..." Pelangi Hanani 🌹 "...
Kunang-kunang yang bersinar begitu indah menemani malam seorang gadis yang tengah menatapnya.
Udara nan sejuk, diselingi angin yang seakan-akan berbisik pada gadis yang kerap disapa Hana.
"Tidurlah Hana, pasti kau lelah dengan hari-harimu. "
Hanani Syaufa adalah gadis sederhana berasal dari kota kecil, yang mempunyai harapan untuk bisa ke Kota besar demi menggapai impiannya.
Namun, apa jadinya Hana hanya berasal dari keluarga Petani.
Untuk bisa makan sehari-hari saja mereka sudah bersyukur. Hal inilah yang membuat Hana terhempas kuat. Untuk sadar bahwa impian tingginya hanya sebatas angan-angan karena terhalang oleh materi.
Waktu semakin larut, yang membuat mata Hana semakin berat menahan kantuknya. Hanapun memasuki kamar miliknya, segera merebahkan tubuhnya yang begitu lelah, dan memenjamkan matanya yang sudah menahan kantuk cukup berat.
Tidak lama kemudian Hana bertemu dengan sosok pemuda, yang begitu tampan, tanpa disadari pemuda itu menghampiri Hanani.
****
" Assalamu'alaikum. " ucap pemuda asing
" Waalaikumussalam. " jawab Hana sedikit ketakutan.
" Kenapa anti begitu takut ? " tanya pemuda asing itu.
" Sa--yaa tidak takut." jawab Hana sedikit gugup dan terbata.
" Oh seperti itu ya, oke nama saya Abdullah. Assalamu'alaikum." pamitnya yang meninggalkan Hana.
" Waalaikumussalam." jawab Hana yang terbangun dari tidurnya.
****
" Masya Allah, ternyata hanya mimpi." ucap Hana.
Terbangun dari tidurnya, Hanapun melaksanakan shalat tahajud.
Waktu ia terbangun saat ini bertepatan dengan waktu tahajud.
Ada banyak permintaan yang Hana pinta pada sang Rabbnya, salah satunya ialah jawaban dari mimpi yang baru saja dia alami.
Selesai shalat tahajud Hanapun mulai memuraja'ah hafalannya, dan akan selesai sampai waktu subuh telah tiba.
.
.
Tibalah waktu subuh Hana sudah menyelesaikan hafalannya dan bergegas membangunkan bapak, ibu dan adiknya agar melaksanakan shalat subuh berjamaah.
Seusai shalat subuh Hanapun pergi ke belakang, tepatnya Kamar mandi menimba air, untuk digunakan mandi dan kebutuhan lainnya.
Hari sudah mulai terang, Kokokan ayam pun sudah mulai terdengar.
Jarum jam telah berputar berhenti di angka 06.25 wib.
Selesailah Hana makan bersama dengan keluarganya yang sederhana.
Meskipun seperti itu, Hana sangat bersyukur memiliki keluarga yang selalu hangat
seperti ini.
Hana berangkat mengendarai sepeda, bersama adiknya yang bernama Rahmet.
Hanapun berpamitan kepada kedua orang tuanya dan keluar terlebih dahulu dari adiknya.
" Dik buruan,nanti kita telat." teriak Hana dari teras rumahnya.
" Iya kak.
Pak, buk, Rahmet berangkat ya Assalamu'alaikum." pamit Rahmet, seraya menyalim kedua tangan orang tuanya.
" Waalaikumussalam, hati-hati ya nak." ucap Ibu dan bapak mereka dengan lembut.
Setelah Rahmet duduk di boncengan, Hanapun mendayung sepedanya, melaju menuju sekolah.
Ditengah perjalanan menunju sekolah tiba-tiba saja ada mobil yang melewati genangan air tepat didepan Hana dan Rahmet.
Yang akhirnya percikannya mengenai Hana dan Rahmet.
" Dik kamu tidak apa-apa ? " tanya Hana.
" Tidak kak, kak coba lihat baju kakak kotor sekali kak." ucap Rahmet melihat seragam milik kakaknya.
