SELAMAT MEMBACA!
*****
Mentari mulai terbenam. Langit yang tadinya cerah kini sudah berubah gelap. Menyisahkan cahaya alami yang berasal dari rembulan dan bintang-bintang di langit.
Nafisah Al Fithriyah seorang gadis bercadar berusia dua puluh tiga tahun sedang berjalan kaki menuju kontrakannya. Walau jarak antara kontrakan dan rumahnya cukup jauh, tapi tak sekalipun gadis itu mengeluh. Apa gunanya punya kaki kalau tidak dipergunakan?
Nafisah berjalan menyusuri jalanan yang sepi dari kendaraan itu seorang diri. Tidak sekalipun terbesit rasa takut di hatinya. Selama ada tuhan yang melindunginya untuk apa harus takut?
Jalanan itu memang tidak ramai kendaraan berlalu lalang. Bahkan lampu jalan pun hanya terdapat beberapa. Ini di karenakan jalanannya masih dalam masa perbaikan. Mau tidak mau Nafisah harus berjalan kaki menuju kontrakannya yang harus melewati jalan ini terlebih dahulu.
Langkah demi langkah Nafisah selalu membaca zikir di dalam hatinya. Samar-samar Nafisah mendengar suara seseorang yang sedang merintih kesakitan dari balik semak-semak di sebelah kiri jalan, sedangkan posisi Nafisah sekarang berada di kanan.
"To-long!" ucap seseorang dari semak-semak itu. Suaranya tertahan.
Nafisah tidak mau gegabah dalam melakukan sesuatu. Takut-takut itu hanyalah jebakan semata. Banyak tetangga kontrakannya yang bergosip jika jalanan sepi itu rawan dengan perampokan serta pembunuhan.
Nafisah menyebrang jalan dan berjalan mengendap-endap menuju semak-semak itu. Suara itu kembali terdengar lebih besar dari sebelumnya.
"Tolong ampuni saya tuan, saya tidak akan melakukannya lagi," seru lelaki tua yang di perkirakan Nafisah berumur sekitar tujuh puluh tahunan.
Nafisah bersembunyi di semak-semak itu menyaksikan bagaimana kejamnya seorang pemuda yang jauh lebih muda menyiksa seorang bapak tua. Nafisah menutup rapat-rapat mulutnya agar tidak mengeluarkan suara kala melihat betapa malangnya nasib sang bapak yang di pukuli anak buah pemuda itu.
"Ya allah kejam sekali pria itu! teganya dia menyiksa bapak itu," gumam Nafisah dalam hati.
"Tu-an, saya mo-hon," pinta bapak tua itu lagi dan lagi. Namun, bukan belas kasih yang di dapatnya melainkan hantaman keras di kepalanya kala pemuda itu menarik pelatuk pistolnya.
Dan tak butuh waktu lama bapak tua itu sudah tergeletak di rerumputan dengan darah yang mengalir deras di kepalanya. Sudah dipastikan jika bapak itu sudah tak bernyawa lagi.
Nafisah masih berdiam diri dipersembunyiannya. Dia masih belum percaya apa yang dilihat oleh matanya ini. Kejam sangat kejam. Sungguh tidak memiliki belas kasihan pada orang tidak berdaya.
"Bersihkan semua ini!" titah pemuda itu entah ditujukan pada siapa, namun semuanya bergerak cepat kala mendapatkan perintah dari si pemuda kejam itu.
Jasad bapak tua itu di masukkan ke dalam karung dan di bopong oleh salah satu lelaki berbadan gagah nan kekar. Jiwa kemanusiaan Nafisah muncul di saat yang tidak tepat.
Ada rasa ingin menolong, namun rasa itu tertutupi dengan rasa takut dan rasa ingin kabur secepat mungkin. Hanya saja ada apa dengan kakinya ini? kenapa tiba-tiba tidak dapat di gerakkan?
Ayolah, siapapun bantu Nafisah!
