Pagi ini Anjani dibuat repot oleh ulah Bapaknya yang mengalami gangguan jiwa.
Pak Rusli namanya, semenjak kalah dalam pemilihan calon kepala desa, sawah kebun dan tokonya hancur akibat uangnya ia pakai untuk kampanye ditambah kaburnya sang istri menambah tekanan pada jiwanya.
"Pak ayo pulang ajak Anjani" ajak Anjani.
Malu sudah tentu pada semua orang dengan tindakan Rusli sang ayah.
Pak Rusli menempelkan spanduk pencalonannya di setiap sudut jalan dan tiang listrik.
"Bapak sedang kampanye" ucapnya.
7 tahun sudah Rusli menjadi orang gila.
"Kampanyenya Besok lagi ya Pak! Kita pulang dulu, hari sudah siang, sudah panas pula" ajak Anjani.
Hatinya dibalut keresahan karena lagi-lagi ia akan telat masuk bekerja. Jam di tangannya menunjukkan 15 menit lagi masuk bekerja.
"Anjani biar kami yang urus Pak Rusli. Kamu berangkat saja" ucap Asep tetangga Anjani.
"Ya sudah aku berangkat dulu ya Bang" Anjani pun segera menyetop angkot Untuk mengantarkan ke kantornya.
Sementara Pak Rusli sedang dibujuk oleh semua warga untuk menurunkan semua spanduk dirinya. Pak Rusli pun jelas menolak karena spanduk itu ia gunakan untuk kampanye.
"Bapak lebih baik pulang ya?" pinta Darman sang tetangga.
"Pulang? Lalu siapa yang akan memasangkan semua spanduk milik saya ini?" tanya Pak Rusli.
"Kami pak yang akan memasangkannya" jawab warga serentak.
Tiba-tiba Pak Rusli pun naik ke got. Ia langsung menarik nafasnya dan berorasi dengan nada berapi-api.
"Assalamualaikum saudara sebangsa dan setanah air" Sapa Pak Rusli.
"Waalaikumsalam" balas para warga serentak.
"Pilihlah saya wahai saudara-saudaraku. Saya janji akan membuat Desa maju Mekar ini menjadi desa yang sejahtera, Mandiri, dan agamis. Coblos nomor 2" teriaknya.
Semua orang menatap iba pada Pak Rusli. mereka semua juga menyesal karena sudah memilih Pak Sitepu. Padahal kerjanya cuma leha-leha dan tidak pernah blusukan ke kampung-kampung.
Pak Rusli pun akhirnya pulang dibonceng oleh Pak Darmawan.
Sepanjang perjalanan pulang, Pak Rusli mengoceh tentang masalah kenegaraan hingga membuat Pak Darmawan pusing mendengarnya.
"Pak Rusli berisik sekali. Si Jani benar-benar kuat mental dan sabar menghadapi ulah Pak Rusli" gumam Pak Darmawan.
Sementara kini Anjani sedang diceramahi oleh Kepala kebersihan karena ia sering sekali terlambat.
"Apa kamu sudah bosan bekerja di sini Anjani?" tanya Risa kepala kebersihan.
"Tidak Bu maaf!" hanya itu yang bisa Anjani katakan dengan kepala tertunduk.
"Macet lagi? Bangun kesiangan lagi? Alarm error? Atap bocor? Baju basah? Apalagi alasan kamu?" tanya Risa yang benar-benar kesal.
Anjani hanya menangis. beban di pundaknya terlalu berat. Risa yang melihat itu menjadi bingung sendiri.
"Anjani Kamu kenapa?" Risa menjadi was-was karena Anjani malah menangis terisak.
"Anjani Sudah dong Duh aku kok merasa bersalah!" ucap Risa.
Anjani pun tenang lalu ia mengusap air matanya.
"Maafkan saya bu soal alasan itu semuanya tidak benar. Itu hanya untuk Ibu percaya saja" ucap Anjan. ia sudah tidak kuat lagi untuk menutupi kondisi dirinya yang sebenarnya.
