Terjerat suami kontrakku
Hidup dengan kemewahan tidak membuat Emilia si gadis cantik merasakan keindahan hidupnya, bayang bayang perselingkuhan orang tuanya membuat ia sedikit terauma dengan pernikahan
Kini hidupnya terbanding terbalik di mana ia menikah dengan salah satu anak yang keluarganya rusak karena ibunya.
Haruskah menanggung semua yang ibunya lakukan, bukannya anak tidak seharusnya menanggung kesialan hidupnya, Bisakah ia bertahan dengan pernikahan yang sedari awal hanya untuk balas dendam, Emilia rasanya ingin menyerah dengan kehidupannya yang sekarang.
Ayah yang entah di mana, sedari dia SMP ayahnya ini meninggalkan ibunya, memang ibunya bersalah tetapi haruskah ia juga di tinggalkan ayahnya dan masuk di kandang singa dengan pernikahan balas dendam ini.
Pagi ini di rumah yang besar, berbagai makanan sudah Hana siapkan, semua hidangan di meja hasil masakannya, setelah ia menikah sang suami Verhag membawanya di salah satu rumah pembeliannya.
Tap
Tap
Tap
Dengan langkah pelan suara kaki menuruni anak tangga menyita perhatian Emilia, lalu ia menoleh melihat pasangan yang baru saja terbangun menuruni anak tangga, Ya prempuan itu adalah sang kekasih yang dimana menginap di rumah ini atas keinginan suaminya.
Meskipun mereka berdua tertidur dengan kamar yang berbeda,. Tetapi negara sang suami yang terkenal bebas sex membuat ia berfikir yang tidak-tidak.
“Kamu ingin apa sayang” tanya Lana si kekasih sang suami
“Ambilkan apa saja, aku akan tetap memakannya” jawabnya dengan di iringi senyum.
Emilia yang melihat kemesaran keduanya, hanya bisa menghela napas panjang, ia bukan iri atau semacamnya, tetapi ia merasa muak dengan tampang si sang suami, “Sungguh pemandangan yang menggelikan” batinya, rasanya Emilia ingin menyiram wajah sang suami dengan sup yang ia buat pagi ini.
“Sudah kan, bisakah kau pindah ke belakang tinggal kan kami berdua” Dengan cepat Emilia meninggalkan pasangan itu.
Meskipun negara Emilia terbilang sedikit bebas tetapi ia memiliki prinsip jika belum menikah dia tidak ingin tinggal bareng dengan suaminya.
Bahkan para pelayan yang ada di rumah ini pun di buat bingung dengan kehadiran si pacar sang pria, yaitu suaminya.
“Non...” panggil salah satu pelayan yang sangat akrab dengan dirinya
“Ada apa Bi” Jawab Emilia dengan mendekat ke arah Bi suroh
“Non tidak sarapan bareng dengan..” Bi Suroh menjeda ucapanya menatap istri sah majikanny “Maafin Bibi ya Non, bibi tidak bermaksud untuk ikut campur” Lajut Bi Suroh dengan menundukkan, tidak seharusnya ia mengurusi rumah tangga majikannya.
“Tidak papa Bi, Emilia sudah terbiasa dengan semuanya” senyum Emilia mengembang dengan mengelus bahu Bi Suroh
“Oh ya Bi, apa semua pelayan sudah sarapan” tanya Emilia mengalihkan pembicaraannya, ia rasanya muak jika harus membahas sang suami yang kini sedang bermesraan dengan kekasihnya.
Sudah non, Bibi baru pertama kali merasakan masakan nona jadi ketagihan, ternyata non Emilia jago memasak” jawab Bi Suroh dengan mengangkat kedua jempolnya.
Emilia terkekeh mendengar jawaban Bi Suroh
Tanpa keduanya sadari, sedari tadi ada sepasang mata yang sedang menatap ke arahnya, bahkan perempuan yang ada di sampingnya itu pun di buat kesal karena tidak menyahuti ucapannya beberapa kali.