" Hm, tidak apa-apa dik, entar disekolah kakak bisa bersihin." jawab Hana yang menyakinkan adiknya.
" Kak apa kakak permisi aja ya. " Ujar Rahmet.
" Ya Allah, udah-udah kita berangkat lagi yok ! Entar telat lagi. " jawab Hana dengan senyuman.
Rahmet tersenyum bangga pada kakaknya, yang selalu tegar akan setiap masalah yang dihadapi kakaknya.
.
Sampailah di Sekolah Rahmet, sementara Sekolah Hana harus menempuh sekitar tujuh menit lagi baru bisa sampai disana.
" Belajar yang benar ya dik, jangan berantem sama yang lain. " nasehat Hana kepada adiknya.
" Siap bos, kakak hati-hati ya Assalamu'alaikum." ucap Rahmet yang menyalam tangan Hana.
" Waalaikumussalam, dik. " jawab Hana.
Hana kembali mendayung sepedanya, dengan cepat supaya tidak terlambat sampai di Sekolahnya.
Tidak lama kemudian sampailah di sekolah Hana.
" Alhamdulillah, sampai juga." ucapnya lega.
Ketika hendak melewati gerbang,
Hana ditegur oleh Penjaga gerbang, dikarenakan seragamnya yang kotor itu.
Hana tak tinggal diam, ia menjelaskan kejadian yang dia alami sewaktu berangkat ke sekolah tadi, dan alhamdulillah penjaga gerbangpun memakluminya.
Dengan tergesa-gesa Hanapun memarkirkan sepedanya di parkiran, kemudian berlari kecil menuju kelasnya.
Ya tak terpungkiri ledekan, hinaan pun akan pasti menghampiri Hana.
" Dasar Kumal, sudah kelas sembilan masih saja main comberan enggak malu ya mending pulang saja sana, enggak perlu Sekolah." ledek Raisa, yang begitu senang melihat Hana dalam kondisi itu .
" Betul sekali hahaha." sahut teman-temannya Raisa, sambil mentertawakan Hana.
Hanapun terdiam, menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Segera mungkin mengantarkan tasnya ke dalam kelas dan pergi ke Toilet untuk membersihkan seragamnya yang kotor.
" Kalian jahat sekali sih sama Hana, seharusnya kalian itu hibur Hana bukannya mala ngeledekin Hana. " ucap Sanju sedikit emosi pada Raisa dan temannya.
Seusai Hana membersihkan seragamnya diapun pergi ke Taman Sekolah, melihat danau yang berada disana.
" Masya Allah sungguh indah ciptaan Mu." ucap Hana saat melihat taman yang lengkap dengan danaunya.
Tetttt...
Bel masuk kelas telah berbunyi, Hanapun kembali ke Kelas tanpa memperdulikan lagi cibir-cibiran teman di kelasnya.
Mata Pelajaran pertama di kelas Hana adalah Tahfidz, dan tibalah guru Tahfidz di Kelas Hana untuk memeriksa setoran hafalan mereka.
Guru Tahfidz mereka bernama Pak Baharuddin yang biasa disapa Pak Udin.
Di Kelas Hana
" Assalamu'alaikum anak-anak. " ucap Pak Udin.
" Waalaikumussalam Pak." jawab mereka bersamaan.
" Bagaimana dengan hari ini, apakah kalian sudah siap untuk dites hafalannya ? " Tanya Pak Udin.
Semua siswa tidak menjawab terkecuali Hana
karena hafalan Hana telah mencapai 16 juz.
" Insya Allah siap Pak. " ucap Hana.
" Loh, hanya Hana yang menjawab ? " tanya Pak Udin.
" Maaf Pak kami belum hafal tuntas hafalan yang Bapak berikan minggu lalu. " jawab Sanju dengan sedikit gugup.
" Hm, baiklah sebagai gantinya minggu depan kalian harus menghafal dua kali lipat tanpa macet atau terbata-bata paham !! " ucap pak Udin dengan nada tegas namun dibarengi senyuman.
Karena Pak Udin tau menghafal Al Qur'an itu membutuhkan kefokusan yang tinggi dan harus dibarengin Muraja'ah.
