NovelToon NovelToon

Scandal With My Secretary

Bab 1

Roma, Italia.

Sepasang suami istri saling bergelung di bawah selimut setelah semalam penuh melakukan kegiatan panas yang berujung kelelahan.

Louis Massimo Orlando, pria gagah dengan postur tinggi tegap berusia 33 tahun itu menggeliatkan badannya dari balik selimut. Dilihatnya seorang wanita cantik yang tengah tertidur pulas di dada bidangnya karena lelah melayaninya semalaman penuh.

Louis semakin mengeratkan pelukannya hingga membuat wanita itu melenguh.

“Uhmm sayang, dada ku sesak!” Gumamnya dengan mata terpejam.

“Bangunlah sayang hari sudah pagi” kata Louis mengusap lembut pipi Samantha.

“Hmmm” hanya itu kata yang keluar dari mulut Samantha.

Semakin hari ia semakin di buat tak berkutik oleh wanita yang kini menjadi istrinya. Louis selalu memanjakan Samantha, keinginan-keinginan yang keluar dari bibir Samantha akan terealisasikan saat itu juga karena jika tidak maka Samantha akan marah. Sikap kekanakan Samantha lah yang membuat Louis tunduk karena baginya ialah yang akan menjadi pelindung Samantha menggantikan peran kedua orangtua wanita itu. Sebab yang Louis tahu dari cerita Samantha, bahwa sejak kecil ia tak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya karena berpisah.

Awal pertemuan mereka pun dimulai secara tidak sengaja ketika Louis bersama anak buahnya terluka di bahu jalan akibat insiden kecelakaan yang menimpanya satu tahun silam. Dan saat itu Samantha lah yang menjadi dewi penolong bagi Louis karena keadaannya memang sangat kritis.

Samantha dengan ringan mengulurkan tangannya menawarkan diri untuk merawat Louis. Awalnya Louis menolak tapi dengan sejuta kata Samantha tetap kekeh menyangkal penolakan Louis. Mau tidak mau Louis mengalah karena lelah berdebat hingga akhirnya mereka terbiasa bersama sampai hari kesembuhan Louis tiba, mereka memutuskan untuk menikah.

Louis mencubit kecil hidung Samantha hingga wanita itu merasa kesal.

“Shhh sakit!” Desis Samantha.

“Kau benar-benar tidak ingin bangun? Aku akan pergi ke kantor hari ini” ucap Louis yang beranjak dari tempat tidur namun pandangannya tetap terfokus pada Samantha.

“Hmm, ya pergilah. Aku tidak akan melarang mu sayang” jawab Samantha yang enggan membuka matanya.

Louis berdecak kesal, ia ingin paginya di sambut dengan hal yang manis, bukan seperti ini. Samantha selalu begitu setiap kali mereka selesai melakukan kegiatan panas paginya memilih tidur tanpa menyambut Louis dengan hangat, tidak akan ada yang berubah.

Louis memilih pergi dan bersiap tanpa drama berdebat dengan Samantha, karena hasilnya akan tetap percuma.

Kini Louis selesai bersiap, pria itu memilih bergegas pergi tanpa membangunkan Samantha.

“Aku pergi sayang, cup!” Pamit Louis seraya mendaratkan kecupan singkat di pelipis Samantha.

Wanita itu hanya merespon gumaman, Louis menggelengkan kepalanya pelan lalu pergi meninggalkan wanita itu.

“Selamat pagi Tuan” sapa Noel yang ternyata sudah stand by di mansionnya.

“Pukul berapa kau kemari El?” Tanya Louis dengan panggilan nama kecil Noel. Sebab mereka tumbuh besar bersama di lingkungan yang sama.

“Sekitar tiga puluh menit yang lalu Tuan” jawab Noel.

Louis menganggukkan kepalanya tanda mengerti lalu masuk ke dalam mobilnya yang di kemudikan oleh Noel, Asisten pribadi nya sekaligus tangan kanannya.

Tiga puluh menit perjalanann menuju perusahaan, kini mereka pun sampai dan langsung menuju ke ruangan mereka.

Tatapan Louis begitu dingin dengan langkah tegasnya memasuki ruangan Presdir diikuti Noel.

“Bagaimana soal perekrutan sekretaris baru El?” Tanya Louis mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya seraya menatap tajam tangan kanannya.

