Seorang gadis sedang berlari di gelapnya malam di daerah hutan yang sangat mengerikan berharap seseorang yang mengejarnya tidak lagi mengikutinya, hingga ia terjatuh akibat tersandung akar yang menonjol dari balik tanah. Gadis itu meringis saat mendapati lulut dan sikunya terluka terkena duri-duri tajam di depannya.
Langkah kaki orang yang sedari tadi mengejarnya itu mulai mendekat, pria misterius itu berhenti tepat di depan gadis itu yang sedang kesakitan memegangi lukanya.
"Mau apa lo ?" tanyanya penuh amarah.
pria misterius itu berjongkok di depan gadis itu dan mengangkat dagunya lalu tersenyum sinis. "Kau sudah tidak bisa lari lagi. Dimana penyelamatmu ? Dia tidak di sini dan, kau akan habis di tanganku," sinis pria misterius itu.
Gadis itu menendang perut pria itu hingga dia tersungkur. Dia mencoba berdiri namun kakinya sangat sakit. pria itu berdiri lalu dengan kasar mendorong tubuh gadis itu hingga membentur batang pohon dengan kuat. pria itu lalu mengikat gadis itu, dia sangat puas sekarang karna gadis itu tidak bisa lari lagi. Dia lalu mengeluarkan sebuah pisau kecil dari kantung jaketnya lalu dengan kasarnya dia menyibak rambut gadis itu.
"Mau apa lo ?" tanya gadis itu garang. "Aku tidak akan menyakitimu, aku hanya ingin bersenang-senang saat ini," ucapnya sinis. pria misterius itu mulai mengukir sesuatu di leher gadis itu dengan pisau kecilnya. Setelah pria itu mengukir sesuatu di leher gadis itu dia lalu menarik kasar dagu gadis itu
"Ini masih permulaan." pria itu mulai menyayat kaki gadis itu.
Gadis itu meringis merasakan sakit pada kakinya. pria itu terus melukai tubuh gadis itu. Bahkan gadis itu telah mandi darahnya sendiri.
pria itu lalu tersenyum melihat luka yang dia buat, ia lalu memasukkan pisaunya. "Sudah cukup bermain-mainnya hari ini. Semoga kau selamat," pria itu bangkit lalu meninggalkan gadis itu yang berusaha melepaskan dirinya, namun pria itu kurang cerdik, gadis itu juga menyimpan pisau di saku belakangnya, ia lalu mengeluarkan pisau itu dan memotong tali yang mengikatnya.
Gadis itu lalu mengambil sesuatu di dalam saku celananya dan memasangnya di telinga. "Jemput gue sekarang." ucap gadis itu. Gadis itu lalu mencoba berdiri lalu dirinya kembali terjatuh, dia mencoba bangkit lagi dan kali ini dia berhasil. Dengan tertatih gadis itu berjalan mencari jalan keluar dari hutan.
Satu jam sudah dia berkeliling hutan ini namun dia tak kunjung menemukan jalan keluar dan dia memutuskan berjalan sekali lagi. Dia tersenyum saat melihat jalanan besar di depannya.
"Ish kemana sih dia, lama banget." ucapnya pada angin. Tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depannya dan gadis itu masuk lalu mobil itu bergerak meninggalkan hutan itu. "Lama amat lo. Untung gue gak mati di sana," marah gadis itu pada pria di sebelahnya. "Gue lebih seneng lo mati," jawab pria itu santai.
"Sialan," umpat gadis itu.
🕳🕳🕳
Gadis itu turun dan memasuki rumah bercat coklat itu. Dia lalu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dari darah yang melekat pada tubuhnya. Selena turun ke ruang keluarga lalu mencari kotak obat untuk mengobati lukanya. "Lo gak papa ? Sakit ? Cepet diobatin !" ucap Rescha bertubi-tubi sambil memandang khawatir pada adiknya.
"Apaan sih lo lebay. Gue udah biasa kali gini," jawabnya. Rescha duduk di samping adiknya, ia lalu membelai rambut Aerilyn dan menyadari ada goresan di sana. "Leher lo juga kena ?" tanya Rescha heran. "Gue baru inget," jawabnya.