“Verhag....” sentak Lana dengan cemberut.
“Maaf honey....cup” Verhag dengan cepat ia mengecup pipi sang pacar,pikirannya sedikit terusik dengan tawa dan keceriaan sang istri.
Sangat terbanding terbalik jika bersama dirinya, Emilia akan menampilkan mimik ketidak sukaanya
“Sepertinya kau sudah memiliki perasaan dengan istrimu” tanya Lana dengan nada dingin.
“Tidak ada wanita yang membuatku jatuh cinta selain dirimu”
“Ku peganga ucapanmu”
“Untuk hari ini kau bebas ingin berbelanja apapun” tawar Verhag, ya. Salah satu pereda kesal sang kekasih dengan menegosiasikan barang barang mewah.
Dengan semangat Lana menyetujui tawaran sang kekasih, kapan lagi ia bisa bebas berbelanja dengan sepuas nya.
“Kesempatan tidak datang dua kali” batinnya dengan menyeringai
Akhirnya keduanya melanjutkan sarapan yang sedikit tertunda.
***
Malam hari,
Di kamar, Emilia menatap dirinya di pantulan cermin besar yang ada di dekat ranjang, ia memastikan penampilan nya ini tidak berantaka.
Hari ini Emilia memiliki janji dengan beberapa teman waktu kuliahnya dulu, rasanya ia sangat merindukan teman temannya.
Selama menikah ia jarang sekali berkumpul dengan teman temannya, bahkan sekedar minum kopi saja ia merasa tidak bisa, meskipun suaminya mengijinkannya bahkan terkesan tidak peduli dengan kesehariannya, mengingat itu Emilia jadi teringat dengan suaminya yang kini sedang pergi dengan kekasihnya itu.
“Dia pikir dengan bermesraan di depanku akan membuatku cemburu, ck jangan harap” gumamnya mengoles ulang lipstik di bibirnya.
Emilia mengambil ponselnya dari atas nakas, ia melihat layar itu tertera nama teman temannya menyuruhnya berkumpul di resto dalam mall terbesar yang ada di Madrid.
Dengan terampil dia membalas pesan sang teman temannya, lalu ia melangkah dengan sangat anggun
Hari ini ia menggenakan dress berwarna merah di atas lutut, sungguh ia sangatlah anggun di tubuhnya, dengan di padukan hels sedang.
Hari ini ia mengemudi kendaraan sendiri, tanpa supir yang suaminya tugas kan, sepanjang perjalanan Emilia menikmati pemandangan mobil yang berlalu lalang memenuhi jalan kota Madrid.
Pada saat lampu merah perhatia Hana tersita dengan mobil yang ada di depannya, ia menajamkan pandangannya dan benar itu mobil sang suami, lampu yang tadinya hijau kini berganti merah, Emilia menekan pedal gas mobilnya dengan menaiki kecepatannya bahkan ia tidak menghirauka jika nanti suaminya mengenalnya.
Dua lima menit kemudian, Emilia sampai juga di tempat yang temannya janjikan, ia memarkirkan mobilnya terlebih dulu, dan ia juga memperhatikan mobil mobil disekitarnya, aihh rupannya Emilia cukup mengenali mobil mobil temannya ini.
Lalu ia turun berjalan melangkah menaiki lift menuju lantai tiga di mana ia menuju restoran yang ada di dalam mall.
Sesampai di lantai tiga dengan semangat Emilia melangkah tas yang ia gandeng dengan tangan kirinya membuat dirinya terkesan sangat anggun.
“Emilia....” panggil dari ujung sana.
Restoran yang temannya ini pilih adalah restauran privat room yang dimana di dalamnya hanya menampung sekitar 20 orang, dengan pemandang indah dari kota Madrid. Dengan suguhan masakan seorang chef profesional.
“Rindu sekali” Emilia memeluk temannya satu persatu dengan.
