3 tahun kemudian
"Tata Ulaaaaaa....." teriak seorang bocah berusia 3 tahun seraya berlari, bocah yang tadinya tengah bermain tanah dengan Senja pun langsung berhenti. Lebih tepatnya, mengganggu Senja yang sedang menanam sayuran.
"Jangan lari-lari sayang, nanti jatuh. HUP" ucap Yura, ia langsung menangkap tubuh yang cukup berisi tersebut. Senja dan Langit yang ada di belakang Yura, hanya menggelengkan kepalanya.
"Abang Zie, tangannya kan kotor. Kok langsung peluk kakak Yura, jadi ikutan kotor kakaknya." tegur Senja yang kini berusia 6 tahun, Yura tersenyum. Senja mendekati Yura, Yura mencium pipi Zie dan Senja. Begitu juga dengan Senja yang mencium pipi Yura dan Langit.
"Abang lagi apa? Seru banget kayanya" ucap Yura, ia pun melihat tangan Zie yang memang sudah penuh dengan tanah. Yura mengusap tangan Zie, tak peduli bila tangannya juga ikut kotor.
Langit yang melihat baju bagian atas Yura kotor, menepuk pelan baju Yura. Yura menoleh ke belakang dan kembali tersenyum, prianya selalu menjaga dirinya.
"Terimakasih kak" ucap Yura, Langit mengangguk dan juga tersenyum.
Walau Yura baru 9 tahun dan Langit 14 tahun, tapi mereka berusaha untuk selalu menjaga hati mereka. Tak pantas memang di usia mereka sudah saling menyukai, namun selama mereka bisa menjaga diri. Tidak masalah bukan? Baik Hana, Kinan, Naina dan juga yang lainnya sudah mengetahui bagaimana perasaan Langit dan Yura. Mereka selalu memperingatkan Langit untuk jangan macam-macam karena pergaulan sekarang sangat menakutkan, begitu juga dengan Yura. Ia selalu di beri petuah, untuk bisa menjaga diri.
"Bila kalian memang di takdirkan untuk berjodoh, walau di pisahkan sejauh apapun. Pasti akan kembali bertemu dan bersatu, apalagi sekarang kalian selalu bersama-sama. Langit, tolong jaga Yura. Jangan kotori perasaan dan pikiran mu dengan hal negatif, kakak percaya padamu." ucap Naina
"Dan Yura, usiamu memang masih sangat belia. Namun kakak tau kamu, kamu merupakan gadis paling dewasa di antara yang lain. Bila Yura memang yakin dengan pilihan Yura, jaga diri, jaga hati dan juga jaga mata. Kakak benar-benar tak menyangka, di usia kalian yang masih belia. Sudah memiliki perasaan yang begitu dalam, tolong jaga kepercayaan kami. Kami percaya pada kalian berdua." lanjut Naina
Langit dan Yura mengangguk tersenyum, sejak saat itu. Langit selalu menjaga Yura dan dimana ada Yura, di situ ada Langit. Langit benar-benar menjaga Yura, ia hanya berani memegang tangan Yura. Langit tak peduli dimana pun mereka berada, karena sekolah SD Yura dan SMP Langit masih satu lingkungan. Banyak yang tau, bila Langit bucinnya Yura.
Jangan salah, Yura yang semakin kesini, semakin cantik dengan rambut panjangnya. Senyumannya yang bisa menghipnotis siapa saja, tatapannya yang teduh. Membuat banyaknya para ibu, yang menginginkan Yura menjadi calon mantu. Masuk SD di usia 6 tahun, mempunyai otak encer seperti Naina. Sehingga di usianya yang baru menginjak 9 tahun ini, ia sudah kelas 6 SD karena mengikuti kelas akselerasi. Sehingga menjadi poin plus untuk Yura, menjadi rebutan ibu-ibu yang memiliki anak lelaki.
