Semua keluarga besar Melviano hari ini tengah berkumpul di rumah utama yang sekarang di tempati oleh Muhammad Dylan Melviano dan Serena Cyara Melviano yang tak lain adalah orang tua dari Muhammad Devan Melviano dan Muhammad Devin Melviano.
Semua keluarga besar Melviano kali ini tertawa bahagia. Mulai dari Adhitama Melviano dan Hannafi Melviano yang tak lain adalah Opa dan Oma dari Muhammad Devan Melviano dan Muhammad Devin Melviano.
"Hei, sini kamu cucu nakal" ucap Hanna sambil menunjuk ke arah Devan.
"Iya Oma" ucap Devan sambil menghampiri sang Oma yang sekarang sedang duduk di atas kursi roda.
Tak
Hanna menjitak kepala cucunya yang menurut dia itu nakal yang tak lain adalah Devan.
"Aduh. Oma kok jahat banget sih semenjak pulang dari New York" rintih Devan sambil memegang kepalanya yang telah di jitak oleh sang Oma.
"Dasar cucu nakal. Kamu yang jahat sama Oma. Kapan kamu mau bawa cucu menantu ke rumah ini? Oma sudah ingin menggendong cicit. Apa kamu paham?" ucap Hanna dengan tatapan tajam.
"Jodohnya belum datang Oma" jawab Devan dengan santai.
"Kalau jodohnya belum datang ya di cari Devan" kali ini bukan Hanna sang Oma yang bersuara. Melainkan Serena sang Mama.
"Duh duh duh Mama ku sayang. Mencari jodoh itu tak semudah mencari sayuran di pasar" ucap Devan sambil geleng - geleng.
"Heh, maksudmu itu mencarinya sesusah mencari intan permata gitu?" ucap Hanna dengan ketus.
"Kira - kira gitu deh Oma" ucap Devan dengan datar.
"Ck, anak ini di bilangin kok susahnya minta ampun. Inilah jadinya kalau anak mengikuti titisan sang papa" batin Hanna mengumpat dalam hatinya.
"Devan, kapan lagi kamu mau menikah? Usia kamu itu udah 24 tahun. Usia segitu Papa udah punya kamu lho" sindir Dylan sang Papa.
Devan hanya menatap sinis sang Papa yang kini sedang memojokkannya. Iya, memojokkan dirinya! Titik nggak pakai koma.
"Buruan nikah! Papa mau pensiun biar bisa berduaan sama Mama" ucap Dylan sambil merangkul pinggang Serena di hadapan Mama dan Anaknya.
"Kalau mau mesra - mesraan itu tahu tempat dong Pa" sindir Devan kepada Papanya.
Ciit
Serena mencubit gemas perut sang Suami yang mesra - mesraannya nggak tahu tempat.
"Aduh Ma, sakit" rintih Dylan ketika mendapatkan hadiah cubitan dari sang Istri.
"Makanya kalau mau mesra - mesraan tuh tahu tempat. Jangan di depan Devan sama Mama" bisik Serena kepada sang Suami.
"Pa, jangan menodai mata Devin yang masih suci ini. Kalau Mama sama Papa mau mesra - mesraan itu di kamar aja. Mau di buatin adek untuk Devin juga nggak papa" ucap Devin yang tiba - tiba muncul di antara mereka.
"Good" gumam Devan sambil menyungingkan senyuman di wajah tampannya.
"Siapa yang mau kasih kamu adik? Usia segini papa itu udah cocok buat gendong cucu lho. Benarkan Ma?" ucap Dylan sambil tersenyum bahagia membayangkan menggendong seorang cucu.
"Iya, benar kata Papamu" ucap Serena yang ikut membenarkan ucapan sang Suami.
"Siapa yang mau nikah Pa? Davin umurnya masih 20 tahun. 2 tahun lagi baru lulus kuliah" ucap Davin yang usianya terpaut 4 tahun dengan sang Kakak.
"Siapa lagi kalau bukan Devan" jawab Dylan santai.
Devan menggeram kesal karena perkataan sang Papa. Bisa - bisanya menyuruh dirinya menikah di kala belum mempunyai calon Istri. Gimana mau mikah coba, orang pacar aja nggak punya apa lagi calon Istri.
