Zaman dahulu kala, Bumi Nusantara terbagi dalam banyak kerajaan. Silat menjadi salah satu beladiri yang wajib dimiliki para pemuda di masa itu. Begitu banyak perguruan perguruan di zaman ini. Ada yang menganut aliran hitam dan ada yang menganut aliran putih.
Alkisah di Tanah Jawa.
Di sebuah jalanan yang sepi karena memang akses jalan ini sangat jarang di lewati orang walaupun sebenarnya akses ini adalah jalan tercepat menuju kota. Tapi tetap saja banyak orang lebih memilih memutar lebih jauh karena mereka semua tau dijalur ini banyak begal dan perampok jalanan, yang tidak segan segan melukai korbannya bahkan membunuhnya.
"Lir ilir, lir ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon - cah angon penekno blimbing kuwi"
Ketika sedang asik bernyanyi dia dikagetkan dengan kemunculan 5 orang yang datang dari atas pohon dan langsung berdiri di hadapannya.
"Berhenti!!, hentikan nyanyian sumbangmu dan serahkan barang berharga yang kamu punya kalau kamu masih ingin melihat matahari terbenam" Teriak salah satu perampok jalanan tersebut.
"Hehehe, sekarang kan masih siang. Matahari terbenamnya masih lama jadi bisa kalian tungu aku disini sampai matahari terbenam kan. Atau mungkin kalian ingin melihat matahari terbenam bersamaku biar lebih romantis" Sambil menggaruk garuk kepalanya dia berkata dengan santainya.
"Bosen hidup kau, cari mati. Serang!!" Teriaknya kepada kelompoknya. Mereka semua menyerang bersamaan.
Serangan mereka dapat dengan mudah dihalaunya. Dia hanya menggoyang goyangkan tubuhnya seperti sedang menari membuat para perampok itu kesal.
Dengan gerakan kilat pemuda tersebut memberikan pukulan kepada 5 perampok tersebut membuat mereka terpental beberapa meter.
"Sialan, apa yang dia lakukan tadi" Ucap perampok tersebut.
Pemuda tersebut hanya tertawa melihat mereka jatuh.
Ketika akan meninggalkan mereka, dari atas kepalanya muncul bola api merah ke arahnya, dengan sigap dia menghindarinya.
"Hohoho, tidak semudah itu Bambang" Ucapnya sambil mundur beberapa langkah.
Pria yang mengeluarkan bola api tersebut langsung berdiri dihadapannya.
"Sontoloyo, namaku bukan Bambang. Kenalin, namaku Ki Braja Hitam dan aku adalah ketua dari mereka yang kau lukai itu" Sambil menunjuk kearah anak buahnya yang masih terkapar diatas tanah.
"Ooohh, pantes sama jeleknya" Ucapnya yang membuat musuhnya murka.
"Kurang ajar, mati kau"
Mereka berdua langsung bertarung dengan sangat hebat. Setelah bertukar beberapa jurus akhirnya mereka memutuskan menjaga jarak sementara.
"Hebat juga kau anak muda, siapa namamu" Ucap ketua perampok tersebut.
"Namaku adalah Malaikat Maut"
Mendengar jawaban pemuda tersebut membuat dia tambah marah.
"Wedus Gombel, kuakhiri hidupmu sekarang"
Lalu dia membuat gerakan tangan.
"Ajian Tapak Naga Geni!" Api merah menyala terbang dengan cepat ke arah pemuda tersebut.
"Ini ilmu yang berbahaya" Batinnya.
Dia langsung mengeluarkan ajian nya.
"Ajian Lembu Sekilan!" Dia langsung dapat menghindarinya dan tubuhnya mulai terlihat berbayang di hadapan musuhnya.
"Kampret, dia punya Ajian sakti itu. Siapa sebenarnya pemuda ini" Ucap ketua perampok tersebut.
Pemuda tersebut langsung mendekati ketua perampok dan berkata padanya "Apa sekarang kau takut padaku, sampai ingin lari kepelukan ibumu"
"Sontoloyo, mati kauuu!!"
Ketua perampok begitu murka, ia langsung menyerang dengan kekuatan penuhnya.
Mereka berdua langsung bertarung kembali. Puluhan jurus kembali mereka keluarkan. Sampai akhirnya ketua perampok tersebut kehabisan tenaga karena tidak bisa mengimbangi kekuatan pemuda tersebut yang dilihatnya hanya seperti bermain main terhadapnya.
~Note~
* Jangan lupa like dan koment.