" Baiklah Hana silahkan maju untuk menyetorkan hafalan kamu nak." Perintah Pak Udin Kepada Hana.
Hanapun maju ke depan menyetorkan hafalannya dengan begitu lancar dan baik sesuai dengan harapan Pak Udin.
Pak Udin berniat untuk menawarkan Hana agar setelah lulus Mts, Hana melanjutkan Aliyahnya di Pondok Tahfidzul Medan gratis hanya dengan syarat 5 juz.
" Hana saya ada tawaran untuk kamu.
Bagaimana kalau setelah lulus Mts kamu lanjutkan pendidikanmu di Pondok Tahfidzul di Medan ? " Pak Udin memberikan tawaran pada Hana.
" Tapi Pak saya tidak punya biaya untuk lanjut kesana." jawab Hana dengan jujur.
" Tidak usah khawatir masalah biaya, kamu bisa lanjut disana dengan gratis syaratnya adalah hafal 6 juz dan Bapak tau kamu telah memiliki hafalan lebih dari itukan. " ucap Pak Udin.
" Eh Bagaimana ya Pak, Hana ingin sekali menerima tawaran Bapak karena itu adalah salah satu impian Hana, tapi-- "
ucapan Hana terhenti kala dia teringat akan keluarganya.
" Tapi apa Hana ? " tanya pak Udin.
" Saya diskusi dulu ya, pak.
Sama kedua orang tua saya. " jawab Hana.
" Kalau begitu tanyakan terlebih dahulu pada orang tuamu tawaran saya ini." ujar Pak Udin untuk menyakinkan Hana yang sedikit ragu.
" Baiklah Pak saya akan bicarakan tawaran ini pada orang tua saya setelah itu hasil keputusannya akan saya sampaikan pada bapak." ucap Hana dengan sopan.
" Alhamdulillah, semoga kamu dan orang tuamu bijak dalam mengambil keputusan."
ucap Pak Udin dengan harap Hana mau menerimanya.
" Insya Allah Pak doakan yang terbaik untuk saya. " jawab Hana dengan sopan lagi.
" Baik, silahkan kembali ke tempatmu
Hana " perintah pak Udin.
Jujur saja hati Hana sangat senang akan tawaran pak Udin. Namun, dia harus mempertimbangkan lagi keputusannya.
Sebab, dia tak ingin mengambil keputusan sendiri tanpa ikut sertanya kedua orang tuanya.
Sevimli, salam hangat dari Author 🌹
"Jika lelah mengaduhlah, hidupkan sepetiga malammu. Jangan pernah berhenti meminta pintamu. Dengan keheninganlah, kau akan bertambah khusyuk beribadah kepada Allah Ta'ala."
......" Pelangi Hanani 🌹 "......
Bel waktu pulang sekolah telah berbunyi dengan begitu jelas, yang membuat siswa senang bahkan kegirangan sebab waktu belajar mereka di Sekolah telah selesai.
" Qiyaman ( berdiri )." seru ketua kelas Hana.
" Salaman ( Beri salam ). "
" Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh." ucap mereka semua, sebagai salam penghormatan di penutup akhir jam pelajaran.
" Waalaikumussalam warahmatullah hati-hati dijalan anak-anak." jawab pak Zihad.
" Syukron Pak, Bapak juga hati-hati dijalan ya Pak." ucap ketua kelas Hana.
" Baik pak. " ucap semuanya serentak.
Hana dan Sanju berjalan menuju Parkiran Sekolah, sambil berbincang mengenai tawaran pak Udin tadi kepada Hana.
" Han, kalau menurut aku ya.
Sebaiknya kamu ambil deh tawaran pak Udin itukan impian kamu dari dulu Han, sayangloh." saran Sanju kepada Hana.
" Iya, itu emang impian aku san tapi, kamu kan tau keluargaku masih membutuhkan aku disini, aku gak bisa ninggalin mereka. " ucap Hana dengan nada sedikit melemah.
" Maaf ya Han aku jadi buat kamu sedih.
