NovelToon NovelToon

MENIKAHI DUDA ANAK TIGA

BAB 01. Tersipu Malu

"Turunlah Nyonya!" Ucap seorang pembantu setelah membuka pintu mobil.

Terlihat seorang gadis berusia 25 tahun bernama Mayang dengan tatapan sayu ia menatap tangannya yang berkeringat dan bergetar.

"Apa Nyonya baik-baik saja?" Tanya pembantu itu sekali lagi.

Dengan perasaan gelisah Mayang menarik nafas dalam-dalam sambil tersenyum lebar kemudian menatap pembantu tersebut.

"Aku baik-baik aja!" Ucapnya.

Dia lantas keluar dari mobil, matanya melebar saat melihat rumah bertingkat dua yang begitu memukau didepan matanya.

"Apa mulai sekarang aku bakalan tinggal dirumah ini?" Ucapnya dalam hati.

Mayang benar-benar merasa belum siap untuk semua ini, pasalnya baru kemarin ia melangsungkan pernikahan dengan pria bernama Satria, 37 tahun seorang pengusaha sukses dibidang arsitektur sekaligus boss dari ayah Mayang yang hanya berprofesi sebagai tukang kayu.

Mayang tak menyangka bagaimana bisa orang kaya seperti Satria yang katanya jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat Mayang dikala itu ia berkunjung kerumah alih-alih ingin membeli beberapa balok kayu tapi ternyata Satria malah jatuh hati pada Mayang saat gadis itu menyajikan segelas teh padanya.

Satria sendiri memiliki 3 orang anak, anak tertuanya berusia 8 tahun sementara 2 diantaranya adalah sikembar yang berusia 5 tahun.

Hufhh... Lagi-lagi Mayang menghembuskan nafasnya berat, dia takut membayangkan bagaimana nasibnya nanti, bagaimana karakter suaminya yang bahkan hari ini bukan suaminya sendiri datang menjemput melainkan hanya seorang supir.

"Nyonya langsung masuk aja, biar barang-barangnya saja aja yang bawa!"

"Ehh nggak! Biar saya yang bawa!" Tolak mayang merasa tak enak hati!"

"Nggakpapa nyonya!"

"Enggak! Saya masih kuat kok! Bisa bawa sendiri barang saya! Ohh iya ehm... Itu.... "

"Kenapa nyonya? Apa nyonya butuh sesuatu?"

"Pemilik rumahnya dimana?"

"Ohh maksudnya tuan Satria? Tuan belum pulang nyonya! Mungkin sore baru tuan pulang! Tapi kata tuan tadi, kalau nyonya udah datang langsung masuk aja! Lagian kamarnya udah saya siapin kok!"

Mayang hanya mengangguk kecil, "ayo kita masuk nyonya!" Ajaknya sekali lagi.

Krekkk...

Pintunya terbuka lebar, Mata Mayang sekali lagi terbelalak, "wahh megahnya, emang yah kalau yang punya rumah itu seorang arsitek pasti rumahnya beda banget!" Ungkapnya dalam hati.

"Ehm... Kamar nyonya dan tuan ada disana ayo nyonya.... "

Langkah Mayang mengikuti langkah ART yang ada didepannya itu memuju sebuah kamar.

Saat ia masuk kekamar tersebut terlihat keadaan kamar sudah di dekorasi layaknya kamar hotel berbintang lima.

Bunga bertaburan berbentuk hati diatas kasur dengan 2 handuk yang sudah di bentuk menyerupai angsa berciuman diatasnya.

"Saya mau keluar dulu ya nyonya, Nyonya bisa istirahat sekarang! Kalau butuh apa-apa nyonya bisa panggil saya! Ohh iya lupa, nyonya bisa panggil saya bibi Ris! Kalau nyonya udah manggil,10 detik kemudian pasti saya udah ada didepan mata nyonya!" Ucap bibi Risma dengan percaya diri.

"Iya! Makasih ya bi!"

