NovelToon NovelToon

PESONA Kakak Tiri

Putus.!

Pagi ini senyum mengembang di perlihatkan oleh seorang gadis cantik berambut pendek sebahu berwarna coklat dark dengan poni yang semakin menambah kesan wajah bulatnya.

Dia lah Calista Neira Fahira, gadis cantik berusia 16 tahun yang masih bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) ternama d kota Jakarta.

"Apa itu sayang." Ucap seorang wanita cantik berambut panjang berjalan mendekat.

"Mama, ini kado buat Kak Alex Ma."

"Loh bukannya Alex baru ulang tahun bulan depan?"

Neira menggeleng.

"Hari ini tepat 3 tahun Nei pacaran dengan Kak Alex." Ucap Neira malu-malu.

"Oya Ma, nanti malam Nei boleh keluar kan?"

"Boleh sayang, tapi jangan sampai malam ya pulangnya."

"Oke Mam."

Widia tersenyum dan berjalan keluar.

Calista Neira Fahira adalah anak semata wayang pasangan Seorang pengusaha bernama Viktor Mahendra dengan Widia Sagita yang juga seorang pemilik butik ternama.

Namun sudah sekitar 4 tahun Viktor pergi meninggalkan mereka karena sebuah kecelakaan tunggal yang dia alami hingga merenggut nyawanya.

Kehilangan pasti, namun Widia bertekad untuk terus melangsungkan hidupnya bersama putri nya, dia akan berusaha menjadi seorang Ibu juga merangkap sebagai seorang ayah demi Neira.

**********

Malam ini, Neira sudah terlihat sangat cantik dengan balutan gaun berwarna putih dengan tatanan rambut yang sengaja dia urai.

Senyum mengembang saat dirinya menatap pantulan dirinya di depan cermin besar di dalam kamarnya.

Neira menatap sebuah kotak kecil diatas meja riasnya, dia sengaja membeli sebuah jam tangan mewah yang memang sebelumnya Alex inginkan.

Di hari spesial mereka, Neira akan memberikan kado itu untuknya karena memeng setiap anniversary mereka akan selalu bertukar kado.

Gak nyangka gue ternyata sudah 3 tahun aja pacaran sama Kak Alex.

Neira tersenyum dan menyambar Waist bag milik nya dan dia berjalan keluar kamar.

"Mama" Ucap Neira saat melihat Widia duduk dengan sebuah majalah di tangannya.

"Cantik banget anak mama, Alex sudah jemput sayang?"

"Kak Alex sudah menunggu di Cafe ma, Neira jalan dulu ya ma."

"Iya sayang, pulang nya minta antar Alex ya Nei."

Neira mengangguk dan berjalan keluar setelah mengecup pipi Widia.

Dengan di antar sopir rumah, Neira kini sampai di depan sebuah Cafe tempat favoritnya bersama Alex.

Dan di tempat ini pula, mereka selalu merayakan anniversary mereka dua tahun ini.

Neira melangkah dengan percaya diri masuk ke dalam Cafe.

Beberapa pengunjung Cafe yang notabene adalah laki-laki tampak menatap pesona ke arah Neira yang berjalan masuk.

"Maaf Mba, reservasi atas nama Neira dan Alex dimana ya?" Ucap Neira kepada salah satu pelayan.

"Mari Kak, saya antar."

Neira mengangguk dan berjalan menuju keluar Cafe.

Memang mereka akan selalu memesan di ruang indoor karena selain Neira yang menyukai keindahan juga dia sangat senang menatap bintang di langit.

"Di sana Kak" ucap pelayan dengan menunjuk sebuah kursi yang telah terhias cantik.

"Makasih mba"

Neira tersenyum dan menghela napasnya.

Dia berjalan menuju dua kursi yang yang tertata cantik dengan aneka lilin yang menghiasinya.

Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang laki-laki sedang memeluk perempuan di sana bahkan di sebelah meja yang yang dia pesan.

"Kak Alex"

Kedua orang itu pun langsung menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya.

Bukan tidak mungkin Neira asal menebak siapa laki-laki itu, karena Neira begitu mengenali tubuhnya walaupun hanya dari belakang.

"Neira" Kaget Alex saat melihat Neira berdiri menatap mereka bahkan Neira bisa melihat siapa perempuan yang bersama Alex di sana.

