" Huek...Huek .Huek.."
Nafas Anisa pun terengah-engah setelah mengeluarkan seluruh isi dalam perutnya.
" Ya Tuhan apa yang terjadi padaku,kenapa aku mual,dan muntah muntah seperti ini." monolog Anisa,sambil melihat wajahnya di depan cermin yang ada di toilet tempat dirinya bekerja.
Anisa keluar dari bilik toilet dengan wajah yang sangat pucat,dan salah satu sahabatnya menyuruhnya untuk minta izin pada bos mereka agar Anisa bisa pulang untuk beristirahat di rumah, karena Anisa terlihat sedang tidak baik baik saja.
" Nis..yuk aku antar kamu buat izin sama pak bos." ucap Gina yang terlihat begitu khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.
" Ga usah Gin,aku masih kuat kok,aku udah ga apa-apa tadi cuma pusing aja dikit." sahut Anisa yang membuat sahabatnya itu untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya.
" Tapi Nis,muka kamu pucat banget loh,kamu ga usah takut minta izin sama pak Gerry dia kan baik banget sama kamu, kayaknya doi suka deh sama kamu Nis." ucap Gina sambil tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.
" Husss..apaan sih Gin,kamu jangan bikin gosip ga bener kayak gitu,gimana kalau ada yang denger nanti." ucap Anisa.
" iya..iya,,tapi itu fakta Nis,ya udah jadi gimana kamu mau izin pulang ga?" tanya Gina memastikan lagi.
" enggak,aku udah ga apa-apa." jawab Anisa dengan yakin.
" Ya udah kalau gitu,yuk..kita kerja lagi." ajak Gina.
Anisa Putri Prayoga, itulah nama lengkapnya dia gadis yang cantik,ramah,dan mandiri, seperti sekarang ini dia sedang bekerja paruh waktu,demi memenuhi kebutuhannya sendiri dan juga untuk membayar biaya kuliahnya yang sudah semester akhir.Orang tua Anisa bukan orang yang tidak mampu membiayai pendidikan anak mereka,karena ayah Anisa yaitu pak Angga Prayoga bekerja sebagai manager keuangan di salah satu cabang perusahaan ternama di Jakarta sedangkan sang ibu memiliki toko kue yang cukup banyak memiliki pelanggan,namun Anisa ingin mandiri dia tidak mau semuanya mengandalkan uang orang tua nya.
Beberapa hari ini Anisa sering merasakan pusing dan mual,dan dia pun merasa takut karena satu bulan yang lalu dia telah melakukan hal yang tidak boleh dilakukan oleh pasangan yang belum sah sebagai suami-istri,namun saat itu dia begitu terlena dengan rayuan dan belaian yang di berikan oleh sang kekasih yang bernama Adrian Wiguna, seorang pria yang dia kenal tiga bulan yang lalu, karena Adrian merupakan seorang pelanggan yang cukup sering untuk makan di restoran tempatnya bekerja saat ini.
Setelah mengenal Anisa sebagai salah satu pelayan di restoran tersebut Adrian semakin sering makan di restoran itu,selain masakannya yang terkenal enak tetapi juga dia sedang melakukan pendekatan dengan Anisa,siapa yang tidak akan tertarik dengan pria tampan, berkharisma,ramah,mapan seperti Adrian Wiguna.
Akhirnya setelah kegigihan Adrian yang kerap menunggu Anisa selesai bekerja lalu mengantarnya pulang dan kadang Adrian pun menjemput Anisa ke rumahnya lalu di antarkan ke tempat kerjanya,Anisa pun luluh dengan kebaikan dan kegigihan Adrian dalam mengejar cintanya sampai akhirnya Anisa pun menerima cinta Adrian dan mereka pun berpacaran.
Setelah berpacaran selama dua bulan lamanya Adrian mengajak Anisa untuk berlibur ke sebuah pulau,dan disanalah mereka melakukan hubungan intim yang seharusnya tidak mereka lakukan saat ini.Setelah kejadian itu Anisa merasa sangat menyesal dan takut karena telah memberikan mahkota berharga nya kepada pria yang belum berstatus sebagai suaminya,namun ketakutan dan penyesalan itu dia tepis karena dia yakin Adrian pasti akan bertanggung jawab dan menikahinya jika dirinya hamil.
Hari sudah malam,dan sudah waktunya semua pelayan di restoran tersebut untuk pulang,dan Anisa pun sedang bersiap-siap untuk pulang.
