"Cinta, ini gila! Aku menikah! Dengannya? Si gendut, pendek, berkacamata itu! Cinta Ardita Widjaja, model cantik dan seksi abad ini menikah dengan bocah seperti itu! Ini mengerikan!" gumam Cinta frustasi seorang diri di dalam kamar seraya mengacak-acak rambutnya sendiri.
Tiba-tiba papinya datang dan berkata, "Cinta, kau harus menikah dengannya!" seraya berdiri di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan membunuh. "Tidak mau! Cinta tidak mau menikah dengan orang gila sepertinya, Pi!" teriaknya seraya membalikan badannya.
"Cinta sayang, dia mencintaimu, Nak," sahut maminya yang tiba-tiba ada di hadapannya dan mulai mendekat ke arahnya. "Tidak peduli! Cinta bisa gila punya suami sepertinya, Mi!" rengeknya manja dan kembali memutar badannya ke arah samping.
"Cinta!" panggil oma seraya melambaikan kartu keluarga di depan Cinta sambil berdiri di atas tumpukan baju, gaun, tas, jam tangan, perhiasan, sendal dan sepatu branded milik Cinta yang menggunung, tidak lupa beserta deretan kartu kredit, kunci mobil, rumah dan apartemen milik Cinta yang oma pegang. "Oma jahat!" teriak Cinta mulai menangis histeris sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Hai, pengantin baru!" sapa Rio yang tiba-tiba datang melambaikan tangannya dengan wajah tersenyum menakutkan. "Salah orang!" teriak Cinta kesal dengan mengalihkan kedua tangannya, menutup kedua telinganya.
"Sudahlah, terima saja!" ucap Raka yang datang bersama Mili. "Tidak! Tidak! Tidak!" teriak Cinta seraya melempari Raka dengan semua benda yang bisa diraihnya. Entah dari mana datangnya benda-benda itu.
"Cinta, kamu mau ke mana?" teriak Mili. "Kabur! Aku harus kabur sebelum menikah dengan cowok gila sepertinya!" sahut Cinta berlari secepat kilat menuju pintu. Cekrek! "Hah!" ucap Cinta, tiba-tiba mematung di tempat.
Jeng! Jeng! Jeng! Seorang pria tampan dengan postur segagah dan setampan Jungkook sedang berlutut di hadapannya. Syalalalalala ...! Tiba-tiba saja terdengar alunan musik di telinga Cinta. Rasanya, lonceng kehidupan asmaranya berdentang indah saat ini. Deg! Deg! Deg!
"Astaga, jantungku!" ucap Cinta terpesona, "kenapa sih, dia harus setampan ini! Sedot lemak dan operasi plastik di mana sih, bocah gendut ini? Kenapa ondel-ondel sepertinya bisa berubah jadi oppa tampan? Gila! Mana mirip bias-ku lagi! Bagaimana aku bisa kabur coba, kalau ditahan dengan tubuh paripurna dan ketampanan sempurna seperti ini!?" ucap Cinta dalam hati.
"Cinta, will you marry me?" ucap pria itu seraya menyodorkan seikat bunga mawar merah muda dan sebuah cincin berlian yang berkilauan. Cling! Cling! Cling! "Astaga, mataku silau!" pekik Cinta seraya menutup kedua matanya.
"Woy, bangun!" teriak Mili seraya menarik selimut Cinta. Cinta yang terkejut langsung duduk terbangun. Ia mengedip-kedipkan matanya karena silau dengan sinar mentari yang masuk dari balik tirai kamarnya. "Cepat mandi, sana!" perintah Mili.
"Aaah!" pekik Cinta tiba-tiba. "Apa?" tanya Mili terkejut. "Aku belum jawab lamarannya!" ucap Cinta dengan ekspresi kecewa. "Lamaran?" tanya Mili bingung, "Eh, bocah! Kau bermimpi apa? Mimpi dilamar Jungkook lagi? Astaga, itu pangeran tampanmu sudah siap jalan ke altar, loh!" lanjut Mili, sontak Cinta pun merinding mendengarnya.
***
Pernikahan mantan model cantik dan seksi, Cinta Ardita Widjaja, dengan kekasihnya, oppa tampan dari Korea pun menjadi viral. Kepopuleran Cinta membuat private wedding party bernuansa outdoor itu menjadi kisah romantis abad ini, yang membuat semua gadis lain menangis iri melihatnya.
Sebuah resort mewah yang berada di tengah laut Maldives menjadi saksi bisu pernikahan spektakuler itu, sekaligus bulan madu keren mereka. Paviliunnya yang sudah didekorasi dengan sangat cantiknya bersama mawar putih yang menyeruakan harumnya ke segala arah berpadu dengan wangi khas laut yang menenangkan dari hamparan laut biru jernih yang mengelilinginya. Dipercantik dengan ikan warna-warni yang berenang ke sana ke mari, seperti mengiringi kedatangan mempelai wanitanya dari balik lantai kaca tembus pandang di bawahnya.
Mempelai pria yang sudah berdiri di depan altar semakin menawan dengan setelan jas dinner suit semi formal-nya. Jas pengantin berbahan wool silk, berwarna putih dengan potongan regular fit, membalut pas di tubuh atletisnya. Dipadu dengan kemeja slim fit putih tanpa dasi dan kancing atasnya yang sengaja dibiarkan terbuka, plus dress sneakers putih memberi kesan kasual dan santai. Dibandingkan dengan gaya formal dan klasik, pria itu lebih memilih tampil stylishly stand out di hari istimewanya. Ia menatap lekat pada Cinta yang selalu membuatnya terpesona dengan kecantikannya.