“Untuk sementara ini saya masih sanggup meng-handle tugas-tugas yang anda berikan Tuan” jawab Noel. Bukan tanpa alasan ia menjawab demikian, pasalnya ia sendiri tidak yakin menyerahkan pekerjaan berat ini dengan orang baru, apalagi menangani perusahaan sebesar ini, Noel tidak percaya.

“Ya, aku tahu. Tapi untuk kedepannya aku tidak akan menjamin kau bisa merangkap dua posisi sekaligus karena selain menangani proyek kau juga harus mengurus problem perusahaan cabang” kata Louis mewanti-wanti jika suatu saat Noel akan kewalahan jika tidak segera merekrut sekretaris baru.

Noel menghembuskan nafasnya dengan berat, kali ini ia akan mengalah.

“Baiklah, mulai hari ini saya akan mencari sekretaris baru untuk anda” jawab Noel dengan berat hati.

“Bagus, aku suka cara kerjamu” sahut Louis.

Noel pun segera pamit undur diri dari ruangan bosnya.

Sepeninggal Noel, Louis menyugar kepalanya dengan kasar. Hari ini moodnya benar-benar rusak karena memikirkan sikap Samantha yang semakin hari semakin membuatnya resah.

“Aku bisa gila jika terus-terusan seperti ini, sebaiknya nanti aku bicara ke Samantha” gumam Louis. Tak ingin terus larut dalam pikiran yang mengganggunya. Ia pun mulai berkutat dengan dokumen-dokumen yang kini menjadi rutinitasnya setiap pagi.

Kita tinggalkan Louis yang sedang sibuk, sementara di Venice, Italia. Seorang wanita tengah duduk berdua dengan seorang pria tua. Keduanya kini saling terlibat pembicaraan yang cukup serius.

“Ada apa dengan dirimu? Kenapa tiba-tiba ingin keluar dari sangkar yang selama ini menjadi zona nyaman mu?” Cecar pria tua itu dengan tatapan memincing.

“Apanya yang ada apa? Oh ayolah kek, aku bosan dengan semua ini. Aku ingin keluar bebas melakukan apa yang ada di dalam isi kepala ku” kata seorang gadis yang tak lain ialah cucunya.

“Benarkah? Aku tak yakin dengan ucapan mu” jawab kakek Lucas yang masih menaruh kecurigaan.

Sontak gadis itu mengernyit mendengar ucapan pria tua itu.

“Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku Lexa!” Tuduh sang kakek pada gadis itu.

“Astaga, god! Apalagi ini” keluh Alexa memijit pelipisnya yang terasa sangat pusing dengan pertanyaan kakeknya.

‘Jika bukan karena ayah yang menyuruhku izin padanya, aku tidak akan sudi bertemu dengannya. Oh god! Ini benar-benar memuakkan!’ Batin Alexa.

“Tenanglah kek, cucumu ini hanya sedang muak dengan kebiasaannya. Aku tidak akan membuat ulah dan mempermalukan mu diluar sana” ucap Alexa menghibur kakeknya.

“Apa tujuan mu?” Tanya Kakek Lucas menatap tajam netra cucu satu-satunya. Ya, hanya cucu satu-satunya. Ia tidak akan mengakui anak lain sebagai cucunya yang masih tercerai berai hingga saat ini. Bahkan hubungan keluarga Montana pun terbilang cukup rumit.

“Tujuan? Tentu saja untuk bersenang-senang menghabiskan waktu yang berharga ini, apalagi?” Kelakar Alexa.

Kakek Lucas menghembuskan nafasnya kasar.

“Alexandra Eve Montana! aku sedang tidak ingin bercanda dengan mu” Kata kakek Lucas dengan tegas.

“Aku sedang tidak mengajak mu bercanda Tuan Lucas Montana!” Balas Alexa tak kalah tegas. Jika sudah bersitegang seperti ini aura keduanya begitu kuat mendominasi. Sama-sama tegas dan keras.

Wanita berusia 28 tahun itu mewarisi sifat sang kakek yang begitu tegas berwibawa, kuat dengan pendiriannya dan pantang menyerah jika ingin mendapatkan sesuatu yang di inginkannya.

Ini semua hasil didikan pria tua itu sendiri, bahkan Alexander Guero Montana sendiri selaku ayah kandungnya tidak di berikan kesempatan mendidik putri semata wayangnya oleh kakek Lucas. Alex hanya akan memanjakan putrinya dengan dalih gadis itu tumbuh besar tanpa sosok ibu. Dan kakek Lucas menentangnya, mau tidak mau Alex hanya pasrah dengan keputusan ayahnya. Hal ini karena kakek Lucas begitu menyayangi Alexa, alasan lain adalah karena Alexa akan menjadi pewaris kelak di keluarga Montana.

