NovelToon NovelToon

Buku Panduan Merawat Anak Untuk Sang Pebisnis

Halo Indonesia

"Kenapa kau menangis?" Pria itu bertanya dengan lembut ke Wystia, sambil menghapus air mata yang berlinang dari Wystia. "Bukannya kau yang datang sendiri ke kamar ini dan menginginkan ini?"

Walaupun pria ini bertanya dengan lembut ke Wystia, dia tidak pernah sekalipun berhenti menjajah badan Wystia.

"B-Berhenti! Ini s-sakit! Hiks..." Wystia berkata sambil memukul dada pria yang meniduri badan-nya.

Tetapi seperti tidak mendengar perkataan Wystia, pria itu tetap melakukan apapun yang ia mau kepada Wystia.

Sedangkan Wystia hanya bisa menangis sambil meremas seprei yang menjadi saksi bisu, tentang apa yang terjadi sekarang.

"Tia! Wystia! Bangun!" Suara yang terasa jauh bisa terdengar di telinga Wystia. "Wystia Floren! Kita sudah sampai di bandara internasional Jakarta!"

Seketika panggilan ini langsung membangunkan Wystia dari mimpi buruk-nya, sambil mengecek keadaan-nya Wystia bisa lihat bahwa telapak tangannya penuh dengan keringat dingin.

"Saat kau tertidur muka-mu terlihat seperti kain yang di peras, berkerut dari kiri ke kanan. Apa kau memiliki mimpi buruk?" Tanya seorang perempuan dengan jilbab pink ke Wystia.

"Daripada mimpi buruk, aku bermimpi tentang kejadian masa lalu" Wystia berkata sambil memijat keningnya, sebelum berbalik ke kursi pesawat yang ada di jendela. "Gina tolong ambilkan botol susu dan juga termos yang ada di tas ku, aku yakin pas kita turun dari pesawat nanti Theo akan haus"

Setelah berkata seperti itu Wystia kemudian mengelus pipi dari penumpang kecil yang tidur kiri-nya itu, walaupun ia bermimpi tentang malam yang tidak menyenangkan. Bayi kecil yang ada bersama-nya ini adalah salah satu harta terbaik di hati-Nya, tidak peduli walau dia datang dari sebuah kesalahan. Bagi Wystia anak-nya adalah anugerah dan bukan noda.

"Theo benar-benar pulas saat tidur, biasanya bayi seperti Theo bakal nangis di tengah-tengah penerbangan. Tetapi selain menangis karena kaget pas kita melandas di awal, Theo tidak pernah merengek dan malah tertidur pulas" Gina berkata sambil memberikan botol susu dan termos kepada Wystia.

Wystia menerima kedua benda itu dari Gina dengan senyum yang terlihat bangga. "Tentu saja karena Theodore Floren adalah anak ku. Dari dia lahir sampai sekarang, Theo adalah anak yang terbaik" Kata Wystia dengan bangga.

"Ya ya ya, Theo adalah yang terbaik" Gina menggulung mata-nya saat menjawab Wystia, dia sudah tiga tahun bersama dengan Wystia dan dia tau seberapa sayangnya boss-nya ini terhadap anaknya.

Tetapi Wystia tidak salah, selama Gina bekerja dengan Wystia sebagai sekretaris-nya Gina mau tidak mau harus kenal dengan seluruh keluarga Wystia dan begitu juga anaknya Wystia Floren, Theodore Floren.

Jika Wystia bisa, dia akan selalu membawa Theodore bersama-nya dari bekerja di kantor hingga pertemuan penting. Beruntungnya setiap Wystia membawa Theodore, Theodore tidak pernah membuat masalah yang besar dan hanya senang meminta untuk di belikan cemilan atau mainan yang ia lihat. Seandainya pun permintaan Theodore ditolak, Theodore tidak pernah merengek dan melemparkan tantrum.

Kalo kelakuan Theodore bukanlah kelakuan yang terbaik, maka semua anak di dunia adalah iblis-iblis kecil daripada Theodore.

"Umm~ Mommy?" Saat Wystia dan Gina sedang berbicara tentang bagaimana Theodore selalu bersikap dengan baik, Theodore yang sudah terbangun dari tidurnya memanggil Wystia.