"Jadi selama ini kamu berbohong? Beri satu alasan yang jujur Sebelum saya laporkan perbuatan kamu pada HRD!" ucap Risa kesal.
"Sebenarnya saya tidak pernah kesiangan Bu. Saya selalu bangun jam 04.00 subuh, tetapi setiap ingin berangkat bekerja saya harus membujuk dan menenangkan Bapak saya" ungkap Anjani sedih.
"Memangnya bapak kamu kenapa?" tanya Risa.
"Bapak saya seorang ODGJ!" jawab Anjani pilu.
Seketika Risa merasa prihatin tetapi peraturan tetap peraturan tidak bisa ditawar lagi.
"Maafkan saya ya Anjani, tetapi peraturan perusahaan ini yang buat bukan saya" ucap Risa.
"Ya saya paham Bu" balas Anjani.
"Kenapa tidak dibawa ke rumah sakit jiwa saja?" tanya Risa.
"Biayanya Bu. Sementara ini berobat jalan saja sesuai resep dokter" jawab Anjani.
"Semoga kamu selalu bersabar ya Anjani silakan kamu bisa kembali bekerja" perintah Risa.
"Terima kasih Bu" Anjani segera berlalu menuju tempat kerjanya.
Risa pun terpaksa menyimpan surat peringatan untuk Anjani setelah mendengar alasannya.
Di pantry, sahabatnya yang bernama Ricky sudah menunggunya. Pria kemayu itu satu-satunya orang yang tahu semua masalahnya selama ini.
"Jani, Kenapa sih baru datang? Eyke menungging alias menunggu" tanya Ricky.
"Di sidang Mi" jawab Anjani sembari mendudukkan dirinya di kursi pantry.
"Bapak loe lagi Jani?" Tanya Ricky.
Anjani hanya mengangguk saja.
"Kesiangan maklum habis ngel0nt3" celetuk Marni yang memang tidak menyukai Anjani dari dulu.
"Yang lon*3 itu lo babik" timbal Anjani yang sudah sangat kesal dengan wanita di hadapannya. Sudah banyak perkataan Marni yang menyinggung hati Anjani. Awalnya ia diamkan tetapi Marni semakin melunjak.
"Lo berani sama gue? Gue senior di sini" Tantang Marni.
"Gue nggak peduli Loe itu senior atau bukan. yang gue tahu loe cewek anjing tidak punya adab sopan santun" balas Anjani.
"Jani jangan keterlaluan. Marni senior kita" ucap Fuad yang memang selalu memihak pada Marni.
"Diam lo t*i! kebiasaan membela orang yang salah. Dikasih apa loe sama Marni?" kini giliran Ricky yang marah.
"Slow aja dong Cong" timpal Fuad.
"Curiga udah dikasih apem bau basreng punya si Marni ya?" tanya Ricky.
"Enak aja loe!" bentak Fuad.
Mereka pun menyelesaikan pekerjaan masing-masing sore hari waktunya mereka pulang.
"Jani, gajihan kita sekarang. Netherland bakery ada koleksi kue baru. Kata temen gue ada diskon buruan Jani" ajak Ricky.
"Gue nebeng ya Mi" pinta Anjani.
"Let's go!" balas Ricky.
Kini mereka berdua sudah berada di Netherland bakery. Ricky menunjuk tempat yang terdapat bacaan diskon. Di sana juga sudah banyak dikerumuni orang-orang yang memburu diskonan kue itu.
Anjani dan Ricky segera mengambil keranjang dan mengambil kue diskonan itu, hingga ia akan mengambil kue berlapis puding dengan taburan selai srikaya, kue itu sudah terlebih dahulu diambil oleh seseorang.
"Hei Mas, itu kue milik saya" ucap Anjani yang hendak merebut kue yang sedang dipegang oleh pria di hadapannya.
"Hah kue kamu? Apa kamu tidak lihat saya yang terlebih dahulu mengambil kue itu" jawab sang pria.