“Baiklah, kapan kau akan berangkat?” Tanya kakek Lucas pada akhirnya. Ia tahu pada akhirnya ia akan kalah mendebat cucunya sendiri.

“Setelah ini” tegas Alexa.

Kakek Lucas membola mendengar penuturan cucu nakalnya ini.

“Oke, aku akan menempatkan bodyguard di sekitar mu” putus pria tua itu tanpa bantahan.

“What?!” Pekik Alexa tak habis pikir.

‘Apa-apaan dia?! Apa dipikirannya aku ini tahanan kota?! Shitt! Bisa kacau kalau begini!’ Dengusnya dalam hati.

Melihat ekspresi tak bersahabat dari cucunya, kakek Louis pun membenarkan kecurigaannya.

‘Tak apa jika kau terus merahasiakan tujuan mu padaku Alexa. Bodyguard ku akan terus mengawasimu’ gumam Kakek Lucas dalam hati.

“Oke fine, terserah kakek. Aku pergi” pamitnya beranjak keluar meninggalkan kakek Lucas.

“Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan Lexa? Aku sungguh tak ingin keluarga ini terusik oleh orang-orang yang picik seperti mereka” gumam Kakek Lucas memejamkan matanya.

Bab 2

Samantha bangun dengan kondisi tubuh remuk redam serta kepala pusing. Wanita itu sering kali meringis dan memijat kepalanya sendiri.

“Shitt! Tenaganya seperti banteng tidak ada habisnya!” Keluh Samantha beranjak menuju bath up untuk membersihkan diri sembari melakukan relaksasi agar pegal di tubuhnya sedikit berkurang.

Louis memang tipikal pria yang haus akan s*x, dia tak akan pernah puas hanya melakukan satu kali. Selama tenaganya masih ada ia akan terus menggempurnya bahkan sampai pagi menjelang. Samantha mau tak mau harus bisa mengimbangi kekuatan Louis di atas ranjang, walau begitu ia akui jika Louis sangat sangat hebat soal pergulatan ranjang.

Tapi yang menjadi persoalan kali ini, sampai hari ini dirinya belum juga mengandung benih dari pria tampan penguasa itu. Sesekali ia berfikir sebenarnya siapa disini yang bermasalah?

Samantha sendiri belum berani memeriksakan kondisi kesuburannya sebab ia takut akan hasil akhirnya nanti. Ia juga tak pernah mendiskusikan masalah ini dengan Louis meskipun pria itu sering kali mengajaknya untuk konsultasi ke dokter.

“Persetan dengan anak, aku masih banyak memiliki waktu bersama Louis, lebih baik aku habiskan saja waktuku dengan bersenang-senang menikmati hasil jerih payah suami kaya ku itu. Hidupku berubah 180 derajat selama menikah dengannya, aku masih bisa mengikatnya nanti dengan kehamilan ku. Tapi tidak untuk sekarang” monolognya.

Untuk saat ini ia tak ingin memikirkan soal itu. Lagi pula jika ia memiliki anak sekarang menurutnya terlalu dekat, ia akan kehilangan kebebasannya menjadi Nyonya muda Orlando. Sayang sekali, pikir Samantha.

Ia beranjak dari bathup menuju shower membilas dirinya dari busa-busa yang menutupi tubuhnya dan segera meraih bathrobe lalu melangkah menuju walk-in closet.

Tangannya memindai pakaian yang akan ia kenakan siang ini untuk bertemu dengan teman-temannya. Ya, Samantha selalu menghabiskan waktunya dengan berkumpul dan berbelanja dengan teman sosialitanya.

Selesai berdandan ia bergegas keluar mengambil kunci mobilnya tanpa merapikan tempat tidur sisa pertempurannya semalam bersama Louis. Ya meskipun di mansion ini ada maid, namun tak sekalipun Samantha berinisiatif merapikan tempat sekalipun itu adalah area pribadinya.

Samantha turun menapaki anak tangga berpapasan dengan maid yang tengah melakukan pekerjaannya di lantai bawah.

“Selamat siang Nyonya, anda mau langsung lunch? Kami akan menyiapkan makanannya sekarang juga” ucap maid itu sopan.

“Tidak perlu, aku sedang ada urusan penting sekarang” tolak Samantha dengan lugas. Tanpa ba bi bu ia langsung pergi begitu saja.

