NovelToon NovelToon

Cinta Ke2

1. Dipaksa menikah

“Nikahi Delisa, Hito!” ujar Devana, mama kandung Hito yang juga mertua Delisa. Hito terkejut mendengar kata-kata itu keluar dari bibir mama nya. Ia harus menikahi adik ipar nya sendiri, Delisa? itu artinya Delisa Naik ranjang?

Sama halnya dengan Hito, Delisa juga sama. Ia terkejut kala mertua nya mengusulkan untuk memilih menikahkan diri nya dengan kakak kandung Almarhum suami nya sendiri. Padahal saat ini ia baru saja melahirkan.

“Apa harus membicarakan pernikahan disaat seperti ini , ma?” kata Hito menolak keinginan mama nya yang dianggap konyol dan tak masuk akal.

Adik kandung nya yang merupakan suami Delisa meninggal 7 bulan yang lalu karena kecelakaan. Delisa saat itu sedang hamil 2 bulan. Karena mereka memang masih pengantin baru, baru 4 bulan menikah. Tapi nasib buruk sudah menimpa rumah tangga mereka, bukan karena perceraian, tapi terpisah Alam untuk selama nya.

Delisa begitu terpuruk, bahkan ia sempat berpikir untuk tidak menikah lagi karena baginya, Rendi cinta terakhir nya, dan Delisa begitu sangat mencintai Rendi, Tapi kenapa mertua nya justru menginginkan ia naik ranjang? Apa mertua nya tidak memikirkan perasaan nya sama sekali?

Hito sendiri seorang duda, ia berpisah dari istrinya karena istri nya Sintia berselingkuh dengan bawahan nya dikantor. Sudah 4 tahun sejak kejadian itu, namun Hito tidak ingin menikah lagi. Rasa trauma nya pada pernikahan masih mendarah daging.

“Iya Hito, tolong nikahi lah Delisa!” sahut Bu Lisma mama kandung nya Delisa yang ikut-ikutan menyuruh Hito menikahi anak nya.

“Ma, aku bisa mengurus Arhan sendirian, mama tahu kan aku sangat mencintai mas Rendi, jangan paksa aku menikah lagi!” kata Delisa memberi keputusan, menurut nya dengan tidak menikah lagi adalah keputusan yang tepat. Delisa berpikir kalau dia pasti bisa menjadi ibu sekaligus Ayah untuk Arhan, buah cinta nya dengan Rendi.

“Jangan egois, Del! Anak kamu butuh sosok Ayah! Mama tahu kamu bisa sendiri tanpa suami, tapi anak kamu? Apa kamu yakin dia bisa sekuat kamu?” Lisma berkata lagi. Sebagai orang tua ia tahu putrinya itu hancur. Pernikahan yang harusnya mendatang kan kebahagian justru menguap begitu saja, bersama tiupan angin malam yang mengabarkan kematian Rendi dalam kecelakaan beruntun yang menimpanya waktu itu.

Padahal malam itu, Delisa ingin mengabarkan kalau dirinya sedang hamil. Anak pertama mereka. Buah cinta mereka. Tapi takdir justru berkata lain, pahit manis nya kita tidak bisa mengubah takdir Yang sudah digariskan Allah pada kita.

“Enggak ada penolakan! Mama ingin kalian menikah!” ujar Bu Devana memberi ultimatum, keputusannya menikahkan Hito dengan Delisa sudah benar, anak Delisa tidak akan jatuh ke tangan orang lain,atau jauh dari dirinya.

Sisi baiknya, Hito bisa sedikit demi sedikit melupakan masa lalunya, dan Delisa tetap jadi menantu terbaik nya. Sudah satu bulan setelah kelahiran Arhan, Jadi ini waktu yang tepat untuk menikah kan mereka berdua, pikir Devana.

“Aku setuju mbak, mereka berdua harus menikah?”

“Tapi ma?” jawab Hito dan Delisa bersamaan.

“Hito! Mama benci kalau dibantah, dulu mama membebaskan kamu untuk memilih sendiri calon istri kamu kan, begitu juga dengan Rendi! Tapi kamu lihat sendiri, kamu gagal sedang Adik kamu mendapatkan berlian seperti Delisa, mama yakin Delisa perempuan yang tepat untuk mendampingi kamu!”

“Tapi gak harus Delisa kan, ma?”

“Harus!” jawab Devana mutlak, dan tak bisa diganggu gugat.