"Heh mas ngalah dong sama cewek masa kue itu juga jadi rebutan" kesal Anjani.
"Tahu nih orang, maruk banget. Ganteng sih ganteng, tapi maruk" Timpal Ricky.
Mendengar ocehan Anjani dan Ricky, membuat pria itu merasa marah. Tapi Intens mata pria itu mengarah pada name tag yang tergantung di leher Ricky dan Anjani.
Seringai senyuman ia berikan kepada keduanya.
"Udah ya Jadi kita pulang aja, nggak baik berantem sama orang utan" ucap Ricky.
"Bener tuh. Yang waras ngalah sama yang primitif. Apa cowok impoten ya, makannya sensi" balas Anjani dengan tertawa lebar.
Pria itu sungguh tidak terima dikatakan sebagai pria impoten oleh Anjani
"Akan ku balas semua perbuatan kamu" ucap pria itu.
Pria itu memandang kepergian Anjani, hingga punggung Anjani menghilang.
...
Sesampainya di rumah, Anjani mendapati Rusli sedang duduk dengan memakai jas. Ia terlihat hendak pergi.
"Assalamualaikum, Pak!" sapa Anjani.
"Waalaikumsalam, Eh Jani sudah pulang!" balas Rusli dengan senyum hangatnya.
Senyum itu yang membuat Anjani sedih. Senyum yang tidak pernah berubah dari sebelum Rusli menjadi ODGJ.
"Jani bawa kue untuk Bapak!" ucap Anjani sembari meletakan bungkusan kue di atas meja.
"Nanti aja deh, Bapak mau ke kantor KPU dulu, kan bapak harus memberi tahu kekayaan Bapak ke pengawas!" jawab Rusli.
Anjani pun seketika menitikkan air matanya. Mau sampai kapan Rusli seperti ini.
"Bapak tidak sadar, kalau ini sudah maghrib!' gumam Anjani.
" Begini Pak, tadi di jalan, Jani ketemu sama pengawas KPU, katanya tidak usah kesana. Nanti daftar lewat Hp saja!" Anjani terpaksa berbohong karena ia tidak mau bapaknya keluyuran malam-malam.
"Oh begitu ya Jani! Yasudah deh kita makan saja" ucap Rusli.
Walaupun ia penderita ODGJ, tetapi Rusli masih suka memasak dan berpenampilan layaknya orang normal.
"Bapak masak apa?" tanya Anjani.
"Ayam saus dan nasi hangat!" jawab Rusli.
"Terimakasih ya Pak. Selama ini Bapak selalu sayang pada Jani!" ucap Anjani sembari menyeka air matanya.
"Jani kan anak bapak satu-satunya. Bapak akan berusaha menyenangkan Jani. Apalagi kalau Bapak sudah jadi kepala desa, apapun yang Jani mau, pasti Bapak turuti" balas Rusli.
"Mulai lagi ngaconya. Orang lagi sedih juga" ucap Anjani.
..
Sementara di rumah mewah, seorang pria yang bernama Kendra sedang di ceramahi oleh sang Mama, karena ia tidak kunjung mencari calon istri. Kendra hanya diam saja, ia cukup menjadi pendengar yang baik jika sang ratu rumah itu sedang mengomel.
Ia juga sudah bosan di suruh cepat-cepat menikah oleh kedua orang tuanya.
"Mau sampai kapan kamu begini, Ken?" tanya sang mama yang bernama Gendis itu.
"Apanya sih Ma?" Kendra malah balik bertanya.
"Ini anak ya, di tanya malah balik nanya lagi!" kesal Gendis.
"Ya memang aku harus jawab apa Ma? Nantilah ada saatnya aku mencari. Lagipula besok pergantian pemimpin di perusahaan, jadi aku fokus dulu ke hal pekerjaan" balas Kendra.
"Papa curiga kamu belok, Ken!" timpal sang Papa yang bernama Leon.