"Tuh kan Mas, anakmu banget. Sikapnya itu lebih dingin dari kamu" ucap Serena yang menyalahkan sang Suami.
"Iya. Emang Devan mirip banget sama aku. Orang dia anak aku kok" jawab Dylan dengan santai.
"Siapa juga yang bilang si Abang anaknya tukang bakso Pa?" ucap Devin sambil terkekeh.
"Dasar adik laknat" umpat Devan dalam hatinya.
"Walaupun hasilnya sangat mirip seperti aku, tapi kamu suka kan waktu buatnya sama kau" bisik Dylan tepat di samping telinga sang Istri.
"Ih, apaan sih" bisik Serena kepada Suaminya dengan wajah merah karena malu.
"Hahaha, lihatlah wajah Mama. Terus godain Mama, Pa" ucap Devim sambil terkekeh.
"Kyaaa. Beginilah jadinya kalau anak - anakku mengikuti titisan Papanya. Udah dingin, nyebelin lagi" teriak Serena dalam hatinya.
"Hei cucu laknat" ucap Adhitama pada cucu pertamanya yang tak lain adalah Devan.
"Opa" ucap Devan yang sedikit terkejut.
"Kenapa? Kamu terkejut karena Opa tiba - tiba masuk?" tanya Adhitama kepada Devan.
"Hmmm" Devan hanya menjawab dengan deheman. Namun Adhitama tahu maksud dari deheman sang cucu yang menurutnya laknat itu.
"Kalau ada Oma di sini, pastilah ada Opa. Benarkan sayang" ucap Adhitama sambil memeluk Hanna yang masih duduk di atas kursi roda.
Seakan tak mau kalah dari pasangan Adhitama dan Hanna, pasangan Dylan dan Serena pun mulai melakukan adegan romantis di depan anak - anak mereka.
Devin refleks memeluk tiang yang ada di sampingnya. Sedangkan Devan, jangan di tanya karena dia hanya cuek saja dan sesekali memainkan ponselnya.
"Huuu, kasihan banget sih yang nggak punya untuk di peluk" ledek Adhitama kepada cucu pertamanya.
Devan hanya menatap sinis sang Opa. Devan tak senang jika dirinya menjadi bahan ledekan semua orang.
Tiba - tiba, datanglah 2 orang gadis cantik dari taman belakang yang tak lain adalah sepupu dari Devan dan Devin. Mereka adalah saudara kembar dari adik Dylan yang bernama Anyuna Xynerva Melviano dan Anyura Xynerva Melviano. Kedua gadis kembar identik ini berusia 17 tahun.
"Kakak" ucap Anyura yang langsung bergelayut manja di lengan sang kakak sepupu.
"Hei Yura, jangan ambil kakakku" ucap Anyuna yang baru saja menghampiri kakak sepupunya dan adik kembarnya.
"Ini kakakku" ucap Anyura dengan tatapan sinis kepada kakak kembarnya.
"Ini kakakku" ucap Anyuna sambil memegang lengan Devan yang tidak di pegang oleh adik kembarnya.
Baru saja Anyura akan berbicara, Devan sudah memotongnya.
"Sudah sudah, kalian ini adiknya kakak Devan. Kakak sayang sama kalian" ucap Devan sambil mengelus kepala kedua saudara kembar tersebut.
"Kakak beneran sayang sama kami?" tanya Anyura kepada Devan.
Devan pun menjawab dengan anggukan kepalanya pertanda dia sayang kepada kedua sepupunya.
Anyuna mengirimkan isyarat kepada adik kembarnya dengan kedipan mata. Anyura sudah tahu arti dari kode itu.
"Kakak mau kan menuruti permintaan kami?" tanya Anyura dengan mata puupy eyes nya.
"Kakak akan menuruti permintaan kalian. Mau itu cari ke ujung dunia, kakak bakalan turutin" ucap Devan sambil tersenyum lembut.
Semua orang yang berada di sana menahan tawanya ketika mendengar ucapan Devan. Mereka tahu apa yang di inginkan oleh kedua gadis tersebut, yaitu memberikan mereka kakak ipar.
Sama dengan permintaan mereka semua. Namun bersiaplah saja, kedua gadis kecil ini akan mendapatkan penolakan mentah - mentah dari kakak sepupunya.