Aerilyn berlari menuju kamar mandi lalu melihat apa yang ada di lehernya. Dia melihat sebuah sayatan yang membentuk sebuah lambang. "Sial. Leher gue juga kena, tunggu ini bukannya lambang ?" ucapnya heran namun kemudian dia menggelengkan kepalanya dan memilih kembali ke ruang tengah.
Rescha yang melihat adiknya menjadi tidak tega melihat adiknya terluka seperti ini. Ayah merekalah membuat mereka menderita seperti ini. Rescha menatap adiknya lalu membantu mengobati lukanya.
"Lo besok ada misi di sekolah, gue udah daftarin lo jadi besok lo udah masuk sekolah. Seragamnya ada di kamar lo," ucap Rescha masih sambil mengobati Aerilyn. Aerilyn hanya berdehem menjawab perkataan kakaknya, ya walaupun mereka kakak beradik tapi mereka tidak pernah dekat satu sama lain berbeda seperti kakak adik lainnya, bahkan mereka seperti tidak kenal jika berada di rumah.
“Makasih.” Aerilyn lalu beranjak menuju kamarnya, ia lebih nyaman berada di kamarnya dibandingkan berada dalam suasana canggung bersama kakaknya.
🕳🕳🕳
Pagi ini Aerilyn sudah siap untuk menuju sekolah barunya, atau mungkin disebut sekolah tempat ia singgah untuk melakukan sebuah misi. Dan untungnya kakaknya juga ikut dalam misi ini. Aerilyn keluar dan menuju kakaknya yang sudah menunggu di atas motor miliknya.
Bel berbunyi, semua murid yang berada di luar langsung masuk ke kelas mereka masing-masing, Aerilyn memilih duduk di bangku kedua dari belakang di samping jendela, sementara Rescha duduk di belakangnya. Tak lama seorang guru berbadan gempal memasuki kelas.
"Pagi anak-anak," ucapnya. "Pagi pak," ucap mereka serempak kecuali Aerilyn dan Rescha, mereka hanya diam tak berniat untuk membalas sapaan gurunya. "Oh ya, murid baru silahkan perkenalkan diri," ucap guru itu. Aerilyn dan Rescha bangkit dari duduknya lalu menuju ke depan kelas. "Nama gue Aerilyn Davie panggil aja Aerilyn," ucapnya.
“Nama gue Al-Rescha Ravindra.” “Baiklah, kalian boleh duduk kembali.” Aerilyn dan Rescha lalu kembali duduk di meja mereka masing-masing tanpa memandang pada teman sekelas mereka atau mungkin bukan teman sekelas.
🕳🕳🕳
Bel istirahat berbunyi nyaring. Semua murid keluar kelas untuk mengisi perut mereka. Aerilyn mengambil sesuatu dalam tasnya lalu memakainya di telinga. Matanya menyapu lapangan dan dia melihat seorang pria berambut hitam legam dan mata berwarna tak kalah hitam. 'Siapa dia ?'
Bel istirahat berbunyi, semua murid menuju ke kantin kecuali Aerilyn dan Rescha tentunya, seperti biasa Aerilyn mengambil sesuatu di tasnya lalu menyumpalnya di telinganya. Sedangkan Rescha memilih untuk melihat beberapa siswa yang sedang bermain basket di lapangan.
Aerilyn mencabut earponenya saat seseorang berdiri tepat di depan mejanya. Dia membuka matanya dan mendapati seorang cewek sedang tersenyum manis ke arahnya.
"Hai," sapanya. Aerilyn tak menghiraukannya lalu kembali menutup matanya. Saat dia sadar cewek itu duduk di kursi di depan mejanya "Kenalin nama gue Nafiza." Aerilyn hanya bergumam menjawab cewek di depannya itu. "Lo gak ke kantin ?" tanya cewek itu lagi.
"Gak," jawab Aerilyn singkat. "Lo mau gak jadi temen gue ?" Aerilyn mengernyit mendengar perkataan Fiza. "Kenapa gue. Gue gak mau."