"Astaga, benar kata papamu. Apa kamu belok? Jawab yang jujur Ken? Jangan membuat Mama kecewa, sayang" Gendis berkata dengan nada lirih.
"Astaga, Kalian ini kok bisa menyangka putra tunggalnya berubah haluan sih? Ma, Pa please, aku masih normal. Aku masih membutuhkan wanita, tetapi untuk saat ini fokus dulu karir!' jawab Kendra.
"Atau kamu masih ingat wanita jahanam itu? Ingat ya Ken, gara-gara Elizabeth si@lan itu, kamu hampir gila waktu itu" Gendis berkata dengan emosi yang tinggi.
Seketika pikiran Kendra melanglang buana ke tujuh tahun yang lalu, dimana Kendra merasakan kehancuran yang amat dalam oleh seorang wanita.
Elizabeth Harun namanya. Wanita yang membuat seorang Kendra Alfonso Brata merasakan cinta yang sangat ugal-ugalan.
Kendra seorang sad duda, setelah selesai perceraiannya bersama Elizabeth, ia berjanji kalau ia akan lebih selektif lagi mencari pendamping hidup, plus ia ingin mencari calon istri yang masih perawan.
Berawal dari Elizabeth yang meminta izin untuk pemotretan di Paris selama enam bulan lamanya, dan dengan bodohnya Kendra membiarkan Elizabeth pergi. Baginya kebahagiaan sang istri adalah prioritas utama.
Gendis sang Mama tentunya tidak terima dengan keputusan Kendra yang menurutnya sudah terlalu bebas dalam memberikan izin pada istrinya.
"Cinta boleh, tapi bodoh jangan! Jika terus seperti ini, kapan istrimu memberikan Mama cucu? Ingat Ken, pernikahanmu sudah jalan empat tahun, tetapi Mama lihat sifat istrimu masih begitu saja. Sebenarnya apa sih yang dia cari selama ini?" tutur Gendis sembari memijat kepalanya.
"Aku hanya ingin membuat Eliza tidak merasa terkekang Ma. Dan Eliza pun janji jika ini pemotretan yang terakhir, setelah ini ia akan fokus pada pernikahan kami!" Kendra mencoba memberi sang mama pengertian.
Gendis memutar bola matanya jengah mendengar Kendra selalu membela istrinya itu.
"Terserah padamu lah Ken. Jika ada masalah, kau juga yang akan merasakannya" ucap Gendis sembari berlalu meninggalkan Kendra di ruang tamu.
Sementara kini Elizabeth sedang berbagi peluh dengan seorang pria bule. Permainan mereka begitu panasnya, bahkan tanpa rasa malu pria bule itu menghentakkan miliknya yang panjang dan keras itu di balkon apartemen miliknya di kota Paris.
"Oughhhhh Yesss....Yessss....Yessss baby....Lebih cepat!" racau Elizabeth.
Pria itu lebih cepat memaju mundurkan tubuhnya, menghujam miliknya pada milik Elizabeth. Tanpa mereka berdua sadari bahwa seseorang sedang memvideo mereka dari jarak jauh.
"Tuan Leon akan senang dengan hasil pekerjaan ini!" ucap pria itu dengan seringai senang.
Pria itu lalu mengirim video serta poto percintaan Elizabeth dengan pria bule itu yang diketahui sebagai seorang sutradara di tempat opera dan theater.
Leon melihat video ini dengan perasaan yang sangat murka. Elizabeth benar-benar menjijikan. Ia telah menyakiti hati sang putra yang begitu tulus mencintainya.
"Aku tidak akan memberitahu dulu video ini pada Kendra. Biar dia tahu sendiri saja kelakuan jal@ng istrinya yang selama ini selalu dia banggakan. Aku tidak rela jika Kendra meniduri wanita yang sering miliknya di masuki pria lain" geram Leon.
