PENGHIANATAN
Bruhgg! “Awww!” pekik suara seorang wanita yang baru saja terdorong cukup kuat hingga punggungnya terbentur ke tembok bata. Wanita cantik bermata hazel itu menatap tajam usai dirinya didorong dengan kasar oleh dua orang pria berbadan besar bak raksasa.
“BAYAR HUTANGMU!!” sentak salah satu pria tadi dengan garangnya.
“HUTANG APA??? Dengar ya, seumur hidupku, aku tidak pernah berhutang uang kepada siapapun.” Balas wanita pemberani itu menegakkan kembali tubuhnya.
Tentu saja kedua pria tadi tidak percaya dengan ucapannya. “Kau ingin membodohi kami?” balas pria satunya lagi.
“Namamu Irie Bliss bukan? Lihat ini.” Pria berkaos merah dengan kalung rantai, menunjukkan sebuah bukti berupa kertas dengan tanda tangan beserta kartu nama dan materai. Wanita bernama lengkap Irie Bliss (21) itu sangat terkejut dan langsung meraih kertas tersebut, mengamatinya lebih detail dengan mata terbelalak.
“Bagaimana bisa namaku— ” Irie mulai tersadar dan menatap ke arah dua pria yang masih stand di sana.
“Siapa yang mengambil uangnya? Katakan!” napas Irie sangat memburu, dia benar-benar tidak tahu kalau seseorang menggunakan namanya untuk berhutang. Irie sangat ingat betul bagaimana ayahnya sangat melarang dirinya berhutang.
“Dua orang datang dan berhutang kepada bos kami atas nama Irie Bliss.”
“Dua orang??” tangan Irie meremas kuat kertas yang masih dia pegang hingga kusut. Betapa marahnya dia ketika mengetahui siapa dua orang yang disebutkan ciri-cirinya oleh kedua pria debkolektor tadi.
.
.
.
Sebuah pintu kamar di dobrak kasar oleh Irie yang merupakan pemilik rumah yang saat ini dia tempati dengan ibu tirinya bernama Jillian Sage (43) setelah ayah kandungnya wafat.
BRUAKK!! Betapa terkejutnya sepasang mata hazel saat melihat pemandangan di depan matanya. Dua orang berbeda gender tengah saling bercumbu mesra di atas ranjang. Dan yang paling membuat Irie merasa marah dan merasa di khianati adalah, mereka rupanya ibu dan kekasihnya sendiri, Ken Lund (22).
“Ibu!”
Jillian dan Ken sama terkejutnya dan terpaku dalam posisi yang menjijikan, dimana Ken menindihi tubuh Jillian sehabis mereka berciuman dan hendak membuka pakaiannya.
“KELUAR!!” teriak Irie yang naik pitam melihat adegan tersebut. Hatinya teriris melihat Ken dengan teganya malah berselingkuh dengan ibu tirinya. Sudah 6 bulan Irie dan Ken menjalin hubungan kekasih, dan kini pria berambut pirang cepak itu malah mengkhianati nya.
Jillian dan Ken segera keluar dari kamar, menghadapi Irie dengan saling bergandengan tangan. “Sejak kapan Ken?” sebisa mungkin Irie menahan air matanya sendiri agar tidak terlihat lemah walaupun hatinya sangat terluka dengan fakta yang baru saja dia terima.
“Seperti yang kau lihat. Aku dan Jillian sudah menjalin hubungan yang spesial.” Jelas Ken tanpa bersalah dan tanpa malu.
“Sudah berapa lama?”
“Dua bulan.” Jawab Jillian dengan sombongnya sama seperti Ken yang tak punya malu. Air mata Irie sudah terkumpul di balik kelopak matanya. 2 bulan, itu adalah 2 bulan dimana Irie masih menjalin hubungan dengan Ken kekasihnya.
Tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa? Tubuh Irie rasanya lemas setelah mengetahui kebenarannya. Dia tidak menyangka dan tidak pernah berpikir bahwa ibunya akan menjalin hubungan gelap dengan kekasihnya. Jika itu bukan Ken, Irie masih memaklumi hubungan asmara ibunya, tapi—
Ken terseringai licik ketika melihat kebungkaman wanita yang lebih muda dari Jillian itu dengan tatapan sedih bercampur kecewa.
“Itu yang aku rasakan ketika kau selalu menolak berhubungan seks denganku Irie.” Suara Ken membuat wanita berambut cokelat bergelombang setengah punggung itu menatapnya remang.
“Bagaimana hubungan bisa berjalan lancar tanpa seks. Yang benar saja!” Plakk! Irie menampar keras pipi Ken dengan kekuatan amarahnya. Memang benar, selama hubungan, Irie selalu menolak di ajak berhubungan intim seperti sepasang kekasih lainnya. Dan itulah hal pertama yang membuat Ken tidak betah dengan Irie.
“Pria pedofil seperti mu pantas mendapat tamparan keras.”
“Irie! Beraninya kamu mengangkat tanganmu pada Ken.” Sentak tak terima Jillian.
“Iya aku berani. Lalu bagaimana dengan perbuatan kalian hah? Untuk apa kalian berhutang atas namaku tanpa seizin ku, lalu bercumbu di kamarku. Katakan Bu!”
Jillian berpaling sejenak, melipat kedua tangannya di depan perut seraya tersenyum miring. “Tentu saja untuk acara pernikahan kami!” ketus wanita paruh baya itu. Irie mengerutkan keningnya dan tidak habis pikir dengan ucapan ibunya tadi soal pernikahan.
“Pernikahan?!” rasanya Irie ingin sekali tertawa lepas sambil menangis dan berteriak.
“Keluar.” Lanjut Irie tanpa belas kasih ketika dia sudah tidak kuat lagi melihat kehadiran dua orang bajingan di rumahnya, dia ingin menangis, bukan menangisi Ken, Irie lebih menangisi kebodohannya yang sangat bodoh karena terlalu percaya dengan kekasihnya.
Ken dan Jillian terkejut mendengar pengusiran lembut barusan, seakan tak terima dengan keputusan Irie.
“AKU BILANG KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG JUGA— ” Plakk!! Sebuah tamparan yang Jillian berikan tak kalah kerasnya dengan tamparan Irie ke pipi Ken.
Kepala Irie sampai menoleh ke kanan sembari memegangi rasa panas serta nyeri di bekas tamparan dari sang ibu. Air mata seketika langsung menetes membasahi pipi wanita malang itu.
“Jaga mulutmu Irie. Rumah mu? Aku masih ibumu, dan ayahmu belum bercerai denganku sampai dia mati. Kau bilang ini rumahmu... ” Jillian berjalan perlahan mendekati Irie yang masih menatap lantai. Pipinya menjalar merah akibat tamparan tadi.
“Ini rumahku juga. Dan akulah yang lebih berhak atas semua yang ayahmu miliki termasuk rumah ini.” Tegas Jillian sambil matanya melebar ketika dia menatap putri tirinya.
Kali ini rasa sakit di hati Irie benar-benar berasa ketika air matanya tak mau berhenti. Dadanya terasa sesak penuh dengan kelelahan dan kekecewaan. Selama ini dia selalu menghormati Jillian sebagai ibu sambungnya karena ayahnya begitu mencintai wanita itu sesudah ibunya wafat beberapa tahun lamanya.
“Dan kau tahu Irie...” Jillian mendekat ke telinga kiri wanita yang masih terpaku dan hanya bisa menangis. Sedangkan Ken malah menikmatinya seperti penonton bodoh.
“Ayahmu meninggal karena dia memergokiku bercinta dengan pria lain.” Kedua mata Irie langsung melebar, kedua tangannya terkepal kuat. Itu artinya, kematian sang ayah bukan karena serangan jantung mendadak, melainkan karena perbuatan Jillian yang keterlaluan hingga membuat ayahnya terkena serangan panik juga jantung.
Jillian mundur dua langkah hingga kembali di samping Ken sambil merangkul lengan pria itu dengan mesranya.