"Ya, Gue pengen aja temenan sama lo." Rescha yang mendengar percakapan keduanya hanya acuh, karna ia tahu Aerilyn tidak mungkin menerima seseorang langsung menjadi temannya. Dan bel berbunyi mengagetkan mereka berdua dan guru mereka tidak lama setelah itu datang dan mulai mengajar.
Aerilyn memilih mengabaikan guru itu dan memilih memandang lapangan. Mata Aerilyn tak sengaja menatap seorang cowok dengan perawakan tinggi, berambut hitam legam dan matanya juga tak kalah legam. Ya pria itu yang pernah dia lihat sebelumnya.
Aerilyn lalu mengambil ponselnya lalu memotret pria yang dia maksud tadi. Suara dering dari ponselnya mengejutkan Aerilyn hingga hampir terjatuh dari posisinya. Aerilyn lalu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan itu. “Halo,” ucapnya namun tak kunjung mendapat sahutan dari seberang telepon. Aerilyn lalu ingin mematikan sambungan telepon saat seseorang mulai berbicara.
“Apakah kalian sudah tahu persembunyianku ? kalian hebat sekali, namun kalian tak akan pernah menemukanku. Selamat bermain petak umpet,” ucapnya lalu langsung mematikan sambungan telepon.
Aerilyn lalu langsung mengambil laptop miliknya dan melacak orang yang menelponnya tadi. Ia mengumpat saat mendapati bahwa itu adalah ponsel prabayar. Ia dikejutkan oleh Fiza yang tiba-tiba ada di depannya. “Lyn, lo dipanggil Bu Tuti di kantor.” Aerilyn hanya mengangguk dan beranjak untuk menemui gurunya itu, bahkan ia lupa untuk mematikan laptop miliknya.
Rescha yang melihat Aerilyn keluar langsung menghampiri meja Aerilyn dan mengambil alih laptop Aerilyn, ya dia mendengar semua yang dibincangkan Aerilyn dengan orang di telepon. Ia lalu menatap dingin saat menyadari bahwa adiknya melacak sebuah nomor.
Setibanya dirumah, Aerilyn langsung menuju kamarnya namun ditahan oleh Rescha. “Gue mau ngomong.” Ucapnya. Aerilyn hanya mendesah dan mengangguk, mereka duduk di ruang tamu, Rescha beranjak dan kembali dengan membawa laptop ditangannya, “Gue udah tau target kita.” Aerilyn yang mendengarnya langsung bersemangat. “Namanya Ehran, dia kerja di bagian penyiaran. Besok kita mulai misi.” Aerilyn megangguk antusias, ia sudah lelah sekolah dan ingin keluar dari sekolah itu.
🕳🕳🕳
Rescha dan Aerilyn menyusuri koridor, rencananya mereka akan melaksanakan misi saat semua orang berada di luar gedung sekolah. Ya,tentu saja ini sudah direncanakan keduanya. Mereka memasuki kelas dan belajar seperti biasanya. Lima menit sebelum bel istirahat berbunyi Aerilyn permisi ke kamar mandi, ia lalu beranjak ke tempat keamanan dan menekan tombol darurat. Tak lama semua warga sekolah panik dan mulai berlarian keluar sekolah.
Aerilyn menuju ruang penyiaran dan menggebrak pintu, tampak seorang pria yang sedang duduk tenang sambil menghisap sebatang rokok. Aerilyn mendesis, pria ini bahkan sangat tenang. “Akhirnya kalian tau jug ague dimana.” Selena berjalan mendekati Ehran dan menarik kerah bajunya. “Mana barang yang lo curi ha ?” tanya Aerilyn. Ehran masih tenang dan melepas tangan Aerilyn. “Kalian tidak akan pernah mendapatkannya.” ucap Ehran.
Aerilyn murka dan meninju wajah Ehran, tubuh Ehran tersungkur dan menabrak komputer yang ada di sana hingga terjatuh. “Oh, mulai kasar ya.” Ehran langsung menyerang Aerilyn yang bisa ditahan oleh gadis itu. Ehran terus menyerang dan berhasil membuat Aerilyn terpukul mundur dan terjatuh.