Percuma kau berteriak Nafisah tidak akan ada yang mendengarmu. Berteriak pun bukannya warga atau orang baik yang akan menolongmu melainkan para malaikat maut itu yang akan datang dan memenggal kepalamu.
"Ya allah," lagi dan lagi Nafisah hanya bisa menyebut nama Allah.
Nafisah memberanikan diri untuk berdiri dari jongkoknya bersiap untuk pergi, namun sayang seribu sayang karena kecerobohannya ia tidak melihat sebuah ranting kayu ada di depannya membuat sepatunya menginjak ranting kayu itu dan mengeluarkan suara patah.
Krek!
"Siapa di sana?" teriak pemuda itu dengan suara lantang dan berkesan menakutkan sampai-sampai mampu membuat bulu kuduk Nafisah berdiri.
Tak tahu mau ke mana, Nafisah pun memberanikan diri berlari keluar dari persembunyiannya. Entah ia di lihat atau tidak dia tidak peduli yang terpenting dirinya tidak mati dengan cara sadis seperti bapak tua itu.
"Hey kau!!" teriak pemuda itu mengejar Nafisah.
"Ya allah, lindungi hamba," batin Nafisah meminta perlindungan dari sang maha pencipta.
"Dimas! Tangkap orang itu!" perintah pemuda itu pada tangan kanannya.
"Baik bos," pria bernama Dimas itu pun berlari mengejar Nafisah menggantikan bosnya.
Nafisah kalang kabut saat langkah Dimas sudah hampir dekat dengannya.
"Bagaimana bisa dia berlari sangat kencang?" tanya Nafisah di sela larinya.
Selain mempunyai langkah lebar, Dimas juga merupakan pelari hebat. Keahliannya itu sebelas dua belas dengan bosnya. Nafisah salah, sekencang apapun dirinya berlari dia tetap saja akan tertangkap.
"Mau lari kemana lagi nona?" Dimas menyeringai licik kala ia berhasil mencekal tangan kanan Nafisah.
"Allahuakbar," Nafisah kaget saat Dimas mencekal tangan kanannya.
"Anda tidak bisa kabur lagi nona," seru Dimas masih dengan mencekal tangan Nafisah.
Nafisah memberontak berusaha melepaskan tangannya dari Dimas, namun apalah daya tenaga Nafisah bukanlah tandingan untuk tangan kanan bos mafia seperti dimas.
"Lepaskan!" teriak Nafisah.
"Hanya orang bodoh yang sudah berlarian mengejar musuh lalu melepaskannya," ucap Dimas.
Dimas menarik paksa tangan Nafisah untuk memberikan Nafisah pada bosnya. Nafisah terus saja memberontak. Kini mereka sudah sampai di hadapan sang bos mafia. Dimas melempar Nafisah hingga tersungkur di rumput.
"Hey, apa dia mata-mata?" tanya pemuda yang merupakan bos mafia itu kala melihat penampilan Nafisah yang menurutnya seperti seorang ninja.
"Saya rasa bukan tuan, mungkin nona ini tidak sengaja mendengar teriakan tua bangka itu dan mengintip kita," jawab Dimas tepat sasaran.
"Oh, jadi dia seorang penguntit?" ucap Andra mengamati wajah, eits mata ketakutan Nafisah dan mungkin saja bibirnya sudah pucat pasih di balik penutup wajah itu.
Nafisah terdiam. Tidak tahu harus berbuat dan bertutur kata apa. Meminta di bebaskan? Percuma nasibnya akan sama seperti bapak tua itu.
Andra Yudhiantara. Siapa yang tidak tahu nama itu? Siapa yang tidak mengenalnya?
Seorang mafia nomor satu. Mafia paling kejam. Mafia tanpa belas kasih. Mafia sekali tarik langsung mati. Mafia terkaya. Bukan hanya Mafia, namun CEO nomor satu serta terkaya. CEO kejam dalam dunia perbisnisan. Berani mengusik kepala jaminannya.