“Sekarang apa yang bisa kau lakukan? Pergi dari rumahku dan bayar hutangmu itu.” Ucap Jillian berwatak angkuh.
Dua orang tadi tertawa girang melihat kemenangan mereka yang sudah terjadi. Sementara Irie sangat terpukul mengingat sang ayah yang malang.
“Kalian benar-benar....”
“KETERLALUAN!!” Irie menghantam kedua orang tadi dengan Sling bag nya tepat di kepala Ken dan Jillian, setelah itu dia berjalan pergi dari rumah peninggalan ayahnya itu karena dia tahu ibunya dan Ken akan mengejarnya dan membalasnya dengan memukul balik dirinya.
Irie berlari sejauh mungkin hingga dia masuk ke sebuah lorong dan mulai menangis terisak sembari menutupi mulutnya. “Hikss... ” Dia sangat lelah, setelah mendapat pemecatan dari pekerjaan, lalu dicegat oleh debkolektor, lalu melihat semua adegan dan kebenaran yang selama ini dia tidak ketahui. Rasanya sungguh mengiris hati.
Tanpa bisa Irie hentikan, dia membiarkan kesedihannya mengontrol dirinya sampai meredam sendiri.
.
.
.
Sepasang kaki Irie berjalan gontai di jalanan setapak. Langit malam menghiasi hari yang menyedihkan bagi wanita itu.
“Sekarang aku harus apa?” lirihnya sedih. Hanya dengan beberapa uang yang dia bawa di dompetnya. Bahkan dia tidak membawa pakaiannya karena terlalu malas dan kesal jika terus-terusan berada di satu ruangan dengan Jillian dan Ken.
Tiba-tiba saja sebuah kertas persegi panjang terbang dan mendarat tepat menutupi wajah Irie.
Dengan wajah yang ditekuk, wanita itu segera mengambilnya dan membaca kertas tersebut dengan seksama. Kedua mata Irie langsung terbuka lebar melihat tulisan yang tercantum besar.
(WIN A FREE AUDITION)
(MENANGKAN AUDISI GRATIS)
...°•°~°•°...
Hai guyss!!!!!! Cerita baru sudah update! Semoga kalian yang membacanya suka dan berbaik hati dengan memberi jejak semangatnya.
Thanks and See Ya ^\=^
AUDISI MENYANYI?
Vernandez Mansion
“Bagaimana Puput. Berapa banyak yang mengikuti audisinya?” tanya seorang nenek tua berpakaian rapi dan elegan dengan rambut hitam putihnya tergelung rapi. Wanita tua itu tengah duduk di sofa panjang bersama pembantu pribadinya bernama Puput. Jika kalian bertanya, mereka sedang melakukan apa? Jawabannya adalah— mencari dan mempersiapkan audisi yang wanita tua itu adakan.
“Sangat banyak Nyonya! Para wanita itu tidak sabar bertemu dengan tuan tampan!” seru wanita dengan badan berisi yang biasa di panggil Puput.
Jolie Vernandez (60), dia adalah seorang ibu dari seorang pengusaha terkenal se-Asia. Wanita tua itu kini tengah mencarikan seorang istri untuk putra semata wayangnya yang merupakan duda beranak 1.
Mendengar ucapan Puput tadi, Jolie sangat senang karena banyak sekali wanita yang mengantri untuk anaknya. Tapi bukan berarti Jolie memilih wanita sembarangan, dia ingin memilih seorang menantu yang pengertian, terutama kepada cucunya dan anaknya juga.
“Katakan kepada Fendy. Aku akan menyelesaikan audisinya hari ini juga. Jam 9 pendaftaran akan di tutup.” Jelas Jolie. Puput mengangguk dengan sangat mengerti.
Dari arah tangga, seorang pria bertubuh tinggi, gagah berotot, juga berpenampilan rapi layaknya seorang CEO. Seorang pria dewasa berkulit putih, pemilik Vernandez Corp juga Mansion mewah dengan nama marganya tercantum di depan gerbang Mansion.