* Vote jika memungkinkan.
* Follow Author
* Terakhir\, mohon bantu share.
Terima kasih ^^
Instagram :
@yukishinamt
Setelah pertarungannya dengan para perampok jalanan, yang ditinggalkannya begitu saja. Pemuda tersebut memutuskan melanjutkan perjalanannya menuju kota Kediri.
"Kisanak, maaf mengganggu. Saya ingin ke kota Kediri, bisa bantu tunjukkan jalannya?" Tanya seorang pengelana kepada pejalan kaki yang berpapasan dengannya.
"Oohh, sampean jalan lurus saja terus. Kurang lebih satu jam perjalanan dari sini"
Jawab pejalan kaki tersebut.
"Oooh, matur nuwun"
"Sama sama"
Pengelana tersebut meneruskan perjalanannya sambil bersenandung kecil.
Setelah satu jam berjalan akhirnya gerbang kota Kediri terlihat.
"Berhenti Tuan, tunjukkan tanda pengenal mu jika ingin memasuki kota" Ucap penjaga gerbang kepada seorang pemuda yang berpenampilan seperti bangsawan.
"Aku tidak membawanya, ini untuk kalian" Diberikannya 1 koin emas kepada penjaga tersebut yang langsung mengijinkannya lewat.
"Dasar korup" Ucap pemuda pengelana yang berada tidak jauh dari pemuda bangsawan tersebut.
Dia pun mencoba memasuki gerbang kota yang dijaga pengawal tersebut, dan langsung mendapat perlakuan yang sama dengan apa yang dilihatnya tadi.
"Kutu kupret", batin pemuda tersebut.
Lalu dia memberikan sekeping emas kepada penjaga tersebut menirukan cara pemuda tadi masuk. Penjaga tersebut langsung tersenyum dan mengijinkannya masuk.
"Huhh, lama lama kerajaan ini akan hancur di gerogoti manusia macam mereka" Ucapnya pelan.
Dia kemudian memasuki kota Kediri yang ramai dengan berbagai macam suku bangsa, barang dagangan dan apapun itu. Karena kota ini adalah ibukota Kerajaan Mahwapatih. Salah satu kerajaan dari tiga kerajaan terkuat di Nusantara.
Ketika sedang asik melihat lihat keindahan dan kemegahan kota kediri dirinya ditabrak seseorang yang membuatnya terjatuh ketanah sambil nungging. Dalam keadaan seperti itu dia teriak kepada si penabrak yang juga terjatuh di dekatnya.
"Oii, kalo jalan pake mata Maemunah!!" Setelah berkata seperti itu diapun berdiri membersihkan pakaiannya dari debu dan tanah.
"Maaff" Terdengar teriakan si penabrak yang sudah menjauh sambil melambaikan tangannya.
"Semprul!, malah kabur lagi dia. Untung wanita, coba kalo pria. Aku gantung kau di bukit tengkorak"
Diapun melanjutkan perjalanannya di dalam kota. Setelah cukup lama berkeliling, akhirnya pemuda tersebut memutuskan masuk ke rumah makan karena perutnya sudah mulai lapar dan hari juga mulai gelap.
Ketika memasuki sebuah rumah makan dia melihat si penabrak tersebut ada di dalam tempat tersebut sedang makan seorang diri.
"Oooo disini rupanya si Maemunah menghilang" Ucapnya sambil menatap wajah si penabrak tersebut.
"Eh kau orang yang tadi siang, kebetulan sekali. Silahkan duduk aku akan mentraktir makan sebagai permohonan maafku"
Penabrak tersebut mempersilahkan si pemuda pengelana untuk duduk satu meja dengannya.
"Ternyata kamu baik hati ya Maemunah"
Jawabnya sambil duduk di hadapannya.
"Jangan panggil aku Maemunah, aku punya nama. Namaku Berliana, Siapa namamu kalo aku boleh tau" Tanya Berliana kepada pemuda pengelana tersebut yang sudah duduk dihadapannya.
"Namamu cantik seperti orangnya. Namaku Aran Abisaka, kau cukup memanggilku Aran"
Raut wajah Berliana langsung memerah ketika dirinya di panggil cantik, karena baru kali ini ada seorang pria yang memanggilnya cantik.
"Ada apa dengan wajahmu, apa kamu sakit. Merah sekali seperti Udang rebus" Jawab Aran polos, karena dia memang selama ini hidup menyendiri bersama gurunya. Jadi selalu jujur apa adanya jika berbicara.