Sedangkan mempelai wanita, yaitu Cinta sendiri, begitu mengagumkan dengan gaun pengantin tali satu yang memperlihatkan tulang selangkanya yang cantik serta belahan dadanya yang mampu membuatnya menjadi pusat perhatian. Wedding dress berbahan lace dengan model mermaid itu membalut tubuh tinggi semampainya dengan sempurna, menampilkan punggung putih mulusnya yang hanya tertutup seutas tali yang saling menyilang serta rambut ikalnya yang dibiarkan terurai indah. Rambut yang tidak hentinya tertiup oleh angin pantai yang selalu membelainya, menambah Cinta semakin terlihat cantik, seksi dan anggun bersamaan.
"Kenapa sih, dia menatapku sampai seperti itu? Apa ada yang salah dengan make up-ku? Lama-lama wajahku bisa berlubang tembus sampai jantung kalau ditatap seperti ini terus," tanya Cinta dalam hati sambil memperhatikan pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.
"Haaah ... Kenapa harus seperti ini? Jujur, aku masih tidak percaya menikah dengannya, tapi aku juga tidak mungkin bisa menolak visual sempurna sepertinya, 'kan!Sial! Kenapa aku lemah pada wajah tampannya itu? Kenapa juga semakin hari, dia semakin tampan, semakin keren, semakin seksi? Mana dia sengaja menghamili aku lagi! Aku 'kan semakin tidak bisa kabur dari dia," gerutu Cinta dalam hati sambil menghela nafasnya berat dengan wajah yang tertunduk lesu.
Setelahnya, ia kembali memandang dan memperhatikan sang mempelai pria dari ujung kaki sampai ujung kepala, "Lihat saja sekarang, betapa kerennya dia berdiri di sana! Dia 'kan memang tampan, tapi dengan jas pengantinnya itu ... ah, dia semakin berkilau saja! Gila, kamu Cinta! Benar-benar gila kamu punya suami gila sepertinya!" ucap batin Cinta seraya berjalan kearah calon suaminya itu sampai tangan Tuan Widjaja menyerahkan tangan putri satu-satunya ke tangan pria yang sudah dipilih ibunya dari dulu untuk menjadi menantunya itu.
"Cantik!" ucap sang pria dengan tersenyum begitu manis saat menyambutnya. Deg! Sontak Cinta membalas senyuman itu dengan begitu cantik, tapi sesaat ia kembali tersadar, lagi-lagi ia kalah dengan wajah tampan itu. Cinta pun kembali menghela nafasnya panjang, berusaha setenang mungkin, tapi lagi-lagi pikiran itu menghantuinya. Awalnya, ia menolak pernikahan ini, tapi saat bertemu lagi, ia malah langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pria di sampingnya ini.
"Azio Salim, apa kau bersumpah selama hidupmu hanya akan mencintai Cinta Ardita Widjaja?" tanya pendeta yang memimpin upacara pernikahan itu. "Saya bersumpah," jawab mempelai pria dengan yakin. "Cinta Ardita Widjaja, apa kau bersumpah selama hidupmu hanya akan mencintai Azio Salim?" tanya pendeta itu dengan pertanyaan yang sama pada Cinta.
Deg! Deg! Deg! Cinta kembali tersadar dari lamunannya. Setelah semua berjalan dengan begitu indah, ia baru mengetahui rahasianya. Hal yang selalu membuatnya bingung saat menatap sepasang mata itu. Hal yang harus ia simpan sendiri, tanpa bisa ia ceritakan pada orang lain karena ia tertahan dengan kesalahannya sendiri.
"Walaupun aku mencintainya ... Apa aku bisa menerima semuanya? Apa aku bisa mencintainya seutuhnya?" tanya Cinta dalam hatinya seraya memandang prianya dengan segala pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya, "Saya bersumpah," ucapnya pada akhirnya dengan masih menatap prianya itu.
"Azio Salim dan Cinta Ardita Widjaja, di dalam nama Tuhan, saya nyatakan kalian berdua resmi sebagai suami istri yang sah," ucap pendeta yang meresmikan janji suci keduanya. Cinta pun memejamkan matanya saat bibir tipis pria yang sudah menjadi suaminya itu mencium bibirnya di depan altar pernikahan.
"Siapa pun kamu, sekalipun aku tidak pernah membayangkan akan menikah denganmu, bahkan namamu tidak pernah sekalipun terlintas di pikiranku untuk kujadikan kekasih, tapi sekarang aku sudah menjadi istrimu, menjadi milikmu seutuhnya. Walaupun aku sempat ragu, tapi mulai hari ini aku sudah bersumpah untuk mencintaimu seutuhnya, menerima dirimu apa adanya. Semoga saja aku bisa bertahan dengan kegilaan ini," lagi-lagi batin Cinta berbicara sendiri sambil menikmati ciuman hangat pria yang sudah menjadi suaminya itu.
Tanpa Cinta sadari, sepasang mata tajam di balik kacamata itu terbuka dan menatapnya lekat dengan tatapan yang berbeda dengan saat ia menyambut mempelai wanitanya tadi. "Aku memang gila dan aku bisa pastikan, aku juga akan membuatmu gila! Gila karena tergila-gila padaku! Sampai kau yang tidak bisa melepaskanku selamanya!" katanya dalam hati sampai mengakhiri ciumannya dengan sebuah seringai.
Deg! Cinta tertegun saat melihat seringai tampan itu, seringai yang selalu mampu membuatnya membeku dengan tatapan mata serigala gilanya yang selalu terasa mengintimidasi. Cinta kenal betul siapa pemiliknya, Jiyoung! Bukan Azio, teman kecilnya yang ia kira seperti kelinci kecil yang imut! Kenyataannya, pria sempurna yang ia nikahi itu tetap memiliki kekurangan.
Bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini? Satu hal itu yang Cinta lupakan saat terpesona dengan kesempurnaan visual seorang Ahn Jiyoung, visual yang selalu berhasil membuat jantungnya berdebar serta pribadi yang nyaman dan sikap yang menggemaskan. Berbanding terbalik dengan kenyataan yang ia temukan, kepribadian ganda sang pria. Serigala gila yang bersembunyi di balik paras imut kelincinya yang tampak polos.
"Papi, memanggil Cinta?" tanya Cinta Ardita Widjaja dengan pelan dan sedikit gemetar. Pasalnya, Tuan Ardinata Widjaja tidak akan memanggilnya ke ruang kerjanya, jika bukan karena putri kesayangannya itu sudah melakukan kesalahan. "Apa-apaan berita itu!" bentak pria tampan yang masih terlihat gagah di usianya yang sudah tidak muda lagi itu.
"Aduh, mati aku! Aku harus jawab apa kali ini!" rutuk Cinta dalam hati. "Sayang, perempuan di foto itu bukan kamu, 'kan? Foto itu cuma editan, 'kan?" tanya Nyonya Dita Widjaja pada putrinya yang sudah mulai berkeringat dingin.
"Kenapa diam!" bentak Tuan Widjaja lagi, tapi Cinta semakin diam ketakutan, "Cinta, papi dan mami sudah mengizinkanmu menjadi model, tapi bukan pergaulan bebas seperti ini yang papi harapkan!" lanjutnya.
"Pe-pergaulan bebas? Papi kejauhan! Di situ Cinta hanya cium ... man ... " ucap Cinta tertahan menyesali kata terakhir yang baru saja diucapkannya. Tuan dan Nyonya Widjaja membelalakan mata mereka mendengar perkataan putrinya itu.
"Maksud Cinta ... Awww!" Cinta berniat menjelaskan tapi ucapannya terpotong saat telinganya ditarik seseorang dari belakang, "Oma! Sakit, Oma!" ringisnya. "Dasar gadis manja! Makin hari makin nakal!" ucap wanita tua itu seraya melepaskan tangannya dari telinga Cinta.
Cinta memegangi telinganya yang memerah sambil masih meringis, "Ardi, panggil Azio pulang! Sudah saatnya gadis manja ini menikah!" ucap Nyonya Besar Widjaya itu dengan tatapan tajam pada cucunya.
"Hah, menikah! Cinta? De-dengan siapa tadi? Azio?" ucap Cinta tidak percaya, "tunggu dulu! A-azio? Azio anak Om Salim? Anak sahabat papi yang yatim piatu itu? Anak pintar yang selalu Oma bangga-banggakan itu? Yang Oma sekolahkan sampai kuliahkan di luar negeri itu?" rentetan pertanyaan Cinta itu hanya dibalas anggukan dari papinya. Glup! Cinta sampai kesulitan menelan ludahnya sendiri, "Papi bercanda, 'kan?" ucap Cinta, tapi Tuan Widjaja menggeleng.
"Cinta harus menikah dengan Azio? Ondel-ondel yang menyebalkan itu!" tanya Cinta sekali lagi. Kali ini, semua yang ada di ruangan itu serempak menganggukan kepalanya. Bruk! Pada akhirnya model cantik bertubuh tinggi semampai itu pun pingsan mendengar keputusan akhir hidupnya.
***
Saat Cinta sadar dari pingsannya, ia berlari menuju kamar neneknya, "Oma!" panggilnya, "Oma, hanya bercanda 'kan tadi?" tanyanya. "Hmm ... " sahut oma. "Ayolah, Oma. Cinta belum mau nikah," rengeknya manja mencoba membujuk neneknya itu. "Tidak. Ini sudah saatnya kamu menikah," kata oma.
"Tapi Oma, Cinta masih muda. Lagipula Azio lebih tua dari Cinta," ucap Cinta. "Kamu sudah 22 tahun. Untuk wanita Indonesia, sudah biasa menikah di usia itu dan Azio baru 27 tahun. Hanya beda 5 tahun, 'kan?" jawab oma.
"Tapi Oma, Kak Rio yang seumuran Azio saja belum menikah. Raka juga sudah lama berpacaran dengan Mili. Kenapa bukan Raka saja yang duluan?" rayu Cinta. "Mereka pria. Pria tidak punya aturan menikah di umur berapa," jawab oma. "Curang!" ucap Cinta kesal.
"Oma tahu, kamu masih perawan," ucap oma tiba-tiba. "Dari mana oma tahu?" tanya Cinta dengan gaya tengilnya. "Oma bisa membedakannya," jawab oma. "Serius? Bagaimana caranya?" tanya Cinta penasaran. "Rahasia!" jawab oma. "Ih, Oma nakal!" sahut Cinta.
"Sama nakalnya sepertimu! Makanya, oma mau kamu menikah secepatnya, sebelum gadis nakal sepertimu kebablasan dan Azio adalah pilihan yang tepat untukmu. Kalian sangat cocok," kata oma. "Tidak!" sahut Cinta. "Kenapa?" tanya oma. "Masa Oma mau cucu Oma yang cantik dan seksi ini menikah dengan pria seperti itu?" ucap Cinta memanyunkan bibirnya. "Seperti itu bagaimana?" tanya oma bingung.
"Gendut, pendek, berkacamata. Apa kata dunia nanti saat foto-foto pernikahan model ternama Cinta Ardita Widjaja beredar di .... Arrghh! Membayangkannya saja Cinta bisa gila, Oma!" jawab Cinta, tapi Oma hanya tertawa mendengarnya, "memangnya Azio sudah setuju?" lanjutnya. "Tentu saja, Azio tidak akan menolak. Bukankah oma sudah membantu membiayai hidupnya selama ini?" kata Oma
"Ah, Oma jahat!" seru Cinta. "Apa maksudmu, hah?" tanya Oma seraya mengerutkan keningnya. "Memangnya kalau Azio menolak, Oma mau minta Azio mengembalikan biaya hidupnya selama ini apa?" kata Cinta tengil, tapi lagi-lagi oma menarik kupingnya, "ampun, Oma!" pekik Cinta seraya meringis. "Apa kamu pikir oma sejahat itu!" kata oma.