Kini Mayang berjalan mengelilingi ranjang sembari melihat seisi kamar, berkali-kali ia takjub melihat desain kamar tersebut.

"Nggak ada sama sekali foto disini! Apa emang nggak ada atau di sembunyiin ya?" Tanyanya bergumam.

Merasa lelah setelah berjalan, Mayang lalu terduduk dipinggir ranjang hingga tak lama kemudian ia menjatuhkan dirinya diatas bunga mawar merah yang bertaburan itu lalu tertidur.

...***...

Krekkk...

Pintu terdengar terbuka dengan pelan, suara langkah kaki memasuki kamar, ternyata itu adalah Satria yang baru saja pulang dari kantornya.

Wajahnya begitu rupawan, alis tebal dengan senyumnya yang manis. Dia pria yang sudah berkepala tiga tapi masih terlihat muda, badannya sangat tegap dan tinggi, kulitnya juga bersih.

Dia tersenyum tipis melihat keadaan Mayang diatas ranjang, Satria kemudian menggeleng, "Dasar.... " Katanya.

Satria mengelus rambut Mayang dengan lembut, dia juga memperbaiki cara tidur istri mudanya itu sambil Menyelimutinya.

Cup... Dia juga meninggalkan sebuah kecupan didahi Mayang, hingga gadis itu menggeliat membuat Satria panik kemudian membatu beberapa saat di pinggir ranjang.

"Ohh ya ampun!" , Satria kira Mayang akan terbangun, kalau itu terjadi Satria tak tau harus berkata apa padanya.

Dengan pelan Satria pun keluar dari kamar, ia bahkan berjalan mengendap-endap, menutup kembali pintunya dengan sangat amat pelan hanya agar Mayang tak terbangun dari tidur lelapnya.

Sekitar 2 jam kemudian Mayang membuka matanya, dia masih tak percaya ia terbangun di tempat yang begitu asing baginya.

Ia termenung sebentar menatap langit-langit kamar, "Kok bisa ya aku mimpiin pak Satria tadi pulang terus ngelus-ngelus kepala aku? Apa karena aku tidur diranjangnya?"

Ternyata Mayang mengira itu hanya sebuah mimpi.

Dia terus memikirkannya, "Tapi kok rasanya nyata sih? Atau pak Satria tadi emang ada disini?"

Tok... Tok... Tok....

Suara ketukan pintu menyadarkannya segera Mayang berjalan membuka pintunya, "Oalah... Ternyata nyonya sudah bangun?! Saya kira nyonya masih tidur!" Rupanya itu bibi Risma dengan segelas susu ditangannya.

"Ada apa Ya bi...?"

"Ehm ini susu buat nyonya minum! Supaya nyonya sehat terus!"

"Makasih bi... Tapi saya nggak terlalu suka sama susu putih!"

"Tapi ini perintah dari tuan, nyonya! Katanya nyonya harus minum!"

"Ohh begitu ya!" Mayang mengambil segelas susu itu dari tangan bibi Risma, "nanti saya minum! Ohh ya bi... Saya mau tanya apa pak Satria tadi udah pulang?"

Bippp... Bippp....

Terdengar suara klakson mobil didepan rumah, bibi terlihat gelagapan, "ehm... Itu tuan udah pulang! Ayo kita keluar nyonya!"

"Eee... Iya, tunggu sebentar!"

Tak berselang lama mereka berdua keluar menyambut kedatangan Satria, Mayang berdiri didepan pintu.

Dia akhirnya melihat lagi wajah orang yang kemarin mempersuntingnya menjadi seorang istri, tanpa sadar Mayang tersenyum padanya.

Jantungnya berdebar saat langkah kaki Satria semakin mendekat, "Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus bersalaman dulu?" Mayang menjadi gugup sekarang, dia ingin menatapnya lagi tapi rasanya dia malu.

"Kenapa menunduk May?" Ucap Satria melihat istrinya tertunduk dihadapannya.