" Nis..aku pulang duluan ya,Doni udah jemput aku di depan." ucap Gina sahabat Anisa yang selalu pamit pulang lebih dulu karena sudah di jemput sang kekasih yang bernama Doni itu, sehingga Gina tidak pernah tau bahwa Anisa pun selalu di jemput oleh Adrian.Bahkan Gina tidak pernah tau jika sahabatnya itu sudah memiliki pacar.
" Iya..hati hati Gin." sahut Anisa.
" iya..kamu juga Nis." jawab Gina.
Setelah sepeda motor yang di tumpangi Gina dan pacarnya itu meninggalkan parkiran restoran,kini mobil Adrian pun tiba di parkiran untuk menjemput Anisa.
" Hai.." sapa Anisa.
" Hai.." sahut Adrian,lalu membukakan pintu mobilnya untuk Anisa.Kemudian dia pun memasuki kursi kemudi dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Setelah mobil yang di kendarai oleh Adrian melaju meninggalkan restoran,Anisa pun mencoba memberanikan diri untuk menceritakan apa yang di rasakan nya selama ini,Anisa berpikir mungkin setelah dia menceritakan apa yang di alami nya selama ini Adrian akan segera melamarnya.
" Mas Adrian.." ucap Anisa yang mencoba membuka suara.
" hmmm..." Adrian menjawab dengan gumaman sambil terus menyetir.
" Mas..aku..aku mau bicara sesuatu yang serius sama kamu." ucap Anisa dengan gugup.
" hmmm...bicaralah sayang." sahut Adrian dengan santai.
" Akhir akhir ini aku sering pusing dan mual mas,aku takut..aku takut...aku hamil mas.." ucap Anisa yang sontak membuat Adrian mengerem mendadak.
" CIIIIIITTTT"
" APA???? Kamu hamil??" tanya Adrian dengan raut wajah yang begitu pucat setelah mendengar perkataan Anisa.
" Kenapa kamu begitu terkejut mas,kan emang waktu kita liburan itu kita sudah melakukan hal itu mas,jadi wajar kalau aku hamil." ucap Anisa.
" Apa? Wajar kata kamu,kita melakukan itu hanya baru sekali,mana mungkin kamu hamil,kamu jangan menakut nakuti aku Anisa." ucap Adrian yang tentu saja di luar dugaan,Anisa pikir Adrian akan dengan bijaksana menanggapi masalah itu tapi ternyata dirinya salah.
" Menakut nakuti gimana maksud kamu mas,kalau aku beneran hamil, kamu mau tanggung jawab kan mas? " tanya Anisa dengan raut wajah yang penuh ketakutan.
" Anisa..aku..nanti aku pikirkan dulu solusinya ya,lagian belum tentu juga kamu hamil kan." ucap adrian yang kemudian kembali melajukan mobilnya menuju ke rumah Anisa.
" Tapi memang aku sudah telat datang bulan mas," ujar Anisa.
" baiklah kamu tes terlebih dahulu ya,biar yakin setelah itu kita pikirkan solusinya." jawab Adrian yang membuat Anisa meragukan pria yang menjadi kekasihnya itu.
Mobil Adrian pun tiba di depan rumah Anisa dan Anisa turun dari mobil itu,tanpa sepatah katapun Adrian langsung tancap gas meninggalkan Anisa yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya.
" Kenapa mas Adrian malah berubah drastis seperti itu ketika aku menceritakan apa yang aku rasakan belakangan ini,ya Tuhan bagaimana jika aku benar-benar hamil dan mas Adrian tidak mau tanggung jawab." monolog Anisa dalam hatinya sambil terus melihat ke arah mobil Adrian yang sudah jauh dari pandangannya.
" Nisa...ngapain kamu terus berdiri di situ nak? " tanya sang bunda yang keluar dari dalam rumah.
" Eh..bunda,ga apa-apa Nisa cuma lihat mobil mas Adrian aja." jawab Anisa.
" sampai segitunya kamu,tumben Adrian ga mampir? " tanya sang bunda.
" Katanya dia ada urusan Bun harus buru buru pulang." jawab Anisa yang tentu saja berbohong.
" Ya sudah ayo masuk." ajak sang bunda sambil menggandeng tangan anak kesayangannya itu.
