Kicauan burung terdengar sangat jelas di pagi hari yang cerah itu. Suara keributan selalu terdengar di dalam rumah mewah nan megah setiap harinya. Suara para gadis-gadis cantik yang memecahkan gendang telinga setiap paginya. Bagaimana tidak terdengar riuh ricuh, jumlah mereka ada 11 orang. Namun pada pagi itu, terdengar suara teriakan pria yang berada di dalam kamar mandi. Dia si konyol Azlan yang memiliki nasib sangat beruntung karena mempunyai 11 adik perempuan.
Urutan dari 12 bersaudara.
1. Azlan.- super konyol (27 thn).
2. Melia.- super jahil (23 thn).
3. Melani.- super jahil (23 thn).
4. Delina.- super centil tapi bodoh (21 thn).
5. Tantia.- super pemaksa (19 thn).
6. Jovanka.- super tomboy (17 thn).
7. Rindi.- super gaul (15 thn).
8. Syifa.- super cengeng (13 thn).
9. Safiya.- super cerewet (11 thn).
10. Kikan.- super rajin (9 thn).
11. Valeri.- super malas (7 thn).
12. Chika.- super manja (5 thn).
12 bersaudara itu adalah buah cinta dari Abrar dan Balqis yang sangat hobi keliling dunia. Semua hasil buah cinta Abrar dan Balqis memiliki kekuatan super yang sudah di jelaskan di atas. Umur mereka hanya terpaut 2 tahun saja. hanya antara Azlan dan si kembar Melia dan Melani yang berbeda, mereka terpaut 4 tahun.
Abrar dan Balqis yang punya hobi traveling, membuat Azlan menjadi pemegang penuh perusahaan yang di wariskan kepadanya. Tidak hanya pemegang penuh perusahaan, Azlan juga pengasuh bagi ke-11 adik perempuannya. Walaupun kadang Azlan stress akibat ulah ke-11 adiknya, namun ia sangat menyayangi semua adik-adiknya.
“Aarrgghhh! Melia, Melani, dasar adik kurang ajar, kalian!” Teriak Azlan pagi-pagi buta saat melihat wajahnya di cermin.
Azlan mencoba untuk membersihkan warna-warni spidol yang menutupi ketampanannya. Namun semuanya percuma, spidol tersebut permanent yang susah untuk di dibersihkan. Azlan pun turun dengan setelan jas hitam yang rapi. Bergegas ia menuju ruang makan yang disana terdapat meja panjang dengan berjejer 14 kursi. Azlan melihat 2 kursi yang kosong, yaitu kursi milik Melia dan Melani yang sudah kabur pergi ke kampusnya.
“Pppfft, bbbuuaahaha.” Tawa 9 orang adik dan kedua orang tuanya.
“Kau korban Melia dan Melani lagi?” Tanya Abrar pada Azlan.
“Huh, menyebalkan!! Padahal pagi ini aku ada meeting penting tapi wajahku malah di coret-coret!” Gumam Azlan duduk di samping Abrar.
“Kau yang tidur seperti kerbau! Melia dan Melani masuk ke kamarmu dan mencoret wajahmu kau malah tidak terbangun sedikitpun” Sahut Balqis.
“Hei, dia sepertimu yang tidur bagaikan kerbau!” Ujar Abrar pada Balqis.
“Diam!” Teriak Balqis melotot pada Abrar yang cengengesan sambil menatapnya.
“Kalau kau malu dengan wajahmu yang seperti itu, biar papi saja yang ke kantor ikut meeting.” Kata Abrar.
“Tidak usah! Papi istirahat saja, papi kan sudah tua.” Sahut Azlan.
“kau pikir aku setua apa, hah?” Ujar Abrar kesal karena di bilang tua oleh putra sulungnya.
"Hehehe, papi kan memang sudah tua!" Sahut Azlan cengengesan.
“Tidak usah pi, biar aku saja.” Sambung Azlan.
Setelah selasai sarapan, mereka pun pamit untuk pergi beraktifitas di sekolah. Azlan menyiapkan sebuah bus sekolah untuk mengantar adik-adiknya kesekolah. Untuk adik-adiknya yang sudah menjadi mahasiswi di universitas, Azlan menyiapkan mobil pribadi untuk mereka masing-masing. Azlan menggunakan mobil mewahnya untuk pergi ke kantor yang di kendarai oleh supir pribadinya. Sebelum masuk kedalam mobil mewahnya, adik paling bungsu memanggilnya.
“Kakak, kau melupakan sesuatu.” Kata Chika.
“Apa?” Tanya Azlan.
“Kau sangat payah!” Ujar Chika melipat tangannya di atas perut.
Azlan masih bingung dengan adik bungsunya itu.
“Kak, kau lupa untuk menciumnya.” Kata si cerewet Safiya.
“Hahahaha, aku lupa!” Ucap Azlan cengengesan.
Kemudian Azlan pun memberikan ciuman di pipi Chika dan adik-adiknya yang lain kecuali Jovanka.
“Aku sudah memberikan stempelku pada kalian bahwa kalian adalah milikku!” Kata Azlan kepada adik-adiknya.
“Jo, sini aku cium!” Kata Azlan pada si tomboy.
Jovanka hanya menunjukkan kepalan tangannya kearah Azlan. Jovanka yang asli tomboy tak pernah mau di cium oleh siapapun termasuk kedua orang tuanya. Ia merasa yang suka di cium itu adalah gadis manja. Setelah memberikan stempel pada adik-adiknya, Azlan masuk ke dalam mobil dan bergegas ergi ke kantornya. Sepanjang dia menelusuri ke ruang kantornya, semua karyawan berbisik dan menahan tawanya karena melihat wajah Azlan yang masih tersisia bekas spidol yang menutupi ketampanannya.
Di kantornya Azlan memilih asisten seorang pria yang bernama Dandi yang sudah lama menjadi orang kepercayaan disana. Dandi yang lebih tua 5 tahun dari Azlan, sangat cekatan dalam bekerja. Meeting sedang berlangsung, para karyawan yang ikut meeting jadi kurang konsentrasi karena melihat wajah Azlan. Namun walaupun begitu meeting mereka berjalan lancar. Beberapa hari yang lalu Azlan mendapatkan penghargaan karena menjadi pengusaha tersukses, jadi hari itu kekasih Azlan yang bernama Desi mengirimkan sebuah buket bunga untuk Azlan yang di kirim langsung ke kantornya.
Seorang kurir cantik sedang membawa buket bunga itu masuk kedalam lift. Kebetulan Azlan juga masuk kedalam lift tersebut karena lift khusus untuk dirinya sedang rusak. Kini Azlan hanya berdua di dalam lift dengan kurir cantik itu. Azlan sesekali melirik kurir itu.
“Apa lihat-lihat?” Ujar sang kurir cantik begitu judes pada Azlan.
Azlan kaget melihat kurir itu memiliki watak persis maminya yaitu Balqis.
“Huh, dasar!” Gumam Azlan kesal.
“Cantik-cantik tapi judes!” Ucap Azlan dalam hatinya.
Pintu lift terbuka. Azlan dan kurir cantik itu melangkah bersama keluar dari lift. Saat itu wajah Azlan tanpa sengaja terkena helaian bunga yang sedang di bawa oleh kurir itu. Azlan menjadi kesal.
“Bisakah kau bawa bunganya dengan benar?” Teriak Azlan.