"Elisa, Kalian-

Elisa yang memang merupakan salah satu Sahabat dekat Neira, dan mereka sudah bersahabat sejak SMP.

Namun Neira heran kenapa mereka bisa bersama.

"Nei aku bisa jelasin semuanya, kamu salah paham." Ucap Alex mencoba menggenggam tangan Neira.

"Kamu jelasin semuanya, aku mau dengar."Ucap Neira menatap tajam Alex yang berdiri di hadapannya.

Alex menatap Elisa yang tampak diam, bahkan tatapan Neira sama sekali tidak beralih darinya.

"Sebenarnya aku dengan Elisa pacaran."

Deg.!!

Neira menautkan alisnya mendengar ucapan Alex.

"Kita sudah jalan 4 bulan."

Neira menggeleng.

"Engga Lucu Kak."

"Gue minta maaf Nei, tapi gue cinta dengan Alex dan ternyata Alex juga cinta gue."

"STOP.!! Ini gak Lucu, Kalian cuma bohongin aku aja kan. Kak, kamu gak serius dengan ucapan kamu kan."

"Maaf Nei, gue cinta dengan Elisa."

"Tapi dia sahabat aku Kak, dan Kamu El, kamu tau kan kalo aku sama Kak Alex pacaran kamu kenapa jahat banget sama aku."

"Sorry Nei, ini soal perasaan dan gue gak bisa bohongin kalo selama ini gue juga suka Alex."

"Kamu jahat El, padahal selama ini aku selalu cerita tentang aku sama Kak Alex tapi Kamu malah menikung aku dari belakang.

Apa itu yang di namakan sahabat."

"Neira cukup.!! Lo jangan salahin Elisa."Bentak Alex.

"Kamu belain dia Kak, aku pacar kamu Kak."

"Tapi Elisa juga pacar gue."

Neira menggeleng dengan tangannya mengusap air mata yang menetes di wajahnya.

"Fine,, sekarang kamu pilih aku atau Elisa."

Alex terdiam.

Dia tidak bisa memilih, dia tidak bisa memilih salah satu dari mereka.

"Kamu bahkan tidak bisa memilih antara aku atau Elisa. Oke kak kalau itu mau kamu berarti kita PUTUS.!"

"Lo apa sih Nei."

"Mulai sekarang kita sudah gak ada lagi hubungan."

Alex terkekeh dan menatap Neira.

"Fine!, itu mau Lo. Asal Lo tau Neira selama ini gue sudah sabar dengan sikap Lo yang manja dan juga Childish Gue capek harus terus nurutin kemauan Lo.

Berbeda dengan Elisa yang bersikap dewasa dan selalu bisa mengerti dengan apa yang gue mau."

Neira menggeleng dan segera memiliki pergi meninggalkan mereka.

Hatinya hancur, di saat semua orang bahagia untuk merayakan anniversary mereka berbeda dengan Neira yang malah harus mengakhiri hubungannya karena orang ketiga, dan lebih menyakitkan lagi perempuan itu adalah sahabatnya sendiri.

Neira berlari keluar, dia tidak memperdulikan tatapan dari semua orang yang menatapnya bingung.

Hatinya terlalu sakit.

Tin...

"Aaaa" Neira menutup matanya saat dia tidak melihat jalanan.

Cit.!

Sebuah motor sport putih langsung rem mendadak dan untungnya tidak sampai menabrak perempuan yang berlari menyebrang tanpa melihat jalan.

Neira membuka matanya.

Dia bernafas lega karena tidak tertabrak motor.

"Maaf" Ucapnya menatap pengendara motor itu dan kembali berlari.

Sementara pengendara motor itu hanya menatap Neira yang berlari hingga masuk ke sebuah taxi.

Dia bisa melihat jika perempuan tadi menangis.

Di dalam Taxi.

Neira terus menangis. 3 tahun bukan waktu yang sebentar dan selama itu Alex selalu ada untuknya, selalu menemaninya. Bahkan selama ini Alex sama sekali tidak memperlihatkan jika dia tidak menyukai sifat manja Neira.

Neira menyeka air matanya, Elisa sahabat nya.

Sahabat yang bahkan sudah seperti keluarganya sendiri tega mengkhianati nya.