"Oma itu seperti sedang menjualbelikan cucu, tahu tidak?" ucap Cinta kesal. "Kata siapa? Oma hanya menawarkan cucu oma yang cantik, seksi dan masih perawan ini dan Azio mau. Oma tidak pernah memaksanya. Azio 'kan dari dulu memang suka dengan cucu oma ini," kata oma.
"Tapi Oma memaksa Cinta!" ucap Cinta semakin kesal karena rasanya percuma saja ia merengek manja pada omanya ini. "Karena oma tahu, kamu akan langsung menolaknya di awal ... " sahut oma. "Itu, Oma tahu! Kenal saja, tidak!" kata Cinta lagi. "Bukankah dari kecil sudah kenal?" kata oma bingung.
"Itu 'kan dulu. Setelah Om Salim meninggal, Azio 'kan tidak pernah main ke Jakarta lagi. Cinta juga tidak pernah ikut Oma ke Bandung, 'kan. Jadi, kita tidak pernah bertemu lagi. Kata Oma juga, beberapa bulan setelah itu, Azio pindah ke Korea 'kan tinggal bersama nenek dari ibunya yang orang Korea itu. Lalu, melanjutkan kuliahnya di Harvard, 'kan? Setelah kuliah, katanya kembali tinggal di Korea untuk mengurus perusahan di sana. Mana Cinta tahu sekarang Azio seperti apa," kata Cinta.
"Lalu?" ucap oma. "Ah, oma! Cinta itu tidak cocok dengan Azio! Oma lupa, ya? Dulu Cinta selalu bertengkar dengan Azio, 'kan?" kata Cinta. "Oma ingat. Azio selalu kamu marahi," kata oma. "Dia itu sangat menyebalkan, Oma. Selalu mengikuti Cinta seperti ondel-ondel!" ucap Cinta dengan ekspresi seperti trauma mengingat masa kecilnya.
"Itu 'kan karena dia sudah suka kamu dari dulu," kata oma lagi. "Idih, amit-amit!" sahut Cinta. "Loh, kenapa? Baguskan?" tanya oma. "Apanya yang bagus dikejar-kejar bocah ondel-ondel seperti itu!" ucap Cinta dengan wajah cemberut. "Kalau dia masih suka denganmu sampai sekarang, berarti dia cinta mati padamu?" kata oma.
"Dari mana oma tahu? Siapa tahu 'kan di sana Azio juga punya pacar. Bagaimana kalau Azio terpaksa meninggalkan pacar yang dia cintai gara-gara tidak bisa menolak harus menikahi Cinta? 'Kan kasihan, Oma ... " bujuk Cinta sekali lagi. "Azio tidak pernah pacaran. Dari dulu, anak itu hanya suka padamu. Oma bisa jamin itu! Oma sudah selidiki terlebih dahulu," sahut oma.
"Lama-lama Oma seperti intel, ya!" sindir Cinta, tapi oma hanya tertawa melihat wajah manyun cucunya itu, "tapi kalau Cinta tetap menolak, bagaimana?" lanjutnya. Oma menghentikan tawanya dan menatap tajam Cinta dengan wajah serius.
***
Keesokan harinya, di kamar mewah putri Keluarga Widjaja itu, "Ada apa kamu memanggilku ke sini?" tanya Mili, sahabat yang merangkap sebagai manajer sekaligus asisten Cinta, juga calon adik iparnya, "astaga!" pekik gadis manis itu saat Cinta membalikan badan menghadapnya dengan wajah kacau dan mata yang sangat sembab.
"Kamu lagi belajar akting menangis untuk melow drama, ya?" tanya Mili polos. Cinta semakin menangis mendengarnya, dengan kesal dia berkata, "Mataku bengkak seperti ini, kamu sebut akting? Hiks ... memangnya kamu pikir aku mau memenangkan "Piala Oscar" apa! Hiks ..."
"Jangan katakan papi dan mami kamu sudah melihat berita kamu ciuman dengan pria bule di club waktu kita ke Bali kemarin!" ucap Mili mulai menginterogasi. "Aku mati, Mil! Aku mau gila memikirnya!" Cinta semakin menangis. "Ada apa, sih? Kali ini, kamu dapat hukuman apa?" tanya Mili penasaran.
"Aku dipaksa menikah ... " jawab Cinta dengan menangis semakin keras. Mili melongo sesaat sambil menatap lekat Cinta, "Menikah? Maksudmu menikah, punya suami, berkeluarga lalu punya anak, begitu?" tanyanya. Cinta mengangguk dengan wajah hancurnya.
"Hah! Lalu bagaimana dengan kontrak-kontraknya? Kamu tahu sendiri 'kan di kontrak itu tertulis kata "lajang"! Lajang, Cin! Lajang!" Mili mulai panik sendiri jika memikirkan harus mengurus semua kontrak yang sudah ditandatangani Cinta itu.
"Untuk masalah itu, papi sudah turun tangan sendiri. Kata papi, biar papi yang membayar semua uang ganti ruginya. Semua kontrak sudah di-cancel," jawab Cinta. "Ma-maksudmu?" ucap Mili tidak percaya. "Aku sudah tidak boleh menjadi model lagi, Mil ... " lirih Cinta.
"Maksudmu, aku sudah tidak punya pekerjaan lagi?" tanya Mili yang dilanjutkannya ikut menangis bersama Cinta. Mereka berdua saling berpelukan. "Kamu serius, Cin?" tanya Mili yang masih belum percaya. "Aku serius! Gara-gara papi melihat foto yang beredar itu, aku disuruh berhenti jadi model, lalu aku juga dipaksa menikah," ucap Cinta di sela tangisannya.
