Disalah satu keluarga yang masih keturunan bangsawan memiliki tiga anak gadis. Salah satu gadis yang paling menonjol adalah gadis nomor dua, dia beda dari kakak dan adiknya. wajahnya jauh lebih manis dan lebih cantik dari saudarinya. Ia juga jauh lebih keras kepala dari yang lainnya, namun keras kepalanya hanya untuk kebaikan masadepannya.
Annisa Larasati, keluarga dan orang-orang terdekatnya sering menyapanya Laras. Gadis yang memiliki paras yang cantik sesuai namanya. Saat ini ia telah lulus dari sekolah menengah atas, sehingga ia berniat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Namun saat itu juga hati gadis itu bimbang, sebab ia berniat kuliah di ibu kota dan memilih fakultas yang ia idamkan sejak dulu.
Tapi kendalanya adalah orang tua terutama sang Ayah. Ayah Laras merupakan Rektor dari salah satu Universitas ternama di kota S, Ayah Laras menginginkan putri-putrinya untuk melanjutkan pendidikan dimana ia mengabdi, dan memilih jurusan sesuai keinginannya. Namun ternyata Laras memiliki keinginan sendiri. Hingga meminta persutujuan atas niatnya adalah hal yang sangat sulit baginya.
Sore itu Laras dan keluarganya telah asik menonton sinema India, gadis itu berpikir waktunya untuk membicarakan soal keinginannya untuk melanjutkan kuliah di luar ibu kota. Mumpung suasana tenang dan semua orang nampak santai saja. Jadi ia berpikir saatnya ia mengutarakan keinginannya.
Laras menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya melalui hidung, hal itu ia lakukan secara berulang-ulang. Nampaknya ia butuh kekuatan penuh untuk mengutarakan maksudnya.
Bismillah,,,, relax laras. Batinnya
" Ayah " Ucap Laras lirih. Sang Ayah yang saat itu sibuk membaca berita dikoran langsung menoleh kearahnya. Laras menelan salivanya saat Ayahnya menatapnya. Lidahnya mendadak keluh, namun ia masih meyakinkan hatinya bahwa ia mampu meyakinkan Ayahnya.
" Iya Laras, ada apa Nak? " tanya sang Ayah.
" Ayah,, aku ingin membicarakan sesuatu " ucap Laras, seketika sang Ayah menghentikan aktivitas membacanya, sebab ia tau dari raut wajah putrinya, bahwa saat ini anak gadisnya akan membicarakan sesuatu yang mungkin penting bahkan sangat penting. Sang Ayah lalu meletkkan koran yang ada ditangannya dan meletakkannya diatas meja, Lalu ia menposisikan duduknya menghadap Laras.
" Bicaralah Nak, ada apa? " tanya sang Ayah
" Begini Yah,, aku sudah lulus sekolah, dan ingin lanjut kuliah " ucap Laras
" iya Ayah tahu, bagaimana? kamu sudah mendaftar di kampus Ayah kan?" tanya sang Ayah, Laras mengigit keluh bibirnya saat menerima pertanyaan dari Ayahnya.
" Ayah,, Laras tidak ingin kuliah disana " Mendengar ucapan Laras sang Ayah terheran, namun ia terus berusaha bersikap tenang.
"Kenapa? " tanyanya
" Ayah aku ingin kuliah dan mengambil jurusan Kebidanan " jawab Laras, Ayahnya tau bahwa di Universitas tempatnya mengabdi Fakultas Kebidanan tidak ada. Ayah Laras mencoba berpikir sejenak, dan menatap Laras lekat-lekat mencoba memahami keinginan Laras.
" Nak, bukankah Ayahmu sudah memerintahkanmu untuk melanjutkan studimu di Universitas tempat Ayahmu bekerja, lalu mengapa sekarang kamu tiba-tiba ingin menjadi seorang bidan, bahkan ibu tidak pernah tau jika sebenatnya kamu berniat menjadi seorang bidan " Ibu Laras yang sedari tadi mendengar percakapan antara Suami dan putrinya itu ikut bicara, iapun sama terkejutnya saat mendengar keinginkan putrinya.
" Aku baru memikirkannya Bu, dan aku rasa aku cocok mengambil jurusan itu. Aku sungguh tertarik menjadi seorang Bidan " ucap Laras disertai rengekan kecil.
Ayah Laras masih berpikir atas keinginan putrinya, sebab ia ingin sekali agar anak-anaknya menurut pada apa yang sudah ia putuskan, termasuk mengenai pendidikan mereka. Namun kali ini pada Laras putri keduanya sepertinya ia harus mengalah. Sebab ia melihat bagaimana kesungguhan Laras untuk kuliah di fakultas Kebidanan.