Mereka benar-benar sudah keterlaluan. Kenapa Neira begitu bodoh percaya dengan keduanya.

Neira meremas dadanya yang terasa sangat sakit.

Gevandra Bara Ataska

Gevandra terus menatap Neira yang berlari masuk ke dalam taxi online.

Entahlah, tapi jika tidak salah lihat Perempuan itu tampak menangis.

Gevan pun lantas menggeleng dan kembali melajukan motor sportnya menuju tempat dimana teman-teman sudah menunggu.

Gevandra Bara Ataska laki-laki tampan yang selalu di kagumi oleh semua kaum hawa namun sifat dinginnya membuat banyak perempuan yang merasa semakin penasaran dan ingin menjadi kekasihnya.

Setelah beberapa menit, motor sportnya terparkir di depan sebuah Cafe. Terlihat juga beberapa motor lain yang tak lain adalah motor teman-teman sudah terparkir di sana.

Dia lantas segera masuk ke dalam, matanya menatap sekitar dan sebuah panggilan membuatnya langsung berjalan mendekat.

"Ge"

Gevan mengangguk dan berjalan menghampiri beberapa cowok yang sudah bertengger di sana.

"Lama banget sih Lo." Ucap Panji salah satu dari mereka.

"Gak nyasar kan Lo?" Lanjut Romi

"Ya udah kali, Gevan juga udah datang juga."

Mereka mengangguk dengan Gevan yang duduk di samping Alvar

"Muka Lo kenapa Ge"

"Gapapa."

Alvar mengangguk.

sudah biasa juga Gevan selalu bicara irit. Namun di balik semua sikap cueknya Gevan merupakan teman dan sahabat yang begitu peduli dengan temannya.

Seperti saat ini, di saat Panji meminta Gevan untuk membayar semua pesanan mereka dengan mudahnya sebuah anggukan mereka dapatkan.

"Gue ke toilet dulu."

Gevan berjalan menuju toilet di sana. Entahlah dia terus memikirkan perempuan yang hampir dia tabrak tadi. Bahkan wajah dengan air mata yang terus menetes membuatnya semakin penasaran.

Shit. Umpatnya yang langsung membasuh wajahnya.

Gevan berjalan keluar dan kembali menuju meja dimana Teman-temannya berada.

Terlihat sudah ada beberapa makanan juga minuman di sana.

"Jadi gimana rencana Ospek minggu depan." Ucap Alvar menatap Gevan yang memang menjadi Ketua BEM di kampusnya.

"Seperti biasa."

Alvar mengangguk, dia tau apa yang Gevan maksud.

Dan memang tujuan mereka kumpul di Cafe pun tidak lain untuk membahas Ospek yang akan di adakan Kampus mereka.

Mereka memang salah satu Mahasiswa yang aktif dalam setiap kegiatan Kampus. Seperti saat ini, setelah libur semester dan kampus mereka akan kembali menerima mahasiswa baru di kampusnya.

Gevan yang tak lain adalah ketua BEM membuatnya sibuk dengan semua kegiatan.

Gevan bahkan selalu bertanggung jawab dengan semuanya, membuat banyak Mahasiswa yang kagum dengannya.

Walaupun sebenarnya Gevan adalah anak dari salah satu Donatur terbesar di Kampusnya, namun dia tidak pernah sombong dan menampakkan jika dirinya adalah anak dari orang kaya.

Karena menurut Gevan, kekayaan tidak akan selamanya datang dan juga tidak akan pernah di bawa sampai mati.

Hingga jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, mereka segera bangkit dan berniat untuk pulang dan juga keadaan Cafe yang mulai sepi.

Gevan menuju motornya setelah selesai membayar semua pesanan mereka. Padahal dirinya hanya memesan minuman dan lebih banyak Panji juga Romi lah yang memesannya namun Gevan sama sekali tidak mempermasalahkan itu.

"Pada balik kan atau mau ke markas?" Ucap Panji yang sudah bertengger di atas motornya.

"Balik deh, lagian besok juga kita masih harus siapin semuanya."

"Ya udah, gue duluan."

"Hati-hati."

Tinggal Alvar juga Gevan di parkiran yang masih berdiri di samping motor besar milik masing-masing.

Namun sedari tadi Alvar terus memperhatikan wajah Gevan yang terlihat memikirkan sesuatu.