Maid itu menggelengkan kepalanya pelan,

‘Jika Nyonya besar masih ada, aku tidak yakin beliau menyukai menantunya yang sombong itu’ Ucap maid itu dalam hati.

Bibi Wen adalah orang kepercayaan Keluarga Orlando yang mengabdi selama puluhan tahun lamanya, ia bahkan yang mengasuh Louis sejak kecil.

Oleh sebab itu ia selalu setia mengikuti Louis dan bekerja pada pria itu hingga sisa hidupnya, ia tak pernah berniat meninggalkan pria yang sudah di anggapnya seperti putranya sendiri karena mendiang ibu Louis mempercayakan dirinya untuk merawat Louis hingga besar.

“Semoga Tuan Louis memilih pasangan yang terbaik untuk hidupnya” harapan Bibi Wen sangat besar sekali, jika kelak ia tak ada maka ada istrinya yang dengan sabar dan ikhlas mengurusnya. Tapi sekarang yang ia lihat bahkan Samantha tak pernah melakukan tugasnya sebagai seorang istri selain hanya urusan ranjang saja.

Hal sepele termasuk menyiapkan kebutuhan kerja atau menyambut Louis ketika pulang saja tidak pernah. Catat, TIDAK PERNAH.

Sebenarnya apa yang ada dipikiran Samantha? Apakah rumah tangga hanya sekedar status baginya?

“Kenapa Bibi melamun?” Tanya Guan pada senior maidnya.

Ya, Bibi Wen menjadi kepala pelayan di mansion ini atas perintah tuan besar Christian Orlando, ayah Louis.

Bibi Wen pun tersadar, “Ah tidak apa-apa Guan. Silahkan lanjutkan pekerjaan mu” titah Bibi Wen.

Guan pun menundukkan kepalanya lalu pamit pergi.

Seusai makan siang di restoran, Louis berniat kembali ke kantor bersama Noel. Namun sebelum ia beranjak dari duduknya tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Ting!

Kening di dahi pria itupun seketika mengernyit setelah membuka ponselnya.

Sebuah notif m-banking masuk, berisi penarikan sejumlah uang dengan nominal terbilang cukup fantastis.

“Kali ini apa lagi yang dia beli sampai-sampai menghabiskan ratusan juta dalam sehari?” Gumam nya merasa heran.

Tak hanya sekali Samantha melakukan itu, bahkan kerap kali Louis menjumpai notif serupa selama hampir setahun ini. Dulu awal-awal Samantha sangat jarang berbelanja atau menggunakan uangnya, tapi semakin kesini semakin menjadi saja. Meskipun begitu Louis tak pernah menanyakannya pada istrinya, ia menganggap itu adalah bentuk kepeduliannya terhadap istrinya.

Namun kali ini, Louis sedikit terusik dengan tingkah Samantha yang menurutnya di luar batas wajar.

Louis ingin sekali mengajarkan istrinya itu cara me-manage uang dengan baik meskipun ia membebaskan berapapun nominal yang Samantha gunakan, menurutnya apa tidak sebaiknya jika Samantha mengelola keuangannya sendiri saja?

“Kenapa Tuan?” Tanya Noel yang sejak tadi merasa aneh dengan sikap bosnya.

“Tidak ada, sebaiknya kita segera kembali” ajak Louis berjalan meninggalkan restoran itu.

Sementara di sebuah apartemen mewah di pusat kota Roma, tinggal lah kini Alexa dengan asisten pribadi sekaligus sahabat baiknya yang bernama Zeta.

Gadis itu baru saja sampai setelah perjalanan panjang menggunakan mobil yang ia kendarai sendiri bergantian dengan Zeta.

Ia menolak tegas tawaran dari kakeknya yang menyuruhnya menggunakan jet pribadi.

Yang benar saja? Jarak dari kota Venice menuju Roma hanya sekitar enam jam, ia pun sedang tidak melakukan perjalanan bisnis jadi untuk apa menggunakan jet pribadi? Pikirnya kesal.

Alexa ingin menikmati hidupnya sejenak tanpa bayang-bayang kekayaan dari keluarga Montana meskipun itu menjadi hak mutlak bagi setiap keturunan Montana. Kali ini Ia ingin menikmati perannya menjadi Alexa si gadis mandiri.

“Zeta, berikan iPad ku” pinta Alexa pada asistennya.

