NovelToon NovelToon

Saoirse

Bab #01

🪷Saoirse di bacanya (Ser-sha)🤗

___Happy reading____

"MOM......MOMMMMMMM, WHERE ARE YOU???? MOMMMM...." teriak seorang gadis remaja berlari masuk dalam rumah mencari ibunya.

"Mommy di dapur sayang!!!" sahut sang Ibu yang berada di dapur dengan tangan menguleni adonan.

"Mom, lihatlah..." kata gadis itu tersenyum cantik mengenakan sash atau selendang seperti Miss Universe dan sebuah Tiara kecil di kepalanya.

"Putri Mommy sangat cantik," katanya setelah melihat sang putri dan kembali menguleni adonannya.

"Kau ada acara di sekolah sayang? Atau kau sedang cosplay menjadi Miss World?" tanyanya membuat senyum yang tadinya mengembang di bibir gadis itu menghilang.

"No Mom, aku mengikuti sebuah kontes kecantikan dan aku menang. Bahkan ada sponsor yang langsung ingin menjadikanku sebagai model produk nya." jelas gadis itu membuat sang ibu menghentikan tangannya dan menatap sang putri.

"Saoirse, kau tidak punya waktu untuk hal remeh dan tidak berguna itu! Kau harus rajin belajar agar bisa menjadi seorang dokter yang hebat! Mommy tidak suka kau membuang-buang waktu berharga mu!" tegas nya tidak setuju jika sang putri masuk dunia entertainment.

"Mom please, aku sudah mengatakannya pada Mommy, aku tidak mau menjadi Dokter, aku bahkan tidak suka pergi ke Dokter dan rumah sakit, aku tidak...."

"SAOIRSE!!!!" bentak Ibunya membuat Saoirse terdiam.

"Menjadi model dan artis tidak akan membuatmu di hargai oleh orang lain! Kau bahkan akan di pandang sebelah mata karena itu! belum lagi pergaulan bebas dan banyaknya skandal. Menurut lah pada Mommy!" ucapnya dengan penuh penekanan dan tidak ingin di bantah.

"Sorry Mom, tapi untuk kali ini aku tidak bisa mengikuti kemauan Mommy. Ini hidupku, dan aku punya mimpi, aku bukanlah Mommy." sahut Saoirse keras kepala tetap pada pendiriannya, tentu saja membuat Ibunya marah.

"Kau membantah Mommy? Kau melawan Mommy? Kau sadar dengan apa yang kau katakan itu?" tanyanya dengan tatapan tajam, Saoirse hanya mengangguk kekeh dengan keputusannya.

"Hidup ini tidak mudah, Saoirse. Dan kau malah memilih sesuatu yang tidak memiliki masa depan? Kau pikir menjadi artis terkenal itu sesuatu kebanggaan? Kau pikir di kenal banyak orang adalah kesuksesan? Jika kau menjadi artis, berapa lama kau mampu bertahan dan bersinar? Lima tahun? Sepuluh tahun?" ucapnya dengan nada sinis.

"Tapi jika kau menjadi Dokter, semakin lama kau akan semakin di kenal dan disegani banyak orang! Orang-orang tidak akan meremehkan mu, kau pun akan terus berjalan dengan dagu ke atas penuh percaya diri karena orang akan semakin menghormati mu!" sambungnya, Saoirse menggeleng tidak percaya.

"I'm not you Mom, ini hidupku dan aku sudah memutuskan untuk tetap memilih apa yang aku inginkan. Aku akan membuktikan pada Mommy jika menjadi artis tidaklah seburuk yang Mommy pikirkan, dan menjadi seorang Dokter tidaklah sesempurna yang Mommy bayangkan." sahut Saoirse.

"Baiklah jika itu keputusan mu, pergilah dari rumah ini, karena kau sudah tidak menganggap Mommy lagi, kau tidak mendengarkan Mommy lagi, kau sudah merasa dewasa. Pergilah, Mommy tidak akan lagi membiayai sekolahmu jika kau hanya ingin menjadi artis!" usirnya dengan marah, ia tahu jika putrinya tidak akan bisa bertahan hidup di luaran sana karena selain dirinya, tidak ada lagi keluarga yang Saoirse miliki.

"Oke, aku akan membuktikan pada Mommy jika apa yang Mommy pikirkan itu salah." kata Saoirse dengan kecewa karena sang Mommy benar-benar tidak mendukungnya dan malah mengusirnya dari rumah.