Sudah pernah Leon katakan bahwa seorang model tidak akan benar-benar mau menjalani pernikahan yang semestinya. Tolak ukur wanita yang baik adalah istrinya yaitu Gendis. Pernikahan yang telah terjalin lama, tetapi keromantisan tidak pernah berkurang sedikitpun. Gendis selalu mengurusi apapun keperluan Leon sang suami, meski ia bisa menyewa asisten profesional sekalipun.
Hingga enam bulan berlalu, Elizabeth pulang dari Paris. Dengan setia Kendra menunggunya di bandara.
Elizabeth menghampiri Kendra dengan senyum manisnya. Tetapi Kendra heran kenapa wajah Elizabeth terlihat pucat.
"Langsung pulang?" tawar Kendra.
Elizabeth langsung mengangguk saja. Entah akhir-akhir ini tubuhnya terasa lemas.
Ketika baru satu langkah, tiba-tiba Elizabeth pingsan. Hal itu membuat Kendra panik. Ia segera membawa Elizabeth ke rumah sakit kawasan bandara.
Dokter lalu memeriksa keadaan Elizabeth. Dan dokter sudah bisa menemukan penyebabnya.
"Saya sudah menemukan penyebab kenapa istri anda pingsan!" ucap dokter yang bernama Kenzo itu.
"Katakan dok, kenapa istri saya menjadi lemah seperti ini!" pinta Kendra.
"Selamat ya Pak, istri anda sedang hamil. Saya perkirakan usia kandungannya antara 8 minggu. Usia rentan karena trimester pertama" ucap sang dokter tang membuat seketika hati Kendra merasa di jungkir balikan.
Tak ingin membuat sang dokter mengira-ngira keadaan Kendra, ia memasang wajah setenang mungkin.
"Apa dokter bisa tinggalkan kami berdua?" pinta Kendra.
"Oh tentu saja, Pak! Mari saya permisi" dokter Kenzo pun keluar dari ruangan itu.
Kendra menatap dalam bias wajah sang istri. Beribu pertanyaan berkecamuk di kepalanya.
Tak lama Elizabeth pun membuka matanya. Ia melihat Kendra yang sedang menatap tajam pada dirinya. Tatapan itu terasa asing karena selama menjalani mahligai pernikahan, tak pernah sekalipun Kendra menatapnya dengan tatapan yang ia juga tidak mengerti. Tetapi satu hal yang Elizabeth rasakan, bahwa saat ini Kendra seperti akan menguliti dirinya.
"Sayang, kenapa aku ada di tempat ini?" tanyanya bingung.
"Kamu sedang hamil!" hanya itu jawaban yang di berikan Kendra.
"What, Prenagen? Akh kamu akan sebentar lagi menjadi seorang ayah!" ucap Elizabeth senang.
"Bukan aku, tapi pria yang menikmati tubuhmu selain aku yang berhak!" balas Kendra. Ia sudah tidak mau bersandiwara dengan pura-pura terlihat tenang. Ia akan ungkapkan kemarahannya sekarang.
"Apa maksud mu, Kendra? Kamu menuduh aku selingkuh begitu?" kini ada getar ketakutan pada wajah Elizabeth.
"Aku tidak menuduh mu, tetapi kau yang mengatakannya. Kau tahu Elizabeth, Anak yang ada di dalam kandunganmu itu berusia dua bulan, sementara kau pergi sudah enam bulan dariku" ungkap Kendra.
Seketika wajah Elizabeth tambah memucat. Ia tidak menyangka jika percintaannya dengan Rumanov akan membuahkan jejak yang jelas tidak Elizabeth inginkan.
"Sayang, ini anakmu! Bisa saja sp€rma mu mengendap di rahimku" Elizabeth memberikan alasan yang maha t0l0l pada pria sekelas Kendra.
"Aku tidak menyentuhmu selama enam bulan lebih. Bahkan saat kau mau berangkat ke Paris, kau bilang sedang datang bulan hingga kau menolak permintaanku. Elizabeth, aku bukan pria bodoh" geram Kendra.