“Tapi aku menolak, ma!” Delisa angkat bicara, ia tak mau hidupnya diatur seperti itu, apalagi soal hubungan pernikahan nya.

“Kalau kamu menolak, Arhan mama bawa! Kamu tahu kan, anak laki-laki itu mewarisi harta keluarga, jadi mama akan bawa Arhan kerumah mama!”

“Kok gitu sih, ma?”

“Yang mama lakukan semua untuk kebahagiaan kalian! Jadi turuti lah!”

Jika sudah bicara soal anak, Delisa mendadak bungkam, ia takut kalau kenangan terakhir dari Almarhum suaminya pun ikut dibawa pergi oleh mertua. Lebih baik dia menuruti kemauan mertua serta mama nya, toh Hito juga seperti nya tidak menyukai dirinya. Jadi jika pernikahan hanya sebatas kertas, tentu semua nya tidak apa-apa bukan?

“Baiklah, aku setuju menikah dengan mas Hito! Tapi apa beliau juga setuju menikah dengan ku?”

Sejenak, Hito diam. Namun mata nya menyorot Delisa dengan tajam dan penuh tanya.

“Aku setuju!” Jawab Hito singkat, pandangan nya masih mengarah pada Delisa, lalu membuang nya ketempat lain.

“Bagus! Pernikahan nya kita laksanakan sekarang saja, bagaimana Lis?” usul Devana pada besannya.

“Sekarang mbak? apa bisa?”

“Bisa, biar aku teleponkan penghulu untuk menikahkan mereka berdua, masa nifas mu sudah berakhir kan sayang?” tanya Devana lagi pada Delisa, dan wanita itu hanya menjawab dengan anggukan lemah dan pasrah. Bagaimana mungkin seorang ibu dipisahkan oleh anak nya yang baru berumur 40 hari?

*

“Saya terima nikah nya Delisa Anjani Binti Suryo Diningrat dengan mas kawin tersebut tunai!”

Hito mengucapkan janji suci dengan satu tarikan nafas dengan begitu fasih. Kini mereka telah resmi menjadi suami istri, Pernikahan sederhana itu dihadiri tetangga terdekat, kepala desa serta beberapa kerabat dari keluarga Hito dan Delisa.

Meskipun sederhana, namun Delisa tetap cantik menggunakan kebaya berwarna nude, dengan sanggul tipis pada rambut nya.

‘Maaf mas, maaf karena aku mengingkari janji kita!’ kata Delisa dalam hati, saat penghulu sedang memohon Do'a untuk kedua mempelai .

Kini tibalah bagi Delisa untuk mencium takzim punggung tangan suaminya sebagai tanda kalau mereka kini resmi menjadi suami istri .

Acara Selesai begitu saja, Delisa kembali ke kamarnya untuk melihat Arhan yang sedang tidur dengan nyenyak , bertepatan dengan itu Hito juga masuk ke dalam kamar, ia melihat Delisa sedang menimang Arhan dengan penuh cinta kasih .

Hito meletakkan peci yang baru saja ia kenakan untuk menikahi Delisa tadi di atas meja rias , setelah itu Ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri .

Delisa hanya diam saja memperhatikan semua itu, tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibir mungil nya. Sebab pernikahan mereka tidak terjadi atas dasar kemauan mereka berdua.

Hito keluar dari kamar mandi, ia sudah mengenakan pakaian santai kaos oblong serta celana pendek .

“Jangan berharap lebih dengan pernikahan ini, Delisa! pernikahan kita Hanya Untuk saling melengkapi status kita saja tapi Sejujurnya Aku benci dengan hubungan ini,” kata Hito yang duduk di ujung ranjang.

“Jangan khawatir! aku juga tidak tertarik dengan hubungan kita. Arhan lebih penting bagiku melebihi apapun, kalau saja mama tidak mengancamku untuk membawa Arhan pergi dariku aku sudah menolak pernikahan ini.”

Hito menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan perlahan , ia bisa merasakan kalau mantan istri almarhum adiknya yang kini sudah berubah status menjadi istrinya masih mencintai adiknya begitu dalam , andai saja Sintia bisa melakukan hal yang sama padanya, Mungkin dia tidak akan trauma dengan pernikahan.

“Baiklah..Mari kita melengkapi satu sama lain hanya untuk status Kita sebagai orang tua Arhan saja, selebihnya kau tahu sendiri!”