“Astaga sudah lama sekali kita tidak berkumpul” Emilia mengangguk menyetujui ucapan temannya.
“Bagaimana kabar kalian” tanya Emilia kepada temannya, Eva dan Maya.
“Kabar baik” jawab kompak Eva dan Maya
Dengan gelengan Emilia “Kompak sekali kalian” sambil terkekeh Emilia mencicipi hidangan yang di buat khusus langsung dari chef nya, dengan berjarak beberapa meter, ketiga bisa melihat dengan cekatan memasaknya.
Selesai makan hidangan yang ada di depannya, kini saatnya ketiga menyantai dengan obrolan obrolan yang serius.
“Emilia....” panggil Eva menatapnya serius “Ada apa” tanya Emilia melihat mimik temanya ini yang berubah.
“Kemarin aku tidak sengaja melihat suami berengsek mu itu dengan seorang perempuan” cecer Eva dengan menggebu gebu “Uhh rasanya ingin ku lempar dengan botol bekas kearah prempuan itu” lanjutnya
Emilia mengangkat kedua bahunya “ biarkan saja samapai mana Verhag bertahan dengan kekasihnya”
“What kekasih” Suguh Eva dan Maya kaget dengan ucapan temannya, yang sepertinya seperti tida terjadi apa apa dalam pernikahan.
“Wah harus kita beri pelajaran keduanya” ucap maya degan menggebu gebu, bahkan ia mencengkram bahu temanya.
”Memangnya kau berani berurusan dengan Tuan Verhag? Yang ada hidupmu berhenti sampai sini” dengan kesal Eva memindahkan tangan temannya yang sedari tadi mencengkram bahunya.
“Sudalah lah, aku sangat malas sekali membahasnya”
Akhirnya ketiganya melanjutkan lagi obrolannya di mana menceritakan hal random yang biasa perempuan obrolkan ketika bertemu temannya.
Happy reading guys
Jika ada kata typo tolong koreksinya ya
Terima kasih.
Kini ketiga gadis cantik tersebut lebih melanjutkan mengelilingi mall.
“Sebentar...” ucap Emilia menghentikan langkah kakinya.
Pada saat bersamaan Emilia melihat suaminya memasuki salah satu tokoh tas brandad dengan menggandeng mesra sang kekasihnya.
“Kau melihat apa” Dengan rasa penasaran Eva dan Maya, mengikuti arah pandangan temannya ini.
Dan kagetnya keduanya melihat lagi tuan Verhag dengan kekasihnya yang begitu mesra menggandeng perempuan yang ada di sampingnya.
Eva menoleh melihat temannya yang masih tidak bergeming “Jika dia bukan tuan Verhag sudah aku hajar dia dengan heels ku ini, berani sekali dia mempermainkan penikahan dengan membawa sang kekasih bersamanya” gerutu Eva ia meremat tangannya yang sudah gatal rasanya ia ingin menghajar pria yang kini sudah menjadi suami temannya ini.
“Betul itu..” sambung Maya menyetujui ucapan Eva.
Dengan seringai di wajahnya, Verhag memilih acuh “Biarkan saja, aku bahkan tidak perduli yang dia lakukan” ucap Emilia datar
“Kau ehm... Apa tidak cemburu sedikit pun” tanya Maya dengan ragu.
“Untuk apa aku cemburu dengan orang yang sepeetinya” tegas Emilia
Meskipun ia tidak bisa di pungkiri selama satu bulan pernikahannya, ia tidak menyangkal pesona tuan Verhag mampu membuatnya getaran getaran di hatinya, tapi sebisa mungkin dia menyangkalnya dia tidak ingin menganggap prasaannya di anggap murahan oleh suaminya.
Untuk ukuran wanita normal seperti Emilia wajar saja jika ia tertarik dengan lawan jenisnya apa lagi setiap hari harus tinggal bareng dengan tuan Verhag.