Ehran berlari meninggalkan ruangan itu. Aerilyn bangkit lalu mengejarnya, di tangga ia bertemu dengan Rescha yang juga sedang mengejar Ehran. Lima menit mereka mengejar Ehran namun tak kunjung mereka temukan, dan mereka berhenti sat dihadapi oleh persimpangan koridor. “lo ke kanan, gue ke kiri,” ucap Rescha lalu berlari ke koridor sebelah kiri disusul oleh Aerilyn yang berlari menuju koridor sebelah kanan.
🕳🕳🕳
Rescha menarik kerah Ehran hingga pria itu berhenti, Rescha langsung meninju wajah Ehran hingga pria itu tersungkur, Ehran tak menyerah. Ia menyerang Rescha dengan pisau di tangannya. Rescha terus menghindar dan menendang tangan Ehran hingga pisau yang ia pegang terhempas jauh. Rescha lalu menahan gerakan Ehran dan Mulai menghajarnya habis-habisan. Aerilyn yang melihat keduanya hanya dia dan melihat pertarungan keduanya.
Tak lama Ehran sudah tak sadarkan diri, Rescha lalu mendapati sebuah kunci loker yang berada di sakunya. Ia lalu menunjukkannya pada Aerilyn, Aerilyn yang tahu langsung menghampiri Rescha dan mengambil kunci itu. “Gue tau ini dimana,” ucap Aerilyn lalu beranjak dari sana. Ia berbelok di koridor dan berhenti di sebuah loker dan membukanya. Rescha langsung mengambil benda yang ada di sana, ia mengangguk pada Aerilyn. Aerilyn membalasnya dengan menganggukkan kepalanya. Misi mereka telah selesai.
Aerilyn sedang duduk di meja belajarnya dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya tadi. Malam semakin larut namun Aerilyn tak kunjung menyelesaikan tugasnya bahkan mejanya telah tertutupi oleh buku dan kertas-kertas. Tak lama kantuk menguasainya dan Aerilyn telelap, bahkan dia masih ada di meja belajarnya dengan buku-buku yang berserakan.
Rescha masuk dan melihat adik kesayangannya itu tertidur, dia mengangkat tubuh Aerilyn yang sangat ringan menurutnya dan meletakkannya di kasur lalu menyelimutinya. "Jangan bekerja terlalu keras, kamu adalah perempuan yang seharusnya dilindungi bukannya melindungi." Rescha lalu keluar dari kamar adiknya dan tak lupa mematikan lampu kamar.
🕳🕳🕳
Aerilyn mengerjapkan mata beberapa kali hingga kesadarannya kembali. "Kok gue ada di sini ?" tanyanya entah pada siapa. Mungkinkah kakaknya yang memindahkannya ? Ah, sudahlah. Aerilyn lalu masuk ke kamar mandi untuk bersiap ke sekolah.
Aerilyn keluar menuju ruang tamu dan mendapati Rescha terbaring dengan luka di tubuhnya, Aerilyn mendekat lalu mengompres kakaknya lalu membersihkan lukanya. Aerilyn pergi ke kamarnya dan kembali dengan membawa selimut. Ia menyelimuti kakaknya dan mengelus rambutnya pelan.
"Gue pergi dulu, jaga diri lo." Aerilyn lalu beranjak menuju sekolahnya. Aerilyn terbilang sangat santai dalam berjalan padahal dia tahu bahwa bel sudah berbunyi 15 menit yang lalu. "Kenapa kamu bisa terlambat ? Tidak biasanya kamu terlambat. Keliling lapangan 20 kali sekarang."
Aerilyn lalu memulai hukumannya, ia bahkan tak merasa lelah sama sekali saat menjalani hukumannya itu padahal matahari tengah teriknya saat itu. Aerilyn lalu duduk di salah satu kursi yang berada di pinggir lapangan.
Aerilyn menyeka keringatnya dengan sapu tangan yang selalu dia bawa kemana-mana saat dia sadar seorang berdiri di depannya dengan menyodorkan sebotol air minum. "Nih ambil," kata Fiza dengan manis. "Gak perlu," tolak Aerilyn. Fiza tersenyum dan menaruh air minum itu di tangan Aerilyn, ia lalu duduk di sampingnya sambil memandang lapangan yang mulai ramai karena bel istirahat baru saja berbunyi.