"Tidak sayang ini anakmu!" Elizabeth masih kukuh dengan pendiriannya.
Tak banyak kata, Kendra segera menghubungi dokter Kenzo.
Dokter Kenzo sangat heran kenapa pria di hadapannya ingin melakukan tes DNA pra persalinan.
"Apakah itu bisa?" tanya Kenzo.
"Bisa! Saya akan menghubungi dokter Fenty yang memang seorang ahli kandungan. Hari ini juga bisa di lakukan tes DNA dan hasilnya akan keluar lusa!" tutur dokter Kenzo.
"Baiklah jika begitu, dok. Saya ingin tes DNA sekarang juga!" ucap Kendra.
Kendra merasa amat lah terkejut ketika hasil tes DNA mengatakan bahwa bayi yang sedang dikandung Elizabeth itu bukan anaknya.
"Lihat ini. Ini bukan anakku" ucap Kendra sembari melempar kertas itu ke wajah Elizabeth.
"Tidak! Tidak mungkin. Ini pasti salah dokter itu. Pasti dia merekayasa" Elizabeth terus berkelit.
"Aku lebih percaya dokter dibandingkan dirimu Elizabeth. Aku juga tidak menyangka bahwa kau bisa melakukan hal hina itu dengan laki-laki lain. Pantas saja kau selama ini ingin terus bepergian Ternyata kau mencari batang di luar sana" ucap Kendra dengan rasa murka.
"Tidak sayang. tidak, tidak, tidak, itu tidak benar. Aku setia padamu" ucapnya lagi.
Tentunya Elizabeth tidak mau jika kendra meninggalkannya, selain Elizabeth sangat mencintai Kendra, ia pun merupakan mesin ATM berjalan untuk Elizabeth.
Uang yang diberikan oleh rumanov jelas sangat kurang dibandingkan uang pemberian dari Kendra, tetapi sialnya Elizabeth terlalu terlena dengan permainan yang Rumanov lakukan di atas ranjang.
"Kamu pasti salah sayang. Ini anakmu" terus saja Elizabeth berkelit.
"Dan aku tidak sudi mengakuinya. Itu anak orang lain, bukan anakku. Sudahlah Elizabeth Lebih baik kau mengaku saja siapa pria yang sudah meniduri mu itu?" Kendra berharap Elizabeth jujur.
"Maafkan aku Kendra, ya memang aku sudah berselingkuh tetapi Percayalah cintaku hanya untukmu" ucap Elizabeth dengan tidak tahu malu.
"Bullshit!!! Kau wanita yang menjijikan. Mulai dari saat ini kau bukan lagi istriku. Aku menalakmu dengan talak dua. Kau bebas melakukan apapun yang kau mau" balas Kendra.
Hal itu membuat Elizabeth menggeleng-gelengkan kepalanya, air mata langsung meluncur deras di pipinya.
Pupus sudah harapan Elizabeth untuk menguasai Kendra dan kini Elisabeth harus menerima balasannya. Kendra menceraikannya sekaligus talak 3 untuknya.
Kendra pun pergi dari sana meninggalkan Elizabeth yang meraung-raung. Dari mulai saat itu ia tidak memikirkan lagi tentang hal pernikahan. Selepas perceraian dengan Elizabeth, Kendra merasa terpuruk. Berkali-kali ia ingin melakukan bunuh diri, tapi selalu berhasil dicegah oleh siapapun.
Pernah juga ia akan melakukan bunuh diri. Ia berdiri di rel kereta api untuk menabrakkan dirinya tetapi seseorang menolongnya.
Saat itu Kendra sangat frustasi tidak ada seorangpun yang tahu. Ia berjalan dengan tatapan kosong menuju rel kereta api, tetapi seorang pria paruh baya langsung menariknya. Kendra heran kenapa pria itu bicara sendiri tetapi Kendra juga heran kenapa pria itu terlihat seperti seorang pejabat karena memakai baju jas.