Jolie yang melihat putranya baru saja menuruni tangga dengan terburu-buru. Senyuman yang awalnya terlukis di bibir sang wanita tua tadi, perlahan mulai memudar saat anaknya datang dengan wajah tegas dan dinginnya yang selalu pria itu tampakan.
Puput sendiri merasa takut jika tuan besarnya berdiri di dekatnya, seperti saat ini.
“Ibu masih melanjutkan audisinya?” suara berat dan tegas mulai terdengar. Bersikap seperti para orang tua, Jolie memasuki masa dimana dia tidak mau dilawan. Puput mulai gemetar mendengar teguran dari tuannya, meski pria itu tidak mengatakan kepadanya, tetap saja, Puput ada di sana juga membantu nyonya-nya.
“Iya. Dan hari ini, aku akan menyelesaikan audisinya secepat mungkin.” Tegas Jolie tanpa melihat ke arah putranya yang masih berdiri di samping dia duduk.
“Kenapa Bu? Aku sudah bilang, lupakan audisinya... ”
“Kau mau menunggunya lagi? Sampai kapan kau menunggu seseorang yang sudah meninggal?” kali ini Jolie menatap mata putranya yang terlihat marah namun masih bisa mengendalikannya ketika pria itu berhadapan dengan sang ibu.
Pria berkarisma, pemilik rahang tegas itu terdiam, namun keningnya masih berkerut kesah. Jolie mulai berdiri, menyentuh lembut lengan kekar putranya itu.
“Ini sudah lima tahun kau menunggu Saffron kembali. Apa kau sudah melihat tandanya? Tidak' kan.” Sudah berulang kali Jolie mencoba membujuk putranya agar mau menikah lagi setelah kecelakaan yang menimpa istrinya hingga dinyatakan hilang dan meninggal.
“Bagaimana jika dia kembali disaat aku sudah menikah?” pertanyaan yang cukup masuk akal, tetapi Jolie masih mencoba menyadarkan putranya lagi.
“Pikirkan kembali Arky. Putrimu juga butuh seorang ibu, sudah lima tahun dia hidup tanpa pendamping dari seorang ibu. Apa kau tahu itu?” tegas Jolie.
“Aku tahu, dan selama ini aku juga merawatnya.”
“Merawatnya? Kau selalu sibuk dan memprioritaskan pekerjaan mu itu hingga putrimu menjadi liar. Setidaknya pikirkan masa depan anakmu, jangan menjadi egois.” Kini suara Jolie meninggi jika harus menyangkut sang cucu satu-satunya, apalagi cucunya seorang wanita.
Pria bernama lengkap Arky Vernandez (38) itu langsung terbungkam tak bisa menjawab perkataan ibunya. Semua yang Jolie katakan benar. Selama ini Arky selalu menyibukkan dirinya sehingga dia tidak mempunyai waktu bersama dengan putrinya yang kini sudah berusia 19 tahun.
Hanya sebagai pendengar, Puput mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan perkataan nyonya-nya.
“Terserah Ibu.” Arky bergegas pergi dengan perasaan kurang nyaman. Dia tidak ingin menikah, tetapi ucapan ibunya yang menyangkut Alina sungguh membuat Arky menjadi melepaskan semuanya demi putri dan ibunya.
Melihat kepergian Arky begitu saja, Jolie hanya bisa menghela napas saja.
...***...
Semalaman Irie berteduh di sebuah cafe yang memang buka 24 jam, untungnya sang penjaga sama sekali tidak keberatan karena keadaan semakin sepi jika semakin malam hari. Kini setelah sang surya mulai timbul, Irie segera menelepon teman dekatnya dan menanyakan detail soal audisi yang ia temukan, mungkin saja temannya itu tahu— Secara, dia bekerja sebagai seorang kru.
.
.
.
“Ramai sekali. Di sini tidak tercantum audisi apa?” wanita cantik yang masih mengenakan pakaian yang sama itu menatap penuh curiga. Tetapi setelah melihat banyaknya para peserta yang berkumpul di lokasi, membuat Irie semakin bertekad ingin memenangkan audisi yang ia pikir itu adalah audisi menyanyi. Tanpa wanita itu sadari bahwa peserta di sana hanyalah para wanita saja.