Anisa pun membersihkan diri di kamarnya setelah itu dia ke ruang makan untuk makan malam bersama ayah dan bundanya.Setelah selesai makan dia pun merasakan mual yang luar biasa akhirnya dia pamit untuk segera pergi ke kamarnya, sesampainya di kamarnya dia langsung ke toilet untuk memuntahkan semua makanan yang baru saja masuk ke dalam perutnya tadi.
" Ya Tuhan, bagaimana kalau aku benar-benar hamil." monolog Anisa sambil melihat pantulan wajahnya di cermin yang ada di kamar mandi nya.
Tanpa ingin menunggu sampai besok Anisa pun pergi keluar untuk ke apotik yang terdekat dari rumahnya.
" Nisa,kamu mau ke mana nak?" tanya sang bunda yang melihat putrinya itu mengeluarkan motor maticnya dari garasi.
" Nisa mau keluar sebentar Bun,ga lama kok,cuma ke minimarket depan." sahut Anisa.
" hati hati nak."
" iya Bun.."
Kemudian Anisa pun melajukan motornya ke apotik yang paling dekat dari rumahnya untuk membeli alat tes kehamilan.Karena dia sangat penasaran dengan dirinya apakah memang sedang berbadan dua.Anisa sengaja membeli alat tes kehamilan beberapa merek, karena dia ingin memastikan dengan yakin bahwa dirinya hamil atau tidak.
Sesampainya di rumah Anisa langsung memasukkan kembali motornya ke garasi dan dia langsung menuju ke toilet yang ada di dalam kamarnya,dia langsung melakukan tes kehamilan dengan alat yang di belinya tadi dari apotik.
Wajah Anisa terlihat sangat tegang ketika melihat hasil dari alat tes kehamilan itu,dan seperti dugaannya selama ini memang benar bahwa dirinya tengah berbadan dua.
Tubuh Anisa pun merosot ke bawah lantai ketika melihat hasil dari beberapa alat tes kehamilan yang di belinya itu semua menunjukan hasil yang sama yaitu positif.
" Hiks... Hiks... Hiks..apa yang harus aku lakukan seandainya mas Adrian tidak mau menikahi ku." monolog Anisa sambil menangis.
*
Keesokan harinya Anisa pun pergi ke kantor dimana tempat Adrian bekerja,dua bulan yang lalu sebelum Adrian menjadi kekasihnya Anisa pernah mengirim makanan dari restoran nya ke salah satu perusahaan yang memesan delivery order di restoran nya dan ternyata dia melihat Adrian disana namun pria itu tidak melihatnya karena sedang fokus mengobrol dengan beberapa karyawan lain.
Anisa pun tiba di perusahaan yang termasuk salah satu perusahaan terbesar di Jakarta, setelah tiba di dalam lobi dia pun merasa kebingungan bagaimana caranya dia bisa bertemu dengan Adrian sedangkan dia tidak tau Adrian bekerja di lantai berapa, jabatannya sebagai apa, akhirnya dia pun berinisiatif untuk menanyakan keberadaan Adrian hanya berbekal nama lengkap Adrian saja.Bukan tanpa alasan Anisa mencari Adrian ke tempat kerjanya karena dari semalam hingga saat ini nomor ponsel Adrian tidak dapat di hubungi.
" Permisi mbak,apa saya bisa bertemu dengan pak Adrian Wiguna?" tanya Anisa kepada resepsionis di kantor tersebut.
* Bersambung*
" Permisi mbak,apa saya bisa bertemu dengan pak Adrian Wiguna?" tanya Anisa kepada resepsionis di kantor tersebut.
Belum sempat resepsionis itu berbicara Adrian sudah muncul dari dalam lift dan resepsionis itu pun menatap ke arah Adrian.
" mbak" ucap Anisa yang kemudian Anisa pun melihat kemana arah pandangan resepsionis itu dan ternyata ke arah orang yang sedang di cari nya,tanpa permisi pada resepsionis itu Anisa langsung mengejar Adrian yang hendak pergi keluar bersama asisten nya yang bernama Gustav.
" Mas Adrian tunggu..mas..mas Adrian." Anisa berlari sambil memanggil nama Adrian,dia tidak peduli banyak pasang mata yang menatapnya dengan tatapan aneh.
" Anisa.." lirih Adrian namun masih bisa terdengar oleh asistennya yang berada di sampingnya.
" Mas..kita harus bicara." ucap Anisa setelah tiba di hadapan Adrian.
" Anisa bagaimana kamu bisa tau kantor saya?" tanya Adrian dengan tatapan yang sulit di artikan.