Bi Risma tertawa kecil melihat Mayang yang tersipu malu setelah ditanya kemudian dielus rambutnya.

Mayang menggelengkan kepala, "Nggak kenapa-napa pak!" Balasnya.

Kini giliran Satria yang tertawa, "Haha... Kamu ini, ayo masuk dulu!"

Tangan Satria melingkar di pinggang Mayang, sentuhan itu membuat mayang sedikit kaget, ingin menepis tapi sepertinya tak sopan karena Satria bukan lagi oranglain tapi sekarang sudah suaminya.

"Kenapa? Kamu nggak suka ya?" Tanya Satria berfikir jangan sampai istrinya itu tidak nyaman.

Mayang hanya menggelengkan kepalanya dengan tersenyum kikuk ia mulai pasrah, langkah kakinya dengan pelan diikuti oleh Satria, kedua tangannya bertaut didepan perut untuk menutupi rasa gugupnya.

Mayang beberapa kali melirik kesamping, dia. Sampai tersipu saat kembali melihat wajah suaminya.

BAB 02 : Fikiran Aneh

Sepasang pengantin baru itu kini duduk bersebelahan di tepi ranjang, suasana sepi diiringi rasa canggung yang rasanya tak nyaman.

"Ehm... Ehm... Apa pak Satria butuh handuk?"

Tanya Mayang mencoba membuka pembicaraan.

"Handuk? Untuk apa?"

"Bukannya pak Satria mau mandi dulu ya?"

"Kalau udah mandi, terus kita mau ngapain?"

Timpal Satria membuat Mayang tercengang, "Ehmm... Nggak tau!" Fikirannya berkata lain, dia sampai berfikiran kotor soal itu.

"Hehe... " Satria kembali tertawa, "Kenapa pak Satria ketawa? Apa ada yang lucu?" Mayang bertanya dengan wajah polosnya. "Enggak kok! Ohh iya jangan panggil pak Satria dong! Kan kita udah sah jadi suami istri, kalau panggil pak! Rasanya nggak enak di dengar! Ehm... Gimana kalau kamu panggilnya Mas aja! Atau enggak... Kamu bisa panggil sayang kan lebih enak didengarnya!" Tutur Satria.

"I... Iya, mas!" Ucap Mayang dengan kaku.

"Coba panggil sayangnya gimana?"

"Ii... Iya sayang.... " Kata Mayang lagi, dia seketika memalingkan wajahnya setelah mengatakan itu.

"Ehh.. Kenapa?"

Satria heran, lantas ia memegangi pipi Mayang, kedua pipinya benar-benar memerah dan sedikit panas, "Pufhh... Kamu malu ya?"

Mayang menggeleng kuat, "Enggak kok mas!"

"Masa sih? Kalau gitu coba lihat kemari, aku mau lihat wajah kamu!" Kata Satria.

Mayang menoleh, "Lohh kok merem? Buka matamu terus tatap aku!" Pinta Satria yang kemudian di turuti olehnya.

Seketika Mayang membuka matanya lebar-lebar hingga Satria sedikit terkejut karena Mayang yang melotot.

Tapi kemudian Rambut Mayang di elus lagi, "kalau didepan aku nggak usah malu sayang! Kita udah jadi suami istri, asal kamu tau aku jatuh cinta sama kamu itu karena kepolosan kamu, nggak ada yang lain!"

Rasanya mayang ingin meneteskan air mata setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Satria.

"Itu mas! Sebenarnya aku itu nggak bisa tatap mata orang kalau lagi bicara, kayak nggak bisa aja gitu!"

"Emang ada ya orang kayak gitu?"

"He'em... Aku!" Dengan begitu cepat Mayang menjawab.

"Pufh... Iya deh iya! Ehm... Gimana kalau sekarang kita mandi! Aku gerah banget ini!"

"Ha? Kita?" Mayang melongo tak paham.