Begitu juga dengan Langit, dia kini kelas 1 SMP. Menjadi siswa yang di gandrungi banyak gadis, karena parasnya yang tampan, tubuhnya yang tinggi, otak yang sama encernya. Namun tidak mau ikut akselerasi, karena ingin 1 sekolah dengan Yura tahun depan.
Sikapnya yang dingin, malah membuatnya semakin di sukai oleh para siswi di sekolahnya.
Senyuman Langit hanya akan muncul saat bersama keluarganya, terutama saat bersama YURA. Sama halnya dengan Yura, banyak para ibu yang memiliki anak gadis. Menginginkan Langit menjadi menantunya, LANGIT DAN YURA adalah CALON MANTU IDAMAN.
Bahkan ada yang terang-terangan meminta langsung pada Kinan, Ros dan Hana, namun dengan kompak mereka menolak dengan halus.
"Maaf, Langit/Yura sudah memiliki jodoh masa depan." Itulah kata penolakan yang selalu di ucapkan oleh ketiga ibu tersebut
Kita kembali ke awal....
"Onty Ula tama tata Lanit, balu pulan tetolah?" tanya Zie, Naina jadi membiasakan Zie memanggilnya kakak. Langit mengangkat tubuh Zie dari gendongan Yura dan menggendongnya, Yura berdiri di samping Langit.
"Iya nih, kakak Yura dan kak Langit baru pulang sekolah. Abang mau mandi nggak? Kakak Yura mandiin yuk." jawab Yura, Zie mengangguk dengan semangatnya
Sebelum melangkah masuk, Langit mengulurkan tangannya pada Senja. Dengan senang hati Senja menerimanya, kini mereka berempat berjalan masuk saling beriringan.
"Kak, tadi Senja mengerjakan soal perkalian. Nanti kakak periksa ya" ucap Senja
"Kakak yang mana nih?" goda Yura
"Kakak Yura lah, kak Langit galak. Kalo ada yang salah, kening Senja bisa habis kena sentil." jawab Senja, Yura tertawa. Tawa yang selalu membuat Langit ikut tersenyum, ahhh... benar-benar bucin.
"Dede Naomi mana?" tanya Yura pada Zie
"Nana ya?" Zie bingung, karena dia sendiri asyik bermain di kebun bersama Senja.
"Sama mama Kinan dan mama Rania di bawa pergi, katanya mau di pamerin sama ibu-ibu arisan." jawab Senja
Kalian Nanyeak siapa Naomi? Naomi adalah adik Zie, Saat Zie berusia 15 bulan. Ternyata Naina dinyatakan hamil kembali, dan sekarang usia Naomi 1 tahun. Gadis kecil yang cantik, yang membuat gemas siapapun. Wajah Naomi, kini lebih mirip Ken. Naina mulai sibuk dengan perusahaan sang papa, Ken? Tentu saja ia sibuk dengan perusahaan miliknya, yang sesekali membantu Naina.
Lina yang kini berusia 21 tahun, sedang sibuk-sibuknya menyusun skripsi. Selain menyusun skripsi, Ken juga mempercayakan perusahaan Yura pada Lina. Sehingga, walau masih kuliah. Lina sudah mempunyai jabatan sebagai wakil CEO, ia tak bisa menolak. Karena Hana tidak mau untuk terjun ke perusahaan, ia lebih senang dengan toko kue juga resto kecil miliknya. Yang ia rintis sejak 2 tahun lalu, Naina sengaja membelikan sebuah bangunan untuk usahanya tersebut.
Selain untuk Hana, ia juga membuka lapangan pekerjaan untuk adik-adiknya yang sama-sama suka berjibaku di dapur.
Yura melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, baru jam 14.40.
"Ya udah bebersih dulu yuk, sebentar lagi adzan Ashar. Senja mau mandi sama kak Yura atau sendiri?" ajak Yura seraya bertanya pada Senja
"Sendirilah kak, Senja sudah besar." jawab Senja memanyunkan bibirnya, Langit dan Yura tertawa.