Aku doain deh Han yang terbaik selalu buatmu Han, tetap semangat ya dan terus yakinin hatimu dan orang tuamu untuk mengambil keputusan dengan baik. " imbuh Sanju menyakinkan Hana akan tawaran Pak Udin itu.
" Insya Allah, udah yuk kita udah sampai parkiran, buruan ambil kereta kamu sana." ajak Hana pada Sanju.
Mereka mengendarai kendaraan masing-masing. Menuju pulang ke Rumah masing-masing pula.
Sesampai di rumah.
Hanapun bergegas masuk, ingin secepatnya memberitahu orang tuanya mengenai tawaran beasiswa tadi.
" Assalamu'alaikum. " salam Hana memasuki rumahnya.
" Waalaikumussalam. " jawab ibunya.
" Ibu Hana dapat beasiswa ke Pondok Tahfidzul di Medan." ucapnya girang, sembari menggoyang-goyang tubuh ibunya, membuat ibunya tersenyum.
" Itu adalah impian Hana buk.
Bapak sama ibu ngizinin Hana kan ? " pinta Hana penuh harap.
" Alhamdulillah, ini kabar baik." kata ibunya.
" Kalau Ibu insya Allah pasti ngizinin tapi, tidak tau dengan bapak Han.
Entar kalau bapak sudah pulang kamu bicarakan baik-baik dengannya ya Hana." ungkap ibu Hana dengan lembut, sambil membelai kepala Hana yang dibalut dengan jilbab.
" Alhamdulillah, baik buk.
Entar Hana pastiin bapak bakal izinin Hana." jawab Hana dengan kegirangan.
Hana sangat berharap agar dirinya diizinkan mengambil tawaran beasiswa itu.
Namun, ia sadar harapan yang ditambatkan pada manusia hanya akan membuat hati menjadi sakit.
Berbeda dengan harapan yang ditambatkan dipelabuhan doa. Yang diserahkan sepenuhnya kepada Allah.
Hana memasuki kamarnya, menggapai bolpoint dan bukunya untuk menuliskan isi hati dan harapannya saat ini.
Perlahan-lahan mata Hana mengalami kantuk, yang pada akhirnya membuatnya tertidur.
***
" Hanani, Hana kamu mau lanjut di Universitas Al Azhar, Kairo ya ? Alhamdulillah entar aku jadi kakak senior kamu dong." ucap pemuda asing itu.
Hanapun heran dengan pemuda asing yang selalu menyapanya ini.
Padahal mereka sama sekali tak mengenal satu sama lain, dengan tegas Hana memaksimalkan volume suaranya dan meneriakinya.
" Kamu siapa sih?
Kenapa selalu menyapa saya, apa mau kamu ha ? " teriak Hana yang mulai kesal.
" Hei santai dong ! kata pemuda itu.
" Saya Abdullah asal saya dari Malaysia, tapi saya bisa berbahasa Indonesia." jawab pemuda asing itu.
Hana terus memperhatikan penampilan pemuda asing itu, dari mulai bawah hingga ke atas. Pemuda itu tampak seperti pemuda dari Istana.
" Apa mungkin dia Seorang Pangeran." batin Hana.
***
" Hana, Hana bangun ! teriakan seseorang di telinga Hana, bahkan Hana tengah merasakan guncangan pada tubuhnya.
" Hana kamu harus mengantarkan bekal bapak ke Sawah." ucap ibu Hana yang sedari tadi berusaha membangunkan Hana.
Hanapun terbangun, membuka matanya.
Tersadar bahwa ternyata dirinya memimpikan pemuda asing itu lagi.
" Ternyata aku mimpi dia lagi." batinnya.
" Eh iya buk, Hana ketiduran pas nulis tadi bentar ya buk Hana wudhu dulu baru ngantarkan bekal bapak." ucap Hana
" Hm iyaiya buruan Han."
Hanapun membasuh wajahnya, dan mengeringkannya dengan handuknya.
Setelah selesai, cuci muka.
Hana pun meraih sepedanya, mendayungnya menuju sawah mereka.
Tak butuh waktu lama, Hana untuk sampai disana.