“Apa?” Tanya kurir itu bingung.
“Bunga jelek itu mengenai wajahku yang tampan.” Sahut Azlan lupa dengan coretan yang masih membekas di wajahnya.
“Ppfffttt, hahahahahaha, kau bilang kau tampan?” Kurir cantik itu tertawa terbahak-bahak.
Azlan bingung kenapa kurir cantik itu tertawa karena banyak wanita yang mengatakan dirinya tampan.
“Apa kau tidak lihat, wajahmu penuh dengan bekas coretan spidol?” Sambung kurir cantik itu lagi terus tertawa.
Azlan langsung teringat perbuatan si kembar padanya semalam.
“Aaarrggghh, sialan!” Umpat Azlan dalam hatinya.
Kemudian sambil tersenyum mengejek kepada Azlan sambil melambaikan tanganya.
“Bye, karyawan spidol!” Ucap kurir itu memberi julukan pada Azlan sambil melangkah pergi.
“Apa? Karyawan?” Ujar Azlan.
“Woi, aku CEO di perusahaan ini!” Teriak Azlan kesal.
Namun sayang si kurir cantik sudah pergi menjauh dan tak mendengar perkataan Azlan. Azlan masuk kedalam ruanganya sementara si kurir itu pergi kesana kemari untuk mencari ruang kerja CEO perusahaan itu. Dengan bertanya kepada resepsionis tibalah si kuris cantik di depan pintu ruangan Azlan.
“Kemana sekretarisnya?” Gumam kurir cantik itu.
Dengan melangkah berani si kurir mengetuk pintu ruangan CEO tersebut yang tak lain adalah ruangan Azlan.
“Sasuk!” Suara Azlan.
“Permisi pak, ini ada kiriman bunga untuk.” Kurir itu menghentikan ucapannya.
“Kau?” Seru Azlan dan sang kurir kompak.
Mereka saling menatap kemudian Azlan menaikan garis senyuman di bibirnya.
“Aku tidak salah masuk ruangan.” Gumam kurir itu.
“Hei, karyawan spidol! Dimana CEO perusahaan ini?” Tanya kurir itu pada Azlan.
“Dasar, gadis bodoh! Dia bahkan lebih bodoh dari adikku, si Delina.” Gumam Azlan dalam hatinya menatap si kurir cantik itu.
Azlan berdiri dan mendekati kurir cantik itu.
“Apa kau sangat ingin bertemu dengan CEO di perusahaan ini?” Tanya Azlan.
“Iya lah, ada kiriman bunga untuknya!” Sahut kurir itu.
“Oh, begini saja! Kau kan karyawan disini, aku titip padamu saja! Tolong tanda tangani tanda terimanya.” Kata kurir itu.
Azlan malah bengong saat di berikan kertas tanda terima dari kurir itu.
“Aku bukan karyawan disini!” Teriak Azlan melemparkan kertas itu ke lantai.
“Lantas, apa kau CEO nya?” Tanya kurir itu dengan ekspresi meremehkan Azlan.
“Iya.” Jawab Azlan.
“Kalau kau CEO nya, kenapa kau naik lift khusus karyawan, hah?” Tanya kurir itu lagi.
“Karena lift pribadiku sedang rusak.” Sahut Azlan.
“Huh, alasan!” Gumam kurir itu masih tak percaya pada Azlan.
“Cepatlah tanda tangani ini, dan aku akan meletakkan bunga ini disini.” Kata kurir itu lagi meletakkan bunga itu di atas meja.
Azlan yang tak tahan menahan amarahnya, langsung menanda tangani kertas tanda terima karangan bunga itu.
“Bye, karyawan spidol!” Lagi-lagi kurir cantik itu menjuluki Azlan yang membuatnya kesal.
Si kurir cantik langsung bergegas pergi setelah mengejek Azlan. Sementara Azlan hampir mati kesal akibat julukan yang ditujukan padanya. Azlan membuka kartu yang tertulis tanda cinta dari Desi yang sebenarnya sudah menjadi mantan kekasih karena Azlan telah memutuskannya namun Desi masih belum mau menerima keputusan Azlan.
Azlan melihat alamat yang tertulis di kartu tersebut, alamat dari toko bunga yang menjadi tempat si kurir bekerja.
“Aku akan membalasmu, kurir judes!” Ucap Azlan seraya tersenyum jahat.
Tak lama kemudian ponsel Azlan berdering.
“Apa kau sudah menerima bunga dariku, sayang?” Ucap Desi pada Azlan dengan suara menggoda iman.
“Berhentilah menghubungi aku, Desi! Hubungan kita sudah berakhir 6 bulan yang lalu.” kata Azlan.
“Aku tidak mau putus darimu, Azlan! Kau kekasihku.” Sahut Desi.
“Aku tidak peduli.” Sambung Azlan langsung mematikan sambungan teleponnya.
Azlan menghempaskan tubuhnya bersandar pada kursi empuknya mengingat semua kenangan bersama Desi, namun Desi dengan teganya malah berciuman dengan sahabat Azlan saat acara tahun baru. Desi berkali-kali minta maaf pada Azlan, namun Azlan yang percaya diri akan mendapatkan wanita yang lebih baik tidak pernah menggubris Desi lagi walaupun Desi masih tetap berusaha mengejar Azlan. Saat makan malam yang riuh ricuh, Azlan menjambak rambut si kembar yang sedang duduk santai menyantap makan malamnya.
“Gadis-gadis bodoh! Gara-gara kalian aku harus mendapatkan julukan dari seorang kurir.” Kata Azlan pada si kembar Melia dan Melani.
“Ampun kak! Kami tidak akan mengganggumu lagi.” Ucap si kembar serentak.
“Dasar!” Umpat Azlan melepaskan tanganya dari rambut si kembar.
Azlan yang belum mandi langsung duduk dan makan bersama dengan keluarganya.
“Azlan.” Panggil Abrar.
“Iya, pi.” Sahutnya.
“Besok mami dan papi akan pergi ke Itali untuk mengunjungi tante Isabel dan om Zidan!” Kata Abrar.
“Berapa lama papi dan mami disana?” Tanya Azlan.
“Mungkin sebulan.” Sahut Abrar.
“Mami, ajak Chika.” Pinta si bungsu.
“Tapi kau harus sekolah, sayang dan sebentar lagi kau akan masuk SD” Ucap Balqis.
“Hiks, hiks, hiks.” Suara tangisan si cengeng, Syifa.
“Kau kenapa, nak?” Tanya Abrar pada Syifa.
“Ikut! Aku rindu pada kak Gaby.” Sahut Syifa.
“Kau harus sekolah!” Kata Abrar.
“Hhhuuuuwwwaaaaaaa.” Tangisan Syifa semakin kencang.
Mereka yang sudah biasa mendengar tangisan si cengeng hanya diam dan terus melahap makanan mereka.
Keesokan harinya berangkat lah Abrar dan Balqis ke Itali dengan modus mengunjungi Zidan dan Isabel, padahal memang ingin menikmati liburan hanya berdua saja. Rumah itu selalu riuh ricuh karena ulah 11 gadis yang bebas dari mata jahat sang mami yang sudah terbang ke Itali.
Pagi itu menjadi pagi yang sangat cerah dengan kebisingan disana sini. Jovanka bertengkar dengan Rindi berebut kaus kaki, Syifa menangis karena di marahi oleh si kembar gara-gara menghilangkan spidol warna milik mereka dan Tantia yang kesal menghadapi Delina yang ngomong gak nyambung-nyambung sangking bodohnya.