Pria itu terus berteriak dengan mengatakan bahwa dialah calon kepala desa dan pria itu menganggap Kendra sebagai tim suksesnya.
Dari mulai saat itu ia berhenti untuk melakukan bunuh diri dan mulai berpikiran jernih. Ia sudah menerima takdirnya ........
...
Sementara kini Anjani sedang ditemui oleh warga, mereka memberitahu bahwa Rusli sedang berorasi lagi. Anjani pun kini merasa sangat pusing sekali dengan tingkah sang Bapak.
"Jani, itu Pak Rusli di pos ronda sedang membagi-bagikan stiker dan kalender miliknya" warga ucap Darman.
"Ya ampun Bang, kenapa sih harus pagi ini Abang menemui Jani?" ucapkan frustasi.
"Ya mau bagaimana lagi Jani, dari pada berisik mending loe temuin aja deh bapak loe di sana, kasihan juga kan dari subuh dia teriak-teriak banyak warga yang terganggu" pinta Darman.
"Ya sudah Bang maafin Bapak ya Bang, karena aku juga tak tahu kalau Bapak sudah ada di Pos ronda pagi ini" ucap Anjani.
"Kita udah tahu kok. Udah maafin juga kok. Cuma ya sana loe susul dulu deh bapak loe" perintah Darman.
Anjani pun segera pergi ke pos ronda menemui Rusli. Terlihat di sana Rusli sedang memberikan kalender yang sudah ia cetak 2 tahun lalu kepada semua warga.
"Yuk pulang Pak, sudah siang ini. Jadi mau kerja" ajak Anjani.
"Ya sudah Jani kerja saja, Bapak di sini mau membagikan kalender" tolak Rusli.
"Nanti deh bagi-bagi kalendernya, sekarang kita pulang dulu ya Pak ya, ikut Jani ya Pak, Jani mau kerja" Anjani terus membujuk Rusli.
Rusli tampak menghela nafas kasar Ia pun tidak mau membuat Anjani kecewa.
"Ini kalendernya masih banyak Jani" ucap Rusli.
"Biar saya saja Pak yang membagikannya ke warga" ucap Rini sang tetangga.
"Oh Mpok Rini mau menolong saya? ini kalendernya Terima kasih ya Mpok" ucap Rusli sembari memberikan gulungan kalender itu.
"Siap deh Pak Rusli. Tak apa nanti saya akan bagikan ke semuanya. Sudah Pak Rusli pulang dulu sana, kasihan Anjani kan mau bekerja" ucap Rini.
Rusli pun ikut pulang ke rumah bersama Anjani
"Pak, Jadi kerja dulu ya! Bapak baik-baik di rumah" pesan Anjani.
"Iya Jani. Tapi gimana Bapak tidak pegang uang, kalau ada pengawas KPU ke rumah. Bapak mau kasih makanan apa" ucapnya.
Hal itu pun membuat Anjani greget sekali dengan sang bapak, tetapi ia tidak bisa melakukan apapun.
"Ya nanti petugas KPU nya suruh ke kantor Jani aja Pak. Nanti Jani yang belikan makanan" ucap Anjani.
"Duh sebenarnya yang gila itu aku apa Bapak?" sih gerutu Anjani sedikit kesal.
"Emang boleh ke kantor kamu Jani?" tanya Rusli.
"Boleh dong! Siapa yang gak boleh. Ya sudah ya Pak, Jadi berangkat dulu ke.kantor karena di sana sedang sibuk-sibuknya akan ada pergantian kepemimpinan. Bapak jangan keluar rumah. Ini uang untuk bapak" jawab Anjani.
"Terima kasih ya Jani. Bapak akan diam di rumah. nanti takut ada petugas KPU kemari"
" Iya Pak, diam saja di rumah ya jangan keluyuran kemanapun" pesan Anjani.
"Oke Jani" jawab Rusli.
Anjani pun berangkat ke kantor, di sana sudah riuh orang-orang membicarakan tentang pengganti pemimpin perusahaan.