Dia bukan sebentar mengenalnya, mereka sudah lama bersahabat bahkan sejak SMA dulu bahkan keluarga keduanya sudah saling mengenal.

"Lo ada masalah Ge."

"Masalah?" Ucap Gevan bingung.

"Gue udah kenal Lo lama, dan muka Lo gak bisa bohong."

Gevan menghela napasnya dan meletakkan helm miliknya di atas motor.

"Gue hampir nabrak orang."

"APA.! Terus."

"Tapi gue langsung ngerem."

Alvar menghela nafasnya, dia sudah panik jika memang Gevan benar-benar menabrak seseorang walaupun tidak akan mungkin Gevan kena masalah karena status orangtuanya.

"Dia cewek dan gue lihat dia nangis."

"Tunggu, Lo belum nabrak dia apa Lo tabrak sih."

"Belum"

"Terus kenapa dia nangis, Lo gak marahin dia kan Van."

Gevan menatap tajam Alvar.

Bisa-bisanya dia berpikir dia memarahi cewek itu.

"Sorry, terus kenapa dia sampai nangis padahal gak sampai ketabrak?"

Gevan mengangkat bahunya.

"Terus Lo mikirin apa?"

Gevan mengernyit.

"Lo kayaknya kurang tidur deh Van, kita balik deh." Ucap Alvar menyambar helm nya dan mulai menyalakan motor begitu pun dengan Gevan.

Mereka berjalan beriringan hingga berpisah di sebuah ujung jalan karena rumah mereka yang memang beda.

Gevan melajukan motor hingga berhenti di depan sebuah rumah di kawasan Elit bahkan semua gerbang menjulang tingga di sana.

"Pak, tolong buka gerbangnya."

"Siap Den Gevan."

"Makasih Pa."

"Sama-sama Den."

Setelah memarkirkan motornya, Gevan masuk ke dalam rumah yang sudah gelap.

Semua orang pasti sudah beristirahat, sama dengannya yang langsung menuju kamar.

Ceklek.!

Pintu kamar terbuka, Gevan menyalakan lampu kamarnya dan melepas jaket.

bukan berjalan untuk istirahat, namun Gevan malah berjalan menuju balkon kamarnya.

Menatap langit malam yang begitu terang dan juga indah. banyak bintang yang menerangi.

Lantas, Gevan mengambil bungkus rokok di dalam aku celananya.

Dia menyelipkan di tengah-tengah jari tangan dan mulai mematiknya.

Gevan memang perokok, namun dia bukan perokok aktif dan hanya sesekali saja dia akan merokok di saat pikirannya sedang kacau.

Sebenarnya, Bukan karena dia hampir menabrak seorang gadis. Melainkan Gevan teringat dengan mendiang Mamahnya yang sudah lebih dulu meninggalkan mereka setelah berjuang melahirkan adik perempuannya.

Gevan anak pertama dari pasangan Almer Elkasih bersama Rina Hapsari.

Di saat usianya 16 tahun sebuah insiden membuatnya harus kehilangan dua orang sekaligus.

Rina meninggal saat berjuang melahirkan putri kedua mereka. Pendarahan yang cukup parah membuat mereka tidak bisa di selamatkan bahkan sang adik meninggal dalam kandungan Rina hingga membuat Gevan terpukul.

Dia yang begitu antusiasnya untuk memiliki seorang adik, namun harus berakhir mengikhlaskan kehilangan mereka.

Walaupun kejadian itu sudah lewat 3 tahun namun tetap saja Gevan merasa sedih jika kembali teringat dengan kejadian itu.

Gevan mengusap wajahnya.

Dia membuang rokok yang baru sebagian dia hisap. Dia lantas membuangnya dan kembali masuk ke dalam kamar.

Berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya serta Menganti pakaiannya.

Gevan termasuk laki-laki yang gila kebersihan, bahkan dia pasti akan selalu mengganti pakaiannya setelah keluar rumah.

Seperti saat ini, dia sudah berganti dengan celana cinos pendek dan juga kaos oblong hitamnya.

Merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size, matanya menatap langit-langit kamar yang bernuansa abu-abu.

Setelah cukup lama, matanya mulai berat dan dia pun mulai memejamkan matanya hingga tanpa sadar akhirnya dia pun terlelap.

