"Mas,minta uang boleh tiga ratus ribu,untuk beli kebutuhan dapur dn sabun sudah pada habis! " ucap ku lembut
" Uang aja kamu nih,gak mikir apa yang cari susah,kamu kan tau sekarang nih sulit cari uang taunya minta aja, mana banyak lagi." omel mas Riyan sambil membanting gelas di hadapannya.
" Tapi ini tanggung jawab mu mas,mama juga jarang minta minta uang segitu kalo gak bener-bener habis semua mas." jelasku, agar mas Riyan berfikir kebutuhan habis semua.
"Kamu ini ma,emang nafkah yang ku kasih kurang kah,setiap hari kan ku kasih uang kamu ma, jangan boros-boros ma, mas lagi ngumpulin uang untuk persalinanmu." omel mas Riyan
"Ya Allah ya rob" sambil ku elus dada ku ini
" mas uang dari mu mana cukup mas,jangankan untuk beli kebutuhan dapur,beli beras aja gak cukup mas.mbok Yo klo ngomong di saring mas.uang lima belas dari mu apa cukup,beli rokok mu aja kurang." emosiku terpancing terpaksa ku jelaskan.
Ya aku hidup berumah tangga dengan mas Riyan sudah memasuki usia dua tahun namun selama hampir enam bulan ini terpaksa ranita berhenti bekerja karena keadaan yang tidak memungkin kan karena kehamilannya.
Dulu aku mengenal mas Riyan saat ku baru menginjakan kaki di provinsi kalimantan,ya Aku datang dari perdesaan di pulau jawa.setelah kepergian suamiku aku putuskan membawa anakku hasil dari pernikahan kami,aku memutuskan merantau ke kota Kalimantan.
"Cukup gak cukup ya di cukupkan,kamunya ja yang gak bersyukur ma, masih mending ku kasih nafkah dari pada wanita di luar sana banyak yang gak di kasih nafkah." omel mas Riyan sambil berlalu pergi, entah mau kemana ku mendengar suara derop motor mas Riyan yang berlalu menjauhi rumah kontrakanku.
" Ya Allah uang segini cukup gak ya, masa iya aku ambil lagi tabungan kakak, kalo begini terus kelakuan mas riyan bisa habis tabungan kakak mana aku sekarang udah gak ada pemasukan lagi, maafin mama ya kak mama ambil sedikit tabunganmu,mama janji nanti mama ganti." kata batinku sambil memegang kartu ATM dan uang dari mas Riyan yang di berikan tadi.
Ku langkahkan kakiku keluar rumah menuju rumah salah satu tetangga ku yang biasa ku titipkan anak ku jika aku ada keperluan di luar.
" Assalamualaikum," ucap ku sambil mengetuk pintu rumah tetanggaku.
" Wa'alaikum salam." Suara menyahuti dari dalam.
" Eh,Nita mau jemput Anwar kah? anak-anak masih di belakang mancing di parit belakang,hehehe" ucap mba Dina sambil tertawa kecil.
" Gak mba, aku kesini mau minta tolong titip Anwar sebentar aku mau beli beras kerumah Bu darti,takutnya nanti Anwar pulang aku gak ada dia pasti nangis nanti." ucapku
"Walah,kirain mau di jemput nit,ya wes dang gih.nanti tak kasih tau anak'e biar di sini dulu main sama damar." ucap mba Dina sambil mengeratkan tangannya tak lupa iringi ketawa kecil kasnya.
" Ya wes mba tak tinggal sebentar nanti tak jemput Anwar ya Yo,matur suwun( terima kasih)." ucap ku sungkan, kulangkah kan kaki ku keluar rumah mba Dina menuju jalan besar,tujuan utamaku ke ATM mengambil uang secukupnya aja.karena ini tabungan anak ku untuk masuk sekolah SD di tahun ini.
Setelah kutarik uang dari ATM kulangkahkan kakiku menuju rumah atau biasa warung mbok darti warung aneka sayur mayur dan sembako,ku beli beras secukupnya dan telur serta tempe dan minyak goreng.tak lupa ku beli sabun cuci baju sasetan dan sampo sasetan.
" Alhamdullilah,semua udah ku beli tinggal pulang aja," kulangkahkan kaki ku pulang kerumah namun di pertengahan jalan aku bertemu dengan seseorang yang memeng ku hindari,karena malas aku pun berlaku cuek dan ingin berlalu namun teriakan nya membuat ku menghentikan langkah kakiku sesaat.
