Siang yang cukup terik, Dirgham mengenakan hem lengan panjang berwarna putih dengan celana hitam agar terlihat seperti karyawan magang pada umumnya, pemuda itu juga mengendarai sepeda motor metic berwarna merah dengan helm senada.
Jika bukan karena Dad yang memaksaku untuk cosplay jadi karyawan magang seperti ini dengan jaminan perusahaan dan semua aset kekayaan Dad yang tidak kunjung habis, aku gak mau panas-panasan seperti ini, sudah bau keringat dan bajuku basah sudah mirip tikus kecebur got batin Dirgham dengan nada kesal. Wajahnya yang tampan tampak lesu ditambah lagi pakaiannya kini sudah basah oleh keringatnya sendiri.
Pemuda tersebut memarkirkan motor meticnya di halaman yang bertuliskan untuk karyawan, hari ini calon direktur utama Black Star Corporation itu mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam, di ruang pos jaga, pemuda yang sebenarnya adalah anak dari Pak Agung si Direktur Utama menanyakan kepada pria paruh baya yang sedang menjaga keamanan.
"Permisi, Pak! Saya anak magang yang hari ini ada panggilan dari HRD, saya boleh tanya tempat HRDnya di sebelah mana ya?"
"Oh, anak magang, adek bisa saja langsung lurus ke arah lift yang itu setelah mentok belok kanan dan ruang HRD ada di ujung lorong sebelah kanan tadi," tutur pria paruh baya yang berusia 50 tahun itu dengan nada ramah pada Dirgham.
"Terimakasih, Pak!"
"Iya, Dek semoga kamu betah bekerja di sini ya," sahut petugas keamanan tersebut dengan ramah.
"Baik, Pak."
Kalau aku gak betah ada di sini bakalan kena ultimatum dari Dad kalau aku harus kuliah bisnis lagi di LA, mana gak boleh pakai fasilitas orang tua kalau di sana, betah gak betah aku harus bisa bertahan di perusahaan yang akan aku kelola ini batin Dirgham lagi sambil berjalan menuju ruang HRD.
Pemuda tersebut mengikuti arahan dari petugas keamanan di halaman, namun saat berada di lorong Dirgham dicegah oleh tiga orang.
"Selain karyawan gak ada yang boleh masuk perusahaan ini."
"Maaf, tapi saya anak magang yang kemarin dipanggil pihak HRD untuk wawancara," sahut Dirgham dengan nada lirih seperti tikus yang kejepit pintu.
"Pasti loe bohong 'kan? Di sini tidak ada lowongan buat anak magang, ini perusahaan besar dan setahu gue gak ada anak magang yang berani uji nyali di sini."
Sial banget hari ini, pasti Dad bakal ngetawain aku kalau aku gagal ketemu HRD, bahkan di perusahaan milik keluarga sendiri batin Dirgham sambil memutar otaknya.
"B-Benar saya anak magang yang dipanggil oleh HRD, boleh saya masuk dan menemui HRD!" pinta Dirgham memohon.
"Tidak ada orang yang akan mengizinkan loe masuk, lihat dari penampilan loe yang kayak tikus main di empang kek begini, baju basah, bau lagi."
Tiga orang pemuda yang mengenakan pakaian rapi itu menertawakan Dirgham.
Dirgham mengepalkan tangannya tanda jika hatinya mulai memanas, niat pemuda tampan itu sudah bulat ingin membalas penghinaan yang mereka lontarkan kepadanya, namun sebuah teriakan membuat ketiga orang tersebut menoleh dan terlihatlah wanita muda yang begitu anggun dan cantik berpakaian serba putih.
Itu orang apa kipas angin ya, tinggi, putih bersih dan.... batin Dirgham berdecak kagum.
"Apa yang kalian lakukan di jam kerja?" oceh wanita muda yang ditakuti oleh semua orang.
"Eh Bu Arsyila, k-kami tadi baru dari toilet," sahut pemuda bernama Dito dengan senyum terpaksa.
"Benar, Bu! Kami tadi dari toilet."
"Apa ruangan toilet ganti dekat lift," selidik Arsyila dengan tatapan tajam.
"M-maaf, Bu kalau begitu kami bertiga lanjut kerja."
Setelah ketiga orang yang menghalangi Dirgham tadi pergi, Arsyila melembutkan wajahnya dan tutur bicaranya.