" itu ga penting mas,yang penting kita harus bicara sekarang juga." ucap Anisa dengan wajah serius.
Karena merasa ada banyak karyawan yang menatap ke arahnya Adrian pun memutuskan untuk mengajak Anisa berbicara di tempat lain, kemudian dia menyuruh asistennya itu untuk mengantarkan mereka ke sebuah kafe yang dekat dengan hotel dimana dia akan meeting siang ini, beruntung Adrian masih punya waktu beberapa menit lagi.
Setelah tiba di sebuah kafe Adrian meminta sang asisten untuk menunggu di mobil sementara ia dan Anisa masuk ke dalam kafe tersebut.
" Anisa..kamu ngapain datang ke kantor ku? " tanya Adrian dengan sedikit marah,setelah mereka duduk di salah satu meja yang ada di sana.
Belum sempat Anisa menjawab ada seorang pelayan yang memberikan buku menu makanan kepada mereka,dan akhirnya mereka berdua hanya memesan minuman.
" Ada hal penting yang ingin aku bicarakan pada mas Adrian." ucap Anisa setelah pelayan kafe itu pergi.
" katakan lah,waktu ku tidak lama." ucap Adrian dengan sikap yang tak sebaik dulu ketika berusaha terus mengejar cinta Anisa.
" Aku...aku hamil mas"
" APA????" teriak Adrian dengan nada sedikit marah.
" Anisa..aku..aku tidak bisa menikahi mu,gugurkan kandungan mu Anisa." ucap Adrian dengan wajah yang pucat karena dia takut semua ini akan sampai di telinga sang istri.
" Ta..tapi kenapa mas? Kenapa mas Adrian tidak bisa menikahi ku,bukan kah mas berjanji akan mencintai aku selamanya,kenapa sekarang mas berubah,kenapa mas? " Anisa berucap dengan nada yang sedikit meninggi dan sambil menangis.
" Anisa tenang,kamu jangan seperti ini,malu di lihat orang lain." ucap Adrian dengan suara pelan.
" Aku tidak peduli mas,kamu harus bertanggung jawab." ucap Anisa lagi.
" Ok..ok tapi jangan seperti ini,kita cari tempat lain,ayo.." kemudian Adrian pun menarik tangan Kamila untuk keluar dari kafe tersebut, karena di kafe tersebut sudah banyak orang yang menatap aneh ke arah mereka berdua.Tanpa Adrian ketahui ada orang yang mengenalnya terus memperhatikan percakapannya tadi bersama Anisa bahkan orang itu mengambil video ketika Adrian dan Anisa sedang berbicara tadi.
*
" TING"
Tanda ada chat yang masuk ke ponselnya,lalu Cintya pun langsung mengambil ponselnya dan membuka chat tersebut.
" Siska? kirim video apa sih dia." monolog Cintya lalu membuka video tersebut.
Cintya terlihat membelalakkan matanya melihat video yang baru saja di kirim oleh sahabatnya, nafasnya memburu menahan amarah yang ingin segera ia lampiaskan karena di dalam video itu begitu jelas percakapan antara Adrian dengan Anisa.
Tanpa pikir panjang Cintya pun langsung menelpon Siska untuk memastikan kebenaran dari video tersebut.
" Halo..Cin.."
" Dimana kamu lihat mas Adrian dengan cewek pelakor itu? " tanya Cintya dengan penuh amarah.
" Di kafe bintang Cin,sorry Cin bukan maksud ku mengadu domba kamu sama suami kamu,tapi.." ucap Siska.
" Iya Sis,aku ga nyalahin kamu,makasih atas infonya." Lalu Cintya pun menutup telponnya secara sepihak.
" Awas kamu mas,ga ada seorang pun yang bisa merebut kamu dari aku mas." monolog Cintya sambil mengepalkan kedua tangannya.
*
" Rasain kamu Cintya,laki laki yang selalu kamu banggakan itu malah selingkuh di belakang mu." monolog Siska mencibir Cintya sambil tersenyum menyeringai.
*
Adrian pun membawa Anisa ke tepi pantai yang lumayan sepi dari pengunjung sehingga mereka bisa leluasa untuk berbicara,Adrian tadi menyuruh Gustav untuk kembali ke kantor naik taxi dan membatalkan semua meeting hari ini karena dia ada keperluan mendesak tak lupa dia pun mewanti-wanti asisten nya itu agar tutup mulut mengenai dirinya yang pergi bersama Anisa.