🪷🪷🪷

Dengan menyeret kopernya Saoirse menaiki taksi dan kembali ke sekolahan nya. Saoirse berniat tinggal di asrama sekolah karena tidak memiliki banyak uang untuk menyewa tempat tinggal, bahkan yang paling sederhana.

Setelah berbicara dengan penjaga asrama sekolah, Saoirse langsung di antar ke kamarnya. Sekolah Saoirse adalah salah satu sekolah elite yang ada di kota Hamburg Jerman, gadis itu kini berusia 17 tahun dan tahun ini adalah tahun terakhir nya berad di bangku senior high school, itu sebabnya Saoirse lebih memilih melawan Ibunya.

Theresia terlalu keras mendidik Saoirse, sejak Saoirse duduk di bangku sekolah, Theresia selalu menekan putrinya agar giat belajar dan menjadi Dokter yang hebat dimasa depan. Seolah menjadi Dokter bukan lagi sebuah tujuan dan cita-cita, melainkan sebuah obsesi dan suatu keharusan.

"Untung saja Mommy sudah melunasi uang sekolah hingga kelulusan nanti," gumam Saoirse memasuki kamar asramanya, gadis itu mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu temannya.

"What's up girl? " tanya temannya ketika menjawab panggilan Saoirse.

"Kau dimana?" tanyanya sambil membuka tirai jendela.

"Di kamar, memang dimana lagi?" sahutnya.

"Aku menunggumu di lantai lima kamar 519," ucap Saoirse menutup teleponnya sepihak.

Gadis itu mulai membuka koper dan menata pakaiannya ke dalam lemari dan juga buku-bukunya di meja belajar. 20 menit berlalu seseorang mengetuk pintunya.

"Come on!" teriak Saoirse yang masih menata buku-bukunya.

"What's wrong girl? Kau akan tinggal disini?" tanyanya heran melihat Saoirse menata buku-bukunya dan beberapa pakaian masih ada di dalam koper besarnya.

"Yeah, Mommy mengusirku karena aku memilih menjadi model. So I'm here now," jelasnya seperti tanpa beban.

"Kau yakin meninggalkan Mommy mu sendirian?" tanyanya memastikan.

"Kau tahu Thea? Mommy semakin menekan ku, dan aku sudah tak tahan lagi berada di bawah tekanannya. Aku sangat bersyukur memenangkan kontes kecantikan itu, aku harap kau mau membantuku memulai kehidupan yang aku pilih ini." kata Saoirse penuh harap pada sahabatnya.

"Don't worry, aku akan selalu bersamamu," kata Thea tersenyum, hal itu membuat Saoirse sedikit lega karena ada sahabat yang selalu mensupport nya.

"Thanks God," ucap Saoirse ikut tersenyum, lalu memberikan sebuah kartu nama pada Thea.

"Kita mulai dari sekarang, ini adalah kartu mana dari salah satu sponsor yang menawariku sebagai model. Kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?" kata Saoirse, membuat Thea terkejut.

"Really? Oh my God, kau sangat beruntung, Saoirse." Thea langsung menghubungi nomer yang tertera dalam kartu nama itu dan membicarakan tentang pekerjaan yang akan di lakukan Saoirse.

Saoirse melanjutkan beres-beres nya sambil tersenyum mendengar apa yang di katakan oleh sahabatnya. Thea sangat pandai bernegosiasi, Saoirse yakin jika Thea akan menjadi manager yang hebat kedepannya nanti.

Saoirse dan Thea adalah gadis yang sama-sama pintar dalam segi apapun, hanya saja Thea tidak terlalu percaya diri. Thea lebih suka berada di balik layar, sedangkan Saoirse adalah gadis pemberani dan selalu percaya diri.

Itu sebabnya Saoirse mengikuti kontes kecantikan untuk menunjang dirinya dalam menjalankan sebuah misi. Menjadi artis dan model bukan tujuan utama Saoirse, namun ada hal lain yang menjadi alasan kuat mengapa Saoirse ingin menjadi model. Bahkan Saoirse rela menentang Ibunya yang notabenenya satu-satunya orang tua dan keluarga yang ia miliki.