Azlan duduk di tangga sambil tepok jidad melihat adiknya yang terus saja ribut.
Chika mendatangi Azlan yang frustasi menghadapi adik-adiknya.
“Kakak, aku rindu papi mami.” Ucap Chika yang membuat Azlan semakin frustasi.
“Nungging lah, biar aku tendang kau menyusul papi dan mami di Itali.” Sahut Azlan dengan konyolnya.
"Membuatku tambah pusing saja!" Sambung Azlan menatap Chika.
Si Chika malah tertawa mendengar perkataan Azlan yang kesal padanya. Azlan tak tahan lagi mendengar adiknya yang terus saja ribut. Ia bangkit dari duduknya dan berteriak sekencang mungkin untuk mendapatkan perhatian dari ke 11 adiknya yang semuanya perempuan. Semua adiknya tercengang melihat kearah Azlan.
“Ayo kita sarapan, hehehehe.” Ucap Azlan pada semua adiknya.
Mereka pun pergi keruang makan yang sudah tersaji makanan yang menjadi santapan mereka pagi itu. Saat di meja makan riuh ricuh kembali terdengar, Azlan lagi-lagi hanya tepok jidad melihat Safiya ngomel-ngomel pada Valeri karena Valeri super malas.
“Syifa hentikan omelanmu itu.” Kata Azlan salah menyebutkan nama adiknya.
“Kak, aku, Syifa.” Sahut Syifa si cengeng.
“Yang ngomel-ngomel itu Safiya kak.” Sambung Jovanka.
“Oke! Bisakah kau merubah sifat malasmu itu Rindi?” Kata Azlan salah menyebutkan nama adiknya lagi.
“Helloww! Kak, kau salah sebut nama lagi.” Ucap Rindi super gaul.
“Yang malas itu Valeri, bukan Rindi.” Sahut Tantia.
“Pppfffftt, hahahahaha.” Si kembar tertawa melihat Zidan yang puyeng kebanyakan adek.
“Aaaarrrgghhhh, aku bingung menandai nama kalian! Kalian terlalu banyak.” Teriak Zidan.
“Hahahahahaha.” Si kembar semakin tertawa terbahak-bahak.
“Bantuin aku dong!” Kata Azlan pada si kembar.
“Upah?” Ujar si kembar minta imbalan pada Azlan.
“Besok aku akan belikan kalian tas bermerk.” Sahut Azlan.
Si kembar menggeleng.
“Baiklah, nanti sore!” Sambung Azlan lagi.
“Yes!” Seru si kembar senang.
Si kembar pun mulai beraksi menenangkan semua adik-adiknya. Si kembar yang suka menindas adik-adiknya hanya melotot untuk menenangkan semuanya. Seketika 9 adiknya itu langsung diam dan tenang karena takut di tindas si kembar. Diantara semuanya hanya si kembar yang mempunyai peran di takuti selain Balqis di rumah itu.
“Akhirnya aku bisa makan dengan tenang.” Gumam Azlan.
Mereka pun makan dengan tenang pagi itu. Azlan sangat puyang mengurus 11 adik perempuannya, sementara Balqis dan Abrar saling mendekap mesra di salah satu hotel bintang lima di Itali.
Azlan menghentikan mobilnya saat sedang membawa si kembar untuk menunaikan janjinya sore itu. Namun bukannya di toko langganan si kembar membeli tas bermerk, Azlan malah berhenti di salah satu toko bunga. Azlan melihat ada si kurir cantik sedang merangkai bunga. Azlan langsung menarik garis senyumannya, sementara si kembar bengong melihat sang kakak tiba-tiba jadi aneh.
“Kakak mau ngapain sih?” Tanya Melani.
“Mana aku tau!” Sahut Melia.
Si kembar pun keluar dari mobil mengikuti Azlan yang sudah masuk kedalam toko bunga itu.
“Selamat datang!” Ucap kurir itu melihat Azlan yang sudah berdiri di hadapannya.
“Eh, ternyata karyawan spidol!” Gumamnya.
Melia dan Melani terkekeh, sedangkan Azlan berdecak kesal melihat adiknya tertawa.
“Mau pesan bunga?” Tanya kurir itu.
“Yya lah!” Sahut Azlan sedikit ketus padanya.
“Silahkan di pilih, mau bunga yang mana? Kalau boleh tau kau membeli bunga untuk siapa? Kekasih atau sahabat?” Tanya kurir itu.
“Ppffftt, kak Azlan tidak punya kekasih, dia jomblo!” Kata Melia sambil menahan tawanya,
“Iya, dia baru saja di khianati oleh kekasihnya, karena kekasihnya berciuman dengan sahabat kakakku.” Sambung Melani.
“Ups, sorry!” Ucap kurir itu tersenyum meledek Azlan.
“Hei, siapa yang suruh kalian bicara, hah?” Teriak Azlan.
Si kembar kembali tertawa melihat Azlan kesal pada mereka.
“Yasmin, apa kita kedatangan pelanggan?” Tanya seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.
“Iya, ibu!” Sahut kurir itu.
“Oh, namanya Yasmin.” Gumam Azlan dalam hatinya sambil menatap kurir cantik itu.
“Anak muda, apa kau sudah memilih bunganya?” Tanya ibu Yasmin bernama Nani.
“Eemm, aku masih bingung memilih yang mana karena bunga ini untuk wanita cantik.” Ucap Azlan menatap Yasmin.
Si kembar sangat peka dengan tatapan kakaknya yang terus menatap Yasmin.
“Kakak suka sama wanita itu, hihihihihihi.” Bisik Melani.
“Kau benar!” Balas Melia berbisik pada Melani.
“Apa ini untuk kekasihmu?” Tanya Nani.
“Bukan, tapi calon kekasih.” Sahut Azlan masih menatap Yasmin.
“Kalau kau ingin menyatakan perasaanmu, berikanlah bunga mawar merah padanya.” Kata Nani.
“Baiklah, aku akan beli seikat bunga mawar merah.” Kata Azlan.
“Yasmin, kau rangkai bunga mawar merah untuk pelanggan kita. Ibu akan pergi kerumah tante Shopie sebentar.” Kata Nani langsung bergegas pergi dengan taksi.
“Iya, ibu.” Sahut Yasmin.
Azlan masih menatap Yasmin yang berparas cantik dengan rambut panjang terurai sepinggang. Tubuhnya kecil dan kulit wajahnya putih kemerah-merahan.
“Ehem, kak!” Panggil Melia.
“Berisik.” Sahut Azlan kesal pada adiknya yang kembar itu.
Yasmin terus merangkai bunga mawar merah yang Azlan pesan.
“Kau yang antarkan langsung atau dari kami yang antar?” Tanya Yasmin pada Azlan.
“Kau saja yang antar!” Sahut Azlan.
“Kalau begitu berikan alamatnya.” Kata Yasmin.
Azlan pun memberikan alamat yang menjadi alamat toko bunga itu sendiri. Yasmin yang mulanya fokus mencatat langsung menghentikan tanganya saat menulis.
“Ini kan alamat toko kami, apa kau tidak salah?” Tanya Yasmin bingung.
“Tidak! Sebenarnya bunga itu aku pesan untukmu nona Yasmin! Si kurir cantik yang berani menjuluki aku sebagai karyawan spidol.” Kata Azlan.