"Apa tidur mu nyenyak Theo? Mommy sudah membuatkan mu susu, apa kau mau me-minumnya?" Tanya Wystia ke Theodore yang bisa terlihat mengucek mata-nya dengan menguap, seperti melihat sesuatu yang lucu, tanpa pikir panjang Wystia langsung mengeluarkan handphone-nya dan meng-abadikan momen ini.

Saat Theodore sudah sepenuhnya sadar dari kantuk-nya, dengan suara yang masih kenyal dan juga berbau susu Theodore berkata. "Mommy No! Theo tidak suka picture!"

"Ey~ Tapi mommy suka picture-nya Theo" Kata Wystia dengan menahan tawa, sambil menjepit hidung anaknya yang lucu ini. "Jadi Theo mau milk atau tidak?"

Theodore terlihat seperti ikan buntal yang marah dan mulutnya di manyun kan ke depan untuk memberitahu kepada ibu-Nya bahwa dia marah, tetapi Theodore tetap menjawab ibunya walau ia masih manyun. "Tidak, Theo tidak mau"

Wystia tersenyum, jika Theodore tidak mau sekarang ini bukanlah masalah. Karena Wystia yakin saat pesan ini mendarat dan mereka berjalan ke hotel mereka, Theodore pasti akan haus.

Di saat Wystia mencoba membuat Theodore tidak ngambek lagi, pengumuman pendaratan muncul dan tanpa pikir panjang Wystia langsung membantu Theodore untuk memakai sabuk pengaman-nya.

"Mommy apa kita sekarang sudah sampai di Indonesia?" Tanya Theodore dengan penasaran sambil mencoba melihat ke luar jendela, tetapi karena tingginya Theodore hanya bisa melihat langit dari posisinya.

"Yes, saat pesawat ini mendarat kita akan ada di Indonesia. Lebih tepatnya kita akan mendarat di Jakarta" Ucap Wystia dengan senyum. "Theo jika saat pesawat mendarat nanti, kau tidak boleh berdiri atau mencoba hal lain ok? Kau harus terus duduk, jika tidak nanti kau bisa terjatuh ke depan" Peringat Wystia kepada anak-Nya.

"Okay mommy" Karena rasa semangatnya mendatangi tempat baru, Theodore kecil telah lupa dengan rasa kesal-nya karena telah di foto oleh ibunya.

Wystia yang melihat semua ini menggelengkan kepalanya dengan senyum, anak kecil tetaplah anak kecil.

Dari proses pesawat mendarat hingga turun dari pesawat, semua hal ini tidaklah terlalu lama dan tanpa sadar sekarang Wystia sudah keluar dari bagian penerbangan internasional.

"Mommy?" Saat Wystia sedang menunggu untuk Gina selesai mencari supir yang mereka telah booking, Theodore tiba-tiba memanggil Wystia. "Kenapa the sky keliatan seperti air di kubangan?" Tanya Theodore.

"Ini karena di Jakarta sedang mengalami polusi" Kata Wystia sambil mengangkat anaknya itu untuk menggendong-nya, kemudian dengan gerakan yang lembut Wystia memasangkan masker kepada Theodore. "Saat kita berada di luar, Theo harus memakai masker mengerti?"

Theodore menganggukkan kepalanya untuk memberitahu ibu-Nya jika dia mengerti dan kemudian dengan mata yang penasaran Theodore mulai melihat-lihat semua dekorasi yang ada di bandara ini, kelakuan yang seperti tupai yang penasaran ini hampir membuat Wystia ingin mengigit pipi anaknya yang imut ini. Tetapi tentu saja Wystia tidak mengigit pipi milik Theodore tapi ia langsung menciumnya di pipi.

"Mommy! Stop!" Kata Theodore sambil mencoba mendorong jauh muka milik ibunya dari dirinya.

Tetapi bagi Wystia tangan gemoy dan munggil milik Theodore ini bukanlah halangan, malahan bagi Wystia ini adalah sesuatu yang sungguh amat imut.

Di saat kedua pasangan ibu dan anak ini terlihat senang, Gina kembali ke mereka untuk memberitahu kalau supir yang mereka booking sudah menunggu dari tadi dan mereka hanya perlu membawa bagasi mereka ke sana.

Mungkin negara dan kota ini memiliki memori yang membuatnya merasa tidak senang, tetapi Wystia merasa selama ia bersama dengan anak-nya memori yang buruk itu bisa di kalahkan dengan memori yang lebih menyenangkan dengan harta karun hati-nya yang kecil ini.