" Eh, ketemu mantan babu di sini.wah borong nih ceritanya banyak banget kayanya,atau habis ngutang ya di warung mbok darti,jangan seringan ngutang nanti bingung bayarnya.ingat kamu itu jangan boros-boros uang adikku jangan kamu habis kan sehari." hina mba Yanti, ya begitulah klo bertemu denganku,selalu menghina ku dengan ucapan ucapannya yang kadang bikin tensi naik.
" Huff,biarpun ngutang juga belum tentu adikmu mau membayarkan mba, boros dari mana,beli beras ja gak mampu adikmu belikan gimana mau boros," batinku sambil ku tahan sabar ini.
Karena males meladeni kakak ipar ku yang bakar banyak drama nantinya,ujung-ujungnya nanti ada episodenya dan berakhir aku juga yang tetap di salahkan.
Aku pun memilih berlalu dan tak ku hiraukan suara teriakan mba Yanti yang sudah seperti toanya mesjid.
Terserahlah mau menilang aku budek kek,mau bilang kumuh kek mau bilang gak tau diri.toh udah biasa denger dari mulut mertua dan ipar-ipar ku yang memang tak menyukaiku.
"Assalamualaikum mba," ucapku dari luar rumah sengaja sedikit ku keras kan suaraku karena pintu rumah mba Dina kebetulan kebuka.
"Wa'alaikum salam,loh nit sudah pulang toh,mau mampir dulu apa langsung pulang?"
Ucap mba Dina tak lupa menyuruhku singgah.
" Langsung ja mba, aku kesini mau jemput Anwar sekalian,soalnya nanti mau ngaji kan biar tidur siang dulu,bisa tolong panggilkan Anwarnya mba,maaf ya mba ngerepotin." ucapku sedikit sungkan.ya karena mba Dina ini lah yang selalu jadi teman ku curhat atau kadang mau ku repot kan.
" Sek,tak panggilkan boca'e sek Yo,kamu duduk ja dulu di sini,tak tinggal dulu kebelakang tak panggilkan bocah-bocah tadi banyak yang mancing di belang rumah." ucap mba Dina lagi.aku pun hanya menganggukkan kepala tanda mengizinkan.
Sambil ku menunggu,sepintas ku teringat ucapan mas Riyan soal uang yang tadi katanya harus cukup dan aku harus bersyukur.
"Kadang aku gak habis pikir aja gaji besar tapi nafkah istri hanya mampu lima belas ribu sehari,belum lagi harus ku bagi sedikit agar ku simpan untuk uang kontrakan untung listrik dan air gak bayar,tapi tetap ja berat untuk ku,belum lagi aku harus mikirkan uang persalinan tinggal 3 bulan lagi." saat ku melamun tak ku dengar suara anakku yang sudah di hadapan ku.
" Mama kenapa melamun,dari tadi bude Dina panggil-panggil mama." ucap anakku,ku lirik Dina yang tersenyum dan baru ku sadari pas anak ku bicara kalo aku dari tadi melamun.
"Ya Allah,maaf ya mba tadi bener-bener aku gak denger." ucapku malu
" Kamu mikirin Riyan lagi nit?" ucapnya sambil menjatuhkan bobotnya di kursi di sampingku.
" Ah,gak mba,cuma ya kepikiran yang lain ja kok,apa lagi ini mau lahiran banyak yang dipikir belum lagi ini Anwar mau masuk sekolah bingung saya nanti gimana soalnya kan hitungan lahiran dan daftar sekolah Anwar jaraknya gak jauh." alesan ku,agar mba Dina tak banyak tanya,mba Dina pasti faham keadaanku.
Sepulang dari rumah mba Dina aku pun langsung membereskan semua belanjaan ku di dapur sebelum ku eksekusi semua, aku ke kamar dulu menyembunyikan ATM ketempat semula di mana tak satu orang pun yang tau tempat penyimpananku.
Sangking tak mau ku beri tau kalo aku ada tabungan, takutnya di ambil semua sama mas riyan. padahal gaji lebih dari 8 juta, ya, walau uang gaji mas Riyan di kasih ke ibu sebagian, dan membantu ekonomi adik dan kakaknya yang emang ku tau pekerjaan suami kakak ipar dan adik iparku penghasilannya tak sebesar mas riyan tapi masa ya mas riyan harus memiskinkan istrinya.