Sawah yang luasnya sekitar dua hektar ini, kira-kira akan panen sekitar beberapa minggu lagi.
Sesampai di sawah Hana pun menghampiri
bapak dan adiknya untuk segera memberikan titipan bekal ibunya.
" Assalamu'alaikum pak, dik." salam Hana.
" Waalaikumussalam." hanya bapak Hana yang menjawab salamnya, sebab Rahmet sedang berada di Sungai, asyik mendurung ikan.
" Rahmet kemana pak.? " tanya Hana yang tidak melihat Rahmet.
" Oh Rahmet ya, biasalah Han.
Ke Sungai cari mangsa." jawab bapak Hana.
" Batu sama pasirkan pak. " gurau Hana.
" Mudah-mudahan saja tidak Han." ucap bapak Hana dengan tawa.
" Hehe Hana cuma bercanda pak."
Hana pun memberikan bekal yang ia bawakan kepada bapaknya.
" Ohiya pak ini bekalnya.
Bapak makan luan aja, Hana mau nyusul Rahmet ke Sungai ya pak. " ucap Hana.
" Iya, hati-hati nak soalnya disana jalanannya licin sekali." bapak Hana mengkhawatirkan putrinya yang hendak melewati jalan berlumuran lumpur.
" Tenang pak, Hana bakalan hati-hati kok.
Bapak makan ya, biar perut bapak gak sakit." teriak Hana yang sudah mulai menjauh dari bapaknya.
Hana melangkah menuju Sungai, tempat biasa dirinya dan adiknya selalu bermain setelah usai membantu bapaknya di Sawah.
Mendurung ikan, udang bahkan juga mencari kepah untuk dimasak dirumah pulang nantinya.
Tiba di Sungai, Hana melihat Rahmet yang tengah sibuk mendurung ikan dengan fokus sekali.
" Wey, Dik serius amat." ujar Hana menyadarkan Rahmet.
Rahmetpun menoleh kearah sumber suara.
" Eh, kak Hana udah lama sampai ya ? " tanya Rahmet.
" Belum, baru saja. " jawab Hana.
" Ohiyaiya kak, Kakak mau ikutan ngedurung juga tidak ? " tanya Rahmet lagi.
" Boleh, tapi kakak lihat di ember hasil kamu udah lumayan dik. "
" Iya dong Rahmetkan jago durung."
Rahmet tengah membanggakan dirinya.
" Idih sombong amat.
Eh iya kamu udahan gih, gantian sama kakak, ke pondok sana ! Makan sama bapak pasti kamu laparkan." ujar Hana yang mengambil durung dari tangan Rahmet.
" Hehe iya kak tau aja kalau Rahmet lapar, yaudah Rahmet tinggal ya kak." ucap Rahmet yang segera meninggalkan Hana.
Hanapun mulai mendurung ikan di Sungai.
Dan ternyata dengan cepat Hana berhasil menangkap ikan Sungai.
Seketika, terlintas di pikiran Hana mengenai tawaran beasiswa yang ditawarkan pak Udin padanya.
" Eh, kalau entar aku diizinin bapak Sekolah diPondok Tahfidzul Medan, disana bakal ada sungai tidak sih ? Kan kalau ada pasti seru." ucap Hana menerka-nerka.
Waktu Asharpun telah tiba.
Hana, Rahmet dan juga bapaknya bergegas pulang untuk melaksanakan kewajiban, dan semua aktivitas di Sawah mereka telah juga selesai dikerjakan.
" Kak ayok kita balek, sholat ashar dirumah saja kak." ajak Rahmet, tengah menghampiri Hana di Sungai.
" Oh kita sholat dirumah dik, emang udah selesai semua ? " tanya Hana.
" Udah kak, buruan bapak udah nunggu." jawab Rahmet.
" Oh oke deh, mari kita pulang kamu yang bawak hasil durungan kita ya hehe." ucap Hana yang selingi tawa.
" Hm iya deh, eh hasil durungan kakak ada juga ternyata, kirain yang bakalan didurung sendal jepit orang yang hanyut haha." Ledek Rahmet kemudian berlari untuk menghindari amukan Hana.