" Anisa dengarkan aku,aku tidak bisa menikahi mu,aku akan beri berapapun uang yang kamu mau,asal kamu gugurkan kandungan mu." ucap Adrian dengan wajah yang serius sambil kedua tangannya memegang bahu Anisa.
" Ternyata kamu ga sebaik yang aku kira mas,ternyata kamu ga lebih dari seorang bajingan.hiks...hiks..aku menyesal telah mengenal laki laki seperti mu mas,AKU MENYESAL..." teriak Anisa meluapkan seluruh amarahnya lalu dia pergi meninggalkan Adrian,namun Adrian pun mengejarnya,lalu Adrian pun memeluk paksa Anisa dari belakang.
" LEPASIN AKU MAS, LEPASIN..." teriak Anisa sambil terus memberontak.
" Anisa dengarkan aku dulu Anisa,Ok..aku akan menikahi kamu tapi kita menikah secara diam diam." ucap Adrian sambil menatap kedua bola mata indah milik Anisa yang kini basah berlinang air mata.
" kenapa? Kenapa harus secara diam-diam mas? ' tanya Anisa yang tidak mengerti dengan jalan pikiran Adrian.
" Karena... karena aku sudah memiliki istri dan anak." jawab Adrian.
Bagaikan di sambar petir, seketika hati Anisa terasa remuk, pernyataan Adrian yang memiliki istri dan anak membuat tubuhnya lemas seperti jelly,ia tidak mampu berdiri sehingga tubuhnya luruh ke pasir pantai,Anisa pun menangis sejadi-jadinya,dia menyesali semua yang telah terjadi pada dirinya,
" Anisa..kamu ga apa-apa kan? Anisa aku akan berlaku adil pada kamu dan istri ku." ucap Adrian sambil menggenggam kedua tangan Anisa.Kemudian Anisa pun menepisnya.
" Jadi selama ini kamu bohongin aku mas,kamu benar benar jahat mas,kamu bukan cuma jahat sama aku tapi kamu juga jahat sama istri dan anak kamu mas" ucap Anisa sambil terisak-isak.
" Iya..aku sadari aku memang salah aku khilaf Anisa,maafkan aku.Kita bisa menikah siri diam diam,asal kamu tutup mulut pada semua orang tentang pernikahan kita." ucap Adrian yang sama sekali tak memperlihatkan wajah menyesalnya.
" Semudah itu kamu minta maaf mas,dan semudah itu kamu mengatur ku untuk menikah siri diam diam dengan mu,KAMU TIDAK MIKIR BAGAIMANA PERASAAN KU MAS, BAGAIMANA PERASAAN ORANG TUA KU? KAMU GA MIKIR KE ARAH SITU MAS." Anisa pun meluapkan semua amarah nya terhadap Adrian lalu dia pergi dengan berlari meninggalkan Adrian dan langsung menyetop taxi yang lewat agar segera membawanya pergi.
" Anisa...Anisa tunggu." Adrian mengejar taxi yang di tumpangi oleh Anisa dengan nafas yang memburu namun taxi itu terus melaju dengan cepat.
Adrian tak punya pilihan lain selain memberikan ruang untuk Anisa berpikir, setidaknya Anisa tidak akan mendatanginya ke kediaman keluarga Adi jaya karena dia tau persis Anisa gadis baik baik yang tidak mungkin menghancurkan rumah tangganya bersama Cintya Adi jaya.Adrian pun pulang ke rumahnya yang lebih tepatnya rumah milik mertuanya,ya rumah megah yang di tinggali nya bersama istri dan anak nya itu adalah rumah mertuanya Arga Adi jaya seorang pengusaha sukses dan terkenal di seluruh Indonesia juga mancanegara.Adrian pun kini menjadi CEO di salah satu perusahaan milik keluarga Adi jaya karena dia merupakan suami dari Cintya Adi jaya anak sulung pak Arga Adi jaya dan Bu Silvia Adi jaya,ada satu anak lagi dari keluarga Adi jaya yakni adik dari Cintya Adi jaya yaitu Samudera Adi jaya yang saat ini sedang menyelesaikan kuliahnya di Inggris.
*
Adrian sampai di kediaman Adi jaya pukul sepuluh malam,dia langsung berjalan menuju ke kamarnya bersama Cintya,dia pikir seluruh penghuni rumah itu sudah tertidur termasuk Cintya sang istri karena ketika tiba di depan pun yang membukakan pintu rumahnya adalah bi Marni salah satu ART di rumah tersebut.