Yasmin heran menatap pria yang ada di hadapannya.
“Ini bayaran untuk bunganya!” Kata Azlan meletakkan beberapa lembar uang di atas meja dengan sombongnya.
Lalu Azlan dan si kembar pergi meninggalkan toko bunga itu. Mereka melanjutkan tujuan mereka untuk membeli tas bermerk buat si kembar. Yasmin menatap uang yang diberikan Azlan padanya. Yasmin mengepalkan tangannya untuk membalas perbuata Azlan padanya. Malam harinya Chika masuk ke kamar Azlan dan langsung naik ke atas ranjang kakaknya tersebut.
“Kakak.” Panggil Chika membangunkan Azlan.
“Hheem?.” Sahut Azlan.
“Bacakan dongeng untukku!” Pinta Chika si manja.
“Chika, kesayangan mami dan papi! Malam ini aku sangat mengantuk, besok saja ya?” Ucap Azlan.
“Hiks…hiks.” Chika mulai menangis.
“Iya, baiklah!” Sahut Azlan yang akhirnya menuruti kemauan adik bungsunya itu.
“Suatu hari wiro sableng sedang berjalan-jalan di hutan, saat itu ia sedang kehausan, dengan kapak saktinya ia membelah kelapa jadi dua dan meminum air kelapanya, tamat.” Kata Azlan mulai bercerita.
“Kau CEO bodoh!” Ucap Chika kesal.
“Kenapa?” Tanya Azlan.
“Ceritanya terlalu singkat! Habis minum air kelapa langsung tamat, aneh!” Ujar Chika.
“Namanya juga wiro sableng, ya aneh lah, sableng!” Kata Azlan.
“Ceritakan dongeng princess untukku.” Pinta Chika.
“Oke! Suatu hari ada seorang pangeran yang sedang berjalan di hutan, ia merasa sangat kehausan, dengan pedang saktinya ia membelah kelapa menjadi dua dan meminum airnya, tamat.” Ucap Azlan.
“Huh, kau payah!” Ucap Chika kesal pada kakak sulungnya.
“Apa lagi sih yang salah?” Teriak Azlan yang sudah habis kesabarannya.
“Ceritamu tadi tidak ada bedanya dengan si sableng itu!” Balas Chika.
“Menyingkirlah, aku mau keluar dari kamar yang membosankan ini.” Sambung Chika beranjak keluar dari kamar Azlan.
“Hei, siapa yang menyuruhmu masuk ke kamarku, hah?” Teriak Azlan kesal pada adik bungsunya.
“Astaga! Kenapa orang tuaku sangat kejam, memberikanku 11 orang adik yang semuanya super aneh.” Kata Azlan merundungi nasibnya.
Esok paginya setelah repot menghadapi 11 adiknya, Azlan berangkat menuju kantornya. Saat masuk kedalam ruangannya, ia melihat karangan bunga untuknya yang bertulis TURUT BERDUKA CITA. Cepat-cepat Azlan melihat sebuah kartu yang terselip di karangan bunga itu.
“Hei, karyawan spidol! Uang yang kau berikan untuk membayar bunga mawar merah itu berlebih, jadi sebagai gantinya aku memberikanmu karangan bunga yang cocok untukmu! Yasmin.” Tulis Yasmin pada sebuah kartu itu.
“Dandi!” Teriak Azlan memanggil sang asisten.
Dandi pun masuk menemui bos nya yang mondar-mandir kesana kemari.
“Siap bos!” sahut Dandi.
“Ini perbuatan wanita itu! Dengan cara apa aku membalasnya, hah?” Teriak Azlan kesal.
Dandi terkejut melihat karangan bunga yang tertulis TURUT BERDUKA CITA. Tak lama kemudian muncul ide dari otak Dandi yang jenius.
“Bos, dia kan menganggapmu sudah mati.” Kata Dandi.
“Apa kau bilang?" Teriak Azlan semakin kesal.
“Tenang dulu, bos! Dengerin dulu.” Kata Dandi mencoba untuk menenangkan Azlan.
“Dia kan anggap bos sudah mati makanya kirim karangan bunga yang seperti ini! Nah, ide yang ada di otakku yang super jenius ini adalah bagaimana kalau bos nyamar jadi hantu untuk menakutinya, hehehehe!” Sambung Dandi dengan ide konyolnya.
“Jenius!” Sahut Azlan yang sama konyolnya seperti Dandi.
Azlan pun mencari waktu yang tepat untuk membalas Yasmin. Dengan mata-mata yang ia kirimkan untuk mengintai Yasmin, Azlan pun siap menunggu Yasmin yang pulang kemalaman dari kampusnya. Seperti biasanya Yasmin berjalan kaki setelah turun dari bus yang berhenti di halte dekat rumahnya. Hari itu Yasmin mengerjakan tugas dari dosennya di perpustakaan kota. Sangking fokusnya pada tugas-tugasnya, tanpa ia menyadari hari sudah gelap. Yasmin pun pulang kemalaman kerumahnya. Saat berjalan pulang Yasmin melintasi sebuah pohon besar dan biasanya banyak kendaraan berlalu lalang di jalan tersebut. Namun malam itu jalanan sepi bagaikan di kuburan.
Yasmin terus berjalan walaupun malam itu bulu kuduknya agak merinding. Saat berjalan Yasmin mendengar seseorang memanggil namanya. Yasmin menoleh kesegala arah, namun tak satupun orang yang ia lihat di sana.
Yasmin kembali melanjutkan langkahnya. Lalu tiba-tiba ada sebuah kepala nongol di hadapannya. Kepala itu hanya kepala mainan yang di gantung Dandi dengan seutas tali untuk menakuti Yasmin.
“Aaarrgghh!” Teriak Yasmin terkejut ketakutan.
Yasmin berlari dengan kencang, namun tiba-tiba muncul sosok menggunakan jubah serba putih dan wajah yang sangat pucat.
“Yasmin! hihihihihihihihihihi.” Ucap Azlan menakuti Yasmin.
“Aaarrgghh!” Yasmin teriak lagi namun kali ini dia sambil menendang sesuatu yang ada di hadapannya.
“Aduh, sialan! Dia menendang burung pipitku.” Ujar Azlan mengerang kesakitan.
Yasmin yang sangat takut langsung berlari sangat kencang dengan teriakan yang tak akalah kencang dengan langkah kakinya. Setelah Yasmin pergi, Dandi menghampiri Azlan yang masih kesakitan.
“Bos, kenapa?” Tanya Dandi.
“Burung pipitku yang masih perjaka ini di tendang oleh Yasmin.” Sahut Azlan.
“Wah, jadi telur mata sapi tuh!” Ujar Dandi.
“Cepat bawa aku pergi dari sini!” Teriak Azlan.
“Baik bos!” Sahut Dandi.
Yasmin yang ngos-ngosan berlari tiba di depan rumahnya yang cukup sederhana itu. Yasmin mengetuk pintu rumahnya dengan tergesa-gesa. Nani pun membuka pintu itu dengan cepat. Yasmin langsung masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamarnya.
“Kau kenapa, Yasmin?” Tanya Nani pada anaknya yang sudah masuk kedalam selimut.
“Ada hantu.” Sahut Yasmin.
“Hei, kau ini bicara apa sih?” Kata Nani bingung.
“Ibu, aku tadi melihat hantu pria di dekat pohon besar itu.” Kata Yasmin.