Aku pun malas terlalu memusingkannya lagi karena percuma, jika aku mengeras meminta hak ku pasti entar banyak drama dan pasti merembet kemana-mana.
Ketika ku asik di dapur, aku mendengar suara bising dari depan rumah, ya dari suaranya pun tak salah lagi suara ibu mertua, kakak dan adik ipar ku. entah apa lagi yang mau mereka perbuat, pasti tak jauh untuk menghina ku lagi apa lagi mba Yanti tadi melihat ku belanja banyak tadi pasti mba Yanti mengadu yang aneh-aneh, gak mungkin ibu mertua ku datang tanpa alasan dan apalagi berita burung.
" Wa'alaikum salam Bu," ucap ku sambil melangkah ke arah ibu dan iparku berdiri saat ini.
" Eh, Nita kamu habis belanja apa tadi banyak banget, ibu mau lihat, kamu jangan boros-boros lah nit Riyan kerja banting tulang kamu bukannya nabung untuk persalinan malah belanja terus, dan ingat, kamu punya anak juga emang kamu gak mikir sekolah anakmu itu, jangan kamu minta-minta ke anakku ya untuk biaya sekolah anakmu nanti gak Sudi aku anakku biayain anakmu itu dia bukan darah daging anakku,kamu minta aja sama mantan mertuamu sana kalo untuk sekolah anakmu itu." omel ibu mertuaku bernama Ratmi.
Hati kupun sebenarnya panas ketika anakku di gitukan namun aku bisa apa, aku hanya bisa sabar toh percuma menjawab membela anakku ujung-ujungnya juga gak bakal mengerti mereka.
" Maaf Bu, aku hanya belanja kebutuhan dapur Bu gak belanja aneh-aneh hanya beli besar dan sayuran Bu." jelasku ke ibu mertua,dengan mencebik kan bibir dari iparku aku pun sadar bahwa mereka tak suka melihat aku belanja lebih, apa lagi di mata mereka belanjaan banyak pasti pikirannya uang di kasih mas Riyan juga banyak, padahal gak.
" Heleh, tadi aku lihat kamu belanja banyak banget,ayo Bu kita lihat di belakang pasti dia beli yang aneh-aneh pasti uang gaji Riyan di habiskan langsung." ucap kakak iparku sambil melangkah menuju dapur tanpa menghargai pemilik rumah siapa, main nyelonong aja.
"Mana tik, gak ada apa-apa gini kok cuma beras dan ini apa ikan asin, aduh,...apaan kamu ini nit, mau kasih makan anakku ikan asin begini otak mu kemana, emang gak ada lauk lain apa yang bisa kamu beli, kenapa ikan asin dan ini tempe,....ampun,..pantas aja Riyan selalu lari minta makan kerumah, uang yang di kasih Riyan kamu pakai untuk apa ha." omel dan bentak ibu mertua ku sambil membanting semua apa yang dia pegang.
"Biasa lah Bu, paling uangnya di pakai untuk anaknya itu mana mungkin kan masa iya mas Riyan kasih uang loh setiap hari, beda lah dengan aku yang setiap seminggu sekali baru di kasih mas Reza, lah ini setiap hari di kasih cuma di kasih ikan asin sama tempe, kok kalah sama yang seminggu sekali sih lauknya.
" Maaf Bu, mas Riyan cuma memberikan aku uang cukup beli itu aja, kalo kamu kan wajar seminggu sekali soalnya mas Riyan kan juga ngasih ke kamu, kamu masih dapat uang bagian dari mas Riyan setiap Minggu dan gajih suami mu kan emang mingguan toh." ucapku kesal sambil kulirik adik iparku, ku lihat dia menahan kesal dari cara mencebik kan bibirnya tanda tak suka.
" Ya wajarlah klo Riyan bantu adiknya, emang kamu siapa,....mau melarang anakku membantu saudara nya gitu." bentak ibu mertua sambil menunjuk-nunjukkan jarinya ke wajah ku.