"Ah, kamu ini. Sudah lupain jangan bikin aku malu. Kamu pesan makan sanah, aku yang bayar semuanya" Ucap Berliana dengan wajahnya yang masih memerah.
"Hehehe, asikkk" Terlihat raut wajah yang begitu senang dari Aran. Dia segera memanggil pelayan dan memesan makanan yang paling enak di restoran ini.
Bagi Berliana uang bukanlah masalah, karena keluarganya adalah petinggi kerajaan ini.
Mereka berdua akhirnya makan bersama dan sedikit menceritakan keadaan kota Kediri. Tidak ada yang menanyakan asal usul dan keluarga masing masing karena menurut mereka itu sebuah privasi yang harus di jaga.
>>>>>>>
Keesokan harinya.
Aran melanjutkan perjalanannya kembali, dia ditugaskan oleh gurunya untuk bertemu dengan Mahaguru Arjuna.
Dia terus berjalan dengan santainya keluar masuk desa, menyusuri jalanan setapak dan keluar masuk hutan.
"Anak ini, mau sampai kapan sich ngikutin aku terus" Batin Aran.
"Keluarlah!!, aku tau kau mengikuti aku sejak dari kota Kediri"
Tidak ada jawaban, hanya suara kicauan burung dan jangkrik yang terdengar di hutan sepi ini.
"Berlianaaa! Aku tau itu kau, keluarlah. Aku bisa merasakan auramu, kau mau keluar atau aku paksa keluar" Teriak Aran kepada Berliana.
Akhirnya dengan pelan pelan Berliana keluar dari balik pohon sambil tersenyum.
Sekarang dia berpakaian serba putih dan pedang berwarna putih di lengan kirinya, yang membuatnya terlihat sangat anggun.
"Maafkan aku yang sudah kurang sopan mengikutimu" Ucap Berliana ketika sudah di hadapan Aran.
"Berliana, sebaiknya kamu pulang jangan mengikuti aku. Perjalananku sangat berbahaya. Pulanglah cepat, kasian orang tuamu dirumah. Mereka pasti mengkhawatirkanmu" Jawab Aran sambil memegang pundak Berliana dan menatap wajahnya.
Walau yang dilakukan Aran menurutnya hal yang biasa, tapi tidak dengan Berliana. Baru kali ini dia bicara sedekat ini dengan pria. Dia langsung mundur beberapa langkah karena malu, dan wajahnya pun memerah kembali.
"Berliana, kenapa wajahmu memerah lagi"
Ucap Aran sambil berusaha mendekati Berliana.
"Diam kau. Diam disitu, jangan mendekat!"
Jawab Berliana sambil menutupi wajahnya dan membalikkan badannya.
"Kenapa malah dia yang marah, aneh"
Ucap Aran kembali, sambil mengusap usap kepala belakangnya.
"Jangan bilang aku aneh, cowok ga peka!" Berliana langsung berlari meninggalkan Aran.
"Berliana tunggu, jangan ke arah sana. Didepan sana Jalan buntu, hanya ada tebing jurang. Jalan yang benar itu kearah sini" Teriak Aran sambil menunjuk ke arah satunya.
Berliana yang mendengar Aran berkata seperti itu langsung berhenti dan berbalik arah. Dia mendengus kesal ketika melewati Aran.
"Ada apa dengannya. Dasar wanita, sulit dimengerti" Berkata Aran sambil menggelengkan kepalanya, menatap Berliana yang sudah lebih dulu berjalan jauh meninggalkannya.
Setelah cukup lama berjalan, tiba tiba mereka dikagetkan dengan kedatangan 10 orang pemuda dan dua orang pria Sepuh yang beberapa sudah Aran kenali sebagai perampok yang pernah di lawannya tempo hari lalu.
"Hahhaha, kita berjumpa lagi anak muda. Hatiku tidak tenang sebelum menghabisimu. Nama baik kami sebagai perampok no satu di tanah Jawa tercoreng, jika sampai dikalahkan bocah ingusan macam dirimu" Ucap Ki Braja Hitam.
"Eh, Bambang. Kau tidak ada kapok kapoknya ya. Tempo hari lalu aku masih mengampuni kamu dan komplotanmu. Sekarang kalian berulah lagi, baiklah kalau itu mau kalian. Aku akan lawan kalian semua" Ucap Aran lantang di hadapan mereka semua.