 

Jangan lupa untuk Vote, Komen, dan Share cerita ini agar author tetap bersemangat membuatnya!

Berkah Dalam Tragedi

"Theo benar-benar bisa lari" Ucap Gina sambil memegang pinggangnya dan meretakkan tulang-tulang yang ada di badannya dengan wajah yang lelah.

Wystia tertawa saat mendengar ucapan Gina. "Siapa suruh kau mengajak-nya main di taman yang ada di hotel? Kau seharusnya sudah tau seberapa banyak-nya energi milik Theo, apalagi Theo tadi tertidur hampir di setiap penerbangan dan hanya berlari sebentar di bandara-bandara yang kita datangi untuk transit" Kata Wystia sambil mengelengkan kepada-Nya ke Gina.

"Jadi dimana Theo sekarang? Aku tadi mendengar kalian masuk bersama dari suara pintu terbuka dan tertutup, tetapi aku tidak melihat Theo di belakang mu" Wystia bertanya sambil menaruh makan malam mereka di meja makan yang ada di ruang hotel mereka.

Gina langsung melihat dengan mata yang berbinar saat Wystia menaruh makanan diatas meja yang ada, tetapi setelah melihat kalau makanan itu adalah makanan dari room service Gina langsung kehilangan semangat yang sebelumnya. "Theo langsung mencuci tangan dan kakinya setelah kembali tadi. Haish, aku kira tadi ini semua adalah masakan mu. Ternyata makanan ini adalah room service" Ucap Gina.

"Sebenarnya aku juga tidak mau memesan room service dan ingin memasak makanan buat Theo, tapi mau bagaimana lagi ini sudah terlalu malam" Wystia berkata sambil mengelengkan kepala-nya.

Wystia, Gina, dan Theodore mendarat di bandara internasional jakarta tepat di pada saat matahari sudah hampir terbenam, kemudian di saat mereka sudah menemukan supir yang mereka sewa untuk membawa mereka ke hotel. Mereka bertiga terjebak macet selama empat jam di jalan, sebelum bisa sampai di hotel yang mereka sudah booking.

Dalam waktu yang mepet ini, Wystia yang tadinya sudah sengaja mem-booking kamar hotel yang memiliki dapur untuk memaksakan makanan untuk Theodore, hanya bisa memesan room service untuk makan malam mereka hari ini. Jika Wystia berjalan sekarang ke supermarket terdekat pun, ia harus menghabiskan waktu sejam atau tiga jam untuk membeli semua yang ia perlu dan kembali lagi ke hotel mereka. Ini masih belum terhitung berapa lama waktu yang harus di habiskan Wystia untuk memasak.

Gina hanya bisa menghela nafas dan setuju dengan perkataan Wystia. "Tetapi aku benar-benar tidak menyangka kalau polusi di Jakarta ini sungguh parah, saat aku turun ke taman polusi di udara yang ada terasa sangat berat. Untung saja aku tidak punya penyakit asthma, kalo tidak aku yakin diri ku sudah akan ada di rumah sakit setelah bermain lari-larian dengan Theo"

"Tadinya selain untuk membuka cabang perusahaan kita di Indonesia, aku juga ingin mengajak Theo bermain disini. Tetapi setelah melihat keadaan udara Jakarta, aku rasa aktivitas Theo lebih baik di batasi. Aku takut Theo bakal jatuh sakit jika dia terlalu sering bermain di luar" Kata Wystia sambil menghela nafas. "Empat tahun... Itu waktu yang cukup lama untuk semuanya berubah"

Empat tahun sudah berlalu dari kejadian yang membuat satu keluarga-nya harus pindah ke Amerika, Wystia masih tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi.

Di saat perusahaan ayahnya bangkrut, Wystia dengan mata yang berkaca mencoba meminta bantuan dari teman-temannya. Tetapi siapa sangka orang-orang yang Wystia anggap teman sejatinya malah mengkhianati Wystia, dengan cara memabukkan Wystia sebelum memberikannya ke pria yang tidak di kenal.

Sentuhan pria yang menjajah tubuh Wystia pada malam itu, masih bisa diingat oleh Wystia dengan jelas walau wajah pria itu terlihat kabur.

Karena waktu Wystia hanyalah remaja berumur sembilan belas tahun, saat ia sudah tersadar di hari esoknya. Wystia langsung memilih cabut lari dari kamar hotel yang berisi pria itu, tanpa mengecek benda atau hal yang lain karena malu.