Namun dengan bakat Anyuna dan Anyura yang pandai berakting, pasti Devan akan menuruti permintaan keluarganya yang terbilang susah untuk di penuhi.
"Kakak" panggil Anyuna dengan lembut.
"Hmmm" jawab Devan dengan deheman saja karena dia sedang memainkan ponselnya.
"Kakak mau kan memberikan kami kakak Ipar yang cantik dan baik hati?" ucap Anyura yang sontak saja membuat Devan memelototkan matanya.
"Apa katamu?" tanya Devan dengan tatapan mengintimidasi.
"Kakak Ipar" jawab Anyuna dengan lirih.
Devan masih bisa mendengar perkataan adik sepupunya.
"Kalau jodohnya kakak udah datang, pasti bakalan kakak nikahin deh" jawab Devan dengan santai.
Devan pasrah saja dengan kehendak Allah Swt. yang kapan akan mempertemukan dirinya dengan jodohnya. Mungkin saja hari ini, besok, atau kapanlah itu.
"Aaaa, kak Devan mau kasih kita kakak Ipar" teriak Anyuna dan Anyura sambil berjoget ria.
"Yuna, Yura, sepertinya kalian berbakat untuk menjadi artis FTV. Cobalah kalian mengikuti casting Film" ucap Devan yang langsung membuat kedua gadis itu berhenti berjoget ria.
Anyuna dan Anyura saling berpandangan. Tiba - tiba saja terlintas di benak mereka untuk menjadi artis FTV seperti yang di katakan oleh kakak sepupu mereka. Tidak ada salahnya mencoba kan?
"Aaaa, Kami mau jadi artis FTV" teriak Anyuna dan Anyura dengan histeris.
"Asalkan kakak jadi memberikan kami kakak Ipar" sambung Anyuna dan Anyura sambil tertawa riang.
Semua orang yang ada di ruangan ini pun tertawa, termasuk Muhammad Demian Melviano dan Amanda Friska Melviano yang tak lain adalah kedua orang tua dari Anyuna dan Anyura. Demian dan Amanda yang baru memasuki ruangan ini pun langsung tertawa mendengar penuturan kedua anak kembar mereka.
Sementara Devan, dia tak pernah berhenti untuk mengumpatkan seluruh keluarganya yang menyuruhnya untuk segera menikah.
"Cucu mantu, Calon mantu, Kakak Ipar. Ada lagi kah?" umpat Devan dalam hatinya.
"Eh kakak, Yura mau Es krim" ucap Anyura sambil bergelayut manja di lengan kakak sepupunya.
"Yuna juga mau kak" ucap Anyuna sambil memeluk kakak sepupunya.
"Udah, udah, gimana kakak mau beliinnya coba kalau kalian peluk - peluk kakak kayak gini?" ucap Devan kepada kedua sepupunya.
Tak heran ya jika Anyuna dan Anyura sangatlah manja kepada Devan. Walaupun usianya sudah 17 tahun dan mempunyai KTP, mereka tetap saja manja seperti anak yang masih berumur 10 tahun.
"Yaudah, kakak beliin sana" ucap Anyura yang melepas pelukannya dan di susul oleh Anyuna, kakak kembarnya.
"Oke" ucap Devan sambil berdiri.
"Devin ikut ya kak?" tanya Devin sambil menghampiri sang kakak.
"Ayo kalau mau ikut" ucap Devan sembari mengambil kunci mobilnya.
"Hei, belikan juga Oma Es krim. Yang besar ya" ucap Hanna sambil berteriak kepada cucu pertamanya.
Devan tersenyum meremehkan sambil melihat sang Oma. Sedangkan Devin, dia terlihat menahan tawanya. Gimana nggak mau ketawa? Udah Nenek - Nenek masih mau makan Es krim.
"Emangnya gigi Oma masih kuat buat makan Es krim?" tanya Devan dengan nada mengejek.
"Dasar cucu sialan. Gigiku masih kuat. Lihatlah" ucap Hanna dengan memperlihatkan giginya yang hanya ada dua.
Devan dan Devin tertawa terbahak - bahak melihat gigi Oma mereka yang hanya ada dua. Devan dan Devin bahkan sampai memegang perut mereka yang sakit karena tertawa.