Zeta yang tengah menata barang-barang dari koper Alexa pun seketika menoleh lalu mengambilkan iPad gadis itu.

“Kau yakin ingin memasuki perusahaan besar itu?” Tanya Zeta seraya menyerahkan iPad.

“Hmm? Apa kau pikir perusahaan milik Montana disini tidak sebesar perusahaan itu?” Selidik Alexa menaikkan sebelah alisnya.

“Tidak, aku tidak bilang begitu. Hanya saja memang kekuasaan pria itu tak main-main. Bahkan seluruh cabang perusahaannya tersebar pesat di seluruh daratan Eropa” kata Zeta yang sayangnya itu adalah fakta.

“Ya ya ya! Aku akui itu, tak perlu kau menjelaskannya” acuh Alexa mulai menscroll layar iPad nya. Nampak serius sekali namun Zeta memilih membiarkan apa yang akan menjadi kesenangan Alexa.

“Sepertinya aku harus bergerak lebih cepat dari prediksi, pria itu sangat sangat membutuhkan ku saat ini” ucap Alexa yang tatapannya tak lepas dari layar pipih itu.

“Apa katamu? Bukankah kau yang membutuhkannya Lexa?” Kelakar Zeta memutar bola matanya malas.

“Tidak-tidak! Bukan aku, tapi dia! Lihat saja perusahaannya mulai merekrut posisi sekretaris. Ini menandakan aku harus cepat membantunya kesana, dia sangat butuh bantuan ku” seloroh Alexa tak ingin menjatuhkan harga dirinya. Sungguh tinggi sekali ego wanita ini, pikir Zeta.

Zeta pun hanya berdecak malas mendengar penuturan sahabat sekaligus bosnya itu.

“Oke Zeta, siapkan pakaian formal ku. Kali ini aku akan menjadi sekretarisnya yang licik dan pintar” seru Alexa mulai beranjak dari duduknya.

“Hah?! Sekarang?? Kau tidak lihat ini pukul berapa Lexa? Yang benar saja kau ini!” Sergah Zeta menengok jam dinding menandakan pukul dua siang. Apakah seorang pelamar akan diterima dengan kedatangannya di jam yang bahkan di katakan sangat tidak tepat? Lancang sekali, belum masuk di perusahaan mungkin saja Lexa sudah di usir di depan pintu gate oleh pihak keamanan.

“Jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku yakin tak ada yang berani melakukan itu padaku, kau tau siapa yang tidak tertarik dengan pesona seorang Alexandra?” Ucapnya dengan penuh percaya diri.

“Kau gila Lexa, dengan apa kau pergi kesana? Kau bahkan tak menyiapkan berkas kerja mu! Sebagai pelamar yang baik tentu kau harus menyiapkan segalanya apalagi itu perusahaan besar yang tak main-main prosedurnya!” Cecar Zeta tak habis pikir.

“Wait, aku membawa semua dokumen pribadi ku Zeta apa kau lupa, bahkan kau sendiri yang menyiapkannya. Sekarang berikan map itu padaku” pinta Alexa.

“Oh gosh!! Ini hanya berisi data dirimu, apa kau tidak ingin membuat CV Alexa?!!” Geram Zeta.

“Tidak perlu” ujarnya santai sembari mengoleskan lipstik berwarna soft di bibirnya semakin menambah kesan sexy.

“Oke terserah mu saja!” Ucap Zeta menyerah. Siapa yang akan menang berdebat dengan seorang Alexandra? Ayah dan Kakeknya saja tidak mampu.

“Hmm.. bagaimana penampilan ku Zeta? Apakah aku sudah bisa menggaet seorang Presdir sekarang?” Tanya Alexa dengan congkaknya. Ia mematutkan diri di depan cermin seraya memutar-mutar tubuhnya.

Penampilan Alexa tak pernah gagal, sebagai wanita dewasa penuh kharisma tentu saja tampilannya selalu terlihat elegan dan berkelas. Aura yang di miliki wanita itu juga tak main-main. Selama menjadi cucu keturunan Montana sudah banyak pria pengusaha dan pejabat tinggi yang terang-terangan mengincarnya, bahkan tak jarang mereka meminta langsung pada Tuan Lucas untuk menjadikannya sebagai istri, namun Tuan Lucas hanya menganggap sebagian dari tindakan mereka sebagai candaan, pasalnya ia sendiri tak yakin dengan kebahagiaan cucunya. Ia tak mau menyerahkan cucu kesayangannya pada sembarang pria yang belum tentu bisa membahagiakan cucunya kelak.