Maya menelusuri ucapanya yang terdengar biasa saja, dan benar Maya melihat temannya ini tidak ada ketertarikan dengan tuan Verhag. “Hebat sekali kau tidak merasakan cemburu, aku saja rasanya ingin memukul nya, lalu memeluknya dari samping....ups” dengan cepat Maya menutup mulutnya dengan kedua tangannya
Emilia dan Eva. Dengan kompak keduanya menoleh ke arah maya yang sedang menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan membuang pandangannya ke arah lain.
“Jangan terlalu tinggi bermimpi” cetus Eva
”Bercanda, yahh hanya bercanda ” kekeh Maya ke arah keduanya dengan mengangkat tangan peace.
Emilia yang masih menatap ke arah sepasang kekasih itu sudah tidak terlihat dari pandangannya, seringai ide terlintas di pikirannya, dengan pelahan ia melangkah meninggalkann kedua temannya yang masih saja berdebat seperti Tom and Jerry.
Ia melangkah memasuki tokoh yang suaminya ini singgah dengan kekasihnya, dengan anggun ia berjalan memasuki tokoh tersebut dan di ikuti denga dua temannya di belakang.
“Selamat datang nona” sambut pegawai dengan ramah.
“Iya ...” jawab Emilia dengan data lantang di iringi senyuman manis di bibirnya.
Kedua temannya yang ada di belakang mengernyitkan dahinya merasa bingung dengan kelakua Emilia.
Suara lantang Emilia mampu menyita sepasang kedua kekasih itu, ia berjalan di sampingnya dengan acuh tanpa mengabaikan orang yang ada di sampingnya.
“Saya mau yang ini” tunjuk Emilia melihat tas berwarna merah yang ada di atas dengan kelipan diamond.
“Mohon maaf nona, tas yang anda tunjukan sudah di beli oleh tuan Verhag ” ucap pegawai tersebut dengan membungku merasa tidak enak hati dengan pembelian “sekali lagi saya minta maaf nona” lanjutnya
“Oh tidak apa-apa, memang tasnya sangat cocok di pakai oleh seorang prempuan sepertinya ehm yang mungkin sedikit gatal, oh maksudnya secantiknya, biar saya cari tas yang lain” ucapnya dengan tenang tanpa menghiraukan tatapan tajam dari suaminya
Sedangkan teman Emilia yang sedang duduk di sofa tersenyum puas dengan sindiran Hana.
“Kau...—” ucap Lana tertahan.
Lana yang merasa di sindir dengan perempuan yang ada di sampingnya mengepalkan tangannya kesal, ia hendak melangkah tetapi Verhag dengan sigap menahan tangannya.
Akhirnya dengan senyum mengembang Emilia bergantian melangkah di sudut pojok kanan. “Em permisi saya ingin ke belakang sebentar” ucap Emilia
Verhag mendengar Emilia berpamitan ke belakang. “Sebentar honey, aku ingin buang air kecil” ucap Verhag dengan mengelus pipi sang kekasih.
Lana mengangguk, ia sibuk memilih beberapa tas brandad yang incar.
Di kamar mandi Emilia menatap dirinya di cermin yang besar lalu ia menegakan tubuhnya dengan perasaan kaget dengan cepat ia menoleh melihat sang suami yang sudah menatapnya tajam.
Ia mundur dengan perlahan saat suaminya ini mulai melangkah kearahnya.
“Kau sepertinya ingin bermain main denganku” ucap Verhag dengan sorot matanya yang tajam
“Kau....”
“Apa?....” dengan lantang Verhag semangkin memojokinya “Kau sekali lagi mengusik kekasihku, kau akan tau akibatnya”
Dengan sekuat tenaga Emilia mendorong tubuh kekar suaminya, tetapi tenaga yang di miliki suaminya ini tidak sebanding dengannya.
Hembusan napas sang suami sangat terasa di pipinya, ia memejamkan matanya merasa kalah telak apa yang sudah di lakukan suaminya ini.