2. Orangtua Arhan

Hito pergi dari kamar Delisa, ia pergi untuk menepikan diri ke teras belakang. Ia membuka rokok nya dan mulai menyalakan nya. Tiba-tiba Hito teringat kembali saat dulu Sintia mengkhianati nya.

Ia menghisap rokok nya dalam-dalam dan membuang nya dengan kasar juga. Rasa kesal nya memulai hubungan pernikahan ini kembali menyesapi hatinya, kenapa ia harus patuh pada ibu nya yang memberikan ide konyol ini pada dirinya. Setelah selesai barulah ia ingin kembali lagi ke kamar Delisa. Karena malam ini mereka masih tinggal di rumah orang tua Delisa, maka ia harus bersikap baik-baik saja. Besok.. baru lah mereka berdua akan kembali pulang ke rumah Hito yang sebenar nya.

Saat masuk kamar, Hito melihat Delisa sudah terlelap di tempat tidur sedangkan Arhan pun sama, hanya saja tempat mereka berbeda. Arhan di dalam box sedang Delisa di tempat tidur.

Hito bergerak mendekat ingin mengambil bantal dan selimut, karena ia tentu tak bisa satu ranjang dengan Delisa. Melihat Delisa terlelap saja rasa di hatinya biasa saja.

Sebelum ia benar-benar membaringkan tubuhnya di sofa, Hito memandangi Arhan sebentar. Malaikat kecil yang malang sekali nasibnya, harus kehilangan Ayah nya saat ia masih dalam kandungan.

“Meskipun dunia menentang, kamu tetap anak papa, Arhan! Takkan papa biarkan mereka mencela mu sedikit pun!” kata Hito pelan, sembari mengusap pipi Arhan dengan lembut, Delisa melihat semua itu. Diam-diam dia memperhatikan gerakan Hito yang sangat menyayangi Arhan. Hatinya sesak, ia teringat jika saja yang ada disana adalah Rendi. mungkin saat ini mereka akan jadi keluarga yang sangat bahagia.

*

Pagi hari, Delisa dikejutkan dengan rengekkan kecil dari putra nya, saat ia bangun rupanya kini Arhan telah di gendong oleh Hito.

“Sini, biar aku saja yang menggendong Arhan, mungkin popok nya basah!” kata Delisa.

Hito menurut dan mengulurkan Arhan pada nya, Delisa pun menerima nya.. Sembari membersihkan popok nya Arhan, Delisa menatap Hito sebentar lalu kembali fokus pada kerjaan nya.

“Kalau Arhan bangun, bangunkan saja aku! Kau tak perlu bersusah payah bangun untuk mendiamkan Arhan!”

“Tak apa! Kau sudah lelah menyusui dia sepanjang hari, jadi saat malam hari biar aku yang gantian menjaga Arhan!” jawab Hito.

“Gak perlu mas! Jangan biasakan Arhan dengan mu, kita tidak inginkan pernikahan ini kan? Suatu saat kita akan berpisah! Jadi aku tak ingin Arhan terbiasa dengan kehadiran mu!”

“Delisa! Aku tahu kita tidak menginginkan pernikahan ini, tapi aku tetap papa nya Arhan! karna aku saudara laki-laki nya Rendi!”

“Untuk apa mas? Pernikahan kita kosong, untuk apa kau mengisi kekurangan ku, sudahlah.. Aku hanya ingin Arhan tidak terbiasa dengan hadir mu itu saja! Urus saja urusan kita masing-masing. Mungkin setelah ini kami akan pindah ke rumah mu, tapi aku janji cepat atau lambat aku akan mencari rumah sendiri!” sambung Delisa lagi, Hito hanya diam mendengar semua itu, karena apapun yang dikatakan Delisa benar. Pernikahan mereka hanya cangkang saja tak ada isi nya. Tapi kasih sayang nya pada Arhan nyata, tidak bohong sama sekali.

Seluruh keluarga sedang sarapan pagi, termasuk mama nya Hito, Bu Devana masih disana dan akan ikut pulang bersama dengan anak dan menantunya.

“Jadi setelah ini, kau akan membawa Delisa ke rumah mu, Hito?” tanya Lisma.

“Iya Bu, sekarang Delisa dan Arhan sudah menjadi tanggung jawab ku. Jadi mereka akan aku ajak tinggal di rumah ku!”