Zeta hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan aktifitasnya tanpa berniat menjawab pertanyaan dari bos sekaligus sahabatnya.

“Baiklah Zeta, diam mu aku anggap kau setuju dengan perkataan ku” ucap Alexa dengan senyum terbaiknya.

Zeta tetap acuh sambil komat kamit mulut mbah dukun baca mantra. Eh canda, sambil menggerutu atas tingkah Alexa yang menurutnya sangat menjengkelkan.

“I’m ready to go! Zeta, jaga rumah baik-baik. Aku akan bekerja untuk mencari sesuap nasi untukmu” celoteh Alexa tanpa beban.

Apa-apaan dia? Dia pikir hanya untuk membeli satu buah restauran mewah ia tak mampu?

“Ya ya be careful Lexa, semoga harimu menyenangkan dan semoga penjaga tidak menyeretmu keluar sebelum memasuki perusahaan itu!” Ketus Zeta.

Alexa hanya tertawa mendengarnya. Gadis dewasa itupun keluar dari apartemennya dengan mengendarai mobil BMW miliknya.

Bab 3

Kini Alexa masuk ke dalam perusahaan Orlan Corp dengan mulus tanpa hambatan.

Mau tau apa yang membuat Alexa bisa bebas masuk tanpa hambatan sekalipun?

Jawabannya adalah, Alexa menyuap petugas keamanan dengan memberi sepuluh buah box berisi pizza. Dan ya.. Kini Ia di antar petugas resepsionis menuju ruangan Assisten Noel.

“Selamat siang Assisten Noel, ini ada seorang pelamar yang datang dari kota Venice” ucap Resepsionis.

Wanita itu pun masuk diikuti Alexa di belakangnya.

Noel melirik sekilas penampilan Alexa, cukup meyakinkan menurutnya sebagai karyawan kantor.

“Baiklah, kau boleh kembali” ucap Noel.

Resepsionis itupun pamit undur diri. Alexa mengedipkan sebelah matanya tanda meng-kode. Ia mengucapkan terimakasih pada resepsionis.

“Siapa nama mu Nona?” Tanya Noel setelah mempersilahkan gadis itu duduk.

“Perkenalkan saya Alexandra, Tuan. Saya jauh-jauh datang dari kota Venice bermaksud ingin melamar pekerjaan sesuai posisi yang di butuhkan di perusahaan ini” ucap Alexa dengan tegas tanpa bertele-tele.

Noel terkesiap dengan bahasa Alexa yang terkenal tegas, baru kali ini ia menjumpai seorang pelamar dengan aura kepemimpinan yang mendominasi.

Noel pun berdehem demi menetralkan keterkejutannya.

“Baiklah, saya akan melihat CV anda terlebih dahulu” ucap Noel mulai membuka map yang di serahkan Alexa.

“Alexandra Eve Montana..” ucap Noel membaca data diri Alexa.

Noel seperti tidak asing dengan nama belakang Alexa, tapi ia memilih mengenyahkan pikirannya. Saat ini ia dokus membaca data diri Alexa.

Sementara gadis itu hanya diam memperhatikan tanpa berniat menjawab perkataan Noel, semua identitas nya begitu transparan, tidak ada yang ia tutupi.

“Anda lulusan S2 University of Harvard?” Tanya Noel yang terselip rasa kagum.

“Ya Tuan, anda benar” jawab Alexa mengangguk membenarkan.

Sedetik kemudian Noel mengernyitkan dahinya, tidak ada lampiran surat lamaran di dalamnya. Sepertinya ini lain dari yang lain, pikir Noel.

Tapi bukan itu yang menjadi persoalan, latar belakang dan kemampuan Alexa di bilang cukup memadai dalam kriteria posisi sekretaris kali ini.

Diam-diam Noel menyelidiki seluk beluk Alexa dan sepak terjang kehidupan gadis itu. Ia hanya memastikan bahwa Alexa tidak memiliki riwayat kriminal dan hal-hal yang mencurigakan lainnya yang bisa mengancam perusahaan nantinya. Hal ini ia lakukan bukan tanpa alasan.

Menempati posisi penting di perusahaan tentu semuanya atas dasar pertimbangan yang matang. Dalam arti perusahaan hanya menerima orang-orang yang memiliki potensi yang baik dalam segala aspek.