"Iyaaaa.... "

Fikiran Mayang berubah kotor lagi, "Maksudnya mandi berdua gitu? Di dalam kamar mandi?? Ya ampun! Enggak-enggak aku belum siap!" Mayang serasa ingin menjerit dalam hati.

Melihat istirahat terdiam dengan menggelengkan kepala, Satria heran lantas bertanya, "Kenapa? Kamu nggak mau mandi? Emang kamu bisa tidur biar nggak mandi dulu?"

"Aku... Aku mauu kok mass!" Ucapnya dengan malu-malu, apapun yang suaminya minta ia sudah pasrah sekarang.

"Ya udah! Kamu mau mandi duluan atau aku.... "

"Ha?" Lagi-lagi Mayang tercengang, "maksudnya bukan mandi berdua ya mas?" Katanya ceplas-ceplos.

Satria tertawa terbahak-bahak, "Haha... Ya Ampun May, kamu ini ada-ada aja! Jadi dari tadi kamu kira kita mau mandi bareng? Emangnya kamu mau? Lagian aku emang butuh di sabunin sih! Yokk gasslah kalau gitu!" Kata Satria menggodanya.

Seketika Mayang berdiri tegap, "ehm... Mas duluan aja kalau gitu! Aku... Aku mau... Ehm... Mau minum!"

Dengan secepat kilat dia keluar dari kamar, bersandar sebentar dibalik pintu sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.

"Aku kenapa sih? Kok aneh banget tiba-tiba mikirnya sampai kesana! Kan jadi malu... Nanti mas Satria mikirnya aku perempuan yang mes*m lagi! Arghh.... " Gumamnya.

"Nyonya?!" Bibi Ris datang, "nyonya kenapa?" Tanyanya.

"Aku nggakpapa kok bi... Bibi udah buat makan malam belum?" Timpal Mayang.

"Saya masih sementara masak nyonya!" Jawabnya.

"Ohh yaudah! Saya mau bantu bibi!"

Mayang bergegas menuju dapur, langkahnya begitu cepat bahkan melampaui bi Risma.

Sampai di dapur, bi Risma menatap Mayang dengan tatapan ragu. "Emangnya nyonya bisa masak?"

Mayang tersenyum tipis, "Saya kalau di rumah udah kayak chef bi... Karena biasanya mama saya sakit jadi saya yg selalu masak!"

"Ohh mungkin gara-gara itu tuan suka sama nyonya!"

Mayang yang semula memotong sawi hijau seketika berhenti dan melirik bi Risma.

Menyadari tatapan itu Bi Risma langsung berkata, "Ma-maaf nyonya! Bukannya saya lancang, tapi jujur aja! Mantan istri tuan itu benar-benar nggak bisa masak! Taunya cuman belanja terus!"

Mayang terdiam, dia tak tau harus berkata apa lagi.

Tiba-tiba ia teringat tentang sesuatu, "ehm... Ohh iya bii... Katanya mas Satria punya anak tapi kok aku belum lihat ya? Apa anak mas Satria nggak tinggal disini?"

"Kalau soal itu.... "

"Bibi... Bibi.... " Terdengar Satria memanggil Bi Risma.

"Iya tuan! Tunggu sebentar, " Sahut bi Risma, "Saya mau kesana dulu ya Nya! Nyonya bisa duduk aja, nggak usah di lanjutin biar nanti saya aja yang lanjutin!"

"Ihh nggakpapa bi... Bibi pergi aja!" Ucapnya.

Bi risma pergi kearah kamar utama, sekitar 10 menit barulah ia kembali dengan wajah yang sedikit pucat.

Mayang menyadari itu tapi dia enggan untuk bertanya, wajah bi Risma juga terlihat begitu gelisah.

"Ada apa mas Satria panggil bibi?" Tanya dengan berat hati karena terlanjur penasaran.