Verhag menyeringai melihat gadis yang di depannya ini memejamkan mata. “Ingat saya tidak tertarik dengan tubuhmu” bisik Verhag dengan sengaja meniup cuping sang istri.
Lalu ia melangkah meninggalkan istrinya yang masih memejamkan mata dengan mematung di tempat. “Sial di pikir aku tertarik dengan nya, big now” kesal Emilia pada dirinya yang hanya diam saat Verhag meremehkan tubuhnya.
Emilia membasuhi mukanya dengan perasaan kesal, ia memoles ulang lipstik di bibirnya yang sedikit memudar, ia juga merapihkan kembali rambutnya yang sedikit berantakan.
Setelah memilim beberapa tas ketiganya keluar membawa paper bag di tangannya masing-masing.
“Kau hebat milia bisa membuat kekasih tuan Verhag kesal” ucap Eva
“Iya, kau tau bahkan muknya terlihag sekali sangat kesal” timpal Maya
“Oh ya tadi kita liat saat kau ke belakang taun Dante juga berpamitan ke belakang, apa terjadi sesuatu?” tanya Eva dengan serius.
“Ehm ntah lah aku tidak tau” Emilia mengangkat bahunya acuh.
“Aku pikir akan ada drama ekem-ekhem seperi di dunia pernovelan”
“Dasar gila, mangkanya Jagan terlalu terbawa suasana ketika membaca novel” sembur Maya
Lagi lagi Emilia hanya menggeleng dengan perdebatan Eva dan Maya.
“Kau tau Emilia, temanmu ini mulutnya sangat berbahaya, dia mendekatkan ku dengan laki-laki yang sudah beristri, hampir saja aku menjadi pelakor” ucap Maya dengan rasa kesalnya, ia tidak habis pikir dengan kelakuan Eva yang mencombalkan dirinya dengan pria yang beristri.
“Ya mana aku tau jika dia beristri” jawabnya merasa tidak bersalah.
Emilia tertawa mendengar penuturan Maya, ia merasa sangat terhibur dengan kelakuan teman temannya ini.
“Tidak terbayangkan gadis cantik seperti ku harus di cap sebagai pelakor”
Sesampainya di basemant, ketiganya menaiki mobil masing-masing.
Di perjalanan menuju pulang Emilia tidak sengaja melihat orang yang sangat ia kenal, dengan harapan ia bisa melihat orang yang di kenalnya tersebut, tapi sayang sekali orang tersebut mengarah kebelakang.
“Dia seperti...—Emilia menjeda ucapannya, ia tidak ingin berharap dengan orang yang barusan ia lihat.
Dengan cepat ia menginjak pedal gas mobil dengan menambah sedikit kecepatannya.
Happy reading
Jangan lupa like dan dukungannya ya, Jika ada kata typo tolong koreksinya.
Terima kasih.
Malam hari
Ketika semua orang sudah tertidur, Emilia menuruni anak tangga menuju dapur, rasa lapar di perutnya ia tiba bisa menahanya, dengan cekatan Emilia membuat nasi goreng karena terlalu larut malam juga dia sedikit malas jika harus memasak banyak makanan, apalagi hanya untuk dirinya.
Karena terlalu asik dengan kegiatannya, Emilia sampai tidak sadar jika di belakang tubuhnya Verhag berdiri memperhatikan dirinya.
Saat Emilia memablikan nadanya ia terkaget dengan kehadiran Verhag yang kini sedang membekap mulutnya.
“Stttt kau pelankan suaramu, kau tidak mau kan semua orang terbangun mendengar teriakanmu” ucap Verhag dengan pelan.
Emilia melepaskan tanga Verhag denga kasar yang masih membekap mulutnya. “Kau gila...” umpat Emilia berniat melangkah kan kakinya, tetapi lebih dulu Verhag mencengkal tangannya yang hendak pergi.