"Maaf apa kamu yang di maksud Pak Agung akan magang di sini? Beliau berpesan jika anak dari saudara jauhnya akan datang dan magang di sini?" tanya ramah wanita muda yang sempat menggoyahkan hati Dirgham.
"Eh i-iya, Mbak, saya Dirgham Sanjaya," sahut pemuda itu sambil menjabat tangan lawan bicaranya.
"Panggil saja Syila, aku sekretaris dari Pak Agung."
Wah Dadd mainnya terlalu jauh, dia milih sekretaris seindah bidadari seperti ini batin Dirgham dengan senyum smirk.
"Salam kenal, Mbak Syila. Bolehkah saya menemui HRD sekarang?"
"Mari aku antar kamu ke ruangan HRD, karena ini tugasku hari ini."
Dirgham malah kesenengan saat Arsyila menjadi pemandunya di kantor. Netra pemuda itu takjub pada mahakarya Sang Pencipta.
"Mbak Cantik! Eh Bu Syila, perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang apa?"
Dirgham memang pintar mencairkan suasana yang canggung.
"Perusahaan Black Star ini merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang properti namun ada juga yang menyebut bidang perhiasan dan permata, mengingat Pak Agung memiliki banyak perusahaan di dalam negeri dan luar negeri," jelas Arsyila dengan lugas.
Dirgham mengangguk, seakan mengerti padahal dia tahu perusahaan milik ayahnya itu tersebar di berbagai negara dengan anak cabang yang tidak sedikit.
Hingga keduanya sampai di ruang HRD, Dirgham masuk dengan membungkukkan badannya.
"Permisi, Pak! Saya...."
Belum sempat Dirgham melanjutkan ucapannya, pria paruh baya di depannya segera melihat tajam bagai mangsa empuk.
"Apa kamu tahu ini sudah jam berapa? Kenapa kamu tidak tepat waktu, perusahaan ini tidak menolerir orang yang terlambat lebih dari lima menit," bentak pria paruh baya itu pada Dirgham.
Pemuda tampan itu mengepalkan tangannya lagi, harinya kali ini tidak berjalan dengan baik, hingga seseorang masuk dengan bersedekap dada.
"Apa benar Pak! Bahkan tadi saya lihat Anda juga terlambat untuk masuk kerja dengan alasan yang kurang dipahami logika."
Wajah pria paruh baya itu mulai pucat, dia tidak ingin berurusan dengan sekretaris yang dikenal dengan ketegasan dan juga kepandaiannya itu.
"B-Bu Arsyila, b-bagaimana bi....."
"Kenapa gagap, Pak? Tadi Anda terlihat angkuh dan juga sombong, kenapa sekarang malah menciut seperti balon kempes?" ejek Arsyila yang kurang suka penindasan.
"B-Bukan maksudn saya begitu tadi, Bu."
"Dia terlambat karena ulah Dito CS yang menghalangi jalannya ke sini, jika bukan karena tugas dari atasan, aku pun tidak akan tahu kelakuan kalian kepada orang baru seperti ini."
"M-Maaf, Bu..."
"Kalian itu harusnya lebih sopan dan baik kepada orang baru, apalagi dia adalah anak dari saudara Pak Agung!" potong Arsyila dengan cepat.
Terlihat dari raut wajah pria paruh baya itu begitu terkejut akan penjelasan Arsyila, wanita yang setia dan juga pandai dalam pekerjaannya.
"Kenapa? Di mana letak keberanian Anda tadi yang langsung menegur tanpa mendengar penjelasan orang lain," sebuah Arsyila dengan tegas.
Wajah paruh baya itu semakin pucat pasi.
Kelihatannya orang di depanku ini sudah dihisap darahnya sama lintah.
Dirgham tersenyum smirk hingga seseorang datang dengan wajah tegas.
"Ada apa ini?"
Ananda Arsyila Fumiko
Wanita Muda berusia 25 tahun merupakan Sekretaris sang Ayah dari Dirgham
Dirgham Sanjaya Hardikha
Calon Direktur Utama muda yang menyamar menjadi anak magang yang sering dibully dan dikerjain oleh karyawan nakal. Memiliki wajah baby face dengan usia 28 tahun.
Agung Jatmiko
Ayah dari Dirgham yang berstatus Direktur Utama Black Star Corporation
Argo Valco
Merupakan tunangan Arsyila yang berselingkuh dengan teman satu kantornya
Ingin cerita menarik lainnya.. Ada 2 cerita yang sudah tamat...