Andra, pemuda berdarah timur tengah itu memiliki perawakan yang bagus. Tubuh yang kekar dan gagah. Wajah? Tidak perlu di ragukan lagi. Tampan bahkan sangat tampan. Siapa sangka jika pemuda berwajah bak dewa ini ternyata malaikat maut. Sikapnya yang dingin, namun cool membuat gadis-gadis histeris saat berpapasan dengan Andra.
"Buka penutup wajahnya!" titah Andra pada Dimas.
"Jangan!!" teriak Nafisah kala Dimas mendekat hendak membuka penutup wajahnya.
"Kenapa? Mau melawan? Sayang sekali nona, kau tidak bisa melawan jika tidak mau tubuhmu itu menjadi santapan binatang buasku!" ujar Andra dingin. Andra tidak suka penolakan apalagi bantahan. Sekali perintah harus dijalankan.
"Bu-bukan begitu, ta-tapi ini bukan untuk dibuka. Apalagi di depan pria bukan mahram," jelas Nafisah menunduk takut-takut.
Andra dan Dimas tahu maksud gadis itu. Satu yang mereka tangkap dari gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, muslim. Ternyata dia bukanlah seorang mata-mata berpakaian ninja, melainkan gadis bercadar.
"Baiklah. Dimas bawa dia ke mobil!" perintah Andra.
"Untuk?" tanya Nafisah. Apa inilah saatnya ia menjumpai ajalnya?
"Tidak perlu banyak tanya nona!," kata Andra berlalu meninggalkan Nafisah dan Dimas.
"Ayo!" Dimas hendak kembali memegang tangan Nafisah, namun langsung ditepis gadis bercadar itu.
"Saya bisa sendiri" ucap Nafisah.
Dimas tidak banyak ucap. Ia tahu jika seorang muslim tidak baik bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya. Nafisah mengikuti arah jalan Dimas. Lebih baik menurut daripada bertemu akhirat begitu pikir Nafisah.
INFO PENTING!!
Sebelum lanjut ke part selanjutnya, Aku kasih tahu dulu yah guys, Maaf jika dalam novel ini terdapat kesamaan nama ataupun tempat itu hanyalah ketidak sengajaan🙏. Saya selaku Author menulis novel ini dengan menguras otak saya bahkan berimajinasi😪. Sekali lagi kalau terdapat kesamaan itu hanyalah unsur dari ketidak sengajaan😊. Mohon pengertiannya!!
Jangan lupa dukungannya 👉 Like 👉 Komen 👉 Vote. 😄
KU TUNGGU KOMEN NEXT-NYA😉
🔫🔫🔫
TBC....
SELAMAT MEMBACA!
*****
"Ya Allah, Aku mau dibawa kemana ini?" batin Nafisah menerka-nerka.
"masuk!" ucap Andra kala mereka sudah sampai di tempat mobilnya di parkir.
"Sa-saya mau di ba-bawa ke mana?" tanya Nafisah terbata-bata dan jantungnya? Jangan tanya lagi sedari tadi tidak bisa dikontrol.
"Mau masuk sendiri atau saya yang bertindak?!" dingin, penuh penekanan, dan menakutkan. Ya, sungguh menakutkan mendengar ucapan dari Andra si bos mafia itu.
"Tidak usah saya bisa sendiri!" kata Nafisah ketus.
"Good!" seru Andra memberi kode pada Dimas untuk mengemudikan mobilnya.
Malam ini sungguh melelahkan untuknya. Sedikit bermain-main dengan bapak tua itu ternyata cukup menguras tenaga Andra. Di tambah harus bermain kejar-kejaran dengan Nafisah sungguh cukup menguras tenaga sang bos mafia itu.
Andra pun masuk ke dalam mobilnya. Dia duduk di jok belakang bersama dengan Nafisah. Nafisah yang merasakan seseorang duduk di sampingnya pun sedikit menggser tubuhnya. Nafisah hanya duduk dengan meremas jari-jarinya ketakutan.
"Siapa namamu?" tanya Andra tanpa menoleh.