Para orang dewasa di rumah ini sepertinya sedang tidak ada, Ros ikut sang suami yang ada seminar di Yogya. Ezra tidak mau jauh-jauh dari Ros, apalagi Ros kini tengah mengandung 8 bulan.
Pasangan Damian dan Sofia memiliki putra berusia 2 tahun 5 bulan, yang di beri nama Niko Wiguna.
Pasangan Satria dan Maya memiliki putri berusia 2 tahun 4 bulan, yang di beri nama Chloe Putri Wiguna.
Pasangan Putra dan Niken memiliki putri berusia 2 tahun 4 bulan, yang di beri nama Aleena Putri Wiguna.
Cici kini sedang mengandung 2 bulan, setelah menunggu hampir 3 tahun. Akhirnya Allah mempercayai mereka, menitipkan seorang buah hati di janin istri Sam tersebut.
Calvin dan Kinan, mereka belum di beri momongan. Namun mereka juga tidak terlalu memikirkannya, karena sekarang mereka telah memiliki 2 cucu dan akan menjadi 3 bukan?
Pasangan Gesrek? Mereka baru melangsungkan pernikahan 6 bulan lalu, secara berturut-turut. Selisih satu bulan di setiap pernikahan, dan tentunya mereka mendapatkan kado luar biasa dari Naina dan Ken. Begitu juga dengan pasangan teman Naina di divisinya dulu, mereka telah menikah sebulan setelah kelahiran baby Zie. Namun, Rei memindahkan mereka ke Jerman setahun yang lalu. Karena di percayakan, untuk mengurus perusahaan di sana.
...****************...
Deg-degan sih mau up karya ini, takut kurang peminatnya. 😁😁
Bismillah, semoga kalian suka ya💓💓
Jangan lupa langsung masukin favorit, terus vote, like, komen dan gift nya juga🤭🤭
...Happy Reading Family🥰🥰...
"Assalamu'alaikum" salam Naina dan Ken yang baru saja pulang.
"UNDAAAAA.... YAYAAAAAHHH" teriak Zie yang langsung berdiri dan berlari menghampiri kedua orang tuanya
"Wa'alaikum salam" jawab Hana, Yura, Langit dan Senja
Mereka tengah asyik berkumpul di ruang keluarga, menemani Zie menonton kartun kesukaannya
Ken dan Naina, sepakat membeli mansion yang ada di sebelah mansion Ros. Begitu juga dengan Calvin dan Kinan, membeli mansion yang ada di sebelah Rania. Sam dan Cici juga di paksa untuk tinggal bersama mereka, bila tidak Sam dan Cici akan di coret dari KK. Padahal tanpa di ancam seperti itu pun, mereka berdua memang sudah keluar KK. Karena sudah memiliki KK sendiri, wkwkwk
(Sultan mah bebas, beli mansion juga. Udah kaya beli bala-bala, serebuan)
Ken menangkap tubuh sang putra.
"Jawaban salamnya mana sayang?" tanya Naina
"Wa'alaikum salam" Zie memang cadel, tapi untuk hal-hal seperti ini ia akan lancar.
"MasyaAllah, pintarnya anak bunda dan ayah." Zie bertepuk tangan mendengar pujian dari sang bunda, Ken mencium gemas putranya. Gelak tawa Zie, terdengar memenuhi ruangan.
"Abang sama kak Yura dulu ya, ayah sama bunda mandi dulu. Sebentar lagi shalat maghrib, ade mana?"
"Tama oma Tinan tama oma Lania" jawab Zie, Naina mengangguk paham
"Bu, Naina titip abang sebentar ya" pinta Naina pada Hana
"Pergilah, biarkan Zie bersama kami. Kalian pasti lelah, mau ibu antarkan teh atau kopi?" jawab Hana seraya menawarkan sesuatu
"Tidak usah bu, kalo mau nanti Nai buat sendiri." jawab Naina
Naina dan Ken berlalu pergi ke kamarnya, Zie kembali anteng dengan kakak-kakak nya.