"Wedus Gombel, namaku Ki Braja Hitam. Dasar bocah tengik"
"Sontoloyo, kurang ajar sekali bocah ini. Namaku Ki Braja Merah aku adalah senior Ki Braja Hitam. Biar aku yang akan memberi pelajaran kepada bocah ingusan ini, akan aku patahkan semua tulang ditubuhnya dan akan kujadikan istri wanita disebelahnya itu. Hahahahaha"
Terdengar gemuruh tawa yang sangat keras dari para perampok.
"Aran, apa kamu yakin bisa menghadapi mereka semua?" Tanya Berliana penuh kecemasan.
"Tenang saja, aku akan selalu melindungimu"
Jawaban Aran langsung membuat Berliana merinding dan mundur beberapa langkah. Baru kali ini seorang pria mau melindungi dirinya.
Aran langsung merapalkan mantra, "Ajian Naga Puspa" Dari tangannya langsung keluar sinar biru yang dilepaskannya ke arah Berliana. Lingkaran biru tersebut langsung membungkus tubuh Berliana.
"Kamu akan aman selama ada di dalam lingkaran itu, percayalah padaku" Ucap Aran kepada Berliana yang di jawab dengan anggukan kepala Berliana.
Aran segera membalik badannya kembali ke arah para perampok tersebut.
Para perampok terpana melihat Ajian tingkat tinggi Aji Naga Puspa.
"Eh, Kakek Tua Biadab. Silahkan maju jangan bengong seperti anak ayam kehilangan induknya"
Ucapan Aran membuat mereka semua murka.
"Huwaaaa, aku bunuh kau bocah kurang ajar!!" Teriak Ki Braja Merah.
"Seraaaaanggggg"
"Seraaanggg!!" Teriakan Ki Braja Merah menggema, hutan yang awalnya sunyi menjadi sangat ramai dengan suara teriakan dan benturan senjata.
Aran maju menghadapi mereka semua, melawan bawahan Ki Braja bersaudara sangatlah mudah. Tapi melawan kombinasi Ki Braja Merah dan Ki Braja Hitam membuatnya sedikit kewalahan.
Beberapa kali serangan fisik Ki Braja bersaudara berhasil mengenai tubuhnya.
Lalu kedua Ki Braja merapalkan mantra, dan mengeluarkannya bersamaan.
"Ajian Tapak Naga Geni"
Wuzzhhh, api besar dari kedua Ki Braja langsung menghampiri Aran dengan kecepatan tinggi.
Di satu sisi Berliana yang melihat api sebesar itu mengarah ke Aran menjadi sangat khawatir.
"Aran hati hati!" Teriak Berliana kepada Aran.
Aran sempat melirik ke arah Berliana.
"Aku memang tidak sepantasnya membuat orang yang aku lindungi khawatir" Ucap Aran di dalam hatinya.
"Hmm, baiklah"
"Ajian Naga Puspa, Ajian Lembu Sekilan" Aran menggunakan kedua Ajian tersebut untuk membentengi tubuhnya dari serangan fisik Ki Braja Bersaudara.
Energi Biru dari Ajian Naga Puspa dilepaskannya untuk menghalau serangan Api Naga Geni.
Ajian Naga Puspa adalah Ajian yang bisa digunakan untuk bertahan sebagai tameng perlindungan maupun menjadi senjata yang sangat mengerikan untuk menyerang.
"Naga Puspa!" Teriak Aran melepaskan ajiannya ke arah Api Naga Geni.
Setelah kedua Ajian bertemu, langsung timbul ledakan yang sangat besar.
Asap membumbung tinggi. Dan pohon pohon yang terkena efek ledakan kedua Ajian tersebut langsung tumbang.
Disaat itulah Aran membawa pergi Berliana dengan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sejauh mungkin.
Setelah asap menghilang, Ki Braja Bersaudara baru sadar bahwa mereka berdua telah di tipu mentah mentah oleh Aran.
"Kemana cecunguk itu, kurang ajar, awas kalau nanti ketemu lagi. Aku patahkan semua tulangnya dan akan aku bakar hidup hidup bocah sialan itu" Ucap Ki Braja Merah dengan sangat geram.
Di lain tempat yang cukup jauh.
"Berliana, kita sebaiknya istirahat disini dulu. Kita sudah cukup jauh dari mereka" Ucap Aran sambil menurunkan Berliana dari pundaknya.
Mereka memutuskan beristirahat di sebuah gua yang cukup besar.
Setelah mereka berdua duduk dan dirasa aman, barulah Aran