" CEKLEK"
" PLAK" sebuah tamparan mendarat di pipi Adrian, Adrian pun terkejut dengan tamparan yang di berikan oleh sang istri secara tiba-tiba,dia langsung menatap heran ke arah sang istri.
" Apa maksud kamu, tiba-tiba menampar ku?" tanya Adrian dengan raut wajah kebingungan.
" Kamu tanya aku mas? TANYA DIRI KAMU SENDIRI,PUNYA SALAH APA KAMU SAMA AKU,APA YANG KAMU SEMBUNYIKAN DARI AKU???" teriak Cintya dengan menggebu-gebu, beruntung kamar mereka kedap suara,sehingga tidak akan ada anggota keluarga lain yang mendengar pertengkaran mereka.
" Apa maksud kamu,aku tidak mengerti Cintya." ucap Adrian yang masih belum tau apa alasan istrinya itu marah marah kepadanya.
" Ini apa? INI APA MAS???" Cintya pun memberikan ponselnya yang memutar video dirinya dan Anisa yang sedang berbicara serius di kafe tadi siang.
" Da..dari mana kamu dapat video itu? Aku bisa jelasin semuanya sayang,kamu...kamu tenang dulu ya." Adrian pun berkata dengan terbata bata karena dia takut Cintya akan menceraikan nya dan akhirnya dia akan hidup susah,dan itu hal yang tidak pernah dia inginkan,karena kekayaan, jabatan,semua yang dia miliki,dia dapatkan dari keluarga Adi jaya.
" Katakan dimana rumah perempuan jalang itu? KATAKAN DIMANA RUMAH PELAKOR ITU? "
* BERSAMBUNG*
" Katakan dimana rumah perempuan jalang itu? KATAKAN DIMANA RUMAH PELAKOR ITU? "
Karena Cintya meluapkan amarahnya dengan membabi buta,dan mengancam jika Adrian mencoba melindungi Anisa maka Cintya akan menceraikannya dan tentu saja Adrian sangat takut dengan ancaman itu karena taruhan nya dia dan orangtuanya akan hidup miskin jika dirinya keluar dari keluarga Adi jaya.
Akhirnya dengan berat hati Adrian pun mengantar kan Cintya ke rumah Anisa,padahal sudah larut malam, Adrian takut mengganggu Anisa dan kedua orangtuanya jika mereka datang malam malam,namun Cintya tetap tidak mau di bantah dia ingin menyelesaikan segala urusan nya dengan Anisa malam ini juga,mana peduli dia pada kedua orangtuanya Anisa.
Mereka pergi dari rumah dengan cara mengendap endap karena takut penghuni rumah yang lain terbangun karena suara berisik mereka,apalagi jika anak tunggal mereka yang bernama Kevin bangun akan sulit bagi mereka untuk keluar rumah.
*
Tak butuh waktu lama Adrian dan Cintya tiba di rumah Anisa,kemungkinan Anisa dan kedua orangtuanya sudah tidur karena terlihat dari lampu lampu di rumah mereka sudah banyak yang di padamkan.
" Lihat,rumah nya sudah terlihat sepi, sepertinya mereka semua sudah tidur,kita balik lagi besok ya." ucap Adrian dengan pelan agar Cintya mau menuruti nya.
" Enggak..!! aku ga mau nunggu sampai besok, pokoknya aku akan melabrak wanita murahan itu sekarang juga." ucap Cintya sambil terus melangkah ke arah pintu rumah Anisa.
" TOK...TOK..TOK.."
" TOK..TOK..TOK.."
Cintya terus terusan menggedor pintu rumah Anisa,dia tidak peduli atau takut tetangga yang dekat dengan rumah Anisa akan terganggu.
" Sayang..kita kesini lagi besok ya,lebih baik sekarang kita pulang dulu." Adrian terus mencoba untuk merayu Cintya agar mengurungkan niatnya untuk melabrak Anisa saat ini.
" CEKLEK"
Pintu rumah pun terdengar di buka dari dalam oleh seseorang,dan kemudian keluarlah seorang pria berumur sekitar 50 tahun yaitu pak Angga Prayoga ayah dari Anisa Prayoga yang tentu saja mengenal Adrian sebagai kekasih dari Anisa,putri semata wayangnya.