.
"Hubby mandi duluan?" tanya Naina, seraya duduk di sofa dan membuka sepatunya
"Bareng yuk yang, biar cepet" jawab Ken, yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Nai.
"BIYIR CIPIT... prettt... yang ada malah makin lama. Guyang hubby kalo bareng mah ah, duyung juga bukan." jawab Naina, Ken tertawa mendengar jawaban sang istri
Tanpa babibu, Ken langsung mengangkat tubuh Naina
"KYAAA, Hubby. Gimana kalo jatoh?" tegur Naina kesal, namun Ken nampak ta peduli
"Makanya pegangan, biar ga jatuh." jawab Ken santai, ia masuk ke kamar mandi dengan membawa Naina.
Naina hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan suaminya, dah tinggalin lah.. Lagi oh yes, oh no.
.
"Mama pulang jam berapa?" tanya Naina yang baru saja ikut bergabung di ruang keluarga, Naina dan Ken shalat berjamaah berdua di kamar. Setelah makan malam yang terlambat, mereka pun kini ikut bergabung dengan yang lain.
Naomi yang merindukan sang bunda, langsung merentangkan kedua tangannya minta di gendong.
"Jam berapa ya?" jawab Kinan balik bertanya
"Pokonya, kita liat Naina naik tangga aja" jawab Rania, Naina mengangguk.
"uluh... uluh... anak ciapa ini yang dudut? Habis jalan-jalan sama oma, iya?" ucap Naina seraya mengangkat tubuh Naomi dari pangkuan mama Rania, ia pun menciumi perut sang putri. Sang putri girang bukan main, tawa riang memenuhi ruang makan.
"Abang Zie, hari ini ngapain aja?" tanya Naina, ia selalu berusaha menjadi ibu yang baik walau sibuk. Dan ia tidak mau Zie merasa tersisihkan, karena tidak di tanya atau kurangnya perhatian.
"Nain banak-banak tama tata Enja, ya ta" jawab Zie, setelah menelan makanannya. Senja hanya menjawab dengan anggukkan, karena tengah menikmati puding kesukaannya.
"Main banyak-banyak, repotin kak Senja dong." ucap Ken
"Inda, ta Enja inda lepot. Ya tan ta?" jawab Zie, seraya menoleh dan bertanya lagi pada Senja. Senja hanya menjawab dengan mencebikan mulutnya, Naina tertawa melihat ekspresi Senja. Ia tau se aktif apa putranya, pasti Senja kewalahan.
"Maaf ya kak Senja, udah di repotin sama abang Zie." ucap Naina, seraya mencium pelipis Senja.
"Tidak apa-apa kok kak, lagian Senja kan belum ada kegiatan. Sekolah masih tahun depan, jadi ga bosen kalo ada abang Zie." jawab Senja tersenyum, memang benar. Walau ia kewalahan menjaga Zie, tapi ia sangat menikmati hal tersebut.
"Sekolah yang lainnya gimana?" tanya Naina pada adik-adik asuhnya yang lain
"Alhamdulillah baik kak" jawab mereka serentak, Naina mengangguk.
Ada beberapa adik asuhnya yang tinggal di asrama dan juga pesantren, itu semua atas permintaan mereka. Naina hanya menyetujui, dengan syarat harus bertanggung jawab dengan keputusan yang di ambil. Termasuk Bobi, Bobi memilih untuk mengambil pesantren, ia sangat ingin menjadi hafiz Qur'an.
Tentu saja Naina sangat mendukungnya, ia sangat senang mendengar alasan Bobi.
"Agar Bobi bisa mengirimkan do'a untuk kedua orang tua, Bobi juga ingin selalu mendo'akan bunda Ros, kak Naina dan semua orang di panti." jawab Bobi dengan binar bahagia, Naina tidak bisa menahan air matanya saat itu. Ia memeluk Bobi dengan erat, Bobi yang di tinggalkan selamanya oleh kedua orang tuanya. Saat Bobi masih berusia 4 tahun, sedangkan keluarganya yang lain. Tidak mau menerima Bobi, karena bagi mereka Bobi merupakan beban.