"Sudah kamu jelaskan, 'kan soal itu?" tanya Mili. "Soal apa?" tanya Cinta balik. "Soal foto itu! Kamu sudah menjelaskan pada papimu 'kan, kalau bule itu yang memaksa menciummu duluan, lalu ada orang lain yang diam-diam mengambil foto?" kata Mili. "Percuma, kamu seperti tidak mengenal papiku saja, papi tetap tidak akan percaya," jawab Cinta.
"Kamu tidak menolak?" tanya Mili lagi. "Sudah! Tapi, tetap saja percuma," Cinta menjawab dengan wajah lesu. "Lalu, sekarang bagaimana? Apa aku benar-benar jadi pengangguran?" kata Mili. "Kamu masih saja memikirkan pekerjaan! Kamu tidak kerja pun masih ada Raka yang menanggung biaya hidupmu! Pikirkan saja bagaimana masa depanku sekarang!" ucap Cinta kesal.
"Apa kamu sudah mencoba bicara dengan pria itu? Kenapa tidak dicoba saja dulu? Siapa tahu, dia sama sepertimu," usul Mili. "Sudah, tadi aku menghubunginya, tapi tidak diangkat-angkat. Jadi, aku mengiriminya chat saja. Katanya, dia juga tidak punya akun sosmed sama sekali. Pria purba macam apa yang tidak punya akun sosmed? Aku benar-benar gila!" kata Cinta frustasi.
"Pesan apa yang kamu kirim?" tanya Mili penasaran. "Aku bilang, aku tidak mau menikah dengannya lalu memintanya untuk membatalkan pernikahan ini," jawab Cinta. "Lalu, dia balas apa?" tanya Mili semakin penasaran. "Ini, kamu baca saja sendiri," ucap Cinta seraya menyerahkan ponselnya pada Mili.
"Kamu Azio, 'kan? Eh, ondel-ondel! Oma menyuruhmu menikah denganku? Aku tidak sudi! Bisa gila aku kalau menikah denganmu! Batalkan!" pesan Cinta yang ia kirimkan untuk calon suaminya. "Baiklah," balas pria itu singkat.
"Jawabannya singkat dan kaku seperti itu, bagaimana dengan orangnya, coba?" ucap Cinta menghela nafas berat. "Memangnya kamu tidak mengenal calon suamimu itu?" tanya Mili. "Kenal sih, tapi dulu. Terakhir bertemu waktu umur 7 tahun," kata Cinta ragu karena ia sendiri sudah tidak terlalu mengingatnya.
"Bagaimana orangnya?" tanya Mili semakin penasaran. "Gendut, pendek, pokoknya bulat, pakai kacamata lagi lalu dia selalu mengikutiku kemana-mana kalau bertemu, seperti ondel-ondel. Menakutkan, 'kan?" jawab Cinta yakin. Mili ternganga mendengarnya. Di otaknya sudah tergambarkan bagaimana jeleknya calon suami sahabatnya itu.
"Masa aku harus menikah dengan pria seperti itu? Membayangkan bertemu dia lagi saja, aku sudah gila, Mil! Apalagi menikah dengan pria jelek seperti itu!" ucap Cinta frustasi dan kembali terisak. "Ya sudah, kamu tolak mati-matian, dong!" saran Mili dengan memberi semangat. "Aku benar-benar mati kalau menolak lagi," sahut Cinta yang tiba-tiba berhenti menangis karena teringat sesuatu. "Maksudmu?" tanya Mili bingung.
"Kata Oma, kalau aku menolak, namaku akan dicoret dari kartu keluarga dan surat warisan. Papi sudah membatalkan semua kontrak, kalau sekarang aku harus kehilangan status bangsawanku dan semua harta warisanku, aku tidak sanggup, Mil. Darah ningratku tidak akan sanggup hidup melarat. Kamu tahu 'kan, status sosial Cinta Ardita Widjaja lebih penting dari apapun!" jawab Cinta seraya bergidik ngeri saat mengingat kembali ancaman oma kemarin.
"Astaga, ancaman oma mematikan!" ucap Mili terperangah. "Makanya, aku benar-benar tidak punya pilihan lagi, Mil ... " ucap Cinta pasrah.
Drrrtt ... Drrrtt ... Ponsel Cinta bergetar menandakan sebuah chat masuk. Cinta pun membacanya bersama Mili. "Maaf, apa alasanmu menolak menikah denganku?" tulis seseorang di seberang sana setelah melepaskan jasnya dan menggulung lengan kemejanya. Pria itu mengacak-acak rambutnya yang semula tertata rapi menjadi sedikit berantakan, tapi hal itu malah membuatnya semakin terlihat tampan dan seksi dengan tiga kancing teratas kemeja putihnya yang ia biarkan terbuka.
Cinta mengernyitkan keningnya membaca chat yang baru saja pria itu kirimkan padanya, "Tadi balasnya singkat, sekarang malah menanyakan alasan," pikir Cinta.
"Kamu bukan tipeku!" balas Cinta.
"Memang tipemu seperti apa?" balas pria itu.
"Yang pasti tampanlah!" balas Cinta.
"Lalu?" balas pria itu.
"Harus kaya!" balas Cinta singkat.
"Hanya itu?" balas pria itu lagi.
"Dia harus tinggi!" balas Cinta.
"Berapa?" balas pria itu.
"Karena tinggiku 175 cm, dia harus lebih tinggi dariku!" balas Cinta.
"Lalu?" balas pria itu lagi.
"Dia juga harus punya tubuh yang bagus! Maaf ya, tubuhku langsing. Jadi, pasanganku harus punya tubuh atletis!" balas Cinta lebih panjang.
"Cukup itu saja?" balas pria itu.
"Maksudmu?" balas Cinta.