" Rahmet awas kamu ya, dasar Adik bandel." ucap Hana dengan sedikit teriakan.
Kakak beradik itu saling kejar-kejaran seperti balita yang memperebutkan mainan. Atau seperti anak kecil yang sedang memperebutkan makanan.
Sesampai dirumah Hana.
" Assalamu'alaikum Ibu. " ucap Hana dan juga Rahmet kemudian disusul oleh Bapaknya.
" Waalaikumussalam, loh udah balik ternyata. " jawab Ibunya dari dalam rumah.
" Iya buk, kita mau asharan disini saja, soalnya semua pekerjaan di Sawah sudah selesai, buk." jawab Tameer, bapak Hana.
Sementara Hana dan Rahmet sudah terlebih dahulu masuk, setelah menyalim tangan ibunya.
Sibuk mengurus hasil durungan mereka.
Ya, sudah menjadi kebiasaan mereka setelah pulang dari Sawah pasti membawa hasil durungan mereka.
Keterangan : Kereta \= Motor
Maaf ya guys kalau banyak yang typo hehe
ini Karya pertama aku di Noveltoon,
insya Allah kalau ada kebaikan didalamnya silahkan diambil dan untuk segala kekurangan mohon dimaafkan dan dimaklumi ya 😂😁
" Bahagia itu berawal dari diri kita
sendiri, karena hati dan perasaan takkan
pernah bisa dimanipulasi.
Oleh karena itu, bahagia akan tetap tertambat
dipelabuhan jati diri kita sendiri."
......" Pelangi Hanani 🌹 "......
Keesokan harinya.
Di hari minggu yang cerah, Hana tengah
sibuk membersihkan pekarangannya.
Tiba-tiba saja dibuat terkejut dengan kedatangan tamu tak diundang.
" Assalamu'alaikum ponakan paman yang cantik. " ucap Pamannya Hana.
Ya tamu itu adalah Pamannya Hana, adik dari ibunya Hana.
" Waalaikumussalam Paman." jawab Hana yang berlari menghampiri Pamannya.
Setelah menyalim tangan pamannya, Hana baru menyadari kehadiran Ranti sepupunya.
" Ranti !
Kamu juga ikut." Hana pun menggengam tangan Ranti.
" Iya Han, aku pengen ketemu kamu.
Kitakan udah lama banget tidak ketemu." ujar Ranti, kemudian memeluk Hana.
" Ih, aku juga kengen sekali sama kamu Ran, kamu makin cantik aja ya, Ran hehe." ucap Hana membalas pelukan sepupunya itu.
" Apaan sih Han, yang ada kamu tu yang makin cantik dan manis hehe." balas Ranti tengah mencubit pipi Hana.
" Ekhem.."
Paman Hana berdehem.
" Jadi ceritanya kita tidak bakalan masuk ni, disini saja gitu." cibir pamannya melihat kedua anak gadis itu sibuk meluapkan kerinduan.
Hana dan Rantipun tertawa bersama mendengar penuturan Vicky, paman Hana sekaligus ayahnya Ranti.
" Ayok kita masuk paman, Ran." ajak Hana yang mempersilahkan mereka masuk.
Paman Hana ini adalah adik dari ibunya Hana.
Bernama Vikri Akmal, yang sudah menetap di Malaysia, beberapa tahun lalu.
Tepatnya dia bekerja di Istana Royal Pahang, Malaysia.
Dan sebenarnya niatnya datang ke Indonesia adalah ingin mengajak Hana untuk bersekolah disana. Agar bisa menemani Ranti putrinya yang selalu saja kesepian di Lingkungan Istana.
" Assalamu'alaikum kak. " salam Vikri.
Ibu Hana yang di dapur, meraih jilbabnya dan bergegas keluar rumah menghampiri orang yang mengucapkan salam.
" Waalaikumussalam."
" Eh masya Allah Vikri, adik kakak."
Vickry pun menyalim tangan kakaknya.
" Kesini kok gak bilang-bilang ke Kakak." ucal ibu Hana pada adiknya.
" Hallo tante apa kabar ? " tegur Ranti pada I
ibunya Hana.