" Baiklah,, Ayah izinkan kamu untuk kuliah kebidanan" Legah dan bahagia yang Laras rasakan saat itu juga, persetujuan dari sang Ayah adalah hal yang terbesar dan terpenting untuk langkahnya kedepan. Senyum manis mereka diwajahnya.
" sungguh Ayah,, Terimakasih " ucap Laras senang.
" Jadi kamu akan mendaftar dikampus mana? "
Deg.
Kebahagiaan Laras seketika lenyap lagi, sebab ia belum mengatakan niatnya akan kemana melanjutkan pendidikan. Jika tadi Ayahnya sulit menerima keputusannya untuk menjadi seorang Bidan, meski akhirnya disetujui. Namun kali ini pasti lebih sulit. Sebab mana mungkin Ayahnya mengizinkan kuliah yang jauh bahkan sampai diluar kota.
Laras sekali lagi menelan salivanya. Kali ini ia harus berusaha meyakinkan sang Ayah atas keinginannya.
" Ayah aku berencana akan kuliah di Ibu kota " Laras menundukkan wajahnya, ia tak berani menatap Ayahnya saat itu juga.
Dan benar, respon dari Ayahnya sangat benar, nampak jelas kaget dan marah tergambar jelas diwajaha pria yang sudah berumur itu.
" Laras,, Ayah mengizinkanmu mengambil jurusan sesuai keinginanmu, tapi Ayah tidak pernah mengira jika kamu akan berpikir untuk kuliah diluar kota dan jauh dari keluarga, apa kamu tau, Ayah tidak pernah membiarkan kalian jauh dari kami. " Ayah Laras menggebu-gebu, meski sedang dalam keadaan emosi, namun tekanan suaranya masih terkontrol.
" Laras,, sebaiknya kamu kuliah di kota ini saja Nak, untuk apa ke Ibu kota. Jauh dari keluarga itu tidak bagus nak, dan lagi kamu anak gadis, rasanya Ibu juga tidak tega membiarkanmu jauh dari Ibu. Kamu tau Nak, diluar itu sangat bahaya " Ibu Laras ikut bicara.
" Tapi Bu, Laras bisa jaga diri kok. Laras janji hanya fokus kuliah saja, tidak ada hal lain " ucap Laras.
" Ayah tidak mengizinkannya Laras, Ayah setuju kamu kuliah Kebidanan, dengan syarat kamu tetap kuliah disini " tegas Ayahnya.
" Tapi Yah -"
" Sudah,, keputusan Ayah sudah bulat " Ayah Laras beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Laras dan juga ibunya diruang tv. Laras mematung saat mendapat penolakan sang Ayah. Laras menatap sang Ibu yang masih duduk bersamanya.
" Sudah nak,, ikuti perintah Ayahmu. Kamu bersyukur sebab kamu bisa kuliah sesuai keinginanmu " ucap sang Ibu yang dengan lembut membelai rambutnya.
" Tapi Bu, Laras ingin ke Ibu kota " kata Laras merengek.
" Tapi Ibu tidak bisa menentang Ayahmu nak, baiknya kamu bujuk dan yakinkan saja Ayahmu" ucap sang Ibu, dan lalu beranjak dari duduknya.
Saat ini Laras duduk sendiri, ia berpikir bagaimana cara untuk bisa meyakinkan sang Ayah, agar bisa ke Ibu Kota untuk melanjutkan pendidikan.
Huftttt, susah sekali meyakinkan Ayah.
Bersambung........
-
Novel kedua ini merupakan kisah nyata dari salah seorang teman satu komunitas.
Cerita ini masih berhubungan dengan Polisi, tapi Maaf, disini Polisinya bukan pemeran utama.
Sekali lagi ini kisah nyata yah,, jadi bijaklah dalam berkomentar.
Pagi itu Laras membantu ibunya didapur untuk menyiapkan sarapan. Laras terlihat sangat telaten saat berhadapan dengan dapur. Ia memang gadis yang juga rajin di antara saudarinya, maka tak heran jika semua orang menyayanginya.
Pagi itu Laras kembali mengumpulkan keberaniannya, niatnya untuk tetap melanjutkan pendidikan di Ibu Kota masih sangat menggebu-gebu. Maka pagi ini Laras ingin sekali lagi membujuk Ayahnya agar sang Ayah mau menyetujui keputusannya.
" Ibu," panggil Laras
" iya Nak " jawabnya
" Apa aku boleh membujuk Ayah sekali lagi? " tanya Laras ragu.
" kamu masih kekeh dengan keputusan kamu itu? "
" Iya Bu, Laras ingin sekali kuliah disana, bolehkan Laras yaj Bu " Laras merengek
" Hemmm,, ibu terserah Ayahmu saja nak, kamu boleh membujuk Ayahmu lagi, tapi ingat jika nanti kamu gagal lagi, maka tolong ikuti aturan Ayahmu,, tentu kamu tidak lupa kan, bagaimana watak Ayahmu?" jelas sang Ibu. Laras mengangguk, meski ia sadar betul bahwa apa yang dikatakan oleh Ibunya itu adalah benar, namun ia tetap akan mencoba membujuk sang Ayah, sampai akhirnya Ayah atau dirinya sendiri yang mengalah.