"Hemmm,,maaf Bu," ucapku sambil ku hembuskan nafas karena menahan dongkol,percuma ku meladenin mereka yang ada makin panjang kaya kereta.
ku lihat ibu melangkahkan kakinya menuju arah keruang tengah di ikutin ke dua anak perempuannya, tanpa permisi dan berucap mereka langsung pergi keluar rumah menuju motor masing-masing, aku yang melihatnya pun hanya mengelus dada dengan ucapan ibu tadi.
Setelah ibu mertua pergi aku pun melangkahkan kaki menuju dapur dan memasak untuk Anwar anakku telur goreng, untuk ku aku hanya merebus daun singkong dan menggoreng ikan asin serta membuat sambal,ku biarkan tempe di dalam kulkas rencana besok baru ku masak. tak ku pikirkan mas Riyan pulang nanti mau makan toh biasanya pulang udah dengan perut kenyang.
" War, ayo makan nak." kupanggil Anwar yang asik dengan gambarnya.
Ya Anwar suka sekali menggambar walau kadang tak sebagus pelukis,
Selesai makan ku bersihkan meja makan dan mencuci piring bekas makan ku dan nawar, setelah selesai semua ku menuju ruang tengah ya rumah kontrakan ku terdiri tiga ruangan.,..ruang tamu, kamar dan ruang dapur yang langsung terhubung dengan kamar mandi.
"Aku harus mikirin masa depan Anwar dan anak ini, jika terus begini apa mas Riyan peduli, jelas dia gak peduli. entah kenapa gaji sebesar itu namun kebutuhanku selalu kurang, jangankan beli skincare, untuk beli beras aja kadang aku terpaksa mengambil tabungan anakku." batinku sambil ku elus perut ini dan meliha anwar yang anteng dengan buku gambar dan pensil warnanya, entah apa yang dia coret-coret di buku itu.
Pikiranku menerawang jauh saat sebelum ku menikah lagi, aku terpaksa merantau karena aku pun di benci dengan keluarga almarhum suami ku terutama ibunya mas david, yang tak mau menerima kehadiran Anwar karena sejak kehadiran Anwar ibu tak pernah lagi mendapatkan apa yang di inginkannya. sejak saat itulah ku memilih pergi meninggalkan kampung halaman ku dan merantau ke kota, sedangkan ternak kambing dan ladang ku dari dulu ku percayakan sama kakak sepupuku anak dari kakak ibu ku.
Keluarga almarhum suamiku ( mas david ) dan keluarga suami ku sekarang mas Riyan. tidak ada yang tau jika aku memiliki ladang dan perternakan peninggalan dari almarhumah bapakku.
********** ******* ********* ****** ************
" Bu, kenapa ibu gak ambil tadi lumayan Bu ada minyak gorengnya tadi." ucap Reni adiknya mas Riyan.
" kamu apa gak lihat tadi minyaknya aja cuma 1 liter dan gak ada apa-apa lagi di dalam kantongan tadi." omel ibu Ratmi
" Ya Bu coba tadi kita ambil aja toh paling itu untuk Setok aja sama Nita, gak mungkin kehabisan, lumayan tadi coba tadi kamu ambil ren lumayan untuk Setok minyak goreng di dapurmu." ucap mba Yanti sambil menyenderkan tubuhnya di sofa depan tv.
Ada-ada aja kelakuan ibu dan anak ini, bisanya mau menjarah belanjaan ranita.
Sepulang dari rumah ranita ibu Ratmi,Reni dan mba Yanti mengobrol di ruang tamu sambil ngomongin Renita dan mau bikin ide agar Riyan tak memberikan nafkah lebih kepada ranita.
" Hallo,Yan kamu di mana?" tanya ibu Ratmi di ujung terpon.
Ya ibu Ratmi langsung menghubungi Riyan agar pulang kerumah ibunya.
" Ya Bu,ada apa? Riyan masih di rumah temen Bu nongkrong." jawab malas Riyan di sebrang sana
" Kamu nanti kerumah ibu dulu sebelum pulang kerumah mu." ucap ibu Ratmi
" Kenapa? uang ibu kan sudah ku transfer tadi apa kurang Bu." jawab Riyan lembut takut menyingung hari ibunya.
" Sudah,pokonya kamu pulang kerumah ibu dulu,jangan membantah." omel Bu Ratmi.
"Ya,nanti Riyan langsung pulang kerumah ibu." jawab Riyan pasrah,langsung ja di matikan ibu Ratmi sepihak.