" Ya Allah Nak Ranti." pandangan ibu Hana beralih pada Ranti.
" Kamu udah besar ya nak makin cantik pula, Alhamdulillah, tante sehat kamu bagaimana ? jawab ibu Hana, tengah memeluk ponakannya yang baru saja datang dari Malaysia itu.
" Alhamdulillah, Ranti sehat tante." jawab Ranti membalas pelukan tantenya.
Ranti dan Ayahnya masih bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Oleh sebab itu, mereka tidak menggunakan bahasa Melayu pada Keluarga Hana.
" Hana buatkan teh dan cemilan buat Paman dan Ranti." perintah ibunya kepada Hana
" Baik bk. "jawab Hana dan langsung pergi ke dapur untuk melakukan apa yang diperintahkan Ibunya.
" Kak sebenarnya, ada hal yang akan aku sampaikan pada kakak." kata Vikri kepada kakaknya dengan serius.
" Mau bicarakan apa, Vick? tanya Ibu Hana.
Hanapun datang membawa cemilan dan teh untuk paman dan Ranti.
" Silahkan paman, Ranti." Hana mempersilahkan mereka.
" Makasih ya, Hana.
Ohiya nak, boleh kamu ajak Ranti bermain sekitar daerah sini." ujar Vikri, agar bisa berbicara berdua terlebih dahulu dengan kakaknya.
" Tentu paman.
Ayok Ran kita ke taman !
Enakloh sambil ngobrol disana." ajak Hana.
" Wah ayok Han, pasti tamannya baguskan." ucap Ranti yang senang dengan tawaran Hana.
" Hati-hati ya nak jangan bawak Ranti jauh-jauh sekali dari rumah kita." peringatan ibu Hana, yang mengkhawatirkan keduanya.
" Siap Komandan hehe." jawab Hana sambil memberi hormat pada ibunya.
" Hana, Hana anak itu masih saja lucu."
Vikri terkekeh kecil, melihat tingkah Ponakannya.
Sesampai di taman.
Hana ingin sekali menanyakan bagaimana keadaan di Malaysia tentu keren bukan ?
Pasti menyenangkan sekali pikir Hana.
" Masya Allah, indah sekali Taman yang dilengkapi danau ini Han." ungkap Ranti sambil berkeliling ditaman.
Hana spontan kaget dengan tingkah Ranti seperti ini, Hana berpiki bukankah di Malaysia banyak tempat yang jauh lebih indah dari tempat ini.
" Ran kamu kok seperti baru pertama kali ke taman ? Pastikan di Istana tempat kamu tinggal kan jauh lebih indah dari ini." ucap Hana yang memberanikan diri.
" Tempat tinggal aku tidak seperti yang kamu bayangkan Han.
Disana masih ada pertikaian antara umat beragama , ya tepatnya daerah Terengganu kota Islam dan Penang kota nonmuslim.
Kedua kubu itu masih saja bertengkar. Walaupun akhir-akhir ini sedikit meredah, dan menyatukan kedua kubu itulah hal yang saat ini dilakukan oleh Raja Han." jawab Ranti dengan jelas.
Mendengar cerita Ranti, membuat Hana penasaran dengan keadaan di Malaysia.
Bagaimana caranya agar bisa menyatukan kedua kubu itu, kalau belum tau titik masalahnya.
" Hm aku baru tau setelah kamu jelasin Ran."
" Yaudah kita balik yok, udah mau siang ni." ucap Hana.
" Iya Han, yuk." jawab Ranti sambil menganggukkan kepalanya.
Sesampai dirumah.
Paman dan ibunya sepakat untuk langsung saja menyampaikan tujuan Pamannya datang ke rumah Hana.
" Assalamu'alaikum." ucap Hana dan Ranti serentak.
" Waalaikumussalam, nak. " jawab Vikri dan Ibunya Hana.
" Udah selesai mainnya nak ? " tanya Ibu Hana.
" Alhamdulillah, buk udah." jawab Hana dengan senyuman.
" Bagaimana nak Ranti, senang tidak dibawak Ranti ke Taman ? " tanya ibu pada Ranti.