"Ih, Oma lucu tahu" ucap Devin sambil terkekeh.
"Devin, kamu ikut - ikutan kakak kamu yang mendapat predikat cucu sialan dari Oma. Dasar cucu sialan" teriak Hanna kepada kedua cucunya.
"Devan, belikan semuanya Es krim. Bayarnya pakai uang kamu ya" ucap Serena sambil terkekeh.
"Dasar Ibu - Ibu perhitungan" umpat Devan dalam hati.
"Hmmm" Devan hanya menjawab dengan deheman.
Devan pun langsung melenggang pergi dari hadapan semuanya. Di ikuti Devin, sang Adik yang berada di belakangnya.
Devan membuka pintu mobil, lalu duduk di kursi kemudi. Di ikuti oleh Devin yang duduk di sebelah Devan.
"Kak, kita mau ke mini market apa ke super market?" tanya Devin kepada Devan yang mulai menjalankan mobilnya.
"Hmmm, mini market aja lah" ucap Devan sambil melirik sebentar ke arah sang Adik.
Devan menyalakan lagu dari Dasbor mobilnya. Devan memang sengaja memutar lagu favoritnya.
Di dalam mobil Devan hanya ada suara dari lagu yang di putar oleh Devan. Hingga ada suara telepon dari ponsel Devan.
Devin melihat ada panggilan dari Alesha Kirania, pacar Devin. Sontak saja Devin meminta untuk mematikan musik yang di putar oleh sang Kakak.
"Kak, matikan musiknya dong. Pacarku nelpon nih" ucap Devin kepada sang Kakak.
Devan langsung mematikan musik yang di putar olehnya. Devan tak ingin mengganggu momen romantis Adiknya dan Pacarnya.
Kalian tahu kenapa Devan tidak ingin mengganggu kemesraan sepasang kekasih ini? Yap, jawabannya adalah agar Devan tidak terkena karmanya. Bayangkan jika Devan sedang bermesraan dengan Istrinya nanti, lalu Devin muncul sebagai pengacau. Aaaa, Devan tak ingin hal itu terjadi.
"Assalamualaikum" ucap Alesha dari seberang sana.
"Waalaikumsalam bidadari Surga" ucap Devin yang melirik sang Kakak ketika mengatakannya.
"Sial, ini anak pasti udah bosan hidup ya?" batin Devan sambil tersenyum licik.
"Kamu lagi apa sayang" tanya Devin kepada sang Pacar.
"Lagi rebahan aja. Kalau kamu?" ucap Alesha dari seberang sana.
"Lagi di jalan sama kak Devan" ucap Devin sambil tersenyum.
"Cih, mendengar obrolan mereka saja aku sudah muak. Tolong tutup teleponnya sekarang" batin Devan yang meronta - ronta.
"Emmm, aku tutup dulu ya teleponnya. Soalnya Moms lagi manggilin aku" ucap Alesha dengan nada yang sedikit pelan.
"Iya, Assalamualaikum bidadari Surga" ucap Devan sambil tersenyum bahagia.
"Waalaikumsalam" ucap Alesha yang mengakhiri percakapan sepasang kekasih tersebut.
Tuuut
Sambungan telepon Devin dan Alesha pun terputus.
Kini Devin melirik sang Kakak yang sedang fokus mengemudi. Membuat Devan risih atas tingkah Adiknya yang terus meliriknya.
"Kenapa sih?" tanya Devan dengan datar.
"Busyeeet, jadi orang jangan datar - datar banget kenapa Kak? Nanti Istrimu kabur" batin Devin sambil menahan tawa.
"Nggak papa" jawab Devin singkat dengan ekspresi wajah yang sulit di tebak.
Kedua saudara ini memang mempunyai bakat mentralkan ekspresi wajahnya. Bakat tersebut turun dari Dylan, sang Ayah. Pada dasarnya, mereka berdua memang bukanlah orang yang ekspresif.
Hanya saja Devin lebih cenderung hangat dari pada Devan. Mungkin Devin mendapatkan sifat hangatnya dari sang Mama. Sedangkan Devin memanglah duplikat sang Papa. Haduh.
Tak lama memang Devan berkendara. Kini mobil telah berhenti di depan mini market. Devin segera keluar dari mobil, dan di ikuti oleh Devan.