Selang beberapa menit Irie mengantri pendaftaran, kini gilirannya untuk mendaftarkan diri.
“Siapa namamu?” tanya seorang pria bertopi yang merupakan kru dari audisi tersebut.
“Em... Bolehkah aku bertanya, ini audisi apa?” tanya Irie sebelum mendaftarkan diri. Suara ricuh di sana membuatnya harus mengeraskan sedikit suaranya agar lebih terdengar.
“Ini audisi— ” Derttt! Derttt!
“Tunggu sebentar, permisi!” potong Irie memilih mengangkat panggilan telepon dari temannya.
Sambil menyumpal telinga kirinya dengan jari telunjuknya, Irie mulai berbicara dengan temannya. [“Halo Emile! Bagaimana, kau sudah mencari tahunnya?”] betapa kerasnya suara Irie jika kericuhan menjadi hening.
[“Sudah. Dan aku rasa itu memang audisi menyanyi. Ada banyak sekali audisi yang diadakan di kota kita. Kau coba saja, tidak ada salahnya kan! ”] jelas teman wanita bernama Emile tersebut. Irie tersenyum lebar.
[“Jika itu bukan audisi menyanyi bagaimana? Bisa— ”]
“20 DETIK LAGI PENDAFTARAN DI TUTUP!” pemberitahuan yang sangat mengejutkan. Tanpa bla-bla-bla, Irie segera menghampiri kembali meja pendaftaran dan menulis namanya tanpa bertanya lagi. Sementara tangan kirinya sibuk memegang ponsel yang masih terhubung dengan temannya.
“Terima kasih!” ucap Irie kepada kru di sana seraya tersenyum lebar. Dia sangat tahu hadiah utama bagi para peserta lomba. Emile sudah pernah menceritakannya dan Irie rasa, dia bisa membayar setengah hutang ibu dan Ken dari hasil hadiah tersebut, jika menang.
Sambil menunggu pemberitahuan selanjutnya mengenai audisi tersebut. Irie memilih menghabiskan waktunya dengan mengobrol bersama Emile lewat ponsel. Wanita itu menceritakan kelakuan Ken namun dia masih menutupi kebusukan ibunya, bagaimana pun Jillian sudah mau merawatnya sejak dia berusia 14 tahun.
.
.
.
Setelah menunggu begitu lama, akhirnya para peserta dipersilahkan masuk ke dalam gedung. Mereka begitu banyak, mungkin ada 50 lebih single ladies di sana termasuk Irie.
Satu persatu dari para wanita tadi diperiksa seperti memutar tubuh wanita tersebut dan memperhatikan dari bawah ke atas lalu memperhatikan setiap inci wajahnya. Irie sangat merasa aneh melihatinya, tapi dia mencoba berfikir positif.
-‘Yang benar saja. Apa mereka dikeluarkan?’ batin seorang wanita bermata hazel itu masih kebingungan di dalam sana. Apalagi ketika melihat para wanita yang sesudah di periksa tadi, ada yang di keluarkan dan ada yang di pilih.
Salah seorang dari kru di sana juga mulai memeriksa Irie yang masih kebingungan dan hanya bisa mengikuti arahan di sana. Sama seperti wanita lainnya, dia juga di periksa secara detail, dari atas ke bawah serta wajahnya yang nampak berantakan juga di amati dengan saksama.
Beberapa menit usai memilih para wanita yang layak ke babak selanjutnya, Irie tak menyangka bahwa dia juga terpilih.
“Baik. Kami sudah memilih para peserta yang layak masuk ke final. Sebentar lagi Nyonya Jolie Vernandez akan segera datang.” Ucap seorang kru wanita bertopi sama seperti temannya yang lainnya.
Irie semakin kebingungan, berbeda dengan para wanita lainnya yang terlihat begitu kegirangan dan tak sabaran.