“Hantu pria? Kau ini kelelahan mengerjakan tugas kuliahmu hingga malam.” Kata Nani yang tak percaya pada Yasmin.
“Tapi ibu, aku sungguh melihatnya.” Kata Yasmin.
“Pergilah mandi dan makan malam, ibu akan menghangatkan makanan untukmu.” Kata Nani.
“Tak perlu repot, setelah mandi aku akan tidur, besok aku ada jam kuliah pagi.” Kata Yasmin.
“Ya sudah.” Sahut Nani.
Setelah mandi Yasmin pun beristirahat di ranjangnya. Dengan memeluk boneka beruang kesayangannya, ia pun terlelap malam itu.
*****
Setelah menakut-nakuti Yasmin, Azlan langsung pulang kerumahnya. Tiba dirumah ia disambut 11 adiknya yang berjejer di ruang tengah.
“Ada apa? Kenapa kalian belum tidur?” Tanya Azlan bingung melihat 11 adiknya.
“Duit jajan!” Seru semuanya.
“Aku sudah mentransfer ke rekening kalian!” Teriak Azlan kesal.
“Kurang!” Seru mereka lagi.
“Kak, aku memerlukan uang ekstra untuk membeli buku.” Kata Rindi.
“Kak, aku juga butuh uang lebih untuk ikut organisasi di sekolah.” Kata Safiya.
“Kak, uang untuk beli make-up ku kurang.” Sahut Melia.
“Kak, aku butuh ini.
“kak..
“kak…
“kak...
“Aku bisa gila jika terus membiarkan mereka mengoceh sepanjang malam.” Gumam Azlan pusing menghadapi 11 adiknya yang menjadi tanggung jawabnya selama Abrar dan Balqis pergi liburan ke Itali.
Azlan masuk kedalam kamarnya dan membuka brangkas besinya. Ia mengambil segepok uang untuk di bagikan kepada adik-adiknya kecuali Chika.
“Kenapa kakak tidak memberikan aku uang jajan?” Chika protes pada Azlan.
“Kau masih 5 tahun, gak pantas pegang uang.” Kata Azlan melotot pada Chika.
“Hheempp!” Chika kesal.
Setelah membagikan uang kepada semua adik-adiknya, ia masuk kedalam kamar dan membersihkan dirinya di kamar mandi. Setelah mandi ia melihat Jovanka duduk di ranjangnya.
“Ada apa lagi?” Tanya Azlna.
Tanpa menjawab Jovanka memberikan sebuah surat dari sekolahnya. Azlan pun membacanya.
“Surat cinta lagi!” Gumam Azlan.
“Apa kepala sekolahmu sangat mencintai aku, sehingga dia selalu saja memanggilku kesekolahmu?” Teriak Azlan pada Jovanka.
“Bukan aku yang salah! Tapi cowok-cowok nakal itu yang selalu mencari masalah denganku.” Kata Jovanka.
“Kali ini gigi siapa lagi yang kau rontokan?” Tanya Azlan.
“Bukan gigi, tapi tulang hidungnya patah.” Sahut Jovanka.
“Astaga! apakah kau seorang petinju hah?” Teriak Azlan lagi.
“Aku sudah bilang bukan aku yang salah, tapi mereka! Mereka selalu menggodaku.” Ujar Jovanka kesal.
Azlan melihat air mata disudut mata Jovanka. Cepat-cepat ia memeluk adiknya yang tomboy itu.
“Sudahlah, besok aku akan membereskannya!” Kata Azlan.
“Apa yang mereka lakukan padamu?” Tanya Azlan.
“Dia menembakku, saat aku menolaknya dia malah ingin menciumku! Aku kesal dan aku memukulnya.” Jawab Jovanka.
“Hei, dengarkan aku! Pria memang suka menggoda wanita cantik dan kau itu sangat cantik, diantara semua adik perempuanku, kau lah yang paling cantik! hanya saja kau tomboy, hanya di sekolah kau memakai rok.” Kata Azlan.
“Apaan sih! Aku tidak akan pakai rok kecuali di sekolah.” Sahut Jovanka.
“Pergilah tidur, besok aku akan membereskannya.” Kata Azlan.
Jovanka pun memeluk Azlan dan mengucapkan selamat tidur untuknya.
“Sebenarnya aku sangat beruntung memiliki 11 adik perempuan dan mereka sangat menyayangi aku.” Gumam Azlan.
Azlan pun membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Sebelum tidur ia malah teringat pada Yasmin yang baru saja di takutinya.
“Kenapa aku jadi kasihan ya, melihat dia lari sekencang itu karena ketakutan.” Gumam Azlan mengingat kejadian tadi.
“Huh, biarkan saja! Dia menendang burung pipitku.” Gumamnya lagi.
Di ruang kelasnya Yasmin duduk di sebelah sahabatnya yang bernama Sakura, gadis keturunan jepang yang sudah lama menetap di Indonesia. Mereka berdua sudah lama bersahabat sejak masih duduk di bangku SMP. Saat itu dosen sedang menjelaskan materi pelajaran mereka, Sakura melihat Yasmin yang tak fokus. Yasmin seperti sedang memikirkan sesuatu yang membuatnya tak fokus dalam mengikuti materi pelajarannya. Setelah jam pelajaran berakhir, Sakura masih melihat Yasmin seperti ngedumel sendirian. Sakura pun menjadi penasaran dengan apa yang sedang di pikirkan oleh sahabat dekatnya itu.
“Yasmin, dari tadi aku melihatmu seperti memikirkan sesuatu! Kau kenapa?” Tanya Sakura.
“Semalam kau melihat hantu!” Sahut Yasmin.
“What? Hantu? Yang benar saja!” Kata Sakura kaget.
“Sumpah! Aku melihat hantu semalam.” Kata Yasmin.
“Di…dimana?” Tanya Sakura gemeteran.
“Di pohon besar dekat rumahku!” Jawab Yasmin.
“Tapi aku ragu, apa itu memang hantu atau orang gila yang suka mengganggu ya? Soalnya, wajah hantu itu sangat tampan! Dan saat itu aku tanpa sengaja menendang burungnya lalu dia berteriak! Hantu bisa berteriak kah?” Sambung Yasmin bingung sendiri.
“Setahuku hantu itu bisanya ngakak dan terbang, mana ada yang berteriak kesakitan!” Sahut Sakura berpikir keras.
“Hehehehe, hebat juga ya kalau jadi hantu, bisa terbang!” Kata Yasmin.
“Hahaha, kalau kau jadi hantu kau mau terbang kemana?” Tanya Sakura.
“Ke Itali, Negara teromantis di dunia, hehehe.” Jawab Yasmin.
“Sama siapa? Sama kak Fatur?” Ledek Sakura.
“Bisa saja kau ini!” Ujar Yasmin dengan wajah memerah.
Fatur adalah kakak kelas Yasmin saat di SMA. Fatur cowok tertampan di SMA yang tertarik pada Yasmin namun belum berani mengungkapkan perasaannya kepada Yasmin. Yasmin juga menyukai Fatur, tapi ia juga tak mau mengungkapkan perasaannya kepada Fatur. Kini Yasmin dan Fatur terpisah Negara karena Fatur melanjutkan pendidikannya menjadi dokter di Itali. Walaupun terpisah mereka berdua masih tetap saling mengirimkan kabar.