Karyawan wanita sudah bersolek karena mereka yakin bahwa penerus perusahaan itu mempunyai wajah yang tampan, tapi tidak dengan Anjani ia merasa bahwa itu terlalu berlebihan.
Ricky pun menghampiri Anjani, Ia langsung mengajaknya bergosip ria.
"Kenapa sih Mi, pagi-pagi udah manyun begitu? Tanya Anjani pada Ricky.
" lihat deh si Marni, menor benar mukanya, kayak mau ngelenong tahu" jawab Ricky sembari cekikikan.
"Emang di mana si Marni?" tanya Anjani.
"Di pantry tuh dia lagi dandan. Duh geli amat gua lihatnya. Loe aja yang cantik luar dalam nggak kayak gitu-gitu amat kan" sungut Ricky.
"Cantik dari mananya sih Mi,? dari Hongkong Iya kali" celetuk Anjani malu.
"Jani Lo tau nggak sih pengganti Pak Leon kan anaknya seorang duda" ucap Ricky.
"Ya kalau duda emang kenapa sih Mi? masalah gitu buat gue gitu?" tanya Anjani.
"Kagak juga sih. Gue cuma ngomong doang. Dan juga anaknya Pak Leon itu orangnya dingin banget Kaya kulkas7 pintu" ucap Ricky lagi.
"Gue nggak peduli si Mi, mau bagaimanapun juga tuh Orang. Yang penting gaji kita lancar. bener nggak sih" ucap Anjani.
"Gue cuman takut aja Jani. Killer Kayaknya sih, tapi mudah-mudahan seperti Pak Leon yang baik hati dan tidak sombong" balas Ricky.
Waktunya tiba, kini mobil yang ditumpangi oleh Kendra sudah tiba di pelataran kantor.
Semua orang menyambutnya dengan sangat hormat. Kendra hanya memberikan anggukan saja pada semuanya.
Anjani dan Ricky tidak terlalu memperhatikan kedatangan Kendra karena mereka berdua berdiri di belakang orang-orang. Tetapi Intens mata mereka langsung membulat kala Kendra berjalan tepat di hadapannya.
Kendra melirik mereka berdua dengan mata yang sangat tajam.
"Jani loe ingat dia kan?" tanya Ricky dengan suara yang sangat pelan.
"Gue inget Mi" Balas Anjani tak kalah gemetar.
"Dia kan cowok yang kita marahi di toko roti itu kan" ucap Ricky lagi.
"Bener Mi. Mana gue nyebut dia impoten lagi, aduh mati nih gua" sesal Anjani.
Anjani pun seakan merutuki dirinya karena ia pernah menyebut impoten pada bos barunya yaitu Kendra.
Kendra melotot tajam ke arah Anjani dan Ricky, lalu sekilas ia menyunggingkan senyum samar nya.
"Anjani Gue merasa karir gue akan berakhir hari ini" lirih Ricky.
"Jangan nakutin gue dong Mi. tapi gue juga yakin begitu sih" balas Anjani.
"Kalian!" suara Bariton memecah kegugupan Anjani dan Ricky. Mereka pun seketika mendongak menatap Kendra.
"Kalian berdua ke ruangan saya jam 10.00" perintah Kendra. Lalu ia langsung berjalan menuju ruangannya di lantai atas.
"Tuh kan apa gue bilang Jani, dia pasti akan membuat perhitungan pada kita. Lor sih nggak mau ngalah jadinya kan kayak gini" ucap Ricky kesal.
"Kok gue sih lor kan yang mulai" balas Anjani tak terima.
"Lor ngatain dia orang utan juga" ucapnya
"Au ah pusing gua. Mana adek gue lagi butuh butuhnya biaya lagi" seketika Ricky pun merasa lemas.
"Ya udah sih kita hadapin aja. Kita juga kan tidak sengaja waktu itu" ucap Anjani
"Ya udah deh, kita hadapi. Daripada kita jadi pengecut" balas Ricky.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!