“Em.. Permisi— ”
Hendak bertanya, para wanita di sana malah mengabaikannya begitu saja. Tiba-tiba suara tepuk tangan mulai terdengar ricuh di satu ruangan tersebut, Irie melihat sosok wanita tua baru saja masuk ke dalam ruangan seraya tersenyum.
Karena peserta menjadi sedikit akibat pemilihan masal tadi. Irie jadi lebih tenang karena antrian tidak begitu banyak.
“Positif saja Irie.. Mungkin ini pemilihan final untuk ikut lomba menyanyi!” gumam wanita lugu itu seraya tersenyum lebar menikmatinya.
Kali ini para wanita berbaris seperti kereta api dan di ujungnya terdapat meja dan juga wanita tua yang nampak seperti orang kaya. Mengingat nama marga Vernandez, sepertinya Irie pernah mendengarnya, tapi dia lupa dan enggan memikirkannya lebih dalam.
“Berapa ukuran payudara mu?”
“E cup!” jawab suara seksi.
“Apa kewajiban seorang istri?”
“Menghabiskan uang suami!!!!” jawab kegirangan wanita bertubuh gemuk.
“Bagaimana sudut pandang mu tentang seorang duda?”
“Tampan dan kaya!”
Jolie tak habis pikir, para peserta wanita yang dia tanyai begitu terbuka, dan perilakunya sangatlah diluar apa yang dia inginkan. Sudah separuh wanita yang dia wawancarai.
“Apa yang akan kamu lakukan jika putri tirimu sangat nakal dan liar?”
Irie melirik ke kanan dan kiri dengan wajah kebingungan. Dia tidak tahu apa maksud dari pertanyaan itu? Bibirnya hanya bisa tersenyum remang menatap wanita tua di depannya yang nampak lelah.
“Aku... Aku akan mencoba mendekatkan diri kepadanya!” jawab Irie pelan.
Seketika rasa lelah Jolie menjadi rasa penasaran ketika mendengar jawaban pertama yang masuk di akal. Tak seperti jawaban lainnya.
“Bagaimana jika dia masih tidak menerimamu?”
“Aku akan terus mencobanya karena dia sudah menjadi putriku.” Mendengar jawaban Irie, Jolie pun tersenyum tipis seraya mengangguk.
Irie yang melihat wanita tua di depannya tadi menoleh ke para kru di sana lalu kembali menatapnya dengan senyuman lebar sungguh membuat hati Irie berdegup kencang karena merasa bahwa dia akan memenangkan babak ini dan masuk ke lomba menyanyi.
“Selamat! Aku memilihmu sebagai menantuku!”
“APA????”
MENERIMA LAMARANNYA
Irie benar-benar terkejut hampir mati mendengar kata menantu tiba-tiba, di tengah audisi. Sementara Jolie dan kru lainnya tersenyum, berbeda dengan Irie yang masih syok, lugu dan tak tahu apa yang terjadi disekitarnya.
“BAIK!!! KALIAN SEMUA BOLEH PERGI. TERIMA KASIH SUDAH MENGIKUTI AUDISI MENCARI MENANTU!” teriak salah satu kru pria dengan sebuah mikrofon. Irie bertambah kaget. -‘Audisi... Audisi mencari menantu?’ kepalanya terasa pusing, tubuhnya serasa ringan dan ingin pingsan.
“Nak, kau baik-baik saja?” tanya Jolie menyadarkan kembali Irie yan hampir saja pingsan.
Wanita itu mengusap keringatnya sendiri, sambil mengangguk kikuk. “Ya. Aku baik-baik saja.”
Jolie kembali tersenyum lebar mengetahui calon menantunya baik-baik saja. Ia mulai berdiri dari duduknya, membalik badannya dan mengerahkan para kru nya. “Baik. Sekarang kita mulai persiapan pernikahannya, dan iya... Jangan lupa beritahu Arky— ”
“Tunggu nyonya.”
Jolie berbalik, senyumannya hilang ketika dia melihat wajah kebingungan Irie. Sedangkan wanita muda yang hendak di jadikan menantu itu meremas tali tasnya.