Bi Risma tampak mulai berfikir, "Itu... Tuan tadi suruh saya nanya kenyonya! Katanya nyonya suka makan apa? Biar menu makanan malam ini saya masaknya makanan kesukaan nyonya!"

Mendengar itu mayang malah salah tingkah, "aku orangnya nggak pilih-pilih makanan kok bi... Jadi apapun masakan bibi pasti aku makan!" Ucap Mayang sambil tersenyum semringah.

"Syukur deh! Tapi Nyonya... Sebenarnya saya nggak enak dibantuin masak sama nyonya! Harusnya nyonya duduk aja tungguin saya selesai masak!"

"Nggakpapa bi.. Lagian aku juga nggak punya kesibukan lain!"

Bi Risma tersenyum padanya, dia tampak begitu senang, "makasih Nyonya!"

Mayang yang tengah mengupas kentang, seketika teringat kembali soal pertanyaan tadi yang belum sempat bi Risma jawab.

"Bi... Bibi belum jawab pertanyaan aku tadi loh! Anak mas Satria di mana? Mereka tinggal sama mamanya ya?"

"Yang saya tau si kembar tinggal sama nyonya besar! Kalau anak sulung tuan saya juga kurangtau nya! Tapi kayaknya ikut sama mamanya!" Ucap Bi Risma sambil berbisik-bisik.

"Apa anak-anaknya nggak pernah balik kesini bi?" Tanya Mayang lebih lanjut.

"Kalau itu....

"Ehm... Ehm.... "

Seketika keduanya terlonjak kaget saat mendengar suara itu, mereka berdua berbalik dan melihat sosok Satria tengah memandang keduanya dengan serius di kursi meja makan.

"Ehh sejak kapan mas Satria ada disitu?" Tanya Mayang.

"Sejak tadi! Kalian aja yang serius banget sampai aku datang aja kalian nggak sadar! Ohh iya! Lagian bicarain apa? Jangan-jangan lagi bicarain aku ya?" Terka Satria.

"Enggak kok mas! Aku sama Bi Risma lagu bicarain soal makanan, iya kan bi?"

"Ii... Iya tuan!" Jawab bi Risma dengan gagap sambil menundukkan sedikit pandangan.

Bi Risma tampak begitu takut dengan kedatangan Satria, bahkan tangannya yang memegang pisau pun gemetar.

Lagi-lagi Mayang menyadarinya, dia segera mengambil pisau itu dari tangan bi Risma.

"Bi Risma masak nasi aja! Biar saya yang masak sayurnya!" Kata Mayang yang langsung di anggukan olehnya.

BAB 03 : Bathub

Tatapan Satria masih sangat serius memandangi punggung Mayang yang tengah memasak sayur membelakanginya.

"Kamu mau masak apa sih? Kenapa nggak bi Risma aja yang masak sayang?"

"Aku nggak suka kalau nggak ngapa-ngapain mas, tanganku udah kayak gatal terus nggak bisa diam!"

"Terus gimana kalau nanti tangan kamu lecet?!"

"Aghhh... ugh... " Tiba-tiba Mayang merintih memegang jari telunjuknya.

"Lohh kamu kenapa?" Satria panik, lantas ia berdiri disamping mayang, ia melihat darah menetes dari ujung jari telunjuknya.

"Ke iris pisau mas heheh!"

Tatapan satria berubah tajam padanya, "masih bisa nyengir ya kamu! Baru juga tadi aku ngomong! Sudah... Ayo kita kekamar buat obatin luka kamu!" Ucapnya sambil memegangi jari Mayang.

"Ehh lukanya nggak parah kok mas! Nanti juga bakal sembuh sendiri!"

"Kalau aku bilang ayo... Ya ayo... Nggak usah banyak alasan lagi!"

Pergelangan tangannya di pegang lalu di tarik menuju kamar.

Mayang pasrah, dia ikuti langkah suaminya agak seirama.

Brak!

Bram menutup pintu lalu menguncinya, "duduk disana! Biar aku cari kotak obatnya dulu!" Suruhnya.