"Kamu aja yang belanja. Ini uangnya" ucap Devan sambil menyodorkan beberapa lembar uang seratus ribuan.
"Wah, makasih kak. Ada bonus kan buat aku?" ucap Devin dengan gembira.
"Ada" jawab Devan dengan singkat.
Devin memasuki mini market dengan wajah gembiranya. Mungkin Mbak - Mbak kasirnya akan mengira Devin mengalami gangguan kejiwaan. Namun nyatanya, Devin terlalu senang.
Selepas kepergian Devin, Devan pun membuka ponselnya. Baru saja akan mengecek aplikasi Whatsapp miliknya, sudah ada seorang gadis kecil yang kira - kira usianya sama dengan Devan menghampirinya.
"Tuan" panggil gadis tersebut dengan air mata yang masih menetes.
"Iya" Devan pun memasukkan kembali ponselnya ke dalam Saku celananya.
"Tolong saya tuan. Tolong saya" pinta gadis tersebut dengan air mata yang masih bersimbah di wajah cantiknya.
"Apa yang bisa aku bantu?" ucap Devan sambil menghapus air mata yang menetes di wajah gadis tersebut.
"Tolong lepaskan aku dari jeratan para pria hidung belang" ucap gadis tersebut sambil menatap wajah pria yang akan menolongnya.
"Ya Allah, sungguh tampannya ciptaanmu ini" batin gadis tersebut di dalam hatinya.
"Aku akan membantumu" ucap Devan sambil menatap wajah gadis tersebut.
"Wah, terima kasih tuan" ucap gadis tersebut dengan binar di kedua matanya
"Siapa namamu?" tanya Devan.
"Namaku Chalista Indriana Safitri. Tuan bisa memanggilku Lista" ucap Chalista sambil tersenyum bahagia.
"Namaku Muhammad Devan Melviano. Kamu bisa memanggilku Kak Devan" ucap Devan sambil menyunggingkan senyumannya.
"Gadis kecil yang menarik" batin Devan sambil tersenyum.
"Ayo ikut aku" ucap Devan yang langsung membawa masuk Chalista ke dalam mobilnya.
Chalista hanya mengerutkan dahinya ketika dirinya di bawa oleh Devan ke dalam mobil miliknya.
"Hmmm, Kak Devan" panggil Chalista dengan malu - malu.
"Kamu sungguh menggemaskan gadis kecil" batin Devan sambil tersenyum.
"Iya" jawab Devan dengan lembut.
"Bagaimana kakak akan menolongku?" tanya Chalista dengan ekspresi wajah yang kebingungan.
"Dengan menikahimu" ucap Devan santai sambil menjalankan mobilmu.
"Apa? Menikahiku?" tanya Chalista yang kebingungan sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
Devan tersenyum melihat ekspresi Chalista yang kebingungan.
"Iya, dengan menikahimu maka dirimu akan aman bersamamu" ucap Devan dengan lembut yang tiba - tiba membuat Chalista tersenyum bahagia.
Deg
Deg
Deg
"Ada apa dengan diriku Ya Allah?" batin Devan dalam hatinya.
"Terima kasih kak" ucap Chalista sambil tersenyum.
"Tidak usah berterima kasih" ucap Devan dengan halus.
"Sekarang bagaimana kamu bisa terjerat dengan pria hidung belang?" tanya Devan sambil melirik Chalista yang duduk di sebelahnya.
"Ibu tiriku menjual diriku kepada pria hidung belang. Ketika Ibu tiriku menjual diriku, Ayahku sedang pergi keluar kota. Ibu tiriku bernama Dewi Ananda. Ibu tiriku menjalankan aksinya dengan anak kandungnya yang seusia denganku. Anaknya bernama Felisha Luciana Ananda. Aku tak punya saudara. Bundaku sudah meninggalkanku untuk selama - lamanya ketika aku berusia 10 tahun" ucap Chalista dengan suaranya yang bergetar.
"Benar - benar gadis yang kuat" batin Devan dalam hatinya.
"Siapa nama Ayahmu?" tanya Devan sambil menatap lekat wajah Chalista.
"Chandra Wirawan. Ayahku seorang pembisnis" ucap Chalista.
"Pak Chandra. Aku kenal dia" ucap Devan dengan nada yang pelan.