Yang ditanya hanya diam membisu melirik ke samping kanannya hanya ada jendela, di samping kirinya si penanya mungkinkah dia bertanya pada dirinya sendiri? Dan di depan hanya ada dimas yang sedang megemudi. Tidak mungkinkan dia bertanya pada Dimas?
"Anda bertanya pada saya?" tanya Nafisah menunjuk wajahnya.
"Ya, kau kira saya sedang bicara dengan setan?" ucap Andra ketus.
"Oh, nama saya Nafisah. Nafisah Al Fithriyah" kata Nafisah singkat, padat dan jelas.
Andra menganggukkan kepalanya mengerti. Dia mengamati Nafisah dengan seksama dari kaki sampai kepala. Hanya ada kain tidak ada yang lainnya.
"Maaf, bisakah anda tidak menatap saya seperti itu?!" seru Nafisah. Ia tidak suka jika laki-laki yang bukan muhrimnya menatap lekuk tubuhnya.
"Tidak usah takut, kau bukanlah tipe ideal saya!" Ucap Andra dan memperbaiki kembali posisi duduknya.
Syukurlah.
Bukan perasaan sakit yang dirasakan Nafisah setelah mendengar ucapan Andra jika dia bukanlah tipenya, melainkan rasa syukur karena dirinya bukanlah tipe lelaki berjiwakan setan itu. Kalaupun iya, Nafisah akan berpikir seribu kali baru menjadikan Andra tipe idealnya.
"Kau tadi pasti sudah melihat semuanya bukan?" tanya Andra tiba-tiba.
Deg!
Nafisah menelan salivanya dengan susah payah. Pertanyaan Andra mampu membuat jantungnya yang tadi berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya berhenti berdetak. Apa yang harus dikatakannya sekarang?
Berkata iya, dia takut nasibnya sama seperti bapak tua itu. Ia masih belum siap berjumpa akhirat dan jika berkata tidak, itu artinya dia berbohong.
Berbohong bukanlah hal yang baik dan berbohong adalah dosa. Baik berbohong karena kebaikan maupun berbohong karena menutupi kebenaran. Yang namanya berbohong tetap saja dosa.
Doraemon! Jika kau benar adanya maka tolonglah Nafisah sekarang! Berikan dia pintu kemana saja milikmu agar dia bisa bebas dari kungkungan kedua pria kejam itu.
"Sa-saya..." Nafisah merasa tenggorokannya tercekat, lidahnya keluh untuk berucap.
"Jangan berbohong karena agamamu tidak membiarkan pengikutnya berbohong," ujar Andra.
Bukan suatu hal yang mustahil bagi seorang Andra Yudhiantara mengetahui hal itu. Dan jangan tanyakan darimana dia tahu!
"Ya, aku melihat bagaimana kalian menyiksan dan bagaimana kau menlenyapkannya dengan pistolmu itu!" Jelas Nafisah.
Andra menarik satu alisnya ke atas, "Jadi, apa hukuman bagi orang yang melihat semua kejadian itu Dimas?," Tanya Andra pada Dimas, namun matanya menatap Nafisah yang sudah dibanjiri keringat karena takutnya yang luar biasa.
"Hmm... Berikan pada Harimau peliharaan anda sepertinya bagus juga bos" Jawab Dimas menahan kekehannya.
Dia tahu jika bosnya ini tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakan gadis bercadar itu. Jika mau, Bosnya sudah dari tadi menghabisinya dengan menancapkan satu pelurunya pada jantung Nafisah, Namun nyatanya itu tidak terjadi.
" Idemu bagus juga" Ucap Andra menyeringai.
Nafisah lagi-lagi menelan salivanya dengan susah. Ya rabb, mungkinkah ini akhir hidup dari gadis malang itu?
"Ma-maksudnya?" tanya Nafisah meskipun dia tahu maksud dari percakapan kedua pria itu.
"Tidak usah gugup seperti itu nona! Setelah malam ini kau akan merasakan hidup di surganya tuhanmu," jawab Andra tanpa dosa.
"sedikit bermain-main dengan gadis ini mungkin menyenangkan daripada bermain-main dengan Tiger," batin Andra berucap.