"Mas ini nggak terlalu parah kok!"

"Aku bilang duduk May!" Kata Satria dengan suara yang sedikit menekan.

Mayang menghela nafas kemudian duduk di salah satu sofa, yah... Kamar mereka begitu luas bahkan satu set sofa pun muat di dalamnya.

Dengan tenang ia menunggu suaminya mencari kotak obat itu disetiap laci yang ada di kamarnya.

Setelah beberapa menit akhirnya Ketemu, segeralah Satria menghampiri Mayang dengan kotak obat ditangannya.

"Jarimu masih sakit nggak?"

"Udah enggak mas! Lagian nggak terlalu parah kan?!"

"Lebih baik mencegah daripada mengobati, nanti kalau infeksi gimana?"

Sikap Satria memang berlebihan tapi Mayang suka, itu tandanya Satria Khawatir padanya.

Mayang senyum-senyum sendiri melihat bagaimana suaminya itu perhatian padanya.

"Udah! Kamu nggak usah kedapur lagi, biar bi Risma aja yang atur semuanya, bi Risma itu udah aku gaji buat masak!"

"Tapi aku nggak suka diam doang dikamar, kayak boring gitu mas!"

"Kamu bisa nonton tv atau apapun itu, yang penting nggak usah kerjain pekerjaan rumah! kamu itu sekarang istri aku sayang! Aku nikahin kamu bukan untuk melakukan pekerjaan itu!"

Mayang mendengus, "ya udah, aku mau mandi aja!"

"Eits... Tapi lukamu jangan sampai kena air!"

"Aku ini bukan anak kecil lagi loh mas! Duhh ya ampun!"

"Kirain kamu lupa sayang!" Kata Satria.

Mayang mengorek isi kopernya, mengeluarkan handuk dan juga satu set piyama.

"Kok bawa handuk? Kayak lagi ngungsi aja! Di lemari sana ada banyak handuk, pakai aja! Mulai sekarang apapun yang ada di rumah ini kamu bisa pakai!" Ucap Satria dengan tegas.

"Iya mas!"

Mayang memasukkan kembali handuknya kedalam koper, lantas Satria berkata, "Ngapain bawa baju masuk ke dalam kamar mandi?"

"Ehh itu mas! Rencana kalau udah selesau mandi aku langsung pake aja!"

"Ya ampun sayang! Nggak usah lah, bawa handuk aja! Kan nanti kamu bisa pakai di sini!" Ucap Satria dengan lembut.

"Tapi aku.... "

"Malu lagi? Atau nggak nyaman karena ada aku?" Sekanya, "Kan aku udah bilang nggak usah malu sama aku! Kita udah jadi pasangan suami istri" Katanya.

"Maaf mas!"

"Lain kali nggak usah kayak gitu ya!"

"Iya mas!"

Mayang lalu masuk kedalam kamar mandi, rupanya air dalam bathub sudah disiapkan, mungkin saja tadi disiapkan oleh bi Risma fikir Mayang.

Ia membuka pakaiannya, kemudian berendam didalam sana, rasanya ahh... Luar biasa.

Sambil menikmati hangatnya air yang merendam tubuhnya, Mayang sempat berfikir bagaimana dia tak malu kalau laki-laki yang sekarang berstatus suaminya adalah orang yang baru beberapa kali ia lihat.

Ia juga sama sekali tak pernah membayangkan bahwa dirinya akan di nikahi oleh seorang pengusaha kaya raya.

Tokk... Tok... Tok....

Mayang yang awalnya memejamkan mata, seketika melotot ke arah pintu kamar mandi,

"Sayang... Didalam ada jam tangan nggak?" Suara Satria terdengar di balik pintu kamar mandi.

"Jam tangan? Nggak ada mas!" Balas Mayang setelah matanya mengeliling mencari jam tangan tesebut.

"Masa sih? Ya udah aku masuk yahh.... "

"Ha? Ehh tungg.... "

Clekkk....