🪷

🪷

🪷

🪷

🪷

TBC 🌺

Selamat datang di karya ke-9 Mameeethor yaaa 🤗

Kali ini set luar negeri lagi, semoga menghibur para readers semuaaaaa

Bab #02

Sementara itu, Theresia dirumah hanya terdiam melihat putrinya memilih pergi meninggalkan nya hanya demi menjadi seorang model. Namun Theresia tidak terlalu ambil pusing, ia berpikir jika Saoirse tidak akan bisa bertahan lama di luar sana.

Saoirse tidak punya apapun untuk bertahan hidup tanpa nya, selama ini Theresia membatasi uang jajannya. Theresia sangat yakin jika Saoirse tidak punya uang, beberapa hari lagi gadis itu pasti kembali.

"Bukan Mommy tidak mau mendukung cita-cita mu sayang, tapi kau harus membuktikan pada dunia jika kau juga bisa menjadi dokter yang hebat. Agar tidak ada seorang pun yang bisa meremehkan mu, apalagi memandang rendah dirimu." gumam Theresia mengingat masa mudanya dulu.

Theresia mengendarai mobilnya dan menuju tempat kerjanya, wanita itu membuka salon kecantikan sebagai mata pencaharian nya. Salon itu lumayan besar dan sangat cukup untuk menghidupi nya dan Saoirse hingga bisa menyekolahkan Saoirse di sekolah elite.

Theresia menyiapkan segala kebutuhan Saoirse, terutama untuk pendidikan putrinya itu. Sekolah kedokteran butuh biaya yang sangat besar, dan itu membuat Theresia bekerja keras. Namun kini sang putri malah pergi dari rumah dan ingin menjadi model, meski begitu, Theresia tetap yakin jika itu hanya sementara mengingat Saoirse masih remaja labil.

Wanita paruh baya itu tiba di salon miliknya yang sangat ramai, banyak pelanggan melakukan perawatan rambut, kuku, dan masih banyak jenis perawatan tubuh lainya. Theresia juga bekerja sama dengan dokter kulit dan dokter kecantikan, itulah yang membedakan salon nya dan salon lainya.

"Ada apa denganmu?" tanya seorang wanita yang baru saja memasuki salon.

"Eve, kau mengagetkanku." kata Theresia terkejut melihat Eve di belakangnya dengan membawa kopi di tangannya.

"Kau tidak menjawab pertanyaan ku, There." kata Eve, teman Theresia sekaligus Dokter kecantikan.

"Aku hanya sedikit lelah." sahut Theresia lesu.

"Kau yakin hanya lelah?" Eve tidak percaya.

"Tentu saja, dimana Brie?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Dia mengantar putranya ke dokter gigi." jawab Eve, menyesap kopinya. Lalu mereka berdua kembali ke ruang kerjanya masing-masing. Dimana Eve sebagai dokter kecantikan ruang kerjanya berada di lantai dua, sedangkan Theresia berada di lantai dasar. Dan Brie, berada di lantai tiga sebagai dokter kulit.

🪷🪷🪷

Saoirse menikmati kehidupan barunya, gadis itu benar-benar bekerja keras untuk membuktikan pada ibunya jika ia bisa bertahan hidup diluar. Saoirse tidak mengalami kesulitan apapun saat berpose didepan kamera.

Kini Saoirse sedang melakukan pemotretan dari sebuah brand kecantikan, auranya begitu terpancar dan membuat sang fotografer sangat luas dengan hasil jepretannya.

"Kau sudah seperti model profesional, Saoirse. Kau pasti akan menjadi model yang besar di masa depan." puji sang fotografer tersebut.

"Kau sangat berlebihan Toby, tapi terimakasih atas pujiannya." kata Saoirse tersenyum.

"Aku pergi dulu." pamit Saoirse masuk keruang ganti, disana sudah ada Thea yang menunggunya.

"Kau sangat luar biasa." puji Thea yang selalu setia menemani Saoirse.

"Hmmm, aku sangat lelah karena harus tersenyum terus." keluhnya duduk dan menyandarkan tubuhnya.

"Cepatlah ganti baju, agar kau juga cepat istirahat. Aku sudah memesan taksi." titah Thea, mereka benar-benar bekerja dari nol, dengan menggunakan taksi kemana-mana.

Saoirse dengan malas beranjak mengganti bajunya karena ingin cepat sampai rumah dan beristirahat.