Pagi-pagi sekali Azlan pergi menuju kesekolah jovanka untuk mengatasi permasalahan yang di buat oleh adiknya yang paling cantik itu. Azlan tak lupa membawa Dandi sebagai juru bicaranya dengan orang tua murid yang hidungnya patah akibat di tonjok oleh Jovanka. Azlan memberikan kompensasi berupa segepok uang untuk biaya pengobatan.
Di ruang kepala sekolah.
“Tuan Azlan, ini sudah ke 79 kasus yang di buat oleh jovanka.” Kata kepala sekolah.
Kepala sekolah itu masih muda dan sexy. Tepatnya dia adalah seorang janda yang super sexy. Banyak pria yang gila pada tubuhnya yang sexy kecuali si playboy Azlan.
“Hehehe, adikku memang gila! Aku juga sangat stress menghadapinya.” Sahut Azlan cengengesan.
“Kau tau kan kalau aku harus mengurusi 11 adik perempuanku, ahahaha.” Sambung Azlan yang berkeringat dingin saat kepala sekolah itu duduk di atas meja tepat di hadapannya.
“Sial, sexy sekali dia! Hah, yang benar saja jika aku kencan dengan janda sexy sepertinya.” Ucap Azlan dalam hatinya.
Sedari tadi Azlan menahan dirinya untuk tidak tergoda dengan kemolekan tubuh sexy sang kepala sekolah.
“Jadi apa yang harus aku lakukan untuk masalah jovanka?” Tanya Azlan mulai serius dengan tujuannya.
“Tuan Azlan yang tampan, sebagai kepala sekolah aku harus bertindak tegas pada siswa dan siswi di sekolah ini! jalan yang terbaik adalah menghukum jovanka dengan membersihkan lantai.” Kata kepsek.
Azlan kaget saat adiknya akan mendapatkan hukuman dari kepala sekolah.
“Aku tidak akan membiarkan adikku melakukan hal itu!” Ucap Azlan dalam hatinya.
Azlan bangkir dari kursinya dan mendekati kepsek yang masih duduk di atas meja.
“Kepala sekolah yang sexy! Apakah kita perlu membicarakan hal ini di tempat yang lebih romantis, mungkin?” Kata Azlan melancarkan aksinya.
“Tentu sayang!” Sahut kepala sekolah itu berbisik pada Azlan.
“Dandi!” Teriak Azlan.
“Siap bos!” Sahut dandi masuk kedalam ruangan.
“Berikan surat perjanjian itu pada kepala sekolah yang sexy ini.” Kata Azlan.
Dandi pun memberikan surat perjanjian kepada kepala sekolah untuk di tanda tangani. Di dalam surat perjanjian itu, di tuliskan bahwa tidak ada siswa atau siswi yang berani mencoba untuk mengganggu kenyamanan dan ketenangan jovanka, jika ada yang berani mengganggunya maka kepsek akan menghukumnya. Azlan berbuat demikian karena di semua kasus yang jovanka lakukan semuanya bukan kesalahan jovanka, melainkan kesalahan dari teman-teman cowok yang sering mengganggunya saat di sekolah. Azlan tak ingin adiknya merasa tidak nyaman saat belajar di sekolah itu.
“Tuan, ini sedikit keterlaluan! Aku memperlakukan semua pelajar disini dengan hak yang sama” Kata kepsek protes dengan syarat yang di ajukan Azlan padanya.
“Demi diriku, janda sexy!” Ucap Azlan yang membuat kepala sekolah klepek-klepek.
“Baiklah, hanya demi dirimu.” Bisik kepsek itu.
Kepala sekolah sexy itu langsung menanda tangani surat perjanjian yang di berikan Azlan. Sebagai gantinya ia akan pergi berkencan dengan kepsek tersebut.
Malam yang di tentukan untuk makan malam bersama kepsek pun tiba. Kepala sekolah itu berdandan secantik mungkin untuk menyambut kedatangan Azlan ke apartemen miliknya.
Ting tong…
Si janda sexy membuka pintunya dengan pakaian tipis nan menerawang. Namun saat itu ia kaget, karena bukan Azlan yang datang melainkan pria tampan yang di sewa Azlan untuk menggantikan dirinya.
“Hei, aku menunggu Azlan yang tampan.” Kata kepala sekolah sexy.
“Aku pengganti dirinya!” Bisik pria tampan itu padanya.
“Oh, baiklah! Kau terlihat lebih tampan darinya.” Kata si kepala sekolah sexy menarik pria itu masuk kedalam apartemennya.
*****
Azlan masih duduk di tangga melihat adik-adiknya bertengkar. Ia hanya menatap lesu kepada adik-adiknya. Chika yang sedang membawa boneka kesayangannya menghampiri Azlan yang duduk di tangga.
“Kak, aku mau susu!” Kata chika.
“Aku tidak punya susu! Apa kau tidak lihat dadaku rata begini, bagaimana mungkin aku punya susu?” Sahut Azlan asal bicara.
“Huh, dasar bodoh! Maksudku susu yang sering mami buatkan untukku sebelum tidur.” Teriak Chika.
“Suruh pelayan saja!” Kata Azlan.
“Aku mau kakak yang buatkan untukku.” Kata chika.
“Baiklah, Chika.” Sahut Azlan bangkit dan menuju ke dapur.
Azlan yang tak pernah menginjakan kakinya di dapur, bingung melihat dimana letak susu yang biasa diminum oleh chika si adik bungsu. Ia pun bertanya kepada pelayan yang bertugas di dapur. Setelah mendapatkan susunya, ia kembali bingung harus bagaimana cara untuk membuat susu.
“Kakak, cepatlah! Aku ngantuk.” Rengek Chika.
Azlan kembali bertanya pada pelayannya cara membuat susu untuk Chika.
“Susunya sudah siap!” Seru Azlan.
Chika pun meminum susunya dan Azlan membawa chika ke kamarnya dengan menggendong adiknya tersebut.
“Apa kau mau aku ceritakan dongeng sebelum tidur?” Tanya Azlan.
“Tidak mau! Kau hanya tau cerita wiro sableng aja, makanya ikutan sableng.” Sahut chika.
“Kau ini!” Ucap Azlan kesal seketika pada chika.
“Cepatlah tidur!” Teriak Azlan.
“hhheeemmmpppp!” Sahut chika membalikkan tubuhnya membelakangi Azlan.
Azlan keluar dari kamar chika setelah ia melihat chikat tidur dengan nyenyak. Sebelum masuk kekamarnya ia masih melihat adik-adiknya ngumpul di ruang keluarga.
“Kalian tidak tidur?” Tanya Azlan pada adik-adiknya yang masih belum masuk ke kamarnya.
“Belum ngantuk.” Seru mereka.
Azlan yang belum ngantuk ikutan duduk di salah satu sofa tepatnya di samping Delina yang sedang fokus dengan ponselnya.
“Kau sedang apa?” Tanya Azlan pada Delina.
“Aku punya pacar baru.” Seru Delina dengan centilnya.
“Pacar baru? Besok juga putus!” Sahut Azlan yang tau hubungan Delina dengan semua pacarnya.
“Apaan sih?” Ujar Delina kesal.
“Siapa pacarmu?” Tanya Azlan penasaran.
“Kak dandi!” Jawab Delina.
“What?” Teriak Azlan kaget.
Delina mengangguk bagaikan tak berdosa.