Rescha terbangun dan menyadari ada sesuatu di keningnya, dia lalu mengambilnya. "Siapa yang ngompres gue ?" Rescha lalu bangun dan menuju ke kamar mandi, dia menyadari bahwa lukanya sudah dibersihkan dan jangan lupa selimut yang menyelimuti dirinya. Rescha lalu tersenyum 'adik kecilku memang baik sekali'.
Mereka punya cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayangnya satu sama lain. Tidak perlu dengan kata, cukup dengan tindakan mereka sudah tahu bahwa mereka menyayangi satu sama lain.
Rescha kembali ke ruang tamu dan mendapati adiknya tengah melihat televisi, Rescha lalu duduk di samping adiknya itu. "Lo yang ngompres gue tadi pagi ?" tanya Rescha.
Aerilyn hanya bergumam lalu melihat ke arah kakaknya. "Kok lo bisa luka gitu ?" tanyanya penasaran, ya dia tidak sempat menanyakannya tadi pagi. "Oh ini,"
*Flashback on
Rescha tengah menyelinap melalui kardus-kardus dan melihat beberapa orang tengah mengerumuni api yang dinyalakan itu. Rescha lalu melihat pimpinan dari orang-orang itu mengeluarkan chip yang dia cari. Rescha lalu keluar dari persembunyiannya lalu mencoba mengambil chip itu. Rescha dihadapkan oleh pria bertubuh kurus, ia lalu menendang perut orang itu dan orang itu terhuyung ke belakang, orang itu mencoba melawan dengan memberikan tinju bertubi-tubi pada Rescha. Rescha menangkap pergerakannya lalu memutar tangannya dan membantingnya dengan kuat.
Kedua, pria bertubuh gempal menyerangnya dan berhasil memukul wajahnya yang menyebabkan dagunya nyeri. Rescha berusaha melawan, dia meninju orang gempal itu lalu memelintir tangannya, Rescha menendang kaki orang itu dengan kuat hingga dia kesakitan. Dan tinggal bos merekalah yang tersisa. Rescha lalu berusaha mengejar bos mereka saat dia mencoba melarikan diri dari sana.
Rescha menarik kerah bajunya lalu memukul orang itu bertubi-tubi dengan tinjunya. Orang itu melawan dan balik meninju Rescha, orang itu lalu mengeluarkan sebilah pisau dari sakunya, orang itu mencoba melukai Rescha, Rescha mencoba merebut pisau itu namun naasnya tangannya terlebih dahulu terluka oleh pisau itu.
Rescha menendang tangan orang itu hingga pisaunya terlepas dari genggamannya. Dia lalu dengan cekatan mengunci pergerakan orang itu. Dan tiba-tiba seseorang memukul kepala belakangnya yang membuat Rescha jatuh dan tak sadarkan diri. Rescha tersadar dan bangkit lalu memegangi bagian belakang kepalanya yang merasa berdenyut. Sial, orang itu berhasil kabur membawa chipnya. Rescha mencoba melangkah lalu mencari taksi untuk pulang ke rumahnya.
Flashback off*
"Jadi lo gak dapet chipnya ?" tanya Aerilyn akhirnya. Rescha menggeleng menandakan bahwa dia tidak mendapatkan chip itu. Aerilyn lalu menuju ke atas dan kembali membawa kotak p3k. Aerilyn dengan telaten mengobati luka di kepala Rescha lalu mengobati luka di lengan Rescha yang terkena pisau itu. Ya, dia tidak membersihkan luka itu karena ia tidak melihatnya.
"Lo bakal kena marah ayah kalo lo gak dapetin chip itu. Malam ini gue bantu lo nyari chip itu." Rescha lalu mengerutkan keningnya atas perkataan adiknya itu. "Gak usah, gue sendiri aja. Nanti lo luka lagi," jawab Rescha.
"Gue gak akan biarin lo keluar sendirian kali ini. Kalo lo balik dalam keadaan gini lagi sama aja gue gak bisa bantu kakak gue sendiri. Jam 1 kita bakal melaksanain misi ini bareng-bareng." Aerilyn lalu beranjak ke kamarnya dan meninggalkan kakaknya itu.