"Tampan, kaya, tinggi, atletis, apa hanya itu?" balas pria itu.
"Wah, tidak sadar diri dia!" ucap Cinta semakin semangat membuat pria itu agar menyerah dengan kriteria yang ia berikan.
"Dia juga harus seumuran denganku!" lanjut Cinta.
"Kenapa?" balas pria itu.
"Pacaran dengan pria yang lebih tua itu membosankan!" balas Cinta.
"Kalau muda, tapi brengsek, bagaimana?" balas pria itu.
"Maksudmu?" balas Cinta.
"Ya, kamu sendiri tahu 'kan gaya pacaran anak zaman sekarang. Bukannya, di Indonesia masih mementingkan hal "itu" sebelum menikah?" balas pria itu.
"Aku tidak peduli!" balas Cinta.
"Lebih baik tua tapi serius, daripada muda tapi brengsek dan cuma main-main, 'kan? Kau mau?" balas pria itu.
"Tidak masalah asalkan dia baik!" balas Cinta.
"Kau asal, ya! Mana ada pria brengsek tapi baik!" balas pria itu.
"Masa bodoh! Pokoknya, tipeku itu harus baik, perhatian, pengertian, penyayang, penurut dan setia. Bukan perokok, tidak suka alkohol, apalagi judi sama narkoba. Harus pintar, paling tidak titelnya harus S2! Bisa masak dan bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah!" balas Cinta semakin asal agar lawannya menyerah.
"Serius?" balas pria itu.
"Iya, memangnya kenapa?" balas Cinta.
"Sesuai denganku!" balas pria itu.
"Hah! Apa kau mengigau!" balas Cinta.
"Serius!" balas pria itu.
"Mimpi!" balas Cinta.
"Tidak percaya? Tunggu saja! Besok aku kembali ke Jakarta. Kalau itu semua tipemu, kau sudah tidak punya alasan untuk menolakku! See you, Cinta" balas pria itu.
Seketika Cinta merinding membaca chat itu. Cekrek! Cinta dan Mili mengalihkan pandangan mereka dari layar ponsel ke arah pintu kamar terbuka. Di sana sudah berdiri pria tampan dengan senyum manisnya. "Sedang apa kau di situ, senyum-senyum segala lagi!" ucap Cinta sinis.
"Idih, galaknya pengantin baru!" sahut Raka memasuki kamar kakaknya itu dengan santai, "hai, Sayang!" sapanya seraya memeluk Mili. Cinta memutar bola matanya jengah melihat pasangan di depannya ini, "Kenapa bukan kalian berdua saja yang menikah!" gumamnya yang dibalas juluran lidah Raka. "Dari mana?" tanya Mili. "Dari kamar oma," jawab Raka santai.
"Kamu lagi bahagia, ya?" lanjut Mili seraya memandangi wajah pacarnya yang mirip Cha Eunwoo itu. "Iya, dong! Sebentar lagi 'kan kakakku yang cantik ini menikah pasti aku bahagia, lah!" sahut Raka. "Bahagia kepalamu!" ucap Cinta seraya melemparkan bantal ke kepala adiknya yang hanya terpaut 1 tahun dengannya itu.
Raka tertawa terbahak melihat ekspresi frustasi Cinta, "Kata oma, kamu mati-matian menolak. Kamu serius? Memang kamu punya pacar?" tanyanya. "Tidak ada! Puas?" jawab Cinta santai. "Lalu kenapa menolak?" tanya Raka lagi. "Sepertinya kamu bahagia sekali, ya, melihatku menderita!" sahut Cinta.
"Ya, iyalah. Aku bahagia sekali kalau akhirnya kalian menikah," jawab Raka serius. "Oh, aku lupa kamu temennya! Jadi, kamu lebih mementingkan kebahagiaan temanmu, dari pada kebahagiaan kakakmu sendiri?" sindir Cinta.
"Bukan begitu. Aku tahu, Azio sudah lama menyukaimu, itu artinya dia benar-benar mencintaimu. Kalau akhirnya kalian menikah, sebagai adik dan juga sebagai teman, aku turut bahagia. Lagian, kamu beruntung 'kan dapat suami seperti dia. Memangnya kamu bisa mencari sendiri suami seperti dia?" ucap Raka.
"Di pinggir jalan juga banyak yang gendut pendek. Kalau tidak pakai kacamata, tinggal belikan saja di pasar!" sahut Cinta ketus. "Maksudmu apa?" tanya Raka bingung. "Mirip Azio, 'kan?" kata Cinta.
"Tunggu! Maksudmu Azio itu gendut, pendek, pakai kacamata?" ucap Raka seraya menatap lekat Cinta menunggu jawabannya, tapi Cinta hanya menatap tajam ke arah Raka, "pffft ...!" akhirnya, tawa Raka pun pecah. "Raka, Apaan, sih? Cinta sedang frustasi, kamu malah ketawa," ucap Mili menyela.
"Maaf ... Maaf ... Aku tidak tahan," sahut Raka yang memegangi perutnya mencoba menahan tawanya, "Jadi, kamu tidak tahu Azio yang sekarang? kamu tidak pernah bertemu? Telepon? Video call? Atau melihat fotonya?" tanyanya pada Cinta. Cinta semakin memicingkan matanya menatap tajam Raka,
"Untuk apa juga aku masih berhubungan dengan ondel-ondel!" jawab Cinta ketus. Raka kembali tertawa terbahak dibuatnya, "Aduh, perutku sakit!" ucapnya di sela-sela tawanya.
"Ramainya! Boleh join?" sebuah suara berhasil menghentikan tawa Raka yang menggila. "Kak Rio, bisa bawa bocah ini pergi, tidak? Cinta lagi malas dengar kuntilanak ketawa!" kata Cinta ketus. "Sialan, tampan-tampan dibilang kuntilanak!" sahut Raka.