" Ya Allah, Apa aku harus mati ditangan si pria kejam itu atau aku akan mati diterkam harimau seperti kata pria bernama Dimas itu?" Batin Nafisah menerka-nerka.
Setelah percakapan yang menyiksa jantung Nafisah itu, tidak adalagi percakapan tambahan. Ketiga makhluk hidup itu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Sampai pada akhirnya dimas berucap, "Kita sudah sampai bos"
Mereka sudah sampai di rumah besar dan mewah milik Andra.
"Ayo turun!" ucap Andra sebelum keluar dari mobil.
"Apalagi ini?" tanya Nafisah pada dirinya sendiri.
Nafisah pun ikut turun dari mobil. Dimas? Jangan tanya lagi, pria itu sudah berdiri tegak di samping bosnya. Nafisah melongoh pasalnya ia tidak tahu sejak kapan Dimas berada disana?
"Bawa dia masuk!" titah Andra berlalu meninggalkan Dimas.
"Ikut saya!" titahnya dan berjalan lebih dulu dan Nafisah mengekorinya di belakang.
Pintu utama rumah itu terbuka memperlihatkan barang-barang mewah yang ada didalamnya. Namun, ada satu hal yang membuat Nafisah merasa aneh. Rumah semewah ini nampak mengerikan dibanding rumah orang kaya pada umumnya begitu penilaian Nafisah.
Suasana rumah itu lebih mencekam dibanding kuburan. Mungkin saja rumah itu terikat dengan sang pemilik yang notebannya bos mafia.
Tidak ada hawa sejuk dari rumah ini, tidak ada suasan nyaman sama sekali. Rumah sebesar ini percuma ditinggali jika suasanya seperti ini.
"Dimana Andra?" tanya Dimas kala sudah berada di dalam rumah.
"Bos, masuk ke ruang kerjanya," jawab seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan Nafisah, berpakaian serba hitam dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan dandanan natural senatural mungkin.
"Bos, memintaku untuk membawa dia ke kamar," tunjuk Wanita itu sembari mengamati Nafisah dari kaki sampai kepala.
"Bawa saja!" ucap Dimas acuh tak acuh dan berlalu meninggalkan kedua wanita seumuran itu.
"Ikut saya!" seru Wanita itu.
🔫🔫🔫
TBC....
SELAMAT MEMBACA!
*****
Wanita itu membawa Nafisah menuju sebuah ruangan yang ada di lantai dua rumah mewah tersebut.
Nafisah tiada habisnya berdecak kagum dengan kemewahan rumah tersebut, namun Nafisah belum merasakan rasa sejuk didalam sana.
"Ini kamarmu," ucap wanita itu.
Nafisah mengernyit, "Kamarku?" tanya Nafisah mengulang kembali ucapan wanita itu.
"Iya," jawab wanita itu singkat tanpa embel-embel penjelasan.
"Kenapa harus begitu?" tanya Nafisah linglung.
Bukankah tujuan Andra membawanya kesini untuk melenyapkannya?
Lalu apa ini? Kenapa memberinya kamar di rumah ini?
"Tanyakan saja pada bos Andra tentang ini! Saya tidak tahu apa-apa," ujar wanita itu.
"Nafisah," Nafisah mengulurkan tangannya. Terserah apa yang dikatakan wanita yang tidak dia tahu namanya itu.
"Sofia!" balasnya dan menjabat tangan Nafisah singkat lalu melepasnya.
"Sepertinya di rumah ini hanya kamu wanita," tebak Nafisah. Karena menurut penglihatannya, dari gerbang sampai ke dalam rumah ini hanya ada pria yang dilihatnya dan hanya Sofia lah perempuan yang ia temui di dalam rumah itu.
"Memang di sini kebanyakan laki-laki dan bukan hanya saya perempuan di sini, tapi ada dua orang lagi," ujar Sofia.
"Tidak usah seformal itu!" seru Nafisah terlalu formal baginya harus menggunakan sebutan saya. Apalagi mereka seumuran.