Setelah pulang dengan tubuh yang ternodai, Wystia langsung terpuruk. Hari berganti malam, Wystia merasa jijik dengan tubuhnya.

Lalu karena sudah tidak kuat dengan pikiran tubuhnya yang kotor, pada malam yang tanpa bulan. Wystia akhirnya memutuskan untuk meny1let lengannya, dengan harapan untuk tidur selamanya.

Tetapi sepertinya kematian masih belum mau menerima Wystia, karena keesokan harinya Wystia terbangun tepat pada rumah sakit dengan sosok kedua orang tuanya yang menangis di samping Wystia.

Di hari dimana Wystia terbangun setelah melewati gerbang kematian, Wystia mendapatkan kembali memori-nya dari kehidupan sebelumnya.

Dia Wystia Floren, sebelumnya adalah pebisnis perempuan tersukses. Tetapi setelah mengumpulkan kekayaan yang banyak, ia tersadar satu hal.

Sebanyak apapun kekayaan yang dia punya, ia selamanya tidak akan bisa membeli hubungan manusia.

Karena hal ini lah walau di kehidupan sebelumnya Wystia memiliki harta yang berlimpah, ia tetap m4ti sendirian tanpa pasangan ataupun anak. Padahal mimpinya dulu adalah memiliki anak yang manis dan imut.

Tetapi dengan kehidupan yang baru-nya ini, Wystia berjanji akan menjaga dengan baik hubungan yang dia punya.

Jadi hal yang pertama dia lakukan adalah meminta maaf kepada kedua orang tuanya, sebelum mengusulkan untuk pergi ke Amerika.

Kedua orang tua Wystia tanpa pikir panjang langsung menerima usulan anak mereka, karena mereka menganggap dengan perubahan lingkungan mungkin anak mereka bisa melepaskan stressnya.

Dengan begitu setelah menjual semua yang mereka punya di Indonesia, keluarga Floren akhirnya pindah ke Amerika.

Sesampainya di Amerika, Wystia langsung melakukan riset pasar dan membangun perusahaan kecil dengan nama New Floren. Tetapi setelah dua bulan perusahaan Wystia berjalan, Wystia tiba-tiba merasa tubuhnya menjadi lebih cepat lelah dan setelah mengecek di rumah sakit. Ternyata Wystia memiliki sebuah kado kecil.

Kado kecil ini menjadi kejutan terbaik bagi Wystia. Agar kado kecil ini tidak tersakiti saat Wystia mengembangkan perusahannya, Wystia akhirnya memilih untuk memperlambat kecepatannya dalam membangun usahanya.

Kemudian tanpa terasa tujuh bulan langsung berlalu dan kado kecil milik Wystia akhirnya lahir di dunia ini.

Saat Wystia pertama kali menggenggam tangan kecil milik anak-nya, entah kenapa ini membuat Wystia menangis. Tetapi tentu saja Wystia tidak memerlukan waktu yang lama untuk tau apa alasan air matanya.

'Oh ini adalah anak ku, anak yang aku bawa selama sembilan bulan'

Dari sana Wystia membuat janji ke dirinya sendiri, untuk Theodore dia akan  melakukan yang terbaik.

"Mommy?" Di saat Wystia sedang mengenang masa lalu, suara kecil yang terdengar dengan manis muncul di antara pikiran Wystia.

"Theo duduk di sini, kursi yang ini lebih tinggi daripada yang lain dan cocok untuk Theo" Wystia langsung meng-gendong Theodore dan membawanya ke kursi yang ia sudah siapkan untuk Theodore. Kemudian sambil berbalik ke Gina, Wystia kemudian berkata. "Gina kau lebih baik mencuci tangan mu dulu, Theo saja sudah membersihkan badannya dari atas sampe bawah setelah bermain di luar. Tapi kau?"

"Aunty Gina! Very kotor! Aunty harus membersihkan diri mu dulu sebelum makan!" Ucap Theodore sambil memandang Gina.

"Okay, okay. Aunty bakal mencuci tangan aunty dulu. Tetapi Theo jangan makan dulu yah, tunggu aunty selesai mencuci tangan baru kita makan. Ok?" Gina tersenyum saat mengatakan ini.

Lalu dengan gerakan yang cepat, Gina langsung mencuci tangannya dan kembali ke meja makanan.