“Aku— aku minta maaf Nyonya. Aku tidak mau menikah. Aku pikir ini audisi menyanyi itu sebabnya aku ikut, aku tidak tahu kalau ini audisi mencari menantu.” Jelas Irie baik-baik. Dia sangat merasa sungkan jika harus mengatakan apalagi menolak ketika dia sudah memenangkan nya.
Mendengar penolakan Irie, Jolie merasa sedih dan hilang harapan. Dia sangat suka dengan jawaban Irie, tapi kenapa wanita itu menolaknya.
“Tapi kenapa? Tidak masalah jika kau baru mengetahuinya, tapi... Apa kau tidak mau menikah dengan putraku?”
“Aku belum siap menikah. Aku juga tidak mengenal putra Anda. Aku mengikuti audisi karena aku sangat berharap memenangkan lomba menyanyi, aku sangat membutuhkan hadiahnya.” Sekali lagi Irie menjelaskannya dengan terus terang. Jolie menatapnya sendu begitu juga para kru di sana yang terdiam.
“Maaf, aku harus pergi.” Lanjut Irie dengan perasaan kecewa karena dia sudah salah masuk audisi, kini dia harus membayar hutang-hutangnya bagaimana? Orang-orang debkolektor itu hanya memberikan waktu seminggu, sedangkan mencari pekerjaan sangatlah sulit.
Wanita tua bernama Jolie itu juga merasa sedih karena gagal mencarikan seorang istri untuk anaknya dan ibu untuk cucunya.
“Tunggu.” Panggil Jolie tiba-tiba.
langkah Irie berhenti ketika mendengar panggilan untuknya. Dia menoleh dan melihat wanita tua tadi berjalan menghampirinya dengan senyuman kecil.
“Kau butuh uang kan? Aku akan memberimu uang— ”
“Itu tidak perlu, aku tidak mau— ”
“Anggap saja itu hadiahmu karena memenangkan audisi ini! Tapi sebagai gantinya, menikahlah dengan putraku.” Entah apa yang ada di dalam pikiran Jolie sehingga dia sangat menginginkan Irie menjadi menantunya.
Irie menatap bingung. “Tapi aku— ”
“Aku mohon. Cucuku membutuhkan seorang ibu, lupakan ayahnya. Aku hanya mengkhawatirkan keadaan cucuku saja. Sudah lima tahun dia tumbuh tanpa seorang ibu, putraku terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai dia tidak begitu memperhatikan anaknya.” Dengan harapan yang besar, Jolie sangat berharap Irie menerimanya.
Setelah mendengar cerita singkat itu, Irie semakin bertambah bingung. Menikah belum tentu menjamin kehidupannya, apakah hutangnya itu akan lunas? Dan apakah dia bisa menjadi seorang ibu dan istri sekaligus? Mengingat umurnya masih di bilang muda. Sedangkan pria yang akan menikah dengannya adalah seorang duda.
Jolie meraih tangan kanan Irie, mendekapnya dengan kedua tangannya serta menatap lekat sepasang manik hazel.
“Setelah mendengar jawaban mu, aku merasa kau mungkin bisa menjadi ibu yang baik. Kita memang tidak saling kenal, tapi aku tahu kau wanita yang baik.” Kata Jolie. Irie hanya diam menatap wajah wanita yang lebih tua darinya.
Mengingat pengkhianatan yang Ken dan ibunya lakukan sungguh membuat hati Irie kembali merasa sakit. Ibunya mengusir dia dari rumahnya sendiri, lalu hutang? Hffuuu, jangan tanyakan hutang Irie sangat kebingungan dalam satu malam karena ulah ibu dan mantan kekasihnya itu.
Dalam hal seperti ini, bukankah sebaiknya ambil keuntungan juga. Irie belum siap menikah, tapi... Jika menikahi putra nyonya Jolie bisa melunasi hutang-hutangnya maka....
“Aku menerimanya!” balas Irie dengan senyuman tipis.