Semua orang sudah menyantap sarapan dimeja makan, seperti biasa tak ada percakapan saar semua tengah makan, hanya ada suara sendok dan piring saling berketukan.
Tak lama beberapa orang sudah menyelesaikan sarapannya, termasuk Laras Ayah dan Ibunya. Laras melirik sang Ibu, ia memberi kode kepada Ibunya, dan ternyata sang Ibu mengerti arti lirikan Laras, dan Ibunyapun mengangguk, menandakan bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk bicara.
" Ehem " Ibu Laras berdehem cukup keras.
" Mmm Ayah,, " ucap Laras lirih.
" Ayah, masalah kuliah itu aku -"
" Laras Ayah tak akan mengijinkanmu kuliah jauh-jauh, apa lagi di Ibu Kota, apa kamu tau, kota-kota besar itu bahaya bagi anak gadis sepertimu " Ayah Laras memotong ucapan putrinya.
" Tapi Laras bisa jaga diri Ayah,, Laras yakin Laras akan baik-baik saja " ucap Laras
" Tidak Laras, Ayah tetap tidak akan mengijinkannya " sekali lagi Ayahnya menolak.
" Ayah,, Ayah tidak perlu takut, aku tidak sendiri kok, aku bersama sahabat-sahabaku Dian, Zahra dan Sukma, kami akan tinggal bersama Ayah, dan kuliah ditempat yang sama " mendengar ucapan Laras sang Ayah berpikir sejenak, ia mengingat-ingat nama-nama yang disebutkan Laras barusan. Tentu Ayahnya sangat mengenal para sahabat putrinya.
" Ayah,, Laras janji, Laras tidak akan macam-macam, aku hanya akan fokus mengejar pendidikanku, percaya padaku Ayah, Laras tidak akan berani mengecewakanmu " Suara bujuk rayu Laras terdengar begitu lembut ditelinga sang Ayah, sehingga dapat terlihat sedikit senyum yang terbentuk di bibir pria paruh baya itu.
" Sudahlah Yah,, izinkan saja dia ke Ibu Kota untuk kuliah, Ibu percaya kok sama Laras " Ibu Laras menimpali
" Baiklah,, Ayah izinkan kamu kuliah disana, Tapi ingat, jaga diri kamu baik-baik jangan membuat Ayah malu " ucap sang Ayah tegas. Meski terdegar begitu mengancam, namun Laras bisa tersenyum legah, seban keinginannya terlaksana.
Laras memeluk erat Ayahnya, dan mengucapkan banyak terimakasih, setelah itu ia kembali memeluk Ibunya dengan erat.
" Ingat yah Nak, Ayah dan Ibu begitu percaya padamu, jadi tolong jaga dan hargai kepercayaan yang sudaj kami berikan padamu " ucap Ibu Laras saat putrinya melepaskan pelukannya.
" Iya Bu, Laras Janji, Laras tidak akan pernah mengecewakan kalian " ucap Laras
" Dan ingat, disana kamu jangan bergaul sembarangan,, pergaulan dikota besar itu bahaya nak " sambung ibu Laras lagi
" iya,, iya Ibuku yang cantik, Laras tau "
" Jadi, kapan kamu mulai mendaftar Laras?" tanya sang Ayah.
" Laras sudah mendaftar fia online Yah, dan Laras sudah diterima, begitu juga dengan Dian Sukma dan Zahra, kami semua lulus seleksi Ayah " ucap Laras, Tentu Ayahnya kembali heran, bagaimana bisa Laras selancang itu mengambil keputusan tanpa merundingkan dengannya dulu. Begitu pikirnya.
" Kamu memang sangat bandel Laras, kamu rupanya sudah selangkah lebih maju sebelum izini kepada Ayah " Ucap aang Ayah, tentu saat ini ia begitu kesal, tapi sudahlah, toh pada akhirnya dia juga menyetujui keinginan Laras.
" Jadi kapan kamu berangkat ke Ibu kota? " tanya sang Ibu
"minggu depan Bu, sepupu Zahra disana sudah mendapatkan kost untuk kami tempati. dan jaraknya tidak jauh dari kampus Bu " jawab Laras
"Kostnya aman kan? dan khusus putri?" sang Ayah menimpli
" Pastinya Ayah, mana mau kami gabung dengan kost cowok " jawab Laras
" Baiklah, siapkan semua keperluanmu, minggu depan Ayah yang akan mengantar kalian ke Ibu Kota" ucap Ayah Laras
" Baik Ayah, Terimakasih banyak " Laras kembali memeluk sang Ayah, dan memberi kecupan dipipinya, ia begitu senang saat itu. Dan setelah itu ia berjalan sambil menari menuju kekamarnya.