“Enak sekali kau hanya membuat satu makanan”
“Memang berapa banyak yang harus aku buat” sungut Emilia, bahkan rasa lapar yang ia sudah tahan sedari tadi terjeda lagi dengan kedatangan suaminya ini.
“Kau tidak lihat di sini ada dua orang, buatkan lagi untuku, Jagan membantah kau di sini istriku” perintah Verhag dengan rasa yang tidak bersalahnya.
Mau tidak mau Emilia membuatka satu porsi nasi goreng untuk suaminya, ia mengambil piring menuangkan nasi itu menyerahkan langsung piring tersebut, pada saat ia menyerahkan nasigoreng kepada suaminya suara perut Emilia yang sedari tadi di tahan akhirnya berbunyi juga.
“Kenapa harus berbunyi” batin Emilia
Ia benar benar sangat malu, wajahnya yang putih bersih bahkan kini terlihat semburat kemerahan pada pipinya.
Tanpa pemperdulikan suami nya Emilia terus melanjutkan makannya yang tadi sempat tertunda, tidak ada percakapan di antara keduanya bahkan makan pun harus berhati hati supaya tidak menimbulkan suara dentingan sendok atau piring.
“Rasanya biasa saja” ucap Verhag mengelap sisa makanan di mulutnya menggunakan tisu.
Sedangkan Emilia mendelik mendengar ucapan suaminya “Biasa saja tapi habis tidak tersisa” batinnya.
“Tidak tanya” jawab Emilia dengan jengkel.
Verhag terkekeh menatap semburat kemarahan pada istrinya, rasanya ia senang jika membua istrinya marah, istrinya ini akan terus menggerutu dengan nada yang ketus. Ia melangkah mendekat Emilia yang sedang mencuci piring kotornya sisa tadi makan.
“Tidak usah marah, masakan mu sangat enak untuk makan malamnya terima kasih” ucap Verhag meninggal kan Emilia seorang diri.
“Berapa lama lagi aku harus berurusan dengannya” gumam Emilia.
Karena sudah selesai saat nya Emilia kembali ke kamar dengan menaiki anak tangga satu persatu, di lantai dua ini terdapat tiga kamar, yang dimana kamar dirinya, Verhag dan kekasihnya itu. Emilia memegang handle pintu masuk kedalam kamarnya, di rasa ia sudah tidak lapar, Emilia mencuci mukanya untuk bersiap akan tidur.
Emilia bersandar menyandarkan punggungnya di dashboard membuka ponselnya yang ia ambil dari atas nakas, melihat notif dari atasannya ia langsung membalasnya dengan cepat.
Menaruh lagi ponselnya di atas nakas, Emilia merebahkan tubuhnya menarik selimut putih itu sampai bahunya. Perlaha ia memejamkan matanya ketika hawa kantuk menyerangnya.
****
Setelah mengambil cuti dalam dua hari, hari ini Emilia bekerja sesuai jadwal yang sudah di tetapkan, sebenarnya ia sedikit aneh saat mengambil libur selama dua hari bahkan tuan Verhag langsung menyetujuinya, ia juga bersyukur jika miliki atasan yang sangat baik.
Pakaian hari ini Emilia mengenakan celana hitam panjang dengan atasan blazer berwarna denim, jam tangan melingat di pergelangan tangannya yang putih, ia juga menata rambutnya yang terkuncir rapih.
Pagi ini Emilia bersyukur tidak melihat kemesraan dua pasangan kekasih itu, suaminya yang lebih dulu berangkat karena ada meeting.
Sedangkan si kekasih sudah pergi keluar kota untuk pemotretan, yang ia dengar katanya si akan menginap di hotel tempat pemotretannya selama emapt hari.
Meskipun Emilia bukan termasuk orang yang kepo atau orang yang penasaran dengan sesuatu, tetapi para pelayan yang berkerja di rumahnya memberi tahunya, jadi jangan salahkan jika ia tau tentang semuanya.