"Huffff,,,apalagi sih ibu ini pasti ada yang di mau,kalau gak kerumah ibu,pasti nanti ngomel-ngomel terus.tapi klo kesana pasti gak jauh-jauh dengan uang." batin Riyan sambil menjambak rambutnya sendiri sangking pusingnya, tak sadar bahwa prilakunya di perhatikan teman-teman yang satu kerjaan,namun beda profesi.
"Kenapa kamu yan? stres kah mikirin bini mau lahiran hahahaha." ucap salah satu temannya sambil di iringi tawa teman teman yang lainya.
" Aku pulang dulu,ibu ku tadi menelpon minta aku mampir kerumahnya." jawab Riyan sambil berkemas memasukkan benda pintarnya ke saku jaket yang di kenakan Riyan.
" Bro,maaf nih saran ku kamu jangan terlalu memprioritaskan ibu dan kedua saudarimu,jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari" ucap Ari teman curhat Riyan dikala pusing saat keluarganya menuntut ini itu padanya.
" Ya,makasih sudah mengingatkan ri.tapi aku gak bisa melawan kemauan ibu ku,dia yang melahirkan ku dan merawatku." jawab Riyan
" Ya itu hak mau Yan,yang penting aku sudah ingatkan mu,ingat istrimu sedang Hami dia membutuhkanmu jangan biasakan wanita jadi mandiri bisa jadi masalah nanti untukmu." ucap Ari nasehati temannya yang sudah di anggap seperti adik sendiri oleh Ari.
"Aku balik dulu,bro." ucap Riyan sambil berlalu pergi mendekati motornya dan menghidupkannya dan berlalu dengan pandangan teman-temannya yang melihatnya berlalu.
" Ri,kayanya kamu akrab banget sama Riyan,tuh anak kayanya takut sama emak ya dari pada takut sama dosa ke istri." ucap Jajang.
" Entah lah Jang,kasihan Nita kalau sampai Riyan tega menuruti kemauan ibunya," ucap lirih Ari
" Kamu masih mencintai Nita RI?" tanya teman-teman Ari, ya mereka tau Ari menyukai Nita sejak pertama kali ketemu di mushola dekat tempat kerja mereka, di perusahan PT darma husada.
Nita dulu bekerja di sebuah warung makan dekat perusahan itu,dan sejak pertemuan tak sengaja Ari dan Nita saat itu,Ari mulai mencari tau Nita dan berusaha mendekatinya,namun rasa itu harus di pendam Ari seorang diri hanya teman Deket Ari yang mengetahui perasaan Ari ke Nita kecuali Riyan,karena saat tau Riyan juga mendekati janda anak satu itu Ari tak banyak bercerita soal asmaranya.
" Sudah lah,ri, biarkan ja itu urusan Riyan sama Nita,ya jujur aku juga sempet naksir sama tuh cewek tapi aku sadar, Nita bukan wanita sembarangan saat aku di hajar waktu itu,sempet sakit hati sih di tolak gitu taku juga yang salah dulu main senggol ja." ucap Dadang, tanpa sadar dengan ucapan Dadang semua temen-temen Ari termasuk Ari tersentak menoh ke Dadang dengan tatapan tajamnya.
" Jadi waktu itu kamu babak belur karena di hajar Nita,hahahaha." ucap Jajang sambil ketawa terbahak bahak, ingatan Jajang mengigatkan dia beberapa tahun lalu ketika melihat Dadang memegang pipi dan pahanya yang kesakitan.
" Sudah-sudah gak usah ngomongin bini orang dosa." ucap Jamil yang lebih tua di antara mereka.mereka pun mulai asik lagi dengan dunia kartu mereka sambil menggantung botol berisi air di telinga ketika ada yang kalah.
************* **************** ****************
Riyan pun sampai di rumah ibunya dan langsung memarkirkan motornya di teras rumah ibu Ratmi.
"Assalamualaikum," ucap Riyan sambil melangkahkan kaki kedalam rumah,belum lagi sampai ke sofa sudah di sambut dengan suara cempreng mba Yanti yang datang dari depan rumah.
" Wah,Yan baru sampai? Kok gak bawa apa yan,kalo kerumah ibu itu bawa martabak kek apa gitu,sudah gajian kan jatah mba Yanti mana." ucap mba Yanti sambil menadahkan tangan ke hadapan Riyan.