"Kenapa lagi? Ribut terus. Kasihan 'kan Mili dianggurin," ucap Rio seraya tersenyum ramah pada pacar adik bungsunya itu. "Kenapa sudah pulang? Di kantor tidak ada kerjaan?" tanya Raka sambil merangkul pundak kakak sulungnya itu. "Banyak omong! Kamu sendiri tidak kuliah?" sahut Rio.
Raka terkekeh mendengar protes big brother-nya itu, "Sorry, bro. Ada hal yang lebih penting di rumah!" Kali ini, Rio yang terkekeh, "Makanya selesai rapat, aku juga cepat-cepat pulang," bisiknya pada Raka.
"Apa yang kalian berdua bicarakan sampai bisik-bisik segala?" tanya Cinta curiga. "Kata Oma, kamu menolak Azio, ya? Mau kak Rio kenalin teman kakak, tidak? Dia rekan bisnis kak Rio yang baru. Barusan dia kirim profilnya lewat email ke kakak," kata Rio yang masuk ke kamar Cinta dengan laptop di tangannya.
"Memang ada pengaruhnya?" sahut Cinta enggan. "Kalau kamu suka, kak Rio bisa bantu bicara sama papi," sahut Rio seraya tersenyum. "Serius, Kak?" dua mata cantik itu seolah berbinar mendengar perkataan kakak laki-lakinya itu, ada secercah harapan di sana. "Ini, lihat aja dulu!" ucap Rio.
Cinta menyambut laptop yang sedari tadi dipegang Rio. Mili pun mendekat, ia ingin melihatnya juga, "Hanya profil?" tanya Cinta. "Fotonya juga ada, tapi baca saja dulu profilnya," sahut Rio.
...Umur :...
...27 tahun...
...Tinggi :...
...179 cm...
...Berat badan :...
...65 kg...
...Titel :...
...BBA of Harvard Business School...
...M.B.A of Harvard Business School...
...DBA of Harvard Business School...
...Jabatan :...
...CEO ASW Group...
...Penghasilan :...
...$ 2,1 m/tahun...
...Tambahan :...
...Mandiri, bisa masak, baik, perhatian, pengertian, penyayang, penurut, setia, tidak merokok, tidak suka alkohol, tidak pernah judi, bebas narkoba, tidak pernah pacaran, perjaka!...
Cinta mengerutkan dahinya saat membaca profil di layar laptop," Kenapa aku tiba-tiba merasa dejavu, ya!" pikirnya, "Ini serius? Bukan akal-akalan Kak Rio, 'kan?" tanya Cinta curiga.
"Mana kakak tahu, 'kan itu dari dia sendiri," jawab Rio sambil menahan senyum. "Kalau benar, lumayanlah, Cin. Lulusan Harvard, loh! Lalu itu penghasilannya kalau dirupiahin, berapa, ya? Pusing aku menghitungnya. Ah, nanti saja, cepat geser! Lihat fotonya dulu. Tampan, tidak?" ucap Mili tidak sabaran.
Layar pun berganti dengan sebuah gambar. "Apa ini?" tanya Mili dengan ekspresi kecewa. "Kaki?" tanya Cinta bingung seraya menatap Rio. "Perhatikan saja dulu!" sahut Rio santai.
Raka yang penasaran pun beralih duduk di sebelah Mili, "Kakinya panjang, ya!" celetuk Raka. "Oh, iya, kakinya panjang. Berapa tadi tingginya?" sahut Mili. "179 cm," jawab Cinta. "Pantas!" ucap Mili kembali memperhatikan foto selanjutnya.
"Tangan? Hmm ... Tangannya besar juga. Kulitnya juga putih bersih. Kalau diperhatikan lagi, lengannya juga berotot dan punggungnya juga lebar, pasti badannya bagus!" pikir Cinta saat memperhatikan Foto itu satu persatu, "sudah?" tanya Cinta saat foto itu berakhir tanpa ada satu pun foto wajah pemiliknya.
"Sampai di sini dulu, bagaimana menurutmu?" tanya Rio seraya mengambil laptop itu dari pangkuan Cinta. "Menarik, sih, tapi Cinta mau lihat wajahnya dulu," jawab Cinta. "Ah, Kak Rio, bikin penasaran saja, deh!" sela Mili. Rio terkekeh, "Ini, silahkan menikmati!" ucapnya seraya menyerahkan kembali laptop itu pada Cinta.
"Astaga! Ini serius, Kak?" pekik Cinta mulai heboh sendiri, "daebak! Luar biasa! Gila! Tampannya! Jungkookku!" lanjutnya dalam hati. Cinta membulatkan matanya takjub melihat foto pria tampan di depannya.
"Kak Rio, bercandanya jangan kelewatan, dong! Mili kira, memang punya teman buat dikenalin ke Cinta. Kalau ini sih, kita berdua juga sudah kenal," ucap Mili kecewa sekali lagi. "Masa? Mili kenal di mana?" tanya Rio.
"Jungkook BTS, 'kan?" tanya Mili yakin. "Hmm, BTS lagi! BTS lagi!" celetuk Raka sedikit kesal. "Sumpah, ini Jungkook! Iya 'kan, Cin? Mataku tidak rabun, 'kan?" sahut Mili seraya menggoyang-goyangkan bahu Cinta.
"Tunggu dulu! Ini benar-benar Jungkook, 'kan, bukan editan? Ini pasti akal-akalan Kak Rio saja, 'kan? Profilnya saja sudah tidak masuk akal, apalagi foto ini, mustahil! Pasti kakak sengaja menambahkan foto Jungkook karena tahu Cinta army, ya 'kan? Tapi, tidak apa-apa sih, lumayan menyegarkan mata Cinta yang sembab. Nanti kirim ke email Cinta, ya! Mau Cinta share ke sosmed. Mubajir 'kan foto kelas pro sasaeng seperti ini disimpan sendiri," ucap Cinta akhirnya tersenyum.