Noel semakin mengernyit, tidak ada keterangan yang menyatakan Alexa cacat hukum atau tindakan menyimpang lainnya. Namun kali ini Noel di buat terkejut bahwa ternyata Alexa berasal dari keluarga Montana. Hal yang ia pikirkan sejak awal membaca biodata Alexa. Apa yang membuat keturunan darah biru itu melama bekerja di perusahaan ini? Bahkan perusahaan Montana sama besarnya dengan perusahaan Orlan Corp di negara ini.

Tak mau menerka-nerka terlalu jauh, Noel pun memutuskan menerima Alexa karena ia sendiri juga butuh partner untuk meringankan beban pekerjaannya yang menggunung.

“Baiklah Nona, sebenarnya semua CV anda sangat memenuhi kriteria sebagai calon karyawan di perusahaan ini. Saat ini perusahaan sedang membutuhkan untuk posisi sebagai sekretaris Presdir, tentu anda sudah mengetahuinya sebelum datang kesini bukan?” kata Noel menjelaskan.

“Baik Tuan, saya bersedia di tempatkan di posisi manapun” jawab Alexa mantap.

“Bagus, silahkan anda menuju ke ruang tunggu” ucap Noel.

Alexa segera menuju ke ruang tunggu. Sementara Noel bergegas menuju ke ruangan Presdir dimana bosnya berada untuk meminta persetujuan Louis langsung.

Louis yang tengah di sibukkan dengan laptop dihadapannya kini mulai terganggu dengan ketukan pintu.

“Permisi Tuan, di luar ada seorang wanita yang melamar pekerjaan. Dan dia bersedia menempati posisi sekretaris” lapor Noel.

“Hmm, kau sudah menyelidiki latar belakang dan kemampuannya El?” Tanya Louis.

“Sudah Tuan, CV nya memenuhi kriteria sebagai calon sekretaris, dia juga lulusan S2 University of Harvard. Namanya Alexandra Eve Montana. Dia berasal dari kota Venice dan hal yang mengejutkan lagi dia adalah keturunan sah keluarga Montana” ungkap Noel.

“Hmm.. Montana ya, kau yakin tidak ada yang mencurigakan El?” Tanya nya memastikan.

“Untuk saat ini tidak ada gelagat mencurigakan dari gadis itu Tuan, bahkan saya sendiri melihat semangat dan gigihnya gadis itu ingin bekerja di perusahaan ini” terang Noel.

Pria tampan itupun mengangguk. Louis sangat sangat mengenal keluarga itu. Bahkan bisa di bilang hubungannya cukup dekat dari silsilah tetua antara keluarga keduanya.

Hanya saja Louis belum mengenali cucu dari Lucas Montana itu.

“Baiklah, suruh dia masuk ke ruangan ku” titah Louis pada asissten nya.

“Baik, saya permisi Tuan” pamit Noel.

Sesampainya di ruang tunggu, Noel pun menghampiri Alexa yang tengah duduk elegan menyilangkan kakinya.

“Anda di persilahkan masuk ke ruangan Presdir Nona, Presdir sudah menunggu” ucap Noel pada Alexa.

“Baik, terimakasih banyak atas bantuannya Assisten Noel” ucap Alexa menunduk hormat.

“Sama-sama. Silahkan” ucap Noel mempersilahkan Alexa.

Gadis itu berjalan anggun meninggalkan Noel menuju ruangan Presdir.

Noel yang melihatnya sekilas merasakan aura berbeda dari gadis itu.

‘Keturunan bangsawan memang beda’ batin Noel. Ia pun kembali menuju ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan Louis.

Tok! Tok! Tok!

Suara pintu terbuka menampilkan sosok wanita berpostur tinggi dan sexy namun terkesan elegan.

Membuat Louis mengalihkan perhatiannya sejenak dari pekerjaannya.

“Selamat siang Presdir” sapa Alexa menunduk sopan menampilkan senyum menawan khas gadis itu.

“Hmm siang. Silahkan duduk” ucap Louis begitu dingin.

Dalam hati ia mengamati seluruh penampilan Alexa yang cukup mampu mengusik netranya. Louis tidak pernah seperti ini, apalagi soal wanita. Ia selama ini menutup mata hatinya dari wanita lain, hanya ada Samantha seorang di dalam pandangan Louis, namun kali ini? Lihatlah bahkan Louis tampak membeku dengan keterkejutannya.

Cucu dari Lucas Montana sangat-sangat memukau!

Alexa tersenyum puas dalam hati, ini baru awal perkenalan. Bagaimana hari-hari pria dingin itu selanjutnya?