"Kenapa kamu tidak menggunakan nama marga keluargamu?" tanya Devan yang semakin tertarik untuk mengobrol lebih jauh dengan Chalista.
"Karena Ayah takut banyak orang yang akan mencelakakan diriku" ucap Chalista sambil tersenyum.
"Kapan Ayahmu pulang dari luar kota?" tanya Devan kepada Chalista.
"Rencananya Ayah akan pulang hari ini" ucap Chalista sambil menghitung dengan jarinya.
"Oh" ucap Devan yang ber oh ria.
"Ajak aku untuk menemui Ayahmu hari ini juga" ucap Devan dengan serius.
"Haaa" ucap Chalista dengan bingung.
"Maksud Kakak gimana ya?" tanya Chalista yang masih kebingungan.
"Kayak gitu deh" jawab Devan dengan santai.
"Kayak gitu deh, gimana sih? Orang di tanya bukannya di jawab yang benar malahan jawabannya Kayak gitu. Kalau bukan super heronya aku hari ini, bakalan aku tendang kamu kak" gerutu Chalista di dalam hatinya.
Devan masih setia mengemudikan mobilnya dengan tenang dan senyum bahagia yang tersungging indah di wajah tampan miliknya.
Sesekali Devan melirik ke arah Chalista yang hanya terdiam saja.
"Kamu kenapa diam saja?" tanya Devan sambil melirik ke arah Chalista yang masih asyik dengan diamnya.
"Lista nggak papa kok Kak" jawab Chalista dengan singkat.
"Aneh, kenapa ini cewek? Kok diam saja sih?" batin Devan dalam hatinya.
"Rumah kamu di mana?" tanya Devan sambil sesekali melirik Chalista yang duduk di sebelahnya.
"Perumahan Green Garden" jawab Chalista sambil tersenyum bahagia.
"Nah, gitu dong. Senyum ya, biar kelihatan cantiknya" ucap Devan sambil terkekeh.
"Aduh, ini mulut kenapa nggak bisa di kontrol sih? Menyebalkan sekali" umpat Devan dalam hatinya.
"Apaan sih Kak" jawab Chalista dengan wajah yang memerah.
"Ternyata seru juga menggoda Chalista. Kalau udah malu wajahnya berubah menjadi seperti kepiting rebus. Merah" batin Devan sambil tersenyum bahagia.
Devan menatap wajah Chalista yang masih memerah. Mungkin saja Chalista merasa sangat malu walaupun hanya dengan perkataan seorang Muhammad Devan Melviano.
"Kita mampir sebentar ke toko kue ya. Nggak enak kalau datang ke rumah orang kalau nggak bawa buah tangan" ucap Devan sambil memarkirkan mobilnya.
"Terserah Kakak saja lah" ucap Chalista dengan pasrah.
"Ayo" ucap Devan yang langsung membukakan pintu untuk Chalista.
Chalista hanya membalas ucapan Devan dengan senyuman. Wajahnya berubah menjadi merah. Hanya karena pelakuan Devan itu bisa membuat Chalista malu tingkat dewa. Oh my god.
"Lucu banget sih kalau lagi malu. Kepengen cubit deh" batin Devan sambil tersenyum.
Devan langsung sigap menggenggam tangan Chalista. Sontak saja Chalista di buat malu oleh perilaku Devan yang menggenggam tangannya secara tiba - tiba.
"Emmm, Kakak kenapa ya tiba - tiba menggenggam tangannya Lista?" tanya Chalista sambil mengerenyitkan dahinya.
"Ya nggak papa sih. Biar kayak orang - orang yang lagi pada pacaran gitu" ucap Devan sambil menatap lekat wajah Chalista.
Beginilah Devan yang suka melihat adiknya bergandengan tangan dengan pacarnya. Devan pun ingin mencobanya dengan Chalista, gadis cantik yang akan dia nikahi nanti.
"Cantik, Lucu, Polos, itu semua ada pada dirimu Chalista Indriana Safitri" batin Devan dalam hatinya.
"Hah, orang - orang yang pada pacaran?" ucap Chalista dengan lirih.
"Udah, ikutin aja" ucap Devan sambil mengusap lembut puncak kepala Chalista.