"Terima kasih sayang, kakak bangga sama Bobi." ucap Naina penuh haru
.
.
"Kamu Yura kan?" tanya salah satu siswi SMP, di lihat dari tingkat yang ada di kerahnya. Siswi itu kelas VIII, itu artinya senior Langit.
Yura hanya menjawabnya dengan menganggukkan kepalanya.
"Ck, apa bagusnya kamu. Kenapa Langit bisa-bisanya menyukai gadis yang masih SD, berapa tahun kamu?"
"9 tahun kak" jawab Yura sopan
"Hah? Kamu masih kelas 3 dong? Si Langit buta apa gimana? Kok mau-maunya sama bocil." ucap siswi itu, Yura hanya tersenyum saja.
"Heh bocil, kamu harus jauhin Langit. Anak masih bau kencur, udah tau pacar-pacaran. Sekolah yang bener!!" ucap Siswi itu
Orang-orang yang ada di sekitar situ, hanya mengernyitkan dahinya. Terutama 2 teman Yura yang kini ada di belakangnya, mereka masih diam. Karena Yura juga masih terlihat santai, tapi beda lagi kalo si senior similikiti ini berani macam-macam sama Yura. Lain lagi ceritanya, mereka sudah di wanti-wanti oleh Langit untuk menjaga Yura, selama ia tak bersamanya.
'Ga sadar diri apa gimana?' bisik Cery
'Dia sendiri kan masih sekolah, ga tau aja kalo Yura cerdas.' jawab Evi
"Kakak senior yang terhormat, mustinya sebelum berbicara itu di pikir dulu. Kakak aja masih sekolah, masih sama-sama bau kencur." ucap Cery
"Kalo mau bandingin sama Yura, kakak tuh jauuuuuh di bawah Yura. Kalo pake perumpaan itu kaya... ah, kaya lautan bersih sama comberan. Yura di ibaratkan kaya lautan, karena wawasan yang luaaassss dan juga sikapnya yang dewasa. Walau masih 9 tahun, Yura sudah kelas 6 SD. Kalo dia mau, dia juga bisa kok loncat kelas jadi seangkatan kakak." sambung Evi
'HAH?! Kelas 6SD?' ucap senior itu terkejut, dalam hati
"Kalo kakak, di ibaratkan kaya comberannya. Udah sempit, kotor lagi. Kaya mulut kakak yang kotor, ngomongnya ga di pilter."
"Pake F Cer, bukan pilter tapi filter." ucap Evi mengkoreksi
"Nah itu..."
"APA?!"
...****************...
...Happy Reading family🥰...
"APA?!" siswi itu hendak mengangkat tangan, namun di tahan oleh Yura. Walau tubuhnya kecil mungil, jangan salah. Naina mengajarkan Yura beladiri sejak ia usia 3 tahun, tenaganya sudah pasti lebih kuat dari siswi SMP yang cuma anak mami tersebut.
Bukan hanya Yura tentunya, adik yang lainnya juga di ajarkan beladiri sejak dini.
"JANGAN PERNAH BERANI MENGANGKAT TANGAN PADA TEMAN-TEMANKU, BILA KAKAK MASIH MAU TANGAN KAKAK BERADA DI TEMPATNYA" ucap Yura dengan suara dinginnya, wajahnya pun berubah sangat datar.
GLEK
Yura melepaskan tangan tersebut dan kembali tersenyum lembut, siswi itu meringis karena pergelangan tangannya yang terasa sakit. Bukan hanya siswi itu yang terkejut, ketiga teman yang menemani gadis itu dan juga 2 teman Yura ikut terkejut. Cery dan Evi baru kali ini mendengar nada suara Yura yang sangat seram, bagi mereka.
"KAMU?! Lihat saja, aku akan membuat Langit membenci dan menjauhi mu." ucap siswi itu, seraya melangkah pergi.
"Cobalah, dan aku akan menunggu saat itu terjadi." jawab Yura tenang, siswi itu berbalik kembali. Ia benar-benar sangat kesal, melihat wajah Yura yang terlihat sangat santai dan selalu tersenyum tersebut. Ia merasa, bahwa Yura bukanlah gadis biasa.
"Yuk" ajak Yura pada Cery dan Evi, mereka mengangguk bersamaan. Karena niat mereka tadi adalah hendak ke lapang basket SMP, Yura akan mengantarkan bekal untuk Langit. Langit memang sengaja meminta Yura yang membawanya, agar saat istirahat Langit bisa bertemu dengannya. Tak lupa di tangan kedua temannya juga sudah ada bekal yang mereka bawa, karena hampir setiap hari juga mereka akan makan bersama dengan kedua teman Langit yang lain. Kedua teman Langit yang bernama Kalingga dan Narendra.
.
.
"Langit, gadis yang kamu sukai itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Dia sangat kasar dan juga menakutkan, lihat tanganku. Ini semua perbuatan gadis itu, kamu harus menjauhinya." adu siswi yang menemui Yura tadi, namun tak di pedulikan Langit yang sedang mendribble bola basket.
Ia menulikan telinganya, tak mau mendengarkan perempuan yang terus mengikuti kemana ia bergerak.
"Bisa kamu menyingkir dari hadapanku?" tanya Langit dingin, gadis itu mengepalkan kedua tangannya. Bukan hanya sekali Langit menolak keberadaan dirinya, namun ini sudah kesekian kalinya.
"Lagian, apa hebatnya gadis itu. Dia masih anak-anak, kenapa kamu tidak mau melihat aku walau hanya sebentar saja?" gadis itu sepertinya sudah mulai habis kesabarannya, dia menyukai Langit sejak pertama kali Langit masuk SMP ini. Saat adanya kegiatan penerimaan murid baru, dan ia merupakan salah satu petugas OSIS yang membimbing adik kelas saat itu.
Sejak itu, gadis itu terus mendekati Langit. Tidak peduli bila usia Langit, setahun di bawahnya.
Mendengar pertanyaan itu, Langit melempar bola basket dan masuk ke ring. Ia tersenyum sinis, mendengar gadisnya di katai oleh perempuan lain. Langit berbalik dan menatap seniornya itu dengan tajam.
"Gadisku lebih dari kata hebat, bahkan kamu ada jauhhh di bawahnya. Kamu tidak ada apa-apanya, di bandingkan dengan gadisku. Aku yang mengejarnya, sejak gadisku masih berusia 6 tahun. Dan kami pun sudah di restui oleh semua anggota keluarga, aku hanya cukup belajar dengan tekun. Karena setelah lulus kuliah nanti, aku akan menikahinya. Dan kamu, jangan pernah berani mengusik gadisku. Berani kamu mengusiknya, menyentuhnya hanya seujung kuku saja. Maka jangan salahkan aku, bila yang akan mendapatkan akibatnya bukan hanya kamu saja. Tapi semua anggota keluargamu, termasuk perusahaan ayahmu, CAMKAN ITU!!!" ucap Langit dengan penuh penekanan, wajah Langit terlihat semakin dingin. Ia pun berbalik dan hendak meninggalkan gadis itu, di ikuti kedua sahabatnya.
Dada gadis itu naik turun, ia semakin mengepalkan kedua tangannya.
"Jauhi Langit" ucap Narendra
"Jangan pernah berani berurusan dengan Langit ataupun gadisnya." lanjut Kalingga
Mereka berdua mengikuti langkah Langit dan meninggalkan gadis itu.
Langit benar-benar kesal, ia tak terima gadisnya dijelek-jelekkan. Namun wajahnya langsung berubah, saat ia melihat gadisnya tengah berjalan mendekatinya.
"Kakak menunggu lama?" tanya Yura dengan suara lembut, seraya melangkah mendekatinya. Yura mengangkat tangan, untuk mengusap keringat yang ada di dahi prianya tanpa ada rasa jijik.
"Tidak, kakak baru saja selesai latihan." jawab Langit tersenyum, ia mengangkat tangan dan mengusap kepala Yura dengan sayang.
Cery, Evi, Kalingga dan Narendra hanya menghembuskan nafas mereka kasar, seraya memutar malas bola matanya.
"Buruan lah makan, bisa kena diabetes lama-lama aku." gerutu Cery, Yura tersenyum. Mereka lanjut melangkahkan kakinya ke arah bangku panjang samping lapangan, sedangkan dari jauh gadis itu menatap penuh kebencian pada Yura.
.
.
"Apa yang kamu lakukan pada nek lampir?" tanya Kalingga, Yura yang sedang asyik menunduk sambil mengunyah. Langsung mengangkat kepala dan menatap Kalingga bingung.
"Ck, perempuan yang mendatangimu ke sekolah tadi." jawab Rendra
"Ohhh... tidak ada, aku hanya menahan tangannya yang hendak memukul temanku." jawab Yura santai, Kalingga dan Narendra mengangguk
"Memang salah satu teman mercon mu itu mengatakan apa, sampai ia hendak menamparnya?" tanya Narendra, Evi dan Cery langsung menatap tajam padanya.
'Teman Mercon, enak saja.' gumam mereka
"Nggak penting kakak tau, kepo" jawab Evi kesal, Narendra tersenyum kecil.
"10 menit lagi bel, Yura balik ke kelas ya kak." pamit Yura, Langit mengangguk
"Nanti pulang kakak jemput" Yura mengiyakan ucapan Langit, setelahnya mereka pun melangkahkan kakinya untuk kembali ke sekolah.
Pihak sekolah tidak menegur, karena di mata mereka. Langit dan Yura masih terlihat wajar, bahkan seperti kakak beradik.
.
.
"Tata Enja, tenapa halus di tindahkan bunana?" tanya Zie, yang melihat Senja tengah memindahkan bunga dari pot kecil ke pot yang lebih besar.
"Karena bunga nya kan semakin bertumbuh dan akarnya juga semakin besar, coba lihat" jawab Senja, seraya mengangkat salah satu bunga dan memperlihatkan akarnya yang memang sudah lebih panjang.
"ooohh...beditu. Ji nau toba, boyeh?" tanya Zie, Senja terdiam sebentar. Tak lama ia pun mengangguk dan mendekatkan bunga yang ia letakkan lagi ke pot kecil, juga pot besar yang sudah di bersihkan terlebih dahulu pada Zie.
"Ini tenapa potna ada lubanna?" tanya Zie
"Supaya saat nanti di siram, air tidak menggenang. Airnya akan surut dan turun ke dalam lubang ini." jawab Senja
Senja meletakkan saringan kopi pada dasar pot tersebut, sebelum ia memasukkan tanah ke dalam pot.
"Tenapa pate itu?" tanya Zie, dengan sabar Senja menjelaskan lagi
"Ini namanya saringan kopi, gunanya akan memperlambat air yang kita siram nanti turun ke arah lubang ini. Jadi airnya bisa benar-benar meresap ke dalam tanah, tidak terbuang begitu saja." jelas Senja, ia yang selalu membantu Kinan, Rania atau Ros menanam tanaman. Sangat paham tata cara menanam segala tumbuhan, baik itu buah, sayuran ataupun bunga.
Dengan sabar Senja menjelaskan setiap tahapnya pada Zie, entah paham atau tidak anak itu. Hanya mengangguk dan bergumam 'oooo, sepelti itu'
Rania yang memperhatikannya hanya bisa menahan tawa, melihat ekspresi sang cucu pertama sembari memangku Naomi. Tapi ia salut pada Senja, yang begitu sabar menanggapi setiap pertanyaan yang di lontarkan Zie.
...****************...
...Happy Reading family🥰...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!