“Besok kau akan berduka cita atas kematiannya.” Kata Azlan pada Delina.
“Memang dia sakit apa kak? Kenapa mati?” Tanya Delina tak nyambung dengan maksud Azlan.
Si kembar ngakak mendengar Delina yang bodoh tak nyambung maksud si Azlan.
“Dia mati bukan karena sakit, bodoh! Tapi karena berani pacaran dengan adikku.” Sahut Azlan menahan emosinya.
“Kak, apa ditubuhku ada benda tajam yang dapat membunuh kak Dandi?” Tanya Delina semakin bodoh.
“Astaga! bicara dengan Delina memang sungguh menguras energi.”Gumam Azlan.
Si kembar malah semakin ngakak melihat Azlan frustasi saat berbicara dengan delina.
“Jangan menertawai aku!” Teriak Azlan pada si kembar.
Si kembar bukannya takut malah tambah ngakak melihat Azlan kesal sendiri. Azlan masih duduk di samping Delina melirik chat mesra yang dikirim oleh Dandi pada adiknya.
“Sialan si Dandi! Malah memburu adikku dengan rayuan mautnya.” Ucap Azlan dalam hatinya.
Saat melirik kepo pada ponsel yang sedang dimainkan oleh delina, tiba-tiba sei kembar mendekatinya.
“Kak, Yasmin si pengantar bunga itu kuliah di universitas yang sama dengan kami.” Kata Melia.
“Iya kak.” Sambung Melani.
“Apa hubungannya denganku?” Tanya Azlan.
“Eh, bukannya kakak suka padanya?” Tanya Melani.
“Yang benar saja! Aku hanya suka mengganggunya karena dia menjuluki aku karyawan spidol waktu itu, itu juga karena keisengan kalian berdua.” Sahut Azlan menarik telinga si kembar.
“Aduh, sakit kak!” Teriak si kembar.
“Kau bohong! Waktu itu kau terus saja menatapnya.” Kata Melani pada Azlan.
“Dia wanita yang sangat cantik, lebih cantik dari si Desi yang menyebalkan itu!” Sahut Melia.
“Aku dan desi tidak ada hubungan apa-apa lagi, jangan menyebut namanya dihadapanku!” Sahut Azlan kesal.
“Karena kau jomblo, ayo dekati Yasmin saja, kak!” Kata Melia.
Melani mengangguk menatap Azlan.
“Huh, dasar!” Azlan hanya berdecak kesal pada si kembar.
“Jo, bagaimana di sekolah?” Tanya Azlan.
“Kakak yang terbaik!” Seru Jovanka dengan wajah datarnya.
“Dih, abang-abang di tembak cowok malah nonjok!” Seru si kembar sambil tertawa.
“Diamlah!” Sahut Jovanka.
Tiba-tiba ponsel Azlan berdering telepon dari Geof, anaknya Luky.
“Hei, kami sedang ngumpul nih! Kau tidak ikut bersenang-senang dengan kami? Ada si kenzo juga.” Kata Geof di sebuah tempat yang mereka bangun untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.
“Iya, sebentar lagi aku kesana.” Sahut Azlan.
“Cepatlah.” Kata Geof lagi.
Azlan pun bersiap-siap untuk pergi ngumpul dengan sahabat-sahabatnya yang tak lain adalah anak-anak dari sahabat Abrar. Saat akan menuju ke depan pintu, ia mendengar tangisan Syifa dari kamarnya. Azlan panik dan berlari mendatangi adiknya itu.
“Ada apa?” Tanya Azlan.
“Valeri merobek buku tulisku.” Jawab Syifa menangis.
“Astaga, aku pikir ada apa.” Gumam Azlan tepok jidat.
Azlan pun menuju kamar Valeri dan membuka pintu kamarnya.
“Valeri, kenapa kau merobek buku Syifa?” Teriak Azlan.
“Kak, sudah berapa kali gue bilang! Aku itu Rindi bukan Valeri!” Sahut Rindi yang sedang duduk di meja belajarnya.
“Tapi di pintumu tertulis nama Valeri.” Kata Azlan.
“Apa si valeri setinggi gue? Valeri masih umur 7 tahun sedangkan gue 15 tahun!” Kata Rindi dengan bahasa gaulnya.
“Lantas kenapa dipintumu tertulis nama Valeri, bukannya Rindi?” Tanya Azlan bingung.
Rindi pun mengecek semua kamar yang namanya di acak-acak menjadi salah.
“Kerjaan si Valeri nih! Dia ngacak semua nama yang ada di pintu kamar kami.” Kata Rindi membuat otak Azlan mendidih.
“Eh, ini bukan kamarku, kenapa namaku ada dipintu ini?” Ujar Kikan bingung.
Semuanya pada bingung mencari kamarnya akibat ulah Valeri yang berniat untuk bersembunyi dari amukan Azlan karena telah merobek buku Syifa. Riuh ricuh kembali terjadi di rumah itu. Azlan semakin pusing melihat adik-adiknya yang terus ribut. Tak lama terdengar suara tangisan Chika yang terbangun dari tidurnya karena mendengar kebisingan dari yang lain. Amarah Azlan naik ke ubun-ubun saat itu. Ia pun mencari-cari dimana Valeri bersembunyi. Semuanya telah mendapatkan kamar mereka masing-masing. Chika kembali tidur di kamarnya di antar oleh si kembar. Azlan menemukan satu kamar yang tersisa dan itu adalah kamar Valeri. Azlan membuka pintu kamar itu dan melihat keseluruh ruangan, namun ia tak melihat Veleri dimana-mana.
“Kemana si Valeri?” Gumam Azlan melangkah kesana-kemari.
Seakan tak tahan dengan emosinya, ia masuk ke dalam kamarnya untuk berbaring sejenak agar emosinya menurun. Dan saat itu ia melihat Valeri yang tertelungkup di ranjang tidur milik Azlan. Valeri tertidur saat menuliskan kata maaf pada sebuah kertas untuk Azlan. Emosi Azlan langsung hilang saat melihat tulisan Valeri yang mengucapkan kata maaf untuknya. Tak ingin membangunkan Valeri yang tidur nyenyak di ranjangnya, Azlan pun keluar dari kamarnya dan pergi menemui sahabat-sahabatnya.
Disana ia telah ditunggu oleh 2 orang sahabatnya dan 1 orang sepupunya. Mereka adalah Geof (anak Luky), Boy (anak Romi), Kenzo (anak Devan). Usia mereka memang tidak sebaya dengan Azlan, namun mereka sudah seperti sahabat setelah mereka sama-sama dewasa.
“Sepertinya kau sedang stress!” Kata Boy pada Azlan.
“Aku puyeng dengan 11 adik perempuan.” Sahut Azlan.
“Aku hanya memiliki 1 adik perempuan, itu saja sudah membuatku pusing, apa lagi dia yang punya 11 adik perempuan.” Sambung Kenzo.
“Hahahaha, tapi semua adik-adikmu cantik loh.” Ujar Geof yang sifatnya menurun seperti Luky yaitu Playboy.
“Apa lagi si Jovanka, aku naksir padanya.” Kata Geof lagi.
“Jangan ganggu adik-adikku!” Kata Azlan.
“Kak, tante dan om masih di itali?” Tanya Kenzo.
“Masih.” Sahut Azlan.
“Kapan kembali?” Tanya Kenzo lagi.