" Nak Adrian ada apa ini? " tanya pak Angga yang sama sekali tidak mengerti dengan maksud kedatangan Adrian dan wanita yang tidak di kenalnya dayang ke rumahnya sudah larut malam.
" Bagus,bahkan orang tuanya sudah mengenal mu dengan baik ya mas." lalu Cintya pun menerobos masuk ke dalam rumah Anisa tanpa di persilahkan oleh pak Angga.
" Hei..tunggu,ada apa ini? Siapa kamu,kenapa tidak sopan main masuk rumah orang sembarangan." ucap pak Angga yang menyusul Cintya ke dalam dengan di ikuti Adrian dari belakang.
Alih-alih menjawab pertanyaan pak Angga,Cintya justru berteriak teriak memanggil nama Anisa dengan panggilan yang buruk.
" ANISA...KELUAR KAMU,WANITA JA*LANG,KELUAR KAMU WANITA MURAH*N." teriak Cintya yang membuat Bu Liana dan Anisa keluar dari kamar mereka.
" Ada apa ini..? " ucap Bu Liana yang kebingungan dengan apa yang terjadi di dalam rumahnya.
"PLAK"
Sebuah tamparan mendarat di pipi mulus Anisa,dan tentu saja bu Liana dan pak Angga terkejut melihat putrinya di tampar wanita yang tak mereka kenal.
Anisa menatap pada wanita yang berdiri di hadapannya kemudian beralih pada Adrian yang diam membisu di belakang wanita tersebut,dari apa yang dia lihat,dia bisa menyimpulkan bahwa wanita yang berada di hadapannya sekarang ini adalah istri dari Adrian.
" Tolong jangan buat keributan di rumah saya." ucap Anisa menatap tajam pada Cintya.
" Saya tidak akan membuat keributan di rumah kamu kalau kamu ga merebut suami saya,dasar perempuan penggoda." ucap Cintya dengan lantang.
" APA? jadi...jadi Adrian sudah memiliki istri.?" tanya pak Angga terlihat begitu shock mendengar berita itu.
" Ya..saya istrinya,istri sah nya dan asal bapak tau anak bapak ini wanita murahan,wanita tidak tau diri,wanita.."
" CUKUP..!!! jangan menghina anak saya seperti itu." ucap pak Angga dengan nada sedikit meninggi.
" Anak bapak emang pantas di hina,apa bapak tidak tau sekarang anak bapak ini sedang mengandung benih dari suami saya." ucap Cintya.
" APA?? GAk..gak mungkin anak saya seperti itu,nak katakan itu tidak benar." ucap pak Angga beralih menatap Anisa yang sudah berlinang air mata.
" JAWAB ANISA..!!" teriak pak Angga dan Bu Liana hanya bisa menangis sembari mengusap punggung Anisa yang terlihat begitu tertekan.
Anisa pun tak kuasa menjawab pertanyaan ayah nya itu,dia hanya bisa menangis sejadi-jadinya.
" Saya kemari untuk memberikan ini, gugurkan kandungan mu,dan jauhi suami saya." ucap Cintya dengan tegas kemudian menarik tangan adrian untuk pergi dari sana,namun langkah mereka terhenti ketika pak Angga berbicara.
" TUNGGU.."
Pak Angga pun menghampiri Cintya dan Adrian yang hampir tiba di pintu untuk keluar.Setelah pak Angga tiba di hadapan Cintya pak Angga merobek cek yang di berikan oleh Cintya tadi.
" Tanpa kamu minta,tanpa kamu suruh,anak saya akan meninggalkan lelaki beja* seperti suami kamu ini." ucap pak Angga sambil merobek robek cek itu menjadi bagian bagian kecil.
" Maafkan saya pak..saya.." ucap Adrian yang kemudian ucapannya di potong oleh Cintya.
" DIAM KAMU MAS..!! Kemudian Cintya beralih menatap kepada pak Angga dengan tatapan tajamnya.
" Bagus kalau begitu jadi saya tidak usah repot repot mengeluarkan uang saya untuk anak gadis anda yang keganjenan itu." ucap Cintya kemudian menarik tangan Adrian menuju ke mobil mereka.
Setelah kepergian Adrian dan Cintya dari rumah mereka,Anisa dan sang bunda sedang menangis di sofa ruang tamu,dan pak Angga yang melihat pemandangan tersebut merasa bingung apa yang harus dia lakukan,memarahi Anisa pun tidak ada artinya karena semuanya telah terjadi nasi sudah menjadi bubur, semuanya sudah tidak bisa di perbaiki lagi.