" Alhamdulillah, Ranti senang banget tan,
tamannya bagus dan indah banget tan."
jawab Ranti dengan girang.
" Alhamdulillah, kalau kamu ternyata senang.
Ohiya Han, ada yang paman akan sampaikan ke kamu nak." ucap ibu Hana.
" Sampaikan apa buk, paman ? " tanya Hana penasaran, melihat wajah paman dan ibunya yang begitu serius.
" Begini nak.
Sebenarnya paman kesini ingin mengajak kamu untuk melanjutkan pendidikan di Malaysia, sekaligus untuk menemani Ranti yang selalu kesepian di Istana nak." ungkap Vikri dengan penuh harap.
Hana pun berpikir ini adalah salah satu jalan untuk mengetahui apa akar masalah dari pertikaian kedua kubu, yang bermusuhan di Malaysia. Seperti yang diceritakan Ranti tadi padanya.
Ini kesempatan baginya untuk bisa ikut menuntaskan masalah yang penuh tantangan ini.
" Hm, oke paman Hana mau ikut paman ke Malaysia, untuk melanjutkan pendidikan Hana disana." jawab Hana tanpa basa-basi.
Ibu Hana yang mendengar perkataan Hana spontan kaget. Yang ibunya ketahui sebelumnya, Hana ingin melanjutkan Sekolah Pondok Tahfidzul di Medan dengan penawaran Beasiswa, yang dia ceritakan sebelumnya pada ibunya. Lantas kenapa sekarang Hana menerima ajakan pamannya ?
" Tapi nak, bagaimana dengan beasiswa Tahfidzmu ? Kamukan ingin sekali mengambilnya."
" Tidak apa-apa Ibu, ada hal yang lebih penting dari cita-cita Hana buk." jawab Hana untuk menyakinkan ibunya.
Walaupun dia belum bisa cerita apa tujuannya sebenarnya menerima tawaran pamannya itu.
" Hm, ya sudah semua keputusan ada di kamu nak, ibu akan mendo'akan yang terbaik untuk kamu. " ucap ibu Hana menyerahkan semuanya pada Hana.
" Insya Allah, buk.
Ini jalan yang terbaik yang Hana ambil." jawab Hana lagi.
Vikri dan Ranti pun tersenyum mendapatkan jawaban dari Hana.
" Alhamdulillah, kalau gitu selesai kamu lulus tsanawiyah, paman akan jemput kamu dan kita akan berangkat ke Malaysia." ucap Vikri yang senang tawarannya diterima baik oleh keponakannya.
" Asyik aku bakal punya teman di Istana." ucap Ranti yang kegirangan.
Mendengar kabar bahwa Hana akan menemaninya di Istana.
" Oh iya kak, kami izin numpang sehari ya disini dan besok kami akan langsung balik ke Malaysia. " ucap Vikri sedikit sungkan pada kakaknya.
" Ya Allah iyaya dik, kamu ini seperti orang lain saja, dengan senang hati kami menerima kalian, justru kami yang tidak enakan dengan kalian.
Karena menginap dirumah kumuh seperti ini pasti kalian tidak nyamankan hehe maaf ya dik." tutur Ibu Hana dengan jujur.
" Kakak apa-apaan sih, kita ini keluarga kak Vikri jugakan dulu hidupnya gini juga kak hehe jadi tenang saja pasti nyaman kok, iyakan Ran ?
" Betul yah, disini nyaman sekali suasananya sejuk, ada teman, dan tempatnya juga indah-indah luar biasalah Tante." jawab Ranti dengan jujur.
" Kamu berlebihan Ranti, mana mungkin tempat ini lebih bagus dari tempat tinggal kamu." ucap Ibu Hana.
" Serius Tante, Ranti tidak bohong. " jawab Ranti lagi.
" Hehe yaudah ayuk bersiap udah mau masuk waktu dzuhur ni. " ajak ibunya Hana.
Mereka pun segera bersiap untuk melaksanakan shalat dzuhur bersama.
Bersambung.....
Sevimli 23 Juli 2020
Salam hangat dari Author 🌹
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!