Bariton tegas itu membuat semua orang yang ada di ruangan HRD menjadi panas, apalagi pria paruh baya yang namanya Pak Dandan tersebut.
"Ada apa ini?" tanya Pak Agung dengan tegas.
Senyum smirk Dirgham semakin terlihat di wajah Dandan.
Sial anak ini bisa-bisanya mengancam pekerjaanku, kalau pun aku tahu dia keponakan Pak Agung tidak akan aku bentak pemuda itu seperti ini, aku harus mulai akting jika begini batin Pak Dandan dengan percaya diri.
"Maaf, Pak ini salah paham saja, saya tidak tahu jika dia adalah keponakan Anda."
"Cih dasar penjilat, tadi saja marah-marah sebelum mendengar penjelasanku, sekarang sok baik," kesal Dirgham dengan lantang.
Tatapan Pak Dandan terlihat tajam, tapi pemuda tampan itu tidak takut sama sekali.
"Karena kinerja kamu baik, aku hanya memberikan kamu peringatan kecil, jika ada lagi seperti ini dengan sikap sombong kamu, aku pastikan jika jabatanmu aku turunkan."
Ancaman itu membuat Pak Dandan ciut.
"Maaf Pak, dan kamu, nama kamu siapa?"
"Dirgham Sanjaya."
"Dan Dirgham, aku tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama."
"Kalau begitu lekas berikan dia rincian apa saja benefit dan pekerjaan yang harus dia lakukan, jangan membuang banyak waktu."
"Baik, Pak."
Pria paruh baya itu mengerjakan apa yang dikatakan oleh Pak Agung dengan menggerutu di dalam hati, Jika karena bukan saudara sudah pasti akan sulit masuk di. perusahaan ini, dasar anak ingusan yang masuk dari jalur orang dalam.
Ternyata kalau Dad bicara seperti itu semua orang makin ciut, ha ha ha wajahnya sudah mirip wanita yang lagi PMS merah padam, kesel, dan juga pucat batin Dirgham senang melihat pertunjukan yang ada di depannya.
Setelah beberapa lama di ruangan HRD, Pak Agung sab juga Arsyila mengajak Dirgham ke ruangan direktur utama.
Ruangan Dad warna hitam, duh udah kaya penyihir kegelapan saja, serem, kalau aku sudah gantikan Dad bakal aku rubah jadi warna pingky biar ceria batin Dirgham senang.
"Terimakasih atas kerja kerasmu hari ini Syila, silahkan kembali ke ruangan kamu."
"Baik, Pak, saya permisi."
Arsyila pergi meninggalkan kedua laki-laki beda generasi itu.
"Jangan berpikir untuk mengubah cat rungan ini menjadi pingky, Nak! Jaga image kamu sebagai pewaris tunggal, berwibawa dan juga ditakuti karena rasa bangga mereka bukan rasa takut."
"Hah sulit kalau berurusan sama Dad lagian nih mana mungkin ruangan direktur warna merah muda dengan hiasan boneka hello kitty seperti rumah-rumahan Berlian di rumah ungkle Victor."
"Itu kamu paham 'kan kalau tidak suka warnanya ganti selain warna pink."
"Iya Dad iya, tapi ngomong-ngomong Dad yakin tidak memecat si HRD yang songong tadi. Aku kurang suka sama sikapnya sama orang baru, Dad. Iya kalau orangnya kuat mental kalau gak sudah gantung diri di pohon toge."
"Mau bagaimana lagi, dia itu orangnya gerak cepat dan rapi kalau kerja, makanya dad kasih dia kesempatan lagi, kalau buat kesalahan ya turunin jabatan kecuali dia mau jadi penghianat kelak."
"Iya juga sih, Dad. Tapi ada lagi Dad, trio ubur-ubur yang tadi mencegah aku masuk ruang HRD, mau minta uang jajan dulu baru boleh masuk, kata Arsyila namanya Dito CS, Dad gak berniat gitu memangkas kepalanya, eh pekerjaan mereka."
"Tunggu dulu, dad sudah punya rencana tapi dad butuh kamu untuk bermain sandiwara lagi."
Kerlingan genit membuat Dirgham bergidik.
"Apa lagi sih, Dad kurang apa lagi?"