" Anisa.." ucap pak Angga dengan lirih.
" Maafkan Nisa ayah,Nisa tidak bisa menjadi anak yang baik buat ayah dan bunda,Hiks.. Hiks..." ucap Nisa yang langsung bersujud di kaki sang ayah.
" Tidak nak,bangun lah ayah sudah memaafkan mu nak, semuanya sudah terjadi,tidak perlu di sesali yang sekarang harus kamu pikirkan adalah bayi yang tak berdosa yang ada di perut kamu nak." ucap pak Angga dengan begitu bijak membuat tangis Anisa semakin menjadi-jadi karena terharu dengan sikap bijak sang ayah.
" Betul kata ayah mu nak,kamu jangan nangis lagi ya,kita besarkan anak kamu sama sama, walaupun dia tidak punya ayah tapi lihat dia punya bunda sama ayah,nenek dan kakeknya." ucap Bu Liana sambil tersenyum.
" Ayah...bunda...makasih,entah apa yang terjadi pada Nisa seandainya tidak ada kalian." Anisa lalu memeluk kedua orangtuanya.
Anisa dan kedua orangtuanya kembali ke kamar mereka masing-masing untuk kembali beristirahat,entah apa yang ada di pikiran orangtuanya Anisa tidak tau,yang pasti dia merasa lega pada akhirnya beban yang ia pikul sendirian sudah terhempas.
" Kamu baik baik di dalam sana ya nak, meskipun kamu akan terlahir tanpa seorang ayah,tapi mama,nenek dan kakek sayang sama kamu nak." monolog Anisa sambil mengusap perutnya yang masih rata.
Karena lelah terus menangis akhirnya Anisa pun terlelap ke dalam tidurnya.
Keesokan harinya Anisa akan berangkat kuliah, karena memang hari ini ada jadwal kuliah,jika di hari tidak ada jadwal kuliah dia akan pergi untuk bekerja di sebuah restoran tempat dimana dirinya pertama kali bertemu dengan Adrian.Sebenarnya dari dulu pak Angga dan Bu Liana sering melarang anaknya itu untuk bekerja namun Anisa tetap ingin bekerja dia tidak mau membebani orang tuanya dengan segala kebutuhannya juga administrasi kuliahnya.Tapi mungkin setelah masalah ini dia akan berhenti bekerja di restoran tersebut demi menghindari hal yang tidak di inginkan yaitu bertemu kembali dengan Adrian pria yang sudah tidak ingin dia temui lagi dalam hidupnya.
" Nak..kuliah kamu sebentar lagi wisuda kan? Bagaimana setelah kamu wisuda kita pindah ke bandung,kita lupakan kehidupan di jakarta,lagi pula disana kita bisa lebih dekat ke rumah nenek kamu." ucap Bu Liana ketika mereka bertiga sedang sarapan bersama.
" Iya Bu..ayah rasa itu ide yang bagus." ucap pak Angga menyetujui usulan istrinya itu.
" tapi nanti kerjaan ayah disini gimana? Terus toko kue bunda?" tanya Anisa.
" kamu ga usah mikirin kerjaan ayah karena ayah sudah meminta kepada atasan ayah untuk memindahkan ayah ke cabang yang di bandung." sahut sang ayah.
" Iya nak,terus soal toko kue bunda bisa buka disana,gampang,ruko yang disini di jual buat beli ruko disana." ucap Bu Liana kemudian.
" baiklah kalau begitu ayah,bunda,Nisa setuju setuju aja." jawab Anisa.
Bukan tanpa alasan Bu Liana mengajak mereka untuk pindah ke Bandung karena Bu Liana tidak mau nanti setelah cucunya lahir,cucunya akan di hina,di caci karena tidak memiliki ayah,namun jika mereka pindahan baru orang orang disana tidak tau cerita Anisa seperti apa jadi mereka tidak akan menghina cucu nya kelak.
Anisa pun berangkat ke kampus dengan di antar oleh pak Angga yang kebetulan kantornya dan kampus Anisa satu arah.Sedangkan Bu Liana yang toko kue nya berlawanan arah memilih menaiki taxi online karena dia tidak mau membuat suami dan anaknya terlambat hanya karena mengantarnya terlebih dahulu.
* Bersambung*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!