Sungguh Alexa sangat berbangga diri, Tuhan memberikan wajah dan pahatan tubuh yang sempurna untuk dirinya.

Louis berdehem tegas untuk menetralkan suasana hatinya. Tidak-tidak! Samantha tetap yang terbaik, pikirnya.

“Alexandra Eve Montana, keturunan keluarga Montana, right?” Tanya Luois mulai menguasai dirinya.

“Benar Mr. Massimo, saya berasal dari keluarga Montana, lebih tepatnya cucu Lucas Montana. Sudah pasti anda sangat mengenal kakek saya” jawab Alexa tersenyum lembut dengan menyematkan nama julukan dari Louis yang sering di gaungkan di dunia bisnis.

Shitt! Gadis ini begitu menantang! Umpat Louis dalam hati.

Darimana dia tahu nama julukannya di dunia bisnis? Tentu saja Alexa selalu mengikuti berita pria tampan penguasa ini, Alexa tak pernah melewatkan satu berita apapun dari kehidupan Louis. Bahkan gadis itu tahu perusahaan mana saja yang bekerja sama dengan Orlan Corp. Termasuk perusahaan sang paman yang sekarang hampir pailit jika tidak di gandeng perusahaan Louis.

Louis merasa tinggi di hadapan seorang Alexa kali ini, wanita ini mampu membuat dirinya melambung tinggi hanya dengan sebutan Massimo, yang tak lain hanya nama tengahnya. Tapi cukup membuat hati Louis berdesir hebat.

Hal yang tak pernah ia rasakan dan ia dapatkan dari istrinya, Samantha.

“Hmm.. apa yang membuat mu datang kemari Nona muda Montana?” Tanya Louis tak ingin basa basi. Ia harus mengetahui apa motif Alexa datang melamar pekerjaan di perusahaannya kali ini.

“Saya rasa tidak ada alasan lain melamar pekerjaan di perusahaan besar ini selain mencari pengalaman Mr. Massimo. Maklum, ada tanggung jawab besar yang nantinya akan saya pegang di kemudian hari. Jadi saya ingin mengasah kemampuan saya” jawab Alexa setenang mungkin.

Tampak semua kata yang terlontar dari bibir sexy gadis itu begitu meyakinkan di mata seorang Louis. Namun dirinya tak langsung yakin begitu saja, ia harus memastikan jika gadis ini tidak memiliki niatan buruk yang berakibat fatal di perusahaannya nanti.

“Bukankah perusahaan Montana sedang pesat perkembangannya saat ini Nona, lantas kenapa tidak mengasah kemampuan mu di sana?” Tanya Louis masih belum puas.

“Anda benar, tapi saya ingin membesarkan nama saya tanpa embel-embel kekayaan keluarga saya Mr, bukankah seorang wanita mandiri akan menjadi kuat tanpa nama keluarga, dan itu sangat menakjubkan bukan?” Kata Alexa dengan pandangan mata tajam, sorot mata yang mampu menghipnotis lawan bicaranya.

Jangan lupakan kakek Lucas yang kalah berdebat dengan cucunya sendiri ya pemirsa. Maka kali ini ia tidak akan membiarkan seorang Louis yang tegas dan dingin menang melawannya.

Semboyan wanita selalu benar dan tidak pernah salah masih tetap berlaku untuk Alexa.

Louis mengatupkan rahangnya, dalam hati ia gemas dengan jawaban yang Alexa berikan. Tidak ada salahnya dan itu adalah benar. Louis bahkan setuju dengan pemikiran cerdas gadis itu. Pria tampan itu terdiam.

‘Andai saja Samantha punya pemikiran dewasa sepertinya’ ucap Louis dalam hati.

Seketika Louis menyadarkan dirinya, tidak seharusnya ia membandingkan istrinya dengan gadis pintar yang baru saja di kenalnya.

“Sorry Mr, apa ada masalah?” Tanya Alexa melihat keterdiaman pria itu.

“Tidak, aku sangat setuju dengan ucapan mu. Itu pemikiran sangat bagus. Baiklah, kau bisa bekerja mulai besok, dan hari ini Noel akan memberitahu mu apa saja tugas-tugasmu sebagai sekretaris ku” ucap Louis pada akhirnya.

Alexa tersenyum senang mendengarnya, senyum yang mampu membius seorang Louis Massimo Orlando selain istrinya, bahkan sangat jarang ia mendapatkan senyuman penuh kelembutan dari Samantha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!