Devan dan Chalista berjalan memasuki M Bakery and Cakes. Chalista tak tahu bahwa toko kue ini milik Devan.
"Lucunya kamu Chalista" batin Devan sambil tersenyum.
Mungkin Devan sudah terjangkit Virus Bucin yang tak lain adalah menjadi Budak Cinta. Ciri - cirinya adalah di tandai dengan detak jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya, perlakuan romantis kepada lawan jenis, dan juga mulai mengagumi lawan jenis.
Virus Bucin tidak bisa di sembuhkan. Hanya saja penderitanya membutuhkan lebih banyak asupan cinta dan kasih sayang dari pasangan mereka.
Virus Bucin akan tetap berlanjut sampai kapan pun. Karena Virus ini tidak mengenal jangka waktu.
Maka bersiaplah jika anda menjadi pasangan dari penderita Virus Bucin untuk melimpahkan segala cinta dan kasih sayang untuk pasangannya.
Jangan berharap untuk selingkuh! Karena itu bisa membuat penderita Virus Bucin menjadi kehilangan kewarasannya atau menjadi depresi.
"Ayah kamu sukanya kue apa?" tanya Devan kepada Chalista yang berada di sampingnya.
"Ayah sukanya kue Brownies, kue Kacang, sama kue Kelapa" ucap Chalista sambil mengingat - ingat.
"Oh" ucap Devan dengan singkat.
"Kue Brownies, Kue Kacang, dan Kue Kelapa. Masing - masing 2 kotak" ucap Devan kepada pelayannya.
"Baik Tuan muda" ucap Sang pelayan yang langsung menyiapkan pesanan Bosnya.
Tak perlu menunggu lama, kini Devan telah mendapatkan pesanannya.
"Maaf membuat anda menunggu Tuan muda. Ini pesanan anda" ucap Sang pelayan dengan sopan sembari menyodorkan seplastik berukuran besar yang berisi kue pesanan Devan.
"Hmmm" ucap Devan sambil membayar pesanannya.
Devan langsung beranjak pergi dari toko kue miliknya. Dengan tangan kiri yang menggenggam tangan Chalista dan tangan kanan yang memegang plastik berisikan kue kesukaan Ayahnya Chalista.
Devan memasuki mobilnya, di ikuti dengan Chalista yang masih setia bersama Devan. Mungkin sekarang setia menemani Devan di dalam mobilnya, dan nanti Chalista akan setia menemani Devan hingga hari tua.
Chalista tersenyum manis kepada Devan. Bagi Devan, melihat senyuman manis Chalista sudah mengembalikan energinya yang hilang.
Devan dan Chalista sama - sama tak menyadari bahwa benih - benih cinta sudah tumbuh di antara mereka. Baik Devan maupun Chalista belum pernah menjalani hubungan dengan lawan jenis. Sekalinya menjalani hubungan, eh langsung mau menikah.
Susana pun menjadi hening. Namun, keheningan itu terpecah saat mendapatkan telepon dari Devin, sang Adik.
"Tolong di angkat dulu teleponnya" ucap Devan yang masih memegang setir mobilnya.
Chalista pun mengangguk. Chalista segera mengangkat panggilan dari Devin yang di beri nama "Adik Laknat" oleh Devan. Jahat bukan? Namun inlah Devan.
"Halo" ucap Devan kepada Adiknya yang berada di seberang telepon.
"Halo Kak. Kakak di mana?" ucap Devin dengan nada yang sedikit meninggi.
"Kakak lagi di jalan. Kamu pulang sendiri saja" ucap Devan dengan santai.
"Kakak sialan. Bisa - bisanya kamu menyuruh aku untuk pulang sendiri" gerutu Devin dalam hatinya.
"Iya deh. Tapi Kakak ganti uang aku ya" rengek Devin.
"Hmmm" Devan hanya membalas dengan deheman saja.
Tuut
Panggilan telepon pun terputus. Mungkin sekarang Devin sedang berjoget ria karena Kakaknya akan mengganti uangnya. Kenapa sampai berjoget ria? Karena kalau Devan mengganti uang adiknya, Devan bisa mengembalikannya sampai dengan 5 kali lipat biaya yang di keluarkan oleh Devin. Benar - benar kaya sekali Devan.