Para kru dan juga Jolie langsung tersenyum sumringah mendengar jawaban persetujuan Irie. “Tapi aku tidak bisa pastikan, apakah aku bisa menjadi ibu yang baik.”
“Aku mengerti. Terima kasih banyak!”
...***...
Vernandez Corp
Di sebuah ruangan pribadi yang cukup luas dan bersih. Terdapat tulisan nama di atas meja, nama sang pemilik perusahaan tersebut. Arky Vernandez.
Arky yang saat ini duduk di kursi kerjanya, tengah sibuk mengisi semua dokumen-dokumen pekerjaan yang harus dia selesaikan hari ini juga. Ketampanannya tak ada tandingan, meski dia sudah berumur 38, pria itu masih terlihat segar dan bugar. Tak heran jika para karyawan perempuan di sana betah begadang di kantor hanya demi melihat sang bos yang selalu pulang malam.
Penampilan Arky yang sangat cool, tegas dan dingin sungguh menggugah selera para kaum hawa.
Tok! Tok! Tok!
“Masuk.”
Seorang pria lainnya yang lebih muda dari Arky, masuk dengan membawa sebuah dokumen baru untuk sang bos.
Arky menatap asistennya itu dengan berkerut alis. “Dokumen baru?” tebak Arky.
Pria berkulit cokelat yang tak kalah manisnya seperti gula itu meletakkan dokumen yang ia bawa ke atas meja bos nya.
“Benar Tuan. Eliya bilang, masih ada dokumen lainnya yang akan menyusul!” jelas pria bernama Bio.
Sudah terbiasa dengan banyaknya pekerjaan, Arky sama sekali tidak pernah mengeluh atas pekerjaan yang menimpanya. Sudah kewajibannya sebagai seorang pemimpin perusahaan, dia harus sanggup.
Tak berselang lama, seorang wanita masuk dengan tangan kosong. Wanita itu bukanlah karyawan dari perusahaan Vernandez, lebih tepatnya, wanita itu adalah seorang kru yang diperintahkan Jolie untuk datang memberi kabar kepada Arky.
“Selamat siang Tuan Arky! Nyonya Jolie menyampaikan pesan, Anda harus pulang lebih awal karena calon istri Anda sudah ditemukan.” Kata wanita bertopi merah itu menatap lurus dan tegak.
Arky langsung melepas kacamata kerjanya, memijit keningnya yang langsung pusing setelah mengetahui ibunya sudah mendapatkan calon istri untuknya. Pria yang masih duduk di kursi itu meletakkan pena nya di atas meja.
“Katakan kepada ibuku. Aku akan usahakan.” Pinta Arky yang rupanya sudah pasrah.
Kru wanita tadi hendak melangkah pergi namun Arky memanggilnya kembali.
“Siapa nama wanita itu?” tanya Arky.
“Siapa? Calon istri Anda?”
“Em.. I-iya. Siapa namanya?”
“Irie Bliss!” Nama yang asing di telinga Arky. Namun pria itu masih mencoba positif akan wanita yang menjadi istrinya nanti.
“Kau boleh pergi.” Setelah kepergian kru tadi. Arky terdiam beberapa detik sambil mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan hari telunjuknya.
“Cari tahu identitas Irie Bliss. Aku butuh setelah makan siang.” Pinta Arky kepada asistennya. Bio mengangguk dan segera bergegas mencari informasi tentang wanita yang baru saja bosnya sebut.
Kini ruangan menjadi hening. Arky memutar kursi duduknya dan menatap dinding tembus pandang yang ada di belakangnya. Pria itu berdiri, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana sambil memandangi keadaan di luar sana yang begitu ricuh.
“Menikah.” Gumamnya pelan.
Kematian istrinya sangat membuat hati Arky terpukul. Sudah 5 tahun dia mencoba menunggunya, tapi tidak menemukan adanya tanda-tanda istrinya akan baik-baik saja setelah pesawat yang dia naiki jatuh.
Kini dia akan menikah lagi. Dengan wanita asing yang bahkan dia tidak tahu apakah wanita itu baik untuknya dan untuk putrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!