****
Di kantor.
Emilia tidak langsung masuk ke ruangannya, tetapi ia memilih ke ruang pantry untuk mengambil kopi untuk menemaninya pagi ini dengan banyaknya tumpukan dokumen yang ada di mejanya.
“Selamat pagi ” sapa Emilia pada pada karyawan yang lain.
Jadwal Emilia hari ini mengorganisir dan merencanakan petemuan dengan salah satu perusahaan terbesar di Madrid.
Tok
Tok
“Masuk”
Pintu ruangan itu pun terbuka, Emilia segera melangkahkan kakinya menghampiri bosnya yang pandangannya hanya terfokus pada layar komputernya yang menampilkan dokumen yang hanya di pahami oleh atasannya itu.
“Letakan saja di sini” ucapnya dengan mengarahkan tangannya di sebalah kompunter miliknya, Emilia menyerahkan dokumen tersebut sesuai dengan arahan atasannya.
“Terima kasih” ucap bosnya
“Sama sama pak, kalo begitu saya permisi dulu pak” ucap Emilia
“Ya, silahkan...”
Setelah menyerahkan dokumen berisi file penting tersebut Emilia meninggalkan ruangan itu.
Emilia mendudukkan dirinya dikursi, ia mulai membuka laptopnya mulai fokus dengan pekerjaannya.
Deringa jam weker di sampingnya membuat Emilia menghentikan pekerjaaan.
Pintu ruangan itu terbuka, Eva yang terbiasa langsung masuk anggap saja ia tidak sopan, ia melihat Emilia memebereskan sisa pekerjaannya yang lumayan berantakan.
“Waktunya makan siang” ucap Eva dengan sibuk dengan makeup nya.
“Bagaimana tampilanku? Sempurnakan kan” tanya Eva dengan menambahkan lipstik di bibirnya.
Emilia hanya bisa menggeleng dengan kelakuan temannya ini.
“Kita mau makan, bukan mau kondangan” canda Emilia
“Ye ini kan juga salah satu cara memikat crush dengan tampil cantik siapa tau terpincut” Eva memasukan cermin tadi di
“Eh aku dengar-dengar perusahan kita akan kedatangan presiden Eugene dari perusahan terbesar di madrid” tanya Eva dengan menopangkan dagu, “Aku yakin semua karyawan di sini akan kepincut dengan pesona suamimu, bahkan terang terangan menggodanya” lanjut Eva dengan mimik muka yang serius.
“Silahkan jika Verhag mau, apa lagi kan dia memiliki istri” ucap Emilia yang tak adar mengatakan itu
Emilia langsung tersadar dengan ucapanya, ia beranjak dari duduknya menarik tangan Eva yang masih menatapnya dengan intens
“Sudah ayo, kau sudah tampil sempurna hari ini” Emilia segera mengalihkan pembicaraan, ia tidak memperdulikan Eva yang di sampingnya yang masih menatapnya serius.
Keduanya berjalan menuju kantin, biasanya jika waktunya maka siang keduanya akan ke pantry untuk makan di sana, untuk menghindari kebisingan apa lagi pantry hanya boleh di masuki orang yang ternting di kantornya.
Tapi untuk hari ini keduanya memilih maka siang di kantin dengan karyawati yang lain.
keduanya memilih kursi yang ada di belakang pojok kanan, makanan yang ada di mejanya mulai keduanya santap dengan masing masing makanan yang di pilih.
“Ternyata sangat seru jika makan beramai ramai seperti ini” ucap Emilia
“Betul, bahkan makannya pun sangat enak enak” jawab Eva dengan mulut yang hampir penuh makan.
Setelah selesai makan siang keduanya kembali dengan lebih awal, karena pekerjaan keduanya hari ini sangat lebih padat.
Happy reading
Jangan lupa like dan dukungannya, jika ada typo atau kesalahan yang lainnya tolong koreksinya.
Terima kasih.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!