“Syukurlah, ibu nitip Delisa ya.. Dia memang agak keras kepala, pribadinya sulit sekali dimengerti, apalagi saat ini ia baru saja kehilangan Rendi. Dulu, hanya Rendi yang bisa menghadapi dia, Ibu cuma minta kesabaran kamu, Hito.. Ibu yakin suatu saat nanti kalian akan saling mencintai!” kata Bu Lisma menaruh pengharapan pada menantu baru nya.

Hito hanya tersenyum tipis, mana mungkin mereka saling mencintai, berdekatan saja mereka tidak bisa, tidak nyaman sama sekali, jadi mustahil kalau mereka bisa saling jatuh cinta.

“Kamu bener, Lis! Aku juga punya keyakinan yang Sama kalau suatu hari nanti, Hito dan Delisa akan saling mencintai!”

Diujung lorong, Delisa hanya bisa membuang nafasnya kasar, harapan kedua orang tua mereka sangat lah besar, mana mungkin semua itu bisa terjadi.

Pukul 10 pagi, Delisa sudah tiba dirumah Hito yang cukup besar dan luas. Rumah itu di desain khusus menyerupai rumah yang ada di Eropa. Klasik tapi tetap terasa mewah.

“Itu kamar mu! Sedang kamar Arhan ada disebalah nya, dan kamar kalian juga saling terhubung satu sama lain, ingat satu hal Delisa, kita tidak boleh mencampuri urusan satu sama lain di kamar kita masing-masing! Aku tak suka! Jangan pernah sekalipun kau memasuki kamar ku!”

Delisa tak menjawab, ia langsung menarik koper nya menuju kamar yang di tunjuk Hito. Tak lupa ia juga meletakkan Arhan di kamar yang terhubung dengan kamar nya.

“Arhan sayang, ini rumah kita sementara ya.. Mama janji, secepat nya kita akan mencari rumah baru, hanya untuk kita berdua ya?” kata Delisa pada Arhan kecil nya. Wajah Arhan menggambarkan wajah antara Rendi dan dirinya. Mata serta alis nya jelas sekali kalau itu meniru Rendi yang juga sangat mirip dengan Hito. Sedang garis wajah dan bibirnya mengarah pada Delisa.

Ia sudah bertekad dalam hati untuk mencari penghasilan sendiri, untuk masa depan dirinya dan Arhan. Tidak mungkin ia akan minta sesuatu dengan Hito kan? meskipun sah dan sudah menjadi kewajiban Hito atas diri nya, Tapi hubungan mereka tidak sedekat itu. Delisa pun mulai mengaktifkan lagi jasa open order untuk sambal cumi buatan nya yang dulu ia kerjakan saat masih mengandung Arhan, selain itu juga ia membuka jasa catering dan kue. Semua ia kerjakan sendiri untuk membiayai hidup nya dengan Arhan.

Cepat atau lambat, Hito pasti akan menemukan wanita yang ia cintai, dan saat semua itu terjadi tentu dia dan Arhan sudah harus siap pergi dari sini, jadi ia tak boleh terlena.

Orderan yang masuk cukup banyak, karena memang pelanggan setianya sudah menantikan nya selama sebulanan lebih ini.

Mereka menyukai masakan Delisa karena memang rasa nya pas di lidah mereka.

“Alhamdulillah nak, ternyata masih banyak yang suka sama masakan mama!”

Rencananya besok pagi ia akan pergi belanja, bersama Arhan tentunya. Jadi Delisa mulai membuat rekapan belanjaan yang akan ia belanjakan besok, semua ia lakukan karena tak ingin ada yang tertinggal, sebab kali ini ia akan membawa Arhan turut belanja, kasihan jika Arhan ia bawa bolak balik keliling pasar.

Setelah itu, barulah Delisa menyusun baju-baju nya ke dalam Lemari, dilanjut dengan baju-baju Arhan.

Tak terasa hari sudah menginjak sore, Delisa bergerak ke dapur untuk memasak makan malam. Sebagai istri.. Meskipun Mereka tak menyukai pernikahan ini, Delisa tetap membuatkan Hito makan malam. Sebagai ucapan terimakasih karena sudah menampung dirinya dan Arhan di rumah nya.

3. Bukannya sudah menikah?

Keesokan hari nya, hari kedua Delisa dirumah Hito. Pagi-pagi sekali ia bangun untuk masak keperluan sambal yang hari ini harus ia siap kan. Sengaja Delisa bangun jam 3 pagi agar aktivitas nya tidak diketahui Hito.