Kedua sahabat itu berjalan keluar dari studio foto yang menjadi tempat pemotretan nya. Ini adalah job kesekian yang sudah Saoirse terima, penghasilan gadis itu sudah lumayan banyak untuk hidup berfoya-foya, namun Saoirse tidak melakukan hal itu.

"Apakah besok ada jadwal pemotretan lagi?" tanya Saoirse, mereka sudah berada dalam taksi.

"Tidak, karena tugas kita sudah menumpuk. Lima hari ke depan kau tidak ada pemotretan, kita akan fokus belajar. Dan aku hanya akan menerima dua pekerjaan setiap minggunya, karena kita sudah akan sibuk kelulusan. Kau tidak keberatan bukan?" tanya Thea, mereka akan segera lulus beberapa bulan lagi dan akan mengikuti ujian masuk Universitas, dan Thea tidak mau jika mereka gagal.

"Ya, aku setuju denganmu, tapi bisakah kita membeli mobil bulan depan?" tanya Saoirse, Thea juga yang memegang keuangannya.

"Tentu saja, tapi kita harus menunda membeli apartment, dan kita hanya bisa menyewa nya saja. Karena uang kita tidak cukup untuk membeli apartment dan mobil secara bersamaan." jelas Thea.

"Itu sama sekali tidak masalah, Thea. Yang penting kita punya tempat tinggal setelah kita keluar dari asrama. Terimakasih kau sudah menjadi teman, manager, asisten dan saudara yang baik. Tolong jangan tinggalkan aku." kata Saoirse.

"Kita saudara, dan saudara tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain." sahut Thea kedua nya tersenyum.

🪷🪷🪷

Begitu sampai di asrama, kedua gadis itu sudah di sambut oleh salah satu temannya yang membawakan setumpuk tugas yang harus mereka selesaikan.

"Oh Bianca, aku sungguh lelah." keluh Saoirse, Bianca dan Thea tersenyum.

"Ini hanya perlu waktu sebentar Saoirse." kata Bianca, Saoirse menatap melas pada Bianca, namun Bianca tetap menunjukkan senyumnya.

"Oke," Saoirse menghela nafas berat dan membuka pintu asrama nya, lalu ketiga gadis itu masuk dan membahas tugas yang memang harus mereka selesaikan.

Benar apa kata Bianca, setumpuk tugas itu selesai dengan cepat, karena mereka bertiga memang murid yang pintar. Lalu Bianca dan Thea kembali ke dalam kamarnya masing-masing.

Saoirse membuka jendela kamarnya, gadis itu melamun memikirkan kehidupan yang dijalaninya. Mungkin orang lain melihat kehidupan Saoirse sangat sempurna. Cantik, pintar, karir sebagai model juga sangat cemerlang, tidak ada kesulitan apapun yang ditemui oleh Saoirse.

Namun, jika melihat kedalam hatinya, Saoirse sangat teramat kesepian, Saoirse merindukan sosok ayahnya yang tak pernah ia ketahui dimana keberadaannya, bahkan nama ayahnya saja Saoirse tidak tahu.

"Daddy mu sudah meninggal, dan jangan bertanya tentang Daddy lagi. Karena itu sangat menyakiti hati Mommy." itulah yang Theresia katakan saat Saoirse menanyakan keberadaan Ayahnya.

Namun Saoirse yakin jika ibunya berbohong, sebab ibunya tidak pernah membawa Saoirse datang ke makam Ayahnya. Dan satu lagi, Saoirse tidak mempunyai nama Ayahnya, tapi malah nama ibunya lah yang ada di nama Saoirse, yaitu Saoirse Brown, sedangkan ibunya Theresia Brown.

"Aku pasti akan mengetahuinya Mom, aku akan segera tahu siapa Daddy ku." gumam Saoirse.

Apakah Saoirse membenci ibunya? Tentu saja tidak, Saoirse sangat menyayangi ibunya. Tapi untuk saat ini Saoirse terpaksa melawan Ibunya. Saoirse juga sangat tersiksa menahan rindu pada Theresia, walau bagaimanapun, Theresia adalah ibu kandungnya, yang selalu berjuang untuk memberikan yang terbaik untuk Saoirse.

Saoirse tentu menyayangi Ibunya, terlebih hanya ibunyalah satu-satunya keluarga yang Saoirse miliki. Saoirse belum mengetahui silsilah keluarga Ibunya, tapi yang Saoirse tahu jika ibunya berasal dari Irlandia. Tentang bagaimana bisa ibunya kini tinggal di Jerman, Saoirse belum mengetahui ceritanya.