Malam pertama milik Wystia dan Theodore di Indonesia bisa di bilang, di tutup dengan tawa.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jangan lupa untuk Vote, Komen, dan Share cerita ini agar author tetap bersemangat membuatnya!

Sarapan Yang Manis

"Jadi om dan tante bakal datang minggu depan?" Gina bertanya ke Wystia sambil merapikan dokumen-dokumen yang ada.

"Iya, mereka sebenarnya ingin langsung mengikuti kita. Tapi sehari sebelum keberangkatan, penyakit tulang milik ayah tiba-tiba kembali dan akhirnya ini membuat mereka berdua harus ke dokter James untuk berobat selama beberapa hari" Wystia berkata sambil memperhatikan data yang ada di laptopnya. "Gina bagaimana dengan kantor yang kita sudah beli di Jakarta?"

"Untuk kantor, aku baru saja dapat kabar dari kontraktor kita. Mereka bilang kantor kita akan selesai dalam tiga minggu" Jawab Gina. "Tia, aku hampir lupa. Perusahaan Adnan yang kemarin ingin bekerja sama dengan kita telah mengirim surat kerja sama mereka, apa aku perlu mengirimkannya ke email mu? "

Sebelum Wystia bisa menjawab Gina, suara langkah kaki kecil terdengar.

"Kirim kan surat-nya kepada ku, aku akan mengecek ulang perjanjian yang ada di dalamnya" Kata Wystia sambil berjalan menuju Theodore. "Theo mau sarapan apa? Mommy tadi baru saja pergi ke mini market untuk membeli beberapa menu sarapan, untuk Theo"

"Yogurt dengan banana" Jawab Theodore.

Setelah mendapatkan apa yang di mau oleh Theodore, Wystia langsung berjalan ke kulkas dan mengambil yogurt yang dia beli subuh tadi, lalu menaruhnya di mangkok kecil untuk Theodore.

"Mommy, mommy. Apa mommy tidak eat?" Theodore bertanya sambil mengucek mata-Nya degan salah satu tangannya.

"Mommy dan aunty Gina sudah sarapan tadi saat Theo masih tidur" Wystia berkata, sambil menaruh potongan pisang di mangkok yogurt milik Theodore.

Theodore yang sudah menerima sarapannya pun kemudian berterima kasih ke ibunya, sebelum memakan sarapannya dengan senang.

"Saat membelikan sarapan untuk Theo, kau membeli banyak macam. Giliran sarapan untuk ku, kau hanya membeli bubur di pinggir jalan!" Gina berkata seperti telah menerima perlakuan yang sangat tidak adil.

Wystia meng-gulungkan matanya terhadap protes milik Gina. "Jangan berkata seperti kau tidak menyukai bubur yang aku belikan, kita berdua tau seberapa senangnya kau saat memakan bubur yang aku beli dari pinggir jalan itu"

"Hehehe" Gina tertawa dengan malu saat Wystia langsung membongkar kebohongannya. "Walau keluarga ku mulai tinggal di Amerika saat aku masuk sekolah menengah pertama, aku lahir dan tumbuh di negara ini. Jadi tentu saja makanan dari pinggir jalan seperti itu tetap adalah favorit ku daripada makanan dari restoran bintang tiga"

"Aku juga sama, tetapi berbeda dengan Theo. Dia lahir di Amerika dan apa yang biasanya Theo makan lebih menuju lidah barat, begitu juga perutnya. Kalau aku langsung memberikan dia makanan khas Indonesia yang penuh rempah dan juga berminyak, aku takut yang ada nanti dia malah sakit perut" Wystia berkata dengan menghela nafas.

Ini lah alasan lain Wystia lebih memilih ruang hotel yang mempunyai dapur, selain keinginannya untuk memasak demi Theodore. Wystia juga ingin dengan perlahan memperkenalkan Theodore ke makanan khas Indonesia, dari yang tradisional hingga makanan kaki lima tanpa membuat anak-Nya sakit.

"Aku memilih pola makan yang bersih untuk Theo setelah dia masuk enam bulan, dengan memberinya makanan pendamping asi yang tidak memiliki banyak perasa. Lalu pada akhirnya sekarang Theo lebih sering makan-makanan yang menuju makanan hambar, sekalinya dia keseringan makan makanan dengan bumbu dan minyak yang banyak keesokan harinya dia malah masuk rumah sakit" Kata Wystia sambil mengetik di laptopnya.