"Baiklah. Sekarang istirahatlah," imbuh Sofia dan Nafisah pun mengangguk. Sofia kemudian berlalu meninggalkan Nafisah.
Nafisah membuka pintu kamar tersebut dan melangkahkan kakinya memasuki kamar yang luas tiada tara itu. Nafisah kembali menutup pintu kamar tersebut.
Di dalam kamar, tersedia ranjang berukuran king size cukup untuk empat orang, Sofa beserta mejanya, Tv full HD flat, walk in closet, beberapa pigura, bahkan disana ada kulkas mini, dan kamar mandi di dalam kamar. Benar-benar mewah dan tentunya melebihi kontrakannya.
"Ini kamar atau rumah? Besar sekali," Nafisah lagi-lagi berdecak kagum.
"Aku mau mandi, badanku sudah gerah tapi disini tidak ada pakaianku," gumam Nafisah.
" Kau butuh sesuatu?" tanya Sofia yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Nafisah.
"Kau, mengagetkanku," ucap Nafisah sembari mengelus-elus dadanya.
"Aku membawakanmu baju ganti," Ujar Sofia tanpa mengindahkan ucapan Nafisah.
Nafisah lalu menatap pelayan pria yang sedang memasukkan beberapa pakaian ke dalam walk in closet.
"Untuk apa semua itu?" tanya Nafisah. Pelayan terus saja berdatangan memasuki kamar yang ditempati Nafisah dengan membawa semua keperluan Nafisah.
"Untuk dipakai, untuk apalagi?" jawab Sofia ketus.
Nafisah mengamati Sofia dari bawah hingga ke atas. Sofia memiliki postur tubuh bak idol korea, rambutnya yang berwarna hitam panjang menambah paras cantik gadis itu dan sedikit polesan make up. Luar biasa!
"Ohiya, kenapa kau memakai pakaian itu?" tanya Sofia sedikit menyelidiki.
"Ini namanya cadar. Tujuannya untuk melindungi diri dan menutup aurat. Ini diperuntukkan hanya untuk agamaku," jelas Nafisah.
"Agama?" tanya Sofia dan Nafisah mengangguk.
Nafisah sadar jika dia dan Sofia berbeda agama, diperkuat oleh nama gadis itu yang terdengar sedilik kebarat-baratan.
"Kau bukan muslim?" tanya Nafisah hati-hati takut menyinggung gadis dihadapannya itu.
"Hmm.. tidak!" jawab Sofia. "Aku, berasal dari Jerman," lanjut Sofia.
"Aku mengerti," seru Nafisah.
"Tapi, aku bingung kenapa bos dan Dimas bisa membawamu kesini?" tanya Sofia. Ini merupakan pertama kalinya bagi bosnya itu membawa seorang gadis ke rumahnya. Kalau Nafisah adalah musuh bosnya kenapa tidak langsung dimusnahkan saja ditempatnya? Aneh!
"Ceritanya panjang. Lain kali aku akan menceritakannya," ucap Nafisah.
"Oke, aku permisi dulu," pamit Sofia dan dibalas anggukan kepala oleh Nafisah.
***
Di tempat lain di rumah mewah itu, Dimas baru saja mendudukkan bokongnya pada sofa ruangan pribadi Andra di rumah tersebut. Ruangan itu sedikit gelap dan hanya terdapat berbagai macam senjata api dan juga peledak didalam sana.
"Untuk apa lo membawa gadis itu kesini?" tanya Dimas.
Andra yang semula duduk membelakangi Dimas pun memutar kursinya menghadap Dimas, "Hanya sedikit bermain-main," jawab Andra.
"Bermain-main atau ada maksud lain di dalamnya?" tanya Dimas penuh selidik.
"Lo ini cerewet sekali," ketus Andra.
"Tidak seperti biasanya. Biasanya Lo langsung melenyapkan orang yang sudah melihat kejadian seperti itu, Baik disengaja ataupun tidak!" jelas Dimas.
"Hmm... gadis ini sedikit berbeda" Kata Andra sambil mengingat penampilan Nafisah.