Devan mengendarai mobilnya sambil sesekali melirik ke arah Chalista yang masih asyik dengan lamunannya. Devan tersenyum melihat Chalista yang masih merenungkan sesuatu.
"Gadis yang manis" batin Devan sambil tersenyum bahagia.
Tak butuh waktu lama, kini Devan dan Chalista telah sampai di depan rumah Chalista. Chalista menunjukan ekspresi wajahnya yang datar. Walaupun dalam hatinya Chalista masih takut akan perlakuan Ibu tirinya.
"Bunda, andaikan Bunda masih ada di sini. Mungkin Chalista akan bahagia bersama Bunda. Bunda juga akan bahagia melihat Chalista yang akan menikah dan mempunyai anak. Bunda yang tenang ya di sana. Chalista menyayangimu Bunda" batin Chalista sambil menghembuskan nafas dengan kasar.
"Ayo" ucap Devan sambil menggenggam tangan Chalista.
Namun Chalista tetap diam tak bergeming dengan ekspresi wajahnya yang datar. Devan tahu kenapa Chalista seperti ini.
"Aku tahu kamu tidak mau memasuki rumah ini. Kamu tidak ingin bertemu dengan Ibu tirimu kan?" ucap Devan dengan santainya.
"Apa dia seorang peramal? Bagaimana dia bisa tahu isi pikiranku?" batin Chalista yang kebingungan.
"Aku tahu karena kamu tipe orang Introvert" ucap Devan dengan santai.
"Kali ini dia benar lagi. Wah, hebat sekali" puji Chalista di dalam hatinya.
"Hahaha, aku tahu kamu memujiku Chalista" ucap Devan sambil tertawa ringan.
"Cih, bahkan dia tahu aku memujinya" gerutu Chalista di dalam hatinya.
Devan masih saja berjalan sambil menggenggam tangan Chalista. Sesekali Devan tersenyum. Senyuman Devan membuat Chalista terpesona.
"Tampannya" puji Chalista di dalam hatinya.
Ting Tong
Devan membunyikan bell rumah Chalista. Tak lama kemudian, datanglah seorang Asisten Rumah Tangga yang bekerja di rumah Chalista. Asisten Rumah Tangga tersebut tampak terkejut melihat kedatangan Chalista dengan seorang pria tampan. Setahunya, Chalista tidak pernah berpacaran dengan siapa pun.
"Eh ada Non Lista dan Tuan tampan. Tuan tampannya cari siapa ya?" tanya Asisten Rumah Tangga yang bernama Bi Rina tersebut.
"Saya mencari Tuan Chandra Wirawan. Apakah Tuan Chandra nya ada?" ucap Devan kepada Bi Rina.
"Ada Tuan. Mari silahkan masuk Tuan dan Non Lista" ucap Bi Rina yang mempersilahkan Devan dan Chalista masuk.
Devan dan Chalista memasuki rumah Chalista dan duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Bi Rina sebelumnya telah menyiapkan beberapa camilan dan beberapa gelas minuman untuk Devan dan Chalista.
Tak lama kemudian, datanglah Chandra yang berasal dari taman belakang. Chandra tampak terkejut melihat putri semata wayangnya yang sedang bergandengan dengan pewaris perusahaan Melviano Company.
"Ada apa dengan putri dan pewaris perusahaan Melviano Company?" tanya Chandra di dalam hatinya.
Devan menyambut kedatangan calon mertuanya dengan senyuman hangatnya. Tak lama kemudian, Chandra duduk di sofa yang berada di depan Devan.
"Assalamualaikum Om" ucap Devan sambil menyalami Chandra.
"Waalaikumsalam" jawab Chandra dengan senyuman.
"Saya tahu Om bingung dengan kedatangan saya kesini" ucap Devan dengan senyuman.
"Saya datang ke sini untuk melamar Chalista Om" Sambung Devan.
Chandra tidak dapat menyembunyikan ekspresi wajah keterkejutannya. Chandra tidak menyangka bahwa Devan akan melamar putrinya.
"Kenapa kamu melamar Chalista?" tanya Chandra dengan dahi yang berkerut.
"Karena saya cinta sama Chalista Om" ucap Devan sambil tersenyum.
"Maksudnya calon Ayah Mertua. Hahaha" batin Devan dalam hatinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!