Bersambung...
Seminggu kemudian, Akhirnya Laras dan ketiga sahabat kecilnya Zahra Dian dan Sukma sudah tiba di Ibu Kota, pagi tadi Ayah Laras mengantarkan mereka, dan hanya sebentar,setelah ia memastikan bahwa Laras tinggal ditempat yang aman dan nyaman bersama teman-temannya.
Sore ini Laras dan sahabat-sahabatnya sudah menempati kost putri. Kost yang terbilang elite sebab penampilannya yang terkesan mewah, dan juga ada satpam yang menjaga kost khusus putri itu.
Lara sekamar dengan Zahra, dan Sukma sekamar dengan Dian. Kamar mereka saling berhadapan. hingga memungkinkan mereka selalu bertemu jika ada perlu, bahkan jika hanya sekedar berkumpul.
" Duh laper nih,, keluar yuk cari makan, sekalian jalan-jalan kita " aja Dian
" Mmm Boleh, aku sih Yes " kata Sukma
" Ayuk dah " kata Zahra. Kemudian mereka bertiga menatap Laras yang tidak memberikan respon apa-apa.
" Ras " panggil Sukma
" ya "
" mau nggak?" tanyanya
" Boleh,, ayo lah kalau gitu " Setelah mendapat anggukan dari Laras, akhirnya mereka berempat keluar untuk mencari tempat makan sekaligus berkeklilig tak jauh dari tempat mereka tinggal.
Akhirnya mereka sudah tiba disalah satu cafe yang terkenal didaerah itu. Mereka memutuskan untuk makan disana saja.
Mereka sudah duduk dimeja, dan sudah pula memesan makanan. Sambil mengobrol tentang perkuliahan yang akan mereka jalani nanti. Mereka tak menyadari bahwa ada empat pasang mata yang memperhatikan mereka sejak awal masuk cafe. Dua orang pria yang mejanya tak jauh dari meja empat gadis yang asik mengobrol itu.
" Cewek baru tuh bro " kata pria itu.
" hem, kayaknya mereka baru dikota ini deh " kata Pria yang satu.
" Cantik-cantik yah mereka Jar " puji pria yang terkenal hidung belangnya.
" Iya sih,, mereka cantik " kata Fajar
" Bungkus satu ah bawa pulang " kata Wahyu
" Heleh,, lu pikir mereka gorengan, main bungkus aja " ucap Fajar. Dan Wahyu hanya terkekeh dibuatnya.
Tatapan Wahyu tak henti-hentinya menatap Laras, yang saat itu duduk menghadap padanya secara tidak sengaja. Senyuman manis Laras seakann membuatnya terhipnotis.
Wahyu, Seorang Polisi memiliki wajah tampan kulit sawo matang, postur tubuh atletis. Wahyu dijuluki sebagai buaya kantor sebab hobinya yang suka menggoda gadis-gadis dari yang cantik sampai yang biasa saja. Namun ia selalu beranggapan bahwa ia pria yang setia.
Dan kini ia mengincar gadis berparas cantik memiliki senyum menawan untuk menjadi incarannya.
Tak terasa sudah beberapa Jam, akhirnya mereka kembali kekost setelah, dari cafe dan berkelliling sebentar, Laras Dian Zahra dan Sukma memutuskan kembali ke kost mereka. Mereka memilih beristrahat malam ini tanpa ada ganggua, sebab Besok mereka sudah menjalani hari baru. Tentunya besok mereka akan mulai menjadi mahasiswi di Akademi Kebidanan.
Keesokan harinya. Hari baru itupun dimulai. Laras dan ketiga sahabatnya dengan riang menyambut status baru mereka sebagai seorang Mahasiswi Kebidanan. Senyum bahagia terpancar diwajah mereka, mereka terlihat begitu cantik dengan seragam khusus mahasiswa kebidanan yang melekat ditubuh mereka.
Akhirnya mereka tiba dikampus, mereka menatap takjub kampus mereka yang saat ini akan mereka telusuri hingga beberapa tahun kedepan.
Terutama Laras, ia tak menyangka akan bisa sampai disini. Ia kembali mengingat perjuangannya dalam meyakinkan orang tuanya agar tetap mengijinkannya kuliah ditempat yang ia impikan. Dan kini ia tepat beridir ditengah bangunan yang yang menjulang tinggi.
Aku pasti akan menjadi Bidan, dan akan membuat Ayah dan Ibu bangga. Aku janji akan hal itu. Batin Laras.
**Bersambung.....
Maaf ntar malam disambung lagi**...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!