu untuknya, apakah pelayan Tessi mempunyai barang tersebut sebelumnya? Pertanyaan itu yang muncul di dalam benak Haziran saat ini.

Ceklek..

Pintu kamar terbuka dan masuklah  seorang wanita yang berada di dalam pikiran Haziran, kebetulan sekali pelayan Tessi masuk ke dalam kamarnya Haziran jadi gadis itu dapat menanyakan langsung kepada orangnya.

"Nona,saya membawakan makan malam untuk Anda." Pelayan Tessi meletakkan nampan yang berisi segelas air putih, makanan berat,dan buah-buahan, tidak lupa juga pelayan itu membawakan obat untuk Nonanya.

"Terimakasih,ah iya,bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" Ucap Haziran yang sedari tadi sudah tidak sabar ingin bertanya tentang pakaian dan senjata tajam tersebut.

Pelayan Tessi mengalihkan perhatiannya kepada Haziran, wajahnya yang selalu menunduk saat akan berbicara dengan Haziran Azalter.

"Tegakkan wajahmu Tessi,aku tidak suka melihat kau menunduk saat aku berbicara!" Tegas Haziran Azalter yang langsung di turuti oleh pelayan Tessi.

"Boleh Nona Haziran, Anda boleh bertanya sebanyak yang Anda mau Nona." Jawab pelayan Tessi tersenyum melihat wajah cantik Haziran.

"Apakah sebelumnya kau sudah mempunyai jubah hitam bertudung dan senjata tajam ini?"

"Ah,itu.." pelayan Tessi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Haziran Azalter menaikkan satu alisnya ke atas saat mendengar jawaban ambigu dari pelayan Tessi.

"Itu Nona Haziran, saat Nona tidak sadarkan diri,saya pergi keluar dari kediaman Duke Azalter untuk mencari beberapa tambahan obat yang akan di campurkan pada obat Nona." Pelayan Tessi menjeda ucapannya.

"Dan di perjalanan di pinggir hutan mati saya bertemu dengan seorang lelaki berjubah hitam menggunakan topeng, orang itu meminta saya agar mencarikan jubah hitam bertudung dan senjata tajam yang sama dengan permintaan Nona, namun saat saya kembali dari alun-alun kota orang itu sudah tidak ada lagi,dan hanya ada sebuah surat yang di tinggalkan oleh orang itu di sana." Lanjut pelayan Tessi menjelaskan ceritanya yang di angguki oleh Haziran.

"Apa isi dari surat itu?" Tanya Haziran penasaran dengan cerita pelayan Tessi.

"Berikanlah jubah dan senjata itu untuk orang yang memintanya kepada mu." Ucap pelayan Tessi.

Namun detik berikutnya kedua wanita itu tercengang dengan isi surat yang di terima oleh pelayan Tessi.

"Jadi.."

"Tunggu! Apakah itu semua mempunyai makna tersendiri?" Potong Haziran cepat saat pelayan Tessi ingin berbicara, sehingga pelayan itu tidak melanjutkan ucapannya.

"Ah, sepertinya begitu adanya Nona Haziran,saya juga berpikir begitu." Jawab pelayan Tessi mengangguk.

"Hem,jika ada pekerjaan lain yang ingin kau selesaikan, tidak apa,kalau begitu kau bisa pergi sekarang,terimakasih atas makan malam yang sudah kau bawakan untukku." Ucap Haziran Azalter tidak sedatar biasanya.

"Sama-sama Nona Haziran,itu sudah menjadi tugas saya sebagai pelayan pribadi Nona Haziran."

Aku harus istirahat sekarang untuk memulihkan kondisi tubuhku yang terasa sangat lemah ini.

Setelah pelayan Tessi kembali ke dapur untuk membantu pelayan yang lain, Haziran Azalter kembali tertidur karena tubuhnya yang masih belum sepenuhnya pulih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!