Rencana Makan Malam

Gevan melangkah turun dan terlihat Almer yang sudah berada di meja makan karena memang hari minggu membuat keduanya terlihat lebih santai.

"Pagi Pa" Sapa Gevan duduk di kursinya.

"Kamu baru bangun Ge, semalam pulang jam berapa"

"Jam 1."

"Jangan sering pulang malam, ingat kesehatan kamu."

"Hm"

Almer menggeleng.

Putranya memang sangat irit bicara. Bahkan dengannya saja hanya bicara seperlunya saja.

"Nanti malam kamu ikut Papa, Papa mau kenalin kamu dengan teman Papa."

Gevan hanya mengangguk dengan masih menikmati nasi goreng buatan maid di Mansion.

"Apa calon istri baru Papa?" Ucap Gevan membuat Almer menghentikan makannya dan beralih menatap wajah putranya.

"Papa minta maaf Ge, tapi Papa,-

"Gevan tidak pernah melarang apapun termasuk jika Papa mau menikah kembali. Tapi Gevan minta jangan pernah Papa hilangkan perasaan Papa terhadap mama."

Almer mengangguk.

"Walaupun mama sudah di surga bersama adik kamu tapi mereka akan selalu tetap ada di hati Papa."

Gevan mengangguk dan kembali menikmati sarapan mereka tanpa adanya lagi obrolan di sana.

Gevan memang tidak pernah memaksakan kehendaknya, dia tidak mau egois karena tidak mengijinkan Papanya untuk menikah. Dia tau jika Papanya membutuhkan seorang istri apalagi dengan kesibukannya.

"Bagaimana dengan kuliah kamu."

"Lancar."

Almer mengangguk.

Mereka kembali saling diam hingga akhirnya Gevan berjalan lebih dulu.

Sama halnya dengan Naira yang baru saja bangun.

Matanya masih terlihat sembab. Hatinya masih terasa sakit mengingat kejadian semalam.

Ceklek,,

"Sayang, kamu sudah bangun?" Ucap Widia berjalan masuk.

Neira mengangguk namun seakan enggan untuk turun dari tempat tidurnya.

"Bagaimana perasaan kamu sekarang sayang, apa sudah lebih baik?"

Neira menatap Widia dan memeluknya.

Dia masih belum rela jika hubungannya kandas karena orang ketiga. Namun dia masih tidak menyangka jika orang ketiga diantara mereka adalah sahabatnya sendiri.

Neira memang sudah menceritakan semuanya kepada Widia soal semalam.

"Kenapa harus Elisa Ma, dia sahabat Neira."

"Semua sudah di atur Tuhan Sayang, jadi kita tidak bisa merubahnya."

Neira terdiam.

Alex adalah cinta pertamanya. mengingat bagaimana hubungan mereka dulu yang begitu manis dengan perhatian-perhatian yang Alex berikan untuknya, semua itu tidak mudah untuk Neira lupakan. terlalu manis untuknya tapi terlalu sakit jika terus dia kenang.

"Sekarang mandi terus kita sarapan. Sekalian Mama mau bicara sama kamu."

Neira mengangguk dan melepaskan pelukannya.

Dia berjalan masuk kamar mandi, sedangkan Widia berjalan keluar dan akan menunggu putri nya di bawah.

Sekitar 20 menit,

Neira turun dengan memakai kaos oversize dan celana pendek yang hanya menutupi paha putihnya itu berjalan turun.

"Mama masak apa?" Ucapnya menatap makanan di meja.

"Nasi goreng sayang, mama tadi juga kesiangan."

Neira mengangguk dan duduk di kursinya sembari mengambil nasi goreng buatan Widia yang menurutnya mengalahkan rasa di restoran.

"Oya, Mama mau bicara apa?" Ucap Neira dengan mulut penuh makanan.

"Telan dulu sayang."

"Udah ma, Mama mau bicara apa?"

Widia meletakkan sendok makannya dan menatap putrinya. Putri yang kini sudah beranjak dewasa bahkan sangat cantik itu.

"Nanti malam Mama akan mengenalkan kamu dengan seseorang."

"Seseorang? siapa?"

"Namanya om Almer sayang, dia,-

"Pacar Mama?" Potong Naira membuat Widia menggenggam tangannya.