🪷

🪷

🪷

🪷

🪷

TBC 🌺

Bab #03

📍 Berlin, Jerman.

Sebuah keluarga tengah menikmati makan malamnya, keluarga itu terlihat bahagia. Ada Ayah, Ibu, dan juga putra dan putri mereka.

Mereka adalah sebuah keluarga dokter yang sangat terkenal di Jerman. Sang Ayah yang bernama Oscar Bocker adalah Dokter bedah syaraf yang selalu mendapat pujian dan terkenal di seluruh rumah sakit yang ada di Jerman.

Sebab Ayah dan kakeknya juga seorang dokter. Ayahnya seorang Dokter Jantung, dan kakeknya seorang Dokter Orthopedi yang sangat terkenal semasa hidupnya.

Istrinya yang bernama Heidi Thomas, atau yang sekarang di kenal dengan nama Heidi Bocker juga seorang dokter Onkologi. Background keluarga Heidi juga keluarga dokter.

Bisa dikatakan jika mereka adalah keluarga dokter turun temurun. Bahkan putra dan putrinya kini kuliah di bidang kedokteran, sangat sempurna memang. Tidak ada cela untuk bisa menjatuhkan kebahagian mereka.

"Kau sudah memutuskan untuk mengambil spesialis apa, Veron?" tanya sang Ayah pada putranya.

"Aku tetap ingin menjadi dokter Obgyn, Dad. Aku harap, Daddy tidak mempermasalahkan pilihanku." sahut Veron.

"Menjadi dokter Obgyn juga sangat bagus, tetap semangat sayang." ucap Heidi menyemangati putranya.

"Yang di katakan Mommy mu itu benar, dan jadilah dokter yang baik." kata Oscar, Veron hanya mengangguk.

"Dan aku tetap ingin menjadi Dokter gigi," ucap Gisel, sebelum di tanya oleh Oscar.

"Itu tidak masalah sweetie, kapan kalian kembali ke Harvard?" tanya Oscar, kedua anaknya memang kuliah di Universitas terkenal di Amerika itu.

"Setelah selesai liburan, aku kembali ke Amerika," kata Gisel, Oscar menatap putranya.

"Aku akan kembali besok, karena harus mengerjakan beberapa tugas dan mengikuti penelitian di laboratorium." kata Veron, Oscar dan Heidi mengangguk paham.

Mereka menyelesaikan makan malamnya, Oscar harus segera kembali kerumah sakit karena ada jadwal operasi malam ini. Sebenarnya bisa saja Oscar makan malam di rumah sakit, tapi karena anak-anak nya sedang berada di rumah, maka Oscar ingin makan malam bersama keluarganya.

"Kau sudah akan berangkat?" tanya Heidi melihat Oscar sudah memakai mantel nya.

"Kau tahu jika aku sangat sibuk." kata Oscar.

"Kau selalu sibuk 24 jam, Oscar. Apakah kau masih belum bisa mencintai ku?" tanya Heidi.

"Kita sudah terlalu tua untuk membicarakan cinta, Heidi. Aku sudah menjadi suamimu selama 23 tahun, apakah itu tidak cukup? Jangan menuntut lebih, lagi pula aku tidak selingkuh di belakang mu." tegas Oscar lalu meninggalkan istrinya begitu saja.

"Status mu saja yang suamiku, tapi hati dan tubuhmu bukan milikku." ucap Heidi melihat kepergian suaminya.

Hubungan pernikahan mereka memang sangat dingin, tidak sehangat yang terlihat tadi di meja makan. Heidi dan Oscar menikah karena perjodohan, kala itu baik Heidi maupun Oscar sudah memiliki kekasih.

Namun keluarga besar mereka tidak setuju jika mereka menikah dengan orang kalangan biasa. Kedua keluarga itu terobsesi melanjutkan keturunan nya untuk menjadi seorang dokter yang hebat, dan semua harus menjadi dokter.

Oscar yang saat itu tengah menjalin hubungannya dengan Theresia terpaksa memutuskan hubungan mereka yang sudah terjalin selama empat tahun. Begitupun. Dengan Heidi, wanita itu terpaksa meninggalkan kekasihnya yang seorang seniman, dan menuruti kehendak orang tuanya.