Delisa memasak dengan cepat, hingga pukul 6 pagi ia sudah selesai membuat sambal cumi nya, plus sudah ia packing juga. Jadi ia tinggal meminta kurir untuk mengantar nya nanti.

Tak lupa ia juga membuat sarapan untuk Hito, tepat pukul 7 pagi, Hito turun dengan pakaian yang sudah rapi. Biasa nya disaat seperti ini ia memang tak pernah sarapan, karena tak ada yang memasak. Hanya ada pembantu untuk membersihkan rumah saja. Padahal berulang kali Devana menyuruh anak nya untuk mencari ART yang khusus masak. Tapi Hito tak mau dengan alasan ia jarang ada dirumah.

Tapi pagi ini, bau harum masakan tercium dari arah meja makan, Hito pun penasaran dan mendekati nya. Disana sudah ada Delisa dan Arhan. Karena Arhan belum makan, Delisa yang makan sendirian disana.

“Kamu masak?”

“Iya!” jawab Delisa singkat.

“Untuk apa? Jangan repot-repot menyiapkan sarapan untuk ku, aku biasa makan di luar!”

“Kamu makan diluar, apa aku tak butuh makan? Apalagi saat menyusui seperti ini, aku lebih sering lapar. Kalau kalau kamu mau, maka makanlah.. Kalau tidak ya tidak apa-apa, aku tidak memaksa. Mungkin pernikahan kita memang hanya di atas kertas. Tapi aku tetap harus memenuhi tugas ku sebagai istri! Untuk urusan kau suka atau tidak, itu terserah kamu!” papar Delisa dengan tangan yang masih aktif menyuapkan sarapan ke mulut nya, ia tidak menoleh sedikitpun ke arah Hito yang berdiri tak jauh dari diri nya.

Hito geleng-geleng kepala, lalu pergi begitu saja meninggalkan Delisa makan sendirian, tak ada niat dalam hati nya untuk ikut makan bersama istri baru nya tersebut. Bahkan sekedar menyicipinya saja tidak.

‘Kau lihat mas! Kakak mu itu jauh sekali tingkah nya dengan mu yang hangat, pantas saja mbak Sintia mencari perhatian dari laki-laki lain!' protes Delisa dalam hati.

Saat Hito keluar rumah dan hendak masuk kedalam mobil, Hito memicingkan kan mata nya melihat dua orang kurir yang datang kerumah nya sepagi ini. Niat ingin masuk kedalam mobil ia urungkan.

“Saya tidak pesen paket mas,”

“Kami tau pak, kami kesini bukan untuk mengantarkan paket, tapi mau mengambil barang yang akan dikirim mbak Delisa.”

“Delisa? Dia mengirim apa?”

“Sambal cumi pak, sebelum melahirkan mbak Delisa menjual sambal cumi dan aneka makanan lainnya, tapi yang paling best seller tuh sambal cumi nya, banyak banget yang pesan!” jawab salah satu dari mereka ikut mempromosikan sambal cumi Delisa, karena memang selama ini jasa mereka sering di gunakan Delisa untuk membantu nya mengantarkan pesanan.

Hito mengerutkan kening nya, kenapa ia baru tahu kalau Delisa punya usaha seperti itu?

“Ini pak barang nya..” Delisa mengulurkan packingan sambal cumi nya pada dua kurir yang sudah siap mengantar pesanan nya. Delisa pikir Hito sudah pergi, rupanya belum. Mau bagaimana lagi, aktivitas yang harus nya tidak ingin Hito tahu, tapi malah berujung seperti ini.

Para kurir itu menerima paketan Delisa lalu pamit pergi dari sana. Sedangkan Hito belum juga masuk kedalam mobil. Delisa paham pasti setelah ini, Hito akan banyak pertanyaan tentang usaha nya.

“Sejak kapan kamu punya usaha begitu?” tanya Hito tanpa basa basi.

“Sejak mas Rendi pergi dari dunia ini, aku dan Arhan tetap butuh biaya untuk hidup kan?”

“Tapi sekarang kau sudah menikah dengan ku, aku akan mencukupi kebutuhan mu dan Arhan!”

Delisa menatap lama pada Hito, apa Hito melarang nya berjualan sambal seperti itu?