" Baru juga sampai belum duduk sudah main malak aja kamu mba,sabar nanti jatah mba sama Reni ku kasih kok." ucap Riyan sambil berlalu bergi masuk kedalam rumah ibunya.tak lupa Yanti yang mengekor di belakang Riyan.
" Sini Yan duduk,ibu mau ngomong sama kamu!" ucap ibu perintah sambil menepuk nepuk sofa di sampingnya agar Riyan duduk di samping ibu ratmi.
"Bu,mintakan jatah Reni dong Bu." ucap Reni ketika melihat Riyan yang baru mau menjatuhkan bobotnya ke sofa di samping ibu Ratmi.
"Hadeh,belum juga ini bokong duduk udah di bajak begini,di buatkan minum kek,ditawarin makan kek ini malah bajak." omel dalam hati Riyan.
" Sabar,buatkan kakakmu kopi sana." usir ibu Ratmi ke Reni,sambil menghentakkan kaki Reni berlalu kedapur membuatkan kopi seperti perintah ibunya, walau dongkol tapi tetap di lakukan oleh Reni
" Lah,kamu kok kesini lagi ti?" selidik ibu Ratmi ke anak tertuanya.
" Lah gimana sih Bu, tadi katanya mau ada yang di omongin sama Riyan ya aku datang lh mau ikut nimbrung." ucap Yanti santai dan masa bodo dengan ocehan ibunya.
"Yan, tadi ibu kerumah mu melihat istrimu belanja banyak banget kamu kalo gajian jangan kasihkan istrimu dulu utamakan ibu dan saudaramu baru istrimu,ingat surga mu ada di ibu,kalo ibu gak ridho gak ikhlas gak berkah kamu kerja." omel ibu Ratmi panjang lebar.
" Aku gak ada ngasih uang gaji ku ke Nita Bu, Nita tetap kukasih uang nafkah seperti biasanya lima belas ribu,seperti kata ibu." bela Riyan.
" Ya sudah kalo gitu trus jatah ibu mana." ucap ibu Ratmi sambil menadahkan tangan ke wajah Riyan dengan wajah polosnya.
"Kan sudah Riyan transfer Bu." ucap Riyan
" Jatah Reni mana mas?"
"Jangan lupa punya mba juga"
Ucap mereka berdua bersamaan.
Riyan pun tepuk jidat hanya bisa ngikutin kemauan mereka klo gak akan panjang ceramah ibu ke riyan.
" Oh,ya kak aku minta tambah ya kak.mau bayar cicilan motor ku," ucap Reni tanpa rasa bersalah.
" Lah,kan kamu punya suami ren,kamu minta reja lah masa mas juga yang bayarkan,mbamu lagi hamil ren kakak harus sedikit men-nyimpan kan uang untuk persalinan nanti." ucap Riyan gak terima kalo semuanya di bebankan ke Riyan semua.
" Lah mas, mana cukup uang gajih bang reja kak,cuma kak Riyan aja yang bisa bantu aku bayar cicilan motor ku ya,masa gak kasihan sama adik sendiri sih." ucap Reni memelas.
" Udah Yan kasih aja toh untuk adikmu juga kenapa pelit-pelit sih,bantu adikmu kaya kamu gak tau gaji reja berapa aja." ucap ibu Ratmi membujuk anaknya.
" Ok kakak bantu,Uda kakak lebihkan itu udh kakak transfer uang motormu." ucap Riyan kesal.
" Mba sekalian Yan lebihkan untuk beli baju Dafa nah." ucap mba Yanti gak mau ketinggalan.
" Hah,." ucap riang buang nafas kasar karena menahan dongkol. Mereka yang terima lebihan uang jajan tersenyum senang saat merek melihat saldo di rekening di hp mereka tanpa peduli wajah Riyan.
" Udah Riyan mau pulang." ucap Riyan sambil berdiri.
" Ingat Yan, jangan kamu kasih lebih uang nafkah Nita cukup aja itu lima belas ribu sehari klo bisa kurangin aja lagi bilang ja untuk uang jaga persalinannya nanti itu bakal banyak kamu keluar uang." hasut ibu Darmi ke pada Riyan.
" Ya,Riyan pulang dulu udah sore." ucap Riyan selalu dengan motornya menuju rumahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!