“Hanya tuhan yang tau kapan mereka pulang.” Jawab Azlan puyeng memikirkan tingkah orang tuanya.
“Pppfffttt, hahahahaha.” Semuanya tertawa melihat Azlan.
Lalu ponsel Kenzo berdering.
“Eh, si Gaby nih!” Kata Kenzo pada Azlan bahwa sepupu mereka yang tinggal di Itali menghubunginya. Kenzo pun menerima telepon dari Gaby.
“Ada apa?” Tanya Kenzo.
“Kak, aku mau liburan ke Indonesia. nginap dirumahmu ya.” Kata Gaby.
“Tidak!” Sahut Kenzo yang tak suka banyak wanita dirumahnya.
“Aku sedih.” Sahut Gaby.
“Di rumah kak Azlan saja!” Kata Kenzo.
Azlan langsung menendang bokong Kenzo.
“Kau menambahkan penderitaanku saja.” Teriak Azlan kesal pada Kenzo.
“Oke, aku nginap dirumah kak Azlan saja!” Seru Gaby kegirangan.
Tutt…ttuuttt…..Kenzo menutup ponselnya.
“Hehehehehe, nambah satu lagi.” Kata Kenzo terkekeh jahat pada Azlan.
Hening…..
“Si Gaby itu sepupu kalian yang di itali kan?” Tanya Geof pada Azlan dan Kenzo.
“Jangan coba-coba mendekatinya!” Seru Azlan dan Kenzo serentak pada Geof.
“Sewot banget!” Sahut Geof kesal pada Azlan dan juga Kenzo.
Azlan melupakan sedikit pikiran sumpeknya bersama sahabat-sahabatnya itu. Mereka melakukan hal yang menyenangkan seperti biasanya saat mereka ngumpul bareng. Hampir jam 4 pagi Azlan mengendarai mobilnya untuk pulang kerumah. Saat di perjalanan ia melihat Yasmin yang panik mencari taksi di pinggir jalan.
“Itu kan si kurir cantik itu! Sedang apa dia di pinggir jalan? Tidak mungkin kan dia jual diri?” Pikir Azlan melihat Yasmin.
Dengan rasa keponya pun Azlan berhenti tepat di depan Yasmin yang wajahnya sudah basah karena air matanya.
“Sedang apa kau?” Tanya Azlan pada Yasmin.
“Tuan, tolonglah aku! Ibuku sedang sakit, aku mencari taksi tapi tidak satupun yang lewat. Tolonglah antarkan ibuku kerumah sakit.” Pinta Yasmin memohon pada Azlan.
Demi menolong orang yang minta bantuan padanya, Azlan pun membantu Yasmin membawa ibunya kerumah sakit. Nani memiliki riwayat penyakit kanker hati yang ia sembunyikan dari Yasmin. Nani tak ingin putrinya merasa cemas dengan penyakit yang menggerogoti tubuhnya itu. Dengan panik mereka membawa Nani kerumah sakit terdekat. Wajah Nani sangat pucat saat sedang di tangani oleh dokter.
“Dokter, apa yang terjadi pada ibuku?’ Tanya Yasmin.
“Ibumu menderita penyakit kanker hati dan sudah stadium 4.” Jawab dokter.
Yasmin sangat terkejut mendengar perkataan dokter tentang penyakit serius yang di idap oleh ibunya. Begitu pula Azlan yang merasa iba melihat Yasmin menangis mengetahui kondisi ibunya yang tak akan bertahan lama. Tiba-tiba seorang perawat datang untuk memanggil dokter itu.
“Dokter, kondisi pasien Nani semakin melemah!” Kata perawat itu.
Yasmin semakin panik saat mengetahu kondisi ibunya yang semakin memburuk. Azlan masih menemani Yasmin dirumah sakit saat itu. Ia melihat Yasmin yang sangat panik dan butuh sandaran saat menangis. Azlan mendekati Yasmin dan mendekapnya. Yasmin yang memang butuh sekali sandaran, membalas dekapan Azlan.
“Tenanglah, Yasmin.” Ucap Azlan mencoba untuk menenangkan Yasmin yang sedang panik dan menangis.
“Aku takut ibuku akan pergi meninggalkan aku! Hanya dia yang peduli padaku didunia ini.” Kata Yasmin dalam isak tangisnya.
Azlan semakin erat memeluk Yasmin. Tak lama kemudian dokter kembali keluar dan menatap Yasmin sedih.
“Bagaimana dokter?” Tanya Yasmin khawatir.
“Maaf, nyawanya tidak tertolong!” Jawab dokter itu.
Tangisan Yasmin pecah di rumah sakit itu. Ia berlari masuk kedalam ruangan melihat kondisi ibunya yang sudah pergi meninggalkan dirinya.
“Ibu bangunlah, aku mohon.” Ucap Yasmin dalam tangisnya.
Berkali-kali ia mencoba untuk membangunkan ibunya yang sudah terbujur kaku diruang rumah sakit itu. Azlan tak tahan melihat Yasmin yang begitu tenggelam dengan kesedihannya. Yasmin seakan tak menerima kalau ibunya sudah pergi meninggalkan dirinya.
“Yasmin, sadarlah!” Teriak Azlan.
“Apapun yang kau lakukan tidak akan bisa membuat ibumu bangun kembali.” Sambung Azlan.
Yasmin terduduk di lantai meratapi kesedihannya. Azlan mencoba untuk menenangkan Yasmin lagi. Setelah tenang Yasmin mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Azlan yang telah membantunya membawa Nani kerumah sakit. setelah itu Azlan pulang kerumahnya,karena Yasmin mengatakan padanya kalau ada keluarganya yang akan mengurus pemakaman ibunya nanti. Tanpa istirahat sedikitpun, Azlan pergi ke kantornya. Di ruang kantor ia teringat akan Yasmin yang baru saja kehilangan ibunya.
“Kenapa wajah yasmin tak asing bagiku?” Gumam Azlan.
Lalu Azlan mengajak dandi untuk pergi ke temat pemakaman ibunya Yasmin. Dari kejauhan ia melihat Yasmin terus menangis di samping pusara ibunya. Disana juga tampak seorang pria paruh baya dan 2 orang wanita. Azlan penasaran dengan pria paruh baya yang wajahnya sedikit familiar di matanya.
“Dandi, apa kau kenal dengan pria paruh baya itu?” Tanya Azlan.
“Itu adalah tuan Teo, pemilik perusahan jaya abadi.” Jawab Dandi.
“Ada hubungan apa Yasmin dengan dia?” Gumam Azlan dalam hatinya.
“Dandi, cari tau hubungan Yasmin dengan tuan Teo itu secepatnya!” Perintah Azlan.
“Oke bos!” Sahut Dandi.
Azlan pun pergi meninggalkan tempat pemakaman ibunya Yasmin. Sementara Yasmin masih terus menangis di samping pusara ibunya.
“Yasmin, sebaiknya kau tinggal denganku.” Kata Teo.
Yasmin tak bergeming.
“Yasmin, sampai nangis darah pun ibumu tidak akan bangun lagi.” Kata Teo lagi.
“Pergilah, aku akan disini sebentar lagi.” Kata Yasmin.
“Baiklah, jika kau sudah tenang kembalilah kerumah dan tinggal bersamaku.” Kata Teo lagi.
Yasmin tak menjawab dan Teo pergi meninggalkan Yasmin sendirian di pemakaman itu. Yasmin kembali menangis mengenang ibunya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!