“Kamu melarang ku berjualan?”

“Untuk apa kau berjualan sementara kebutuhan mu sudah tercukupi?”

“Tapi gak mungkin selama nya kita begini, mas! kelak jika kau menemukan wanita yang kamu cintai, aku dan Arhan akan pergi dari sini. Jadi, aku tidak ingin bergantung hidup dengan kamu! Lupa kalau pernikahan kita hanya sebatas di atas kertas, lagipun kita sudah berjanji untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Jadi jangan protes!”

Hito balik menatap ketus pada Delisa, membuat Wanita beranak satu itu menundukkan pandangan nya.

“Terserah kau saja!” jawab Hito pada akhir nya lalu masuk kedalam mobil nya dan berangkat kerja. Sedang Delisa menatap kepergian Hito dengan perasaan kesal. Setelah itu ia kembali masuk kedalam rumah, untuk melihat Arhan.

Saat sampai di kamar nya dan Arhan, Delisa melihat wajah polos anak nya saat terlelap, membuat nya rindu pada sosok Rendi yang sangat hangat dan begitu sangat mencintai dirinya.

Baru saja mereka menikmati manis nya biduk rumah tangga, badai rumah tangga langsung menghantam mereka tanpa kira-kira, bukan hanya saja berpisah sementara waktu, tapi berpisah selama nya. Suami nya pergi begitu saja tanpa pamit, pertanda.

“Mas! Aku dan Arhan menanti untuk bertemu kamu lagi, aku rindu mas.. Aku rindu kasih sayang dan perhatian mu! Maaf karena aku mengkhianati janji kita untuk tidak menikah lagi setelah kepergian mu. Andai saja hari itu aku melarang mu pergi, mungkin sekarang kau masih ada didekat ku, di dekat ku dan Arhan!” kata Delisa lirih.

Rendi meninggal dalam kecelakaan beruntun, aneh nya jenazah nya sampai kini tidak di temukan, karena lokasi kejadian itu berada didekat jurang. Ada sekitar 3 korban yang tidak ditemukan jenazah nya sampai sekarang, dan Rendi termasuk salah satu nya. Dugaan kuat kalau Rendi sudah meninggal, mengingat kondisi jurang yang sangat curam, serta keadaan mobil nya yang ringsek parah.

Tapi hati nurani Delisa sebetulnya mengatakan kalau Rendi masih hidup, sebab itulah dia menolak sewaktu Bu Devana membawa lamaran untuk Hito saat Rendy dinyatakan meninggal tepat 40 hari.

Feeling Delisa di tolak mentah-mentah oleh seluruh keluarga karena di anggap tak masuk akal. Kemungkinan Rendi bisa selamat sangat kecil, jika benar dirinya masuk kedalam jurang yang sangat dalam itu. Tak ada yang berani turun kesana, karena selain semak belukar nya sangat tinggi, dibawah jurang juga ada rawa-rawa yang diyakini banyak ular berbisa nya.

Suara notifikasi ponsel nya berdering, biasa nya bunyi khusus itu untuk chat khusus jualan nya. Lekas Delisa membuka nya, dan benar saja kalau ada orderan yang sangat besar dari orang bernama Abdullah. Jika Delisa setuju maka pembayaran dp nya akan ditransfer sekarang juga.

Delisa berpikir sejenak, untuk pesanan sekitar 100 botol memang memerlukan tenaga yang cukup, ia menimbang-nimbang apakah ia sanggup mengerjakan orderan itu sendirian. Namun disaat Delisa tengah pusing memikirkan bagaimana cara nya, Pembantu yang biasa membersihkan rumah Hito datang.

Wanita paruh baya itu melihat Delisa dengan kaget, karena selama ini tuannya tak pernah membawa perempuan manapun kerumah nya, lalu siapa perempuan dihadapannya ini?

“Maaf non siapa?”

“Delisa Bu, saya istri nya Hito yang baru.. Kami baru menikah kemarin?”

“MasyaAllah jadi pak Hito sudah menikah lagi ya? Alhamdulillah ya Allah!” wanita sepuh tersebut menangkupkan kedua tangan nya ke wajah, mengucapkan syukur karena Hito sudah mau menikah lagi.

“Iya Bu, dulu saya istri adik nya mas Hito, Rendi.. Tapi suami saya meninggal, ibu mertua menginginkan saya untuk menikah dengan Mas Hito!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!