"Kirim ke Mili juga, ya!" sahut Mili antusias. Dua orang army pun itu tengah asyik mengamati foto-foto pria tampan yang mereka anggap bias mereka itu dengan hati berbunga-bunga. Halu mereka pun lancar seperti landasan pesawat. Ah, bukan! Lebih tepatnya seperti roket yang meluncur tinggi ke langit ke tujuh menembus ketidakwarasan keduanya.
Rio hanya bisa menghela nafasnya melihat keduanya, "Kakak serius! Masa foto asli seperti ini disebut editan? Apalagi, siapa tadi, Jongkok? Kakak tidak kenal!" ucap Rio membuat Cinta dan Mili menatap tajam dirinya bersamaan. "Astaga! Sini kak Rio carikan videonya," ucapnya lagi. Rio pun mengganti foto itu dengan video dan menunjukannya pada mereka.
"Gila! Videonya bagus sekali! Dapat dari mana, sih? Beri tahu, dong, Kak!" seru Mili kegirangan, "Bay the way, ini pas acara apa, ya? "Bon Voyage" episode berapa? Perasaan semua episode sudah aku tonton. "Vlive" juga bukan," ucap Mili bingung.
"Dasar army lucknut! Sudah dibilang, tetap tidak mau percaya! Ini juga, ikut-ikutan ngefans oppa BTS!" ucap Raka kesal seraya menyentil pelan dahi Mili, "Tidak cukup apa, aku yang sudah tampan mirip Cha Eunwoo ini! Itu, Kak Rio saja sudah semanis Ji Chang-Wook. Papi apalagi, Lee Minho Indonesia!" lanjut Raka. Semua pun tertawa mendengar celotehan Raka itu.
"Y,a, sudah, kalau benar, aku mau!" kata Cinta dengan gaya tengilnya. "Pfft ... hahaha ... " akhirnya, Raka pun tertawa. "Kamu kenapa, sih?" tanya Cinta kesal. "Tadi katanya, tidak suka!" sahut Raka mengejek.
"Kapan aku mengatakan tidak suka? Dari pada aku harus menikah dengan pria gendut jelek, lebih baik aku menikah dengan pria tampan seperti ini, walaupun tetap saja rasanya sangat tidak mungkin aku menikah dengan Jungkook! Hahaha ... " ucap Cinta diakhirinya dengan tawa. "Iya. Aku jadi merasa halu-ku lancar hari ini gara-gara melihat foto-foto ini," sahut Mili.
"Serius, kalau benar, mau menikah dengannya?" tanya Rio. "Kenapa? Kak Rio hanya bercanda, 'kan? Ya, 'kan? Mengaku, sajalah, Kak!" ucap Cinta santai. Rio hanya terkekeh, "Memangnya, kenapa kamu mau menikah dengannya?" tanyanya.
"Cinta suka semuanya, apalagi wajahnya. Kalau benar nyata, di dunia ini ada pria setampan ini selain Jungkook, ini luar biasa! Tampan, Kak! Tidak! Tidak! Super tampan! Pria ini luar biasa tampan dan Cinta harus menikah dengannya!" kata Cinta serius. Tawa Rio dan Raka pun pecah mengisi kamar bernuansa purple itu.
"Kenapa jadi ketawa, sih?" tanya Mili bingung. "Tidak usah dipedulikan saja! Kita memang pasien sakit jiwa semua di sini!" ucap Cinta asal. "Oke. Setelah ini, Kak Rio bicarakan ke papi kalau kamu mau menikah dengan pria ini saja. Ingat, ini pilihan kamu, ya!" kata Rio mengakhiri tawanya.
"Hmm ... terserah Kak Rio saja. Cinta turuti saja deh biar Kak Rio senang," kata Cinta terdengar malas karena masih sulit menerima semuanya, "masa ada pria yang benar-benar wajahnya mirip Jungkook, hanya beda tangannya tidak ada tatonya! Apa pria itu fanboy yang operasi plastik, ya? Kalau benar, seram, deh! Kalau itu real, apa masih kerabatnya Jungkook jadi mirip, ya? Atau orangtuanya blasteran surga! Sepertinya, hari ini urat syaraf di otakku benar-benar sudah putus semua gara-gara Azio!" gumam Cinta.
"Dari tadi kita semua serius, kok! Kamu saja yang tidak percaya," sahut Raka. Cinta mengerutkan keningnya, "Sumpah! Sampai sekarang juga Cinta masih tidak percaya. Kalau begitu, seperti ini saja, kapan bisa COD? Biar Cinta bisa buktikan sendiri, ini real pict atau editan, dia nyata atau Cinta yang halu!" tantang Cinta. "Besok," sahut Raka santai, sontak Cinta dan Mili menoleh ke arah Raka.
"Kamu tidak mau bertanya namanya?" tanya Raka sambil menghidupkan ponselnya. "Oh, iya! Dari tadi kita belum tahu namanya, Cin. Di profil juga tidak ditulis," ucap Mili yang baru sadar. "Siapa? Jeon Jungkook?" tanya Cinta masih dengan gaya tengilnya yang mengejek karena masih tidak percaya dengan kedua saudaranya itu.
"Jungkook lagi! Nanti, aku ketik dulu, susah menyebut nama Koreanya," jawab Raka seraya tangannya mulai mengetik layar ponselnya dengan lincah. "Korea? Maksudnya oppa Korea?" tanya Mili antusias. "Ini, baca saja sendiri!" ucap Raka seraya menyerahkan ponselnya pada Cinta. Cinta pun membelalakan matanya saat membaca nama yang tertulis di layar ponsel itu.
...Ahn Jiyoung alias DBA, Azio Salim, BBA, M.B.A...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!