Belum sempat ia meneruskan ucapannya, pintu tersebut sudah terbuka lebar.

Mata Satria tertuju pada mayang yang berendam di dalam bathub, tatapannya begitu serius hingga Mayang harus menenggelamkan seluruh tubuhnya sampai hanya kepalanya yang terlihat.

"Maaf! Aku kira kamu mengunci pintunya!"

Mayang menggeleng pelan, "aku lupa mas!"

"Lain kali kamu harus ingat soal itu! Jangan sampai ada oranglain yang melihat kamu dengan keadaan begini selain aku!"

Kali ini ia mengangguk. Satria lantas memalingkan wajahnya sambil berdehem, "ehem... Dimana aku simpan jam tangan itu ya?" Ia bergumam sendiri sembari mengalihkan fikirannya yang tak karuan.

Setelah mencari beberapa menit, Satria tak juga mendapat jam taa mandinya!"

Dia langsung keluar tanpa mendengar respon Mayang yang wajahnya kini merona karena ulah Satria yang langsung masuk begitu saja.

Mayang memegangi kedua pipinya, "kok panas ya? Apa karena airnya? Tapi nggak mungkinlah....".

Dia lalu terdiam, "mas Satria kenapa harus masuk sih? Kan aku malu.... " Gumamnya.

Tok... Tok... Tok....

Pintu kamar mandi di ketuk lagi, dengan cepat Mayang menyilangkan kedua tangannya didepan dada, dia kira Satria mau masuk lagi.

"Iya... Ada apa lagi mas?"

"Ehm... Itu, kamu jangan lama-lama mandinya, bi Risma udah selesai masak! Biar kita bisa makan bersama sebentar!" Teriak satria didepan pintu.

"Ohh iya mas! Aku udah mau selesai!"

...***...

Makanan sudah tertata dengan rapi diatas meja makan, Mayang menatap bi Risma yang tampak kelelahan, "Maaf ya Bi... Tadi aku nggak bisa bantu masak!" Ucapnya dengan wajah memelas.

"Ngakpapa nyonya! Ini sudah tugas saya kok!" Balas bi Risma.

"Sudah! Kamu duduk dulu!" Seka Satria.

Mayang lantas duduk di kursi paling ujung yang jauh dari suaminya.

"Kenapa duduk disitu? Sini duduk disamping aku!" Titahnya.

"Aku disini aja mas!" Kata Mayang dengan perasaan tak nyaman.

"Mau jaga jarak ya sama aku?"

"Ehhh nggak kok mas!" Katanya sambil mengibaskan kedua tangan.

"Ya udah sini!"

Mayang hendak pindah, seketika satria berdiri menarik kursi tepat di samping kursinya agar Mayang duduk.

"Makasih mas" Ucapnya.

Bi Risma yang masih berdiri di samping meja makan menatap keduanya sambil tersenyum tipis, "Ehh itu tuan, nyonya! Saya mau permisi kebelakang dulu!"

"Ya sudah" Balas Satria dengan dingin.

Kini hanya mereka berdua sekarang, Satria memandangi Mayang dengan seksama sambil memberinya senyuman penuh arti, "a-ada apa mas? Kok liatin aku terus? Apa ada sesuatu di muka aku?"

"Enggak! Kamu kelihatan cantik udah mandi!"

Mendapat pujian itu dari suaminya membuat mayang seolah langsung melayang, jantungnya berdebar.

Ini pertama kalinya ia mendengar sebuah pujian dari seorang laki-laki. Memang sebelumnya mayang sempat memiliki pacar, tapi hampir 2 tahun pacaran mereka putus setelah mayang tau kalau ia di selingkuhi, bahkan pacar sebelumnya sangat kasar padanya.

Dari mantan pacarnya itu mayang jadi takut untuk pacaran lagi hingga ia dipinang oleh Satria barulah ia merasakan rasanya di perhatikan oleh pasangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!