🪷🪷🪷

Oscar mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, pria itu kembali mengingat perkataan istrinya. Meskipun sudah puluhan tahun hidup bersama Heidi, namun tidak membuat hatinya terbuka dan mencintai Heidi.

Oscar hanya menghormati Heidi karena telah melahirkan anak-anak nya, namun begitu, seperti tadi yang di katakan oleh Oscar, jika dirinya tidak berselingkuh. Bahkan Oscar sama sekali tidak tahu kabar wanita yang sangat di cintainya itu sejak Theresia memohon dan mengiba padanya 19 tahun yang lalu.

Entahlah apa yang terjadi pada wanita cantik itu, sampai sekarang Oscar masih menyesali kata-kata kejam dan jahatnya yang telah ia ucapkan pada Theresia.

Oscar hanya bisa berdoa dan berharap jika Theresia bisa menemukan pria yang jauh lebih baik darinya dan hidup bahagia. Bukan hidup yang terlihat bahagia seperti yang di jalaninya saat ini.

Oscar memarkirkan mobilnya di parkiran khusus, selain menjadi dokter, Oscar juga direktur rumah sakit tempatnya bekerja. Hal itu membuatnya memiliki banyak alasan untuk jarang di rumah.

Oscar juga menjadi dosen di universitas yang ada di kota Berlin. Gelarnya sebagai profesor dan dokter hebat membuatnya sangat teramat sibuk.

"Apakah pasien sudah di bawa ke ruang operasi?" tanya Oscar pada asisten nya.

"Sudah Prof, dokter anestesi juga sudah siap menunggu kedatangan anda." sahut Andre, asisten Oscar.

Mereka langsung menuju ruang ganti dan mencuci tangan sebelum masuk ruang operasi. Di dalam ruang operasi sudah ada beberapa dokter yang menunggunya, malam ini Oscar akan melakukan operasi besar, yaitu melakukan pembedahan tempurung kepala.

Setelah hampir 7 jam berlalu, operasi aneurisma otak itu selesai. Oscar dan tim dokter lainya merasa lega karena detik-detik menegangkan itu berlalu.

(Perhatian, tentang operasi ini, author sudah membaca dari beberapa sumber yang ada di google ya, kurang lebihnya author minta maaf, karena author hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna 🙂🙏🏻)

Meskipun sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia bedah, namun tetap saja membuat Oscar merasa tegang saat melakukan operasi seperti ini.

Setelah membuka scrub suits atau yang lebih di kenal seragam operasi (OK) kini Oscar kembali ke ruangannya, pria paruh baya itu tampak lelah dan duduk di kursi kebesaran nya menyandarkan tubuhnya dan menutup mata.

Namun bayangan Theresia menangis dan memohon padanya 19 tahun yang lalu menari-nari di pelupuk matanya, seolah menjadi kutukan, dosa, dan penyesalan yang berkepanjangan.

Oscar kembali menegakkan tubuhnya dan membuka mata, pria itu mengambil air yang ada di gelasnya dan meminumnya hingga tandas seperti orang kehausan.

Perasaan bersalah itu terus mendera hatinya, yang menyiksa batin dan jiwanya. Raga Oscar memang sehat dan baik-baik saja, namun tidak dengan hati dan jiwanya yang menjadi pesakitan.

"Daddy tidak akan segan menghabisi nyawa gadis itu jika kau menolak menikahi Heidi. Kau sangat tahu jika ucapan Daddy ini tidak pernah main-main, sekarang tentukan pilihanmu!" tegas Paul Bocker, Ayah Oscar saat itu.

"Aku melepaskan mu karena aku ingin kau tetap hidup There, meskipun tidak bersamaku. Setidaknya hiduplah bahagia dengan pria yang bisa menjaga dan memperjuangkan mu lebih baik dariku." ucap Oscar mengusap kasar wajahnya.

Jika saja Oscar tidak melakukan kesalahan saat itu, mungkin kini Oscar bisa hidup lebih tenang. Bodohnya saat itu Oscar tidak bisa mengendalikan dirinya hingga merusak masa depan Theresia. Tidak berhenti disitu, Oscar malah menambah luka dalam dan menghancurkan hati Theresia dengan kata-kata kejamnya, yang kini menjadi penyebab dirinya tidak bisa hidup dengan tenang.

🪷

🪷

🪷

🪷

🪷

TBC 🌺

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!