" Kak Ayu titip Alea ya," ucap Aurelia yang merupakan adik kesayangannya Ayunda.
" Rel tapi kakak nanti siang harus ke toko. Ada pesanan kue ulang tahun buat besok," jawab Ayu.
" Kan ada si Rina kak," Rina adalah salah satu karyawan toko Ayunda.
" Baiklah. Kamu nanti pulang jam berapa?"
" Aku pulang sore kok kak. Nanti malam aku sama Mas Putra mau pergi ke acara ulang tahun anak temannya Mas Putra. Jadi nanti sore aku sama Mas Putra kesini, terus jemput Alea buat pergi ke pesta bareng-bareng," jawab Aurel.
" Aku duluan ya kak. Udah telat nih mau ngantor," ucap Aurelia kemudian mencium pipi anaknya. Ibu muda tersebut berlari ringan meninggalkan rumah kedua orang tuanya.
" Ma, aku titip Alea ya" ucap Aurel saat bertemu dengan ibunya yang baru pulang dari pasar.
" Kan ada kakak mu," jawab Mama Aurel dan Ayunda yang bernama Mama Linda.
" Iya udah aku titipin ke kakak kok. Syukur Kak Ayunda mau ngasuh Alea pas aku sibuk kerja gini. Setidaknya dia nggak jadi beban keluarga terus,"
" Iya bener kamu nak. Ya sudah berangkat sana, salam ya buat mantu mama Putra "
" Oke siap ma. Oh ya papa dimana ma?"
" Dari pagi papa udah ikut kerja bakti sama warga sini,"
" Oh ya sudah aku berangkat dulu yaa. Titip salam buat papa kalau sudah pulang," ucap Aurel kemudian pergi berlalu. Mama Linda pun masuk ke dalam rumah sambil membawa tentengan belanjaan dari pasar.
Di dalam rumah ada Alea yang sedang bermain dengan Ayunda. Alea baru berumur empat tahun, anak itu sangat ceria sama seperti Aurel sang mama.
" Ayu, habis ini kamu masak ya. Mama sudah belanja nih bahan-bahannya. Sekalian kamu anter langsung buat yang kerja bakti, hari ini kan jatah kita yang ngasih makan ke mereka"
" Terus Alea gimana mah?" tanya Ayunda yang merasa gemas dengan sang keponakan.
" Kan ada mama yang jagain. Sudah cepat kamu masak sana," ucap Mama Linda menyuruh Ayu untuk segera memasak.
Ayunda menurut, gadis itu berjalan mengambil alih tentengan mamanya untuk dibawa ke dapur. Sudah menjadi rutinitasnya sebagai juru masak di rumah. Bukan hanya memasak saja sih sebenarnya, Ayu juga yang bertugas mengurus rumah. Hal tersebut sudah menjadi kewajiban Ayu sejak ia menginjak bangku SMP.
Tak butuh waktu lama Ayu berhasil menyelesaikan urusannya memasak. Gadis itu cepat-cepat mengemas masakannya karena pasti papa dan warga yang lain sudah menunggu. Dengan mengendarai sepeda bututnya, Ayu membawa rantang makanan untuk ia bawa ke tempat kerja bakti papanya.
" Pa, ini Ayu bawakan makan sarapan" seru Ayu kepada papanya yang sedang beristirahat dengan yang lain. Tampak ada belasan warga yang kerja bakti hari ini.
" Kok lama banget sih Yu? Papa sama yang lain nunggu dari tadi," ucap Papa Ayunda yang bernama Papa Cipto.
" Pak Cip, ini anak gadisnya ya?" ucap salah satu warga yang ikut menghampiri Ayunda dan papanya.
" Iya pak, ini anak sulung saya. Dia belum nikah sudah didahului sama adiknya. Sekarang kesibukannya cuma diam di rumah pak," ujar Papa Cipto menjawab pertanyaan warga yang menghampiri mereka.