"Lo suka sama Dia? Jangan bilang lo jatuh cinta pandangan pertama!" ucap Dimas lalu tertawa terbahak-bahak.
Tidak mungkinkan bos sekaligus sahabatnya ini jatuh cinta pada pandangan pertama? Seperti lagu dangdut saja, 'Pandangan pertama'. Konyol sekali!
"Kalau gue bilang iya, kenapa?" balas Andra serius membuat Dimas langsung menghentikan tawanya.
"Serius?" tanya Dimas memastikan. Bola matanya sudah membulat siap keluar dari tempatnya dan jangan lupakan mulutnya yang menganga.
Andra mengangguk. Entah sihir apa yang digunakan gadis bercadar itu hingga mampu membuat seorang Andra Yudhiantara jatuh hati padanya dan anehnya lagi pada pandangan pertama.
"Bukannya lo sendiri yang bilang jika gadis itu bukan tipe lo?" tanya Dimas. Kadang bosnya ini rada-rada pikun dan perlu diingatkan kembali.
"Apa gue harus mengatakan kalau aku mencintaimu? Oh ayolah, jangan konyol seperti itu!" ujar Andra sembari memainkan pistol kesayangannya.
"Kau yang konyol bodoh!" batin Dimas mengumpat kesal.
"Jangan mengumpati gue Dimas!" imbuh Andra tanpa menoleh ke arah tangan kanan sekaligus sahabat masa SMA-nya itu.
"Lo tahu aja," kata Dimas sambil menyengir kuda.
"Lalu kita apakan gadis itu?" lanjut Dimas.
"Mungkin gue akan menggurungnya disini! Sampai gue yakin dengan perasaan gue ini. Apa benar gue jatuh cinta atau hanya sekedar mengagumi saja!" Jelas Andra.
Sebelumnya, dalam hal apapun Andra tidak pernah melibatkan hatinya. Hatinya tidak pernah dibuka ataupun terbuka untuk gadis manapun dan tiba-tiba saja ia dipertemukan dengan gadis bercadar seketika itu juga perasaan aneh menjelajar dalam hatinya bahkan jantungnya terpompa dua kali lebih cepat.
"Gila!" umpat Dimas dengan suara pelan, namun masih bisa di dengar Andra.
"Aku mendengarnya," ketus Andra.
"Ternyata tidak hanya matanya saja yang tajam, telinganya pun sama tajamnya, gue kura dia tuli," batin Dimas tertawa.
"Beritahu Sofia, siapkan semua keperluan gadis itu!" titah Andra.
"Baik bos," balas Dimas, lalu meninggalkan Andra.
Andra menekan telinga kanannya. Dimana disana terdapat Complete separation type.
Complete separation type adalah jenis headset terpisah yang merupakan jenis bluetooth headset yang paling baru dengan harga dapat menjangkau jarak jauh. Betereinya dapat awet hingga berjam-jam non-stop saat pemakaian.
"Halo," Sapa orang di sebelah sana.
"Cari informasi tentang Nafisah Al Fithriyah!" perintah Andra pada orang di seberang sana.
"Dapat," balas orang disebelah sana.
"Good! Bacakan!" titah Andra pada Rio, Hacker andalannya.
"Nama Nafisah Al Fithriyah, umur dua puluh tiga tahun, agama Islam, anak kedua dari Hamish Abdullah dan Harfizah Zahilia. Mempunyai kakak perempuan bernama Amira Humaira Ramadhani. Bekerja di perushaan yang bergerak dibidang produksi makanan ringan. Berasal dari kota A dan merantau ke kota J. Status saat ini masih single atau sendiri. Tidak ada hal spesial darinya," jelas Rio setelah berhasil mencuri data pribadi Nafisah dari perusahaan tempat Nafisah bekerja.
"Baiklah!" seru Andra. "Kembali bekerja!" perintah Andra lalu mengakhiri panggilannya.
"Menarik," kata Andra menyunggingkan senyum miringnya.
🔫🔫🔫
TBC....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!