🕳🕳🕳
Aerilyn telah siap begitu juga dengan kakaknya, mereka mempersiapkan semua yang di perlukan untuk misi mereka ini. Setelah selesai mereka lalu beranjak pergi. Rescha lalu membuka ponselnya dan melacak lokasi orang itu. Ya, Rescha adalah seorang perentas yang sangat ahli dalam hal seperti ini. Rescha dan Aerilyn bersembunyi di balik tembok lusuh itu, mereka mengamati keadaan sekitar lalu mencari keberadaan orang itu di gedung yang lelah lama di tinggalkan ini.
Disinilah mereka, di ruang bawah tanah yang ada di gedung itu, mereka mengamati dan mencoba mencari tahu dimana orang itu menyimpan chip yang berisi data penting itu. Dan Aerilyn mendapatkannya, saat mereka beranjak pergi ada beberapa orang yang menghadang jalan mereka beserta bos mereka.
Mereka tidak menyianyiakan ini, Rescha dan Aerilyn mulai menyerang orang-orang itu dengan tangan kosong. 4 lawan 1, Aerilyn hanya tersenyum sinis lalu mulai menyerang mereka, Aerilyn menyerang 3 orang sekaligus, dia meninju orang pertama lalu menangkis serangan dari belakang tubuhnya.
Aerilyn mencoba menyerang lagi, meninju, menendang bahkan tak segan membanting mereka. Namun mereka ternyata tahan banting, mereka menyerang Aerilyn lagi. Kali ini Aerilyn menendang wajah mereka dan mereka langsung tumbang.
'Tinggal dua orang, ini sangat mudah' pikir Aerilyn. Satu orang maju dan menyerang Aerilyn. Aerilyn melawan, semua serangan itu tidak mengenai tubuh gadis itu sedikitpun. Namun tak dengan serangan yang terakhir, dia berhasil membuat bibir Aerilyn sobek dan mengeluarkan darah. Aerilyn mengusap darah itu.
Orang kedua datang, Aerilyn lalu memanfaatkankan itu. Aerilyn beranjak ke orang kedua lalu kakinya bertumpu pada dada pria itu lalu kaki yang satu lagi dia buat untuk menendang orang itu. Dan berhasil, mereka berdua tumbang bersamaan.
Rescha masih melawan bos dari orang-orang yang menyerangnya dan adiknya itu. Rescha telah berhasil mengalahkan 5 orang yang lain lalu melawan bos mereka.
"Kita bertemu lagi dan siapa gadis ini ? Apakah dia adikmu ? Wah, sangat menarik, kakak dan adik berusaha melawan mafia sepertiku ? Oh tidak bisa. Dan kau, mana chip yang tadi kau curi ?" sinis orang itu dan mulai menghampiri Aerilyn.
Rescha tak segan meninju orang itu lalu mencengkram kuat kerah orang itu. Orang itu berdiri lalu mengambil kayu yang ada di dekannya, Rescha mencoba mengambil alih kayu itu namun tak berhasil, dan sekarang pergerakannya terkunci.
Aerilyn dengan sigap langsung menyerangnya dan memukul ulu hatinya dan orang itu mulai kewalahan dengan perlawanan kakak beradik ini. Rescha menyerang lagi dan berhasil membuat orang itu tumbang.
Rescha dan Aerilyn lalu beranjak dari sana dan menuju kantor ayahnya. "Lo masuk aja, gue nunggu di sini.” Rescha mengangguk. Aerilyn memandangi punggung kakaknya yang menjauh memasuki kantor.
🕳🕳🕳
Aerilyn dan Rescha sudah tiba di rumah, Aerilyn beranjak ke kamarnya namun dia berhenti sebelum menaiki tangga. "Makasih," ucapnya. Rescha mengernyit bingung, kan seharusnya dia yang mengucapkan terima kasih pada adiknya itu.
"Makasih udah angkat gue ke kasur dan nyelimutin gue," Aerilyn lalu beranjak ke kamarnya setelah mengucapkannya. Rescha tersenyum manis melihat tingkah adiknya itu. Entah mengapa melihat Aerilyn bertingkah malu-malu membuatnya senang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!