"Kamu itu kurang lebih menderita, Nak."
"Astaga,Dad kurang menderita bagaimana lagi! Aku ini putramu yang paling sempurna dari ujung kaki hingga ujung kulon, ya kali di suruh hidup menderita, yang benar saja, Dad."
Helaan napas kesal itu membuat tawa pria paruh baya tersebut malah mengeluarkan sebuah catatan.
"Baca lalu pahami?"
"Apa ini, Dad? Surat cinta Mom ya?"
"Ngawur, baca dulu baru komentar."
Dirgham mengambil buku tersebut, lalu membuka dan membacanya dengan perlahan.
Netranya menyipit dan mendekatkan catatan tersebut hingga jelas.
Pemuda tampan itu meletakkan catatan tersebut dengan sedikit dibanting.
"Yang benar saja, Dad? Aku harus berakting selama 3 bulan, dan dalam 3 bulan harus menikah?" ucap Dirgham yang tidak tahu isi dari pikiran Sang Daddy yang sangat dia hormati.
"Ya itu terserah kamu, seluruh harta dad bisa saja disumbangkan ke yayasan amal, kalau kamu gak bisa selesaikan misi ini."
"Wah! Dad mengancam? Baik akan aku buktikan, siapkan saja pesta pernikahanku nanti sama calonku."
Setelah Dirgham keluar, pria paruh baya itu malah tertawa.
"Punya anak satu-satunya kenapa otaknya konslet, apa dia bisa melakukan apa yang aku katakan ya."
Pak Agung mengetuk jemarinya di atas meja hingga berbunyi, "Truk tuk tuk."
Dirgham berjalan menuju lift karyawan dia berpikir untuk mewujudkan apa yang ayahnya ucapkan tadi. Hingga tak sadar pintu lift terbuka, tampak Asyila yang ingin masuk dan menuju ruangannya.
"Lho Dirgham apa yang terjadi? Kenapa kamu tampak linglung?"
Pemuda tampan itu tersenyum dengan lembut lalu melihat wajah Arsyila yang sedikit bingung.
"Tidak! Paman ingin aku melihat ruanganku lebih dulu, tapi sepertinya aku lupa bertanya ada di mana ruanganku berada," kilah Dirgham cepat, dia berbicara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Oh begitu, mari aku bantu buat melihat ruang kerja kamu."
"Terima kasih, Mbak."
Keduanya tampak berbincang ringan, namun tatapan beberapa orang kepada Dirgham mengisyaratkan tidak suka, akan tetapi pemuda tampan itu tidak peduli dengan pandangan orang yang melihatnya tajam seakan ingin menerkam, ditambah lagi karyawati yang mencuri perhatian kepada Dirgham, wajar saja wajah tampan pemuda yang masuk sebagai karyawan magang itu membuat semua orang terkesima.
Hingga Arsyila dan Dirgham masuk ke salah satu ruangan yang masih kosong.
"Nah di sini kamu bekerja, mau bekerja sekarang atau besok? Karena Pak Agung bilang terserah kamu mau bekerja kapan?" tanya Arsyila ramah kepada Dirgham, karena memang pemuda itu merupakan anak baru dan belum terbiasa akan sikap tegas, begitu pikiran Arsyila.
"Aku boleh bekerja hari ini 'kan, Mbak. Soalnya di rumah juga tidak ada pekerjaan selain tugas dari dosen," sahut Dirgham dengan ramah.
"Iya, silakan, kalau butuh sesuatu kamu bisa menelpon aku lewat telepon kantor, aku akan membantumu."
"Baik, Mbak terima kasih."
Arsyila meninggalkan Dirgham di ruangannya, pemuda itu menghidupkan layar komputer dan mulai menjelajahi semua jenis kegiatan di dalam perusahaan milik ayahnya. Tidak sulit baginya karena dia merupakan seorang hacker yang cukup terkenal dengan nama Black Shadow.
Hingga tak berapa lama senyumnya terukir di wajah tampannya.
"Wah keren banget nih orang, sudah pandai menyimpan rahasia dan uang perusahaan, tapi dia tidak akan bisa menjadi lawan seorang Dirgham Sanjaya," monolog pemuda yang kini melipat tangannya ke belakang dan menjadikan lengannya sebagai bantalan.
"Apa yang kamu lihat?" wajah Dirgham mulai pucat melihat seseorang masuk tanpa permisi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!