Tanpa serasa saat Wystia sudah selesai mengetik dan menyelesaikan masalah perusahaannya di laptop, Theodore sudah tertidur lagi tepat di sebelah paha-nya setelah selesai menghabisi sarapannya.

Lalu dengan gerakan yang lembut Wystia merangkul anaknya, saat Gina melihat ini dia ingin mengatakan sesuatu tetapi Wystia langsung menaruh jari telunju di bibirnya untuk menandakan agar Gina tidak membuat suara. Kemudian dengan langkah kaki yang ringan Wystia membawa anaknya masuk ke dalam kamar dan manaruh-nya diatas kasur. Sebelum kembali ke ruang tengah tempat dimana tadi Wystia bekerja dengan Gina.

"Sepertinya Theo masih memiliki jetlag" Gina memberikan komentar setelah Wystia kembali. "Untungnya kau memilih presidential suite yang memiliki kamar tidur yang terpisah dari ruangan yang lainnya, jika tidak mungkin Theo sudah terbangun dari awal kita bekerja"

"Walau untuk menyewa ruangan ini cukup mahal, setidaknya fasilitas mereka setimpal dengan harganya" Wystia berkata sambil membuka surat kerja sama yang dikirim oleh Gina.

Setelah membaca dengan baik, Wystia merasa terkejut.

"Gina hubungi perusahaan Adnan dan tanya kapan mereka mau menandatangani surat kerja sama ini, aku tadi sudah siap untuk meminta beberapa perubahan di surat kontrak ini. Tetapi ternyata mereka tidak menuliskan peraturan yang menjebak untuk kita sama sekali" Kata Wystia dengan senyum. "Jika seperti ini, perusahaan New Floren akan lebih mudah masuk di dunia bisnis Indonesia"

Perusahaan New Floren milik Wystia memiliki tangan di beberapa bidang bisnis, tetapi bisnis yang paling kuat dari perusahaan New Floren adadalah bisnis investasi.

Saat pertama memulai perjalanan berbisnis-nya Wystia menginvestasikan beberapa uang-nya ke beberapa saham dan projek kecil yang ada, sedangkan sisanya ia pakai untuk membuka bisnis dalam jasa akunting.

Dari kedua usaha ini, Wystia berhasil mengumpulkan dana yang banyak. Tetapi daripada memakai uang yang sudah ada untuk membeli barang tidak berguna, Wystia memakai hampir delapan puluh persen pemasukannya untuk membuka jalur baru bagi perusahaannya.

Kemudian tidak setahun kemudian New Floren akhirnya menjadi salah satu perusahaan baru dengan julukan 'Perusahaan muda yang ajaib' di Amerika.

Nama perusahaan New Floren pun akhirnya menjadi sebuah partner kerja yang diinginkan oleh banyak orang, tentu saja tidak sedikit juga yang ingin menjatuhkan New Floren.

Tetapi setelah tiga tahun berlalu, semua usaha untuk menjatuhkan perusahaan New Floren milik Wystia selalu gagal atau tidak memberikan dampak yang besar bagi Wystia.

Setiap kali ada orang yang mencoba membuat masalah bagi-nya Wystia hampir ingin tertawa dengan terbahak-bahak, karena bagi-nya semua usaha orang-orang bodoh itu hanya sama saja dengan sebuah lelucon besar.

Ia di kehidupan sebelumnya punya julukan sebagai 'rubah yang berbisnis' jika dia bisa terperangkap dengan mudah oleh orang-orang itu, Wystia mungkin harus memberikan penghargaan bagi mereka.

"Tia, representatif Adnan berkata kalo kita bisa menandatangani surat ini tiga hari kemudian. Mereka juga bilang kalau kita bisa menentukan tempat-nya" Gina berkata ke Wystia setelah mengecek ke perusahaan Adnan tentang kerja sama mereka.

"Kalau begitu kita lebih baik kita bertemu di tempat yang akan kita akan kunjungi bersama Theo, aku ingat di sana ada tempat bermain yang memiliki review bagus di golge" Kata Wystia dengan senyum.

Gina langsung memberikan tanda ok, untuk menandakan kalau dia mengerti. Sebelum menginformasikan hal ini ke perusahaan Adnan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jangan lupa untuk Vote, Komen, dan Share cerita ini agar author tetap bersemangat membuatnya!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!