"Sayang,-

"Apa mama sudah gak sayang lagi sama Papa?"

"Bukan seperti itu Sayang, Mama sayang dan juga cinta sama papa kamu."

"Terus siapa om Almer Ma."

"Dia teman Mama, Papa kamu juga mengenalnya sayang."

Neira masih terus diam.

Dia hanya belum bisa menerima kehadiran sosok laki-laki pengganti Papanya. Hanya Papa Viktor lah Papanya dan bukan orang lain.

"Kamu mau kan ketemu dulu dengan Om Almer sayang."

"Papa Neira cuma Papa Viktor Ma, Neira gak mau punya Papa baru." Ucap Neira beranjak dan segera masuk ke dalam kamarnya.

"Neira." Panggil Widia namun Neira malah berlari masuk ke dalam kamarnya.

Widia menghela napasnya.

Bagaimana ini, Apa Neira tidak mau jika kembali memiliki seorang Papa.

Widia pun membiarkan putrinya dulu.

Dia sangat mengenal Neira. Dia bukan anak yang selalu membantah, dia tau jika saat ini Neira sedang tidak mood karena masalahnya bersama Alex.

Di dalam kamarnya.

Neira menangis dengan memeluk foto almarhum Papanya.

Papa yang begitu menyayangi nya, papa yang selalu memanjakan nya Papa yang selalu ada dan terus menemaninya. Papa Viktor dan dia tidak mau jika ada laki-laki lain yang akan menggantikan posisinya.

Papa,, hiks hiks hiks

Neira gak mau punya Papa baru, Papa Neira cuma Papa Viktor.

Tok..

Tok..

Tok..

"Sayang, Mama masuk ya."

Neira terdiam, dan terdengar suara pintu terbuka.

Neira menyeka air matanya dan membelakangi Widia yang duduk di tepi ranjang.

"Mama minta maaf Nei, Mama seharusnya lebih dulu menanyakan semua ini sama kamu. Mama seharusnya tidak boleh egois. kalau memang Neira tidak mau mengenal Om Almer juga gapapa. Mama akan batalkan makan malam nanti ya sayang. Tapi Mama mohon jangan mendiami Mama seperti ini sayang. Mama akan lakuin apapun untuk membuat kamu bahagia."

Neira masih tetap diam bahkan tidak membalikkan tubuhnya.

Widia menghela napasnya dan mengusap pucuk rambut Neira.

"Mama keluar dulu sayang, Mama minta Maaf." Ucap Widia mengecup pucuk rambut Neira dan berjalan keluar.

"Mama" Panggil Neira saat Widia akan keluar.

"Ya Sayang."

"Maafin Neira. Neira udah egois."

Widia tersenyum dan memeluk putrinya.

Putri semata wayangnya yang dia jaga dengan sepenuh hatinya. Bahkan Widia terus berusaha membuat putrinya untuk selalu tersenyum, berusaha membuat Neira tidak kekurangan apapun.

Walaupun sebenarnya harta yang di tinggalkan Viktor bukan main-main apalagi dengan Butik yang Widia miliki membuat Neira menjadi anak bergelimang harta.

"Kamu gak salah sayang, seharusnya Mama jangan egois memaksa kamu dengan kondisi hati kamu yang sedang kacau."

Neira menggeleng.

"Neira mau ketemu dan kenal dengan om Almer.

Mama juga perlu pendamping, tapi Neira mau Mama Jangan pernah lupain Papa."

Widia tersenyum dan menangkup wajah putrinya.

"Papa Viktor sampai kapanpun akan selalu dan tetap ada di hati Mama sayang. Dia tidak bisa tergantikan."

Neira mengangguk dan kembali memeluk Widia.

"Makasih ya Sayang"

"Neira sayang Mama."

"Mama juga sayang Neira."

Widia bernafas lega karena putrinya mau bertemu dengan Almer. Sebenarnya jika Neira menolak di kenalkan atau bahkan menolak jika Almer akan menjadi Papanya Widia pun tidak akan kembali melanjutkan hubungan mereka. Dia tidak mau membuat Neira sedih. Hanya Neira yang dia punya sekarang dan apapun itu akan Widia lakukan untuk kebahagiaan Putrinya itu sesuai dengan janjinya terhadap mendiang suaminya dulu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!