" Ayu pulang dulu ya pah. Kasihan mama jaga Alea sendirian," ucap Ayu berpamitan. Setelah meletakkan beberapa rantang makanan, Ayu berpamitan. Ia mulai mengayuh sepedanya menjauhi kerumunan warga dan papanya. Mereka tampak bersemangat memakan masakan yang dibawa Ayu. Belum jauh Ayu mengayuh sepedanya, samar-samar ia mendengar percakapan sang papa.
" Kalau anak yang sulung tidak kuliah ya pak?"
" Anak saya yang sulung beda banget sama adiknya pak. Kalau Aurel itu pintar beda sama Ayu, makanya anak saya yang bungsu sudah sukses dan menikah sekarang " ucap Papa Cipto.
" Sama ajalah Pak Cip. Anak kan anugrah dari Tuhan,"
...****************...
" Ayu kamu dimana?" ucap Mama Linda yang sedang menelepon Ayu.
" Ayu masih di toko ma. Jam delapan nanti Ayu pulang," sore tadi Ayu berpamitan kepada mamanya untuk pergi ke toko. Dengan sangat terpaksa Mama Linda menyetujuinya. Bagaimana pun ia sering kewalahan kalau harus mengurus cucu pertamanya sendirian. Alea sangat aktif anaknya.
" Cepat pergi ke rumah sakit sekarang. Adik kamu kecelakaan," ucap Mama Linda memberi tahu. Tampak di seberang sana Mama Linda berujar dengan berderai air mata. Ayu yang mendengar pun langsung panik, ia buru-buru mengemasi toko dan segera pergi ke rumah sakit.
" Rin, aku pergi ke rumah sakit dulu ya. Tolong kamu simpen semua bahan kue di kulkas kita kerjain besok saja," ucap Ayunda kepada Rina sang karyawan.
" Loh mbak kok buru-buru? Kan katanya mau nyicil bikin kue dulu biar besok bisa langsung di hias" jawab Rina.
" Aurel adik ku kecelakaan, aku harus segera ke rumah sakit"
" Inalillahi, ya sudah duluan aja mbak. Nanti biar aku yang tutup tokonya,"
Ayu mengangguk kemudian mengambil tasnya. Ia mencari kunci motor yang entah kenapa malah nyelip disaat keadaan genting seperti ini. Jantungnya serasa mau copot kala mendengar sang adik tiba-tiba terkena musibah. Bukankah keluarga adiknya akan menghadiri pesta ulang tahun? Kenapa selalu saja ada musibah disaat hari yang menggembirakan?
Ayu memacu kecepatan motornya tinggi. Motor Ayu masih baru karena ia baru saja ganti. Ia membeli motornya cash setelah menabung selama dua tahun. Ia sengaja membeli cash karena tidak ingin memiliki angsuran. Itupun ia baru saja bisa menabung setelah adiknya lulus dan bekerja.
Sesampainya di rumah sakit Ayu langsung pergi ke resepsionis. Ia menanyakan dimana letak kamar adiknya di rawat. Suster yang berada di resepsionis bilang jika adiknya masih di ruangan IGD. Ayu segera berlari kecil menuju ruang IGD tersebut.
Ayu melihat jika semua keluarga nya sedang berkumpul di depan ruang IGD. Terlihat jika mamanya sedang menangis di pelukan sang papa. Tepat saat Ayu datang, dokter pun juga keluar. Dokter menyampaikan tentang perkembangan kondisi adiknya.
" Dengan keluarga Nyonya Aurel?"
" Kami keluarga nya dok," ucap Papa Cipto.
" Silahkan masuk semuanya. Nyonya Aurel ingin berbicara dengan kalian," ucap dokter.
Ayu turut mengikuti langkah keluarga nya untuk masuk ke ruang IGD. Kedua mertua Aurel pun ikut masuk ingin melihat menantunya. Mereka masuk ke IGD dengan perasaan campur aduk. Tampak Putra yang merupakan suami Aurel sudah berada di dalam. Sepertinya yang mengalami kecelakaan parah adalah Aurel.
" Terima kasih kalian sudah mau datang. Sepertinya hidup Aurel sudah tidak lama lagi. Aurel ingin meminta satu permintaan terakhir, apa kalian menyetujuinya?" ucap Aurel dengan terbata-bata.
" Aurel kamu jangan ngomong seperti itu. Mama yakin kamu pasti sembuh, kasihan suami dan anak kamu" ucap Mama Linda yang menangis kencang. Wanita itu begitu merasa rapuh saat melihat putrinya terbaring tidak berdaya di rumah sakit.
" Benar kata mama sayang, kamu pasti sembuh" timpal Putra suami Aurel.
" Mas aku mohon sama kamu setelah aku tiada tolong kamu menikah lah dengan kakak ku Ayunda. Dia yang akan menjadi ibu sambung buat Alea. Kak Ayunda mau kan menggantikan aku sebagai istrinya Mas Putra?" ucap Aurel. Ayunda yang namanya disebut pun merasa terkejut. Ia tidak percaya adiknya akan berkata seperti itu.
" Kamu ngomong apa sih? Sampai kapanpun kamu adalah istri ku. Please, jangan tinggalin aku Aurel," ucap Putra menangis tak terhentikan.
" Ini permintaan terakhir ku, aku harap kalian semua setuju" ucap Aurel untuk yang terakhir kalinya.
Tittttttttt, bunyi monitor rumah sakit yang menunjukkan garis lurus tanda berhentinya nafas seorang pasien. Semua terkejut, dokter dan perawat pun langsung mengambil tindakan. Semua keluarga menunggu dengan cemas. Mereka masih berharap hasil yang bagus tentang kondisi Aurel.
" Mohon maaf kami harus menyampaikan kabar duka ini. Pasien tidak dapat kami tolong, Nyonya Aurel meninggal hari ini pukul sembilan malam" ucap dokter dan tangis yang lain pun langsung pecah. Mama Linda langsung pingsan di tempat begitu mendengar Aurel dinyatakan meninggal dunia.
Pemakaman berlangsung secara dramatis. Seluruh keluarga yang ditinggalkan oleh Aurel sangat bersedih. Mereka bahkan berlama-lama di pemakaman karena tidak ingin meninggalkan Aurel sendiri di pemakaman.
" Kenapa kamu harus ninggalin kita semua sih dek? Kenapa nggak kakak aja yang gantiin posisi kamu tiduran di sana," batin Ayunda. Hatinya begitu merasa sakit karena kehilangan saudara perempuan yang sangat ia sayangi.
Ayunda masih ingat saat kecil dirinya dan Aurel bertengkar karena sama-sama menginginkan ponsel, Ayunda sampai harus mendorong Aurel hingga jatuh karena Aurel merebut paksa ponsel miliknya. Meskipun berakhir dengan Ayunda yang harus mengalah dengan menyerahkan ponsel milik nya kepada sang adik tetapi ia tetap menyayangi adiknya. Ayunda bahkan rela bekerja banting tulang setelah lulus SMA demi bisa menguliahkan Aurel.
" Putra, mama tahu kamu begitu terpukul karena kepergian Aurel, tapi ingat kamu masih punya Alea. Saat ini Alea sangat membutuhkan kasih sayang kamu," ucap Mama Andin ibu kandung Putra.
Mengingat peristiwa kemarin, kecelakaan terjadi begitu saja di jalan tol menuju ke pesta ulang tahun anak temannya Putra. Waktu itu Putra menyetir dengan Aurel yang duduk manis disampingnya. Kronologi kejadian berawal dari Putra yang ingin menyalip sebuah truk, karena kurang kewaspadaan Putra tidak bisa mengendalikan mobilnya.
Putra gagal menyalip truk karena ia tidak memperhatikan depannya ada perbaikan jalan tol. Truk tetap melaju kencang sedangkan putra banting setir ke kiri karena kesulitan mengendalikan mobil akibat kecepatan yang begitu kencang. Dari situlah mobil Putra berakhir menabrak pembatas jalan dengan kerusakan parah di bagian kiri.
Putra yang sebagai sopir selamat sedangkan Aurel kritis karena tepat bagiannya, mobil menjadi ringsek. Tidak hanya Putra, Alea anak mereka juga selamat karena duduk di bangku mobil sebelah kanan tepat di belakang Putra. Hanya Aurel yang terluka parah dalam kecelakaan mobil tersebut. Hingga nafas terakhirnya, Putra belum sempat meminta maaf.
" Ini salah Putra ma. Putra nggak bisa jaga Aurel dengan baik. Harusnya Putra saja yang mati dalam kecelakaan mobil itu,"
" Kamu jangan menyalahkan diri sendiri Put. Ini semua adalah takdir," ucap Mama Andin.
" Iya nak Putra. Kalau memang kamu sangat menyayangi Aurel, tolong kamu turuti keinginan terakhir kalinya Aurel. Menikah lah dengan kakaknya Aurel, mana cuma ingin Aurel pergi dengan tenang" sahut Mama Linda.
Sontak semua mata tertuju pada Ayunda yang menggendong Alea. Ada luka kecil dan memar di dahi gadis kecil itu, Alea menjadi semakin merengek karena merasa kesakitan. Belum anak itu harus ditinggal pergi jauh oleh mamanya. Hanya Ayunda yang setia menemani keponakannya di kala rewel. Semua masih berkabung termasuk Putra, jadi fokus mereka hanya kepada pemakaman Aurel saja.
...****************...
" Saya terima nikah dan kawinnya Ayunda Safitri binti Muhammad Cipto dengan seperangkat alat sholat dan uang senilai sepuluh juta rupiah dibayar tunai," ucap Putra dengan lantang. Hari ini adalah hari pernikahan keduanya dengan kakak dari mendiang istrinya.
Tepat seminggu kemudian, pernikahan digelar dengan sederhana. Saking sederhananya hanya dihadiri beberapa keluarga dari kedua belah pihak. Ayu juga hanya memakai kebaya milik mamanya jaman dahulu, dan riasan tebal yang dibuat oleh mamanya. Sungguh sangat melenceng dengan pernikahan impian yang diinginkan oleh Ayu.
" Nenek, kenapa papa sama Tante Ayu?" tanya Alea kepada Nenek Andin nya.
" Papa sama Tante Ayu kamu sedang menikah sekarang. Mulai sekarang Tante Ayu bakal jadi mama kamu,"
" Aku nggak mau mama baru nek, aku cuma mau sama Mama Aurel"
" Nenek sebenarnya juga tidak setuju kalau Putra menikah dengan anak besan ku yang jelek itu. Lihatlah wajah plonga-plongo nya,, rasanya ingin ku tampar saja. Kenapa sih harus ada wasiat segala?"
Acara pernikahan berlangsung dengan lancar. Tidak ada raut wajah bahagia baik dari si pengantin maupun keluarga nya.
" Mulai sekarang kalian sudah resmi jadi suami istri. Putra, kamu harus bisa jaga istri kamu" ucap Papa Fatan yang merupakan ayah Putra. Sosoknya baik dan bijaksana.
" Ayunda, terima kasih ya nak kamu sudah mau menjadi istri Putra sesuai dengan permintaan adikmu. Mulai sekarang kamu bagian dari keluarga kami. Barang-barang kamu sudah siap? Nanti sore kamu pindah ya ke rumahnya Putra. Bagaimana pun kalian sudah menjadi suami istri," Jelas Papa Fatan panjang lebar.
Mama Andin yang menyaksikan tersebut hanya tersenyum kecut. Mulai sekarang ia tidak akan berani mengajak menantu untuk pergi ke arisan. Wajahnya Ayu sangat berbeda jauh dengan almarhum Aurel yang merupakan saudaranya.
" Put, sudah sana ajak Ayu istirahat. Mungkin kalian butuh istirahat dulu sebelum pindahan nanti sore," ucap Papa Fatan menyuruh anaknya.
" Anak papa sini," Putra mengangguk, kemudian ia memanggil anaknya. Putra kemudian mengajak Alea dan Ayunda untuk masuk ke kamar pengantin yang tak lain adalah kamar Ayunda.
" Apa tidak sebaiknya Alea bersama kami dulu?" tanya Papa Fatan menginterupsi. Ia tahu betul apa yang dibutuhkan pengantin baru kalau bukan waktu luang untuk berduaan.
" Nggak apa-apa kok pa. Yu, nggak apa-apa kan kita ke kamar ajak Alea?" untuk pertama kalinya Putra bertanya kepada Ayu. Jika selama ini Putra cuek terhadap Ayu mungkin seterusnya bakal tidak. Karena secara agama dan negara Ayu sudah resmi menjadi istrinya.
" Tidak apa-apa kok," jawab Ayunda.
Mereka berjalan bersama menuju ke kamar Ayunda. Kamar Ayunda yang biasa aja kini disulap menjadi kamar pengantin yang indah. Kamarnya tidak terlalu besar, Ayu mengalah tinggal di kamar sempit karena dulu Aurel ingin membuat kamar baju yang besar.
" Ini kamar kamu Yu?" tanya Bima merasa sesak di kamar Ayunda yang sempit. Kamarnya sangat kecil dan pengap, ia langsung merasa gerah meskipun baru memasuki kamar Ayunda.
" Iya ini kamar aku,"
" Wah ada bunga-bunga," sorak Alea merasa senang melihat kamar pengantin yang penuh dengan bunga. Gadis kecil itu berlari menuju tempat tidur kemudian sibuk mengacak-acak hiasan dengan girangnya.
" Ayu," panggil Putra kepada Ayunda. Ia memanfaatkan kesibukan Alea dengan bunga-bunga untuk mengajak ngobrol Ayunda.
" Iya," jawab Ayunda ragu. Ia masih gugup dengan statusnya sekarang, meskipun pernikahan ini bukan kehendaknya tetap saja Ayu sudah resmi menikah.
" Pernikahan kita hanya karena wasiat aku harap kamu tidak jatuh cinta dengan ku. Sampai kapanpun aku tidak pernah mau menganggap kamu sebagai istri ku. Sekalipun nanti aku menginginkan istri lagi, yang pasti itu bukan kamu. Kita akan bercerai setelah Alea berusia delapan tahun, atau mungkin saja bisa lebih cepat kalau aku nemuin wanita baru yang aku cintai. Kamu paham Yu?"
" Tujuan kita sama, hanya ingin memenuhi wasiat Aurel. Kalau kamu sudah menemukan wanita yang kamu cintai, aku akan dengan sukarela pergi dari kehidupan kamu kok" jawab Ayunda. Setelah diam selama ini akhirnya Ayu bicara panjang. Penolakan dan pengasingan bukan lagi hal baru yang Ayunda terima, ia sudah terbiasa dengan hal seperti itu.
Perusahaan Diamond corps adalah perusahaan swasta terkenal yang menaungi banyak bidang. Pemiliknya adalah Fatan Darwin, seorang konglomerat kaya yang sudah kaya dari lahir. Sekarang usianya sudah tidak muda lagi, dua tahun lalu perusahaan resmi diserahkan kepada putra satu-satunya yang bernama Saputra Bagaskara atau yang biasa dipanggil Putra.
Putra sudah menikah empat tahun lalu dengan sekretaris nya yang bernama Aurelia Zevanya. Mereka dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia empat tahun. Namanya Ratu Alea Darwina atau biasa dipanggil Alea. Keluarga mereka adalah cerminan keluarga Cemara, banyak publik yang menyanjung keharmonisan keluarga dari CEO Diamond corps tersebut.
Publik menerima informasi jika selepas menikah Aurelia tetap bekerja sebagai sekretaris Putra di perusahaan. Aurelia digadang-gadang sebagai sosok istri idaman karena mampu mengemban tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga wanita karir. Ketenaran keluarga mereka begitu memuncak hingga pada akhirnya terdengar kabar duka jika istri Putra meninggal dalam kecelakaan.
Seluruh karyawan maupun publik dibuat bersedih karena kabar duka ini. Mereka sangat menyayangkan jika keluarga harmonis tersebut harus bubar karena kepergian Aurel. Sudah hampir dua minggu perusahaan masih terus berduka. Hingga hari ini semua pekerjaan baru mulai membaik. Putra sudah kembali bekerja di kantor.
" Selamat pagi Pak Putra," ucap asisten Putra yang sudah bekerja padanya selama dua tahun ini. Terhitung dari awal mula Putra menjabat CEO, asistennya sangat setia mendampingi Putra.
" Van, kamu sudah atur untuk penempatan posisi sekretaris yang baru?" tanya Putra kepada asistennya yang bernama Ivan.
" Sudah pak. Sesuai dengan keinginan bapak, yang menggantikan Almarhumah Bu Aurelia adalah Bu Hanum mantan manajer pemasaran pak," jelas Ivan memberi tahu.
Putra mengangguk sebagai jawaban. Saat ini laki-laki itu sedang duduk di ruangannya yang besar. Ruangan yang bergaya klasik Amerika tersebut merupakan ruangan hasil desain almarhumah istrinya. Masih ada beberapa foto Aurel yang terpajang di dalam bingkai kecil. Putra tidak berniat mengganti sedikit pun interior maupun furniture yang berkaitan dengan Aurel. Ia sangat mencintai almarhumah istrinya yang telah tiada tersebut.
" Kalau tidak ada yang diperlukan saya permisi dulu pak. Nanti sekretaris bapak yang akan membacakan jadwalnya. Bu Hanum sudah diberi tahu tugasnya dari beberapa hari yang lalu,"
" Eh tunggu dulu Van," ucap Putra menghentikan langkah Ivan yang berniat pergi.
" Papa ku pasti sudah memberi tahu mu kalau aku sudah menikah lagi. Tolong simpan rahasia ini baik-baik ya Van. Jangan sampai bocor ke siapapun, cuma keluarga ku dan kamu saja yang tahu masalah ini"
" Emmmm baik pak. Akan saya jaga rahasia ini," jawab Ivan. Putra memang tidak pernah salah memilih Ivan menjadi sekretaris nya. Orangnya sangat berbakat dan cekatan, Putra beruntung memiliki sekretaris serba bisa seperti Ivan.
Ivan pun berpamitan kemudian meninggalkan ruangan Putra. Selepas Ivan pergi, Putra mulai mengerjakan pekerjaannya. Ada banyak pekerjaan yang menumpuk karena cuti nya kemarin. Ia masih berkabung dan tidak bisa konsentrasi bekerja karena sibuk memikirkan kepergian Aurel yang mendadak. Dalam hatinya, Aurel masih tetap hidup meskipun raganya sudah tenang di pemakaman.
Tok,, tok,, tok tak lama Ivan pergi pintu kerja Putra diketuk. Nampak yang datang adalah sekretaris cantik yang baru bekerja beberapa hari ini. Sekretaris itu adalah Hanum, wanita cantik dan seksi yang menggantikan posisi Aurel. Dengan jalan yang berlenggak-lenggok, Hanum menghampiri Putra yang sibuk menatap layar.
" Selamat pagi Pak Putra. Saya ucapkan selamat datang kembali di perusahaan. Ucapan turut berdukacita saya ucapkan kembali, semoga Pak Putra tegar menjalani kehidupan tanpa almarhumah istri bapak"
" Sudahlah Num, tidak usah banyak gaya seperti itu. Kemari lah, apa kamu tidak merindukan ku hemm?" ucap Putra tersenyum manis kepada sekretaris barunya itu.
Hanum memakai kemeja putih yang ketat dipadupadankan dengan rok skirt yang panjangnya tidak ada selutut. Hanum tersenyum menggoda kala Putra menyuruhnya untuk mendekat. Ia juga sangat merindukan laki-laki itu. Waktu melayat ia hanya menyapa Putra saja, tidak sampai seperti sekarang yang bisa bebas memeluk atasannya itu.
" Oh tentu sayang, aku sangat merindukanmu. Aku senang akhirnya kamu memilih ku jadi sekretaris yang gantiin posisi Aurel. Terima kasih ya," ucap Hanum kemudian mengecup bibir lembut Putra.
Saat ini wanita itu tengah bergelayut mesra di dekat Putra. Putra sendiri tidak merasa risih akan sikap Hanum yang berani kepadanya. Sejak muda Putra memang terbiasa menerima perlakuan spesial dari para wanita seksi karena ketampanan dan juga kekayaannya.
" Kamu senang jadi sekretaris?" tanya Putra kini menarik Hanum untuk duduk di pangkuannya. Hal tersebut sudah biasa ia lakukan sejak muda. Bukan kepada Hanum saja, siapapun wanita cantik yang ingin mendekati Putra pasti Putra terima.
" Harusnya aku ikutin cara Aurel nggak sih? Dia kan licik, rebut kamu dengan cara hamil. Aku juga pingin mengikat kamu dengan anak. Setidaknya kalau aku ada anak, aku bisa kamu nikahin," ucap Aurel sembari membelai lembut rambut Putra. Tak berhenti di rambut tapi juga turun ke pipi. Putra sangat menikmati sentuhan wanita yang sudah menjadi selingkuhannya sejak kuliah.
" Ckkk, apa uang yang aku berikan selama ini kurang? Tidak perlu menikah untuk menikmati keindahan dunia ini, Num. Bukankah sekarang aku sudah mengabulkan permintaan mu untuk menjadi sekretaris? Kita bisa melakukan pekerjaan sekaligus melakukan hal seperti ini," ucap Putra sensual. Laki-laki itu mencium bibir Hanum dengan rakus. Semenjak Aurel meninggal tidak ada yang memuaskan hasratnya lagi.
" Stop, ini masih pagi. Jangan lakukan itu sekarang," ucap Hanum kemudian mendorong Putra menjauh. Ia masih memiliki akal untuk tidak melakukan hal mengenakan dengan duda yang baru ditinggal istrinya. Kuburan Aurel saja bahkan belum kering.
" Ckk ayolah Num, apa kamu tidak kasihan dengan ku? Aku sudah berpuasa sejak ditinggal pergi Aurel. Selama beberapa hari ini aku gelisah karena tidak ada wanita yang ingin ku sentuh. Kamu mau aku cari wanita lain lagi?," ucap Putra frustasi. Namanya juga laki-laki, hasrat tidak pandang bulu untuk ia dapatkan.
" Astaga gila kamu sayang!!!! Kuburan istri mu bahkan belum kering. Apa kabar aku yang melihat seorang Putra menangis pilu karena ditinggal istrinya? Sekarang malah dengan mudah ingin meminta jatah pada wanita lain. Katanya kamu cinta sama Aurel,"
" Aku memang mencintai Aurel eh salah lebih tepatnya aku mencintai semua wanita yang bisa memuaskan ku. Aurel itu jago, jadi aku sangat cinta sama dia. Kalau sama kamu beda, kamu lebih ke setia. Dari dulu kamu tetap mau jadi selingkuhan aku kan?" ucap Putra kembali memeluk Hanum lagi.
" Antara seneng sama nggak sih sama kepergiannya Aurel," ucap Hanum.
" Aku sangat kehilangan Aurel. Andai waktu itu aku nggak ketahuan masih selingkuh sama kamu pasti aku nggak bakal berantem hebat sama Aurel. Kita kecelakaan mobil karena Aurel maksa aku buat berhenti hubungan sama kamu. Jadi ini semua salah kamu,"
" Loh kok salah aku? Kan aku cuma nurutin kemauan kamu,"
" Iya makanya sekarang kamu harus puasin aku," ucap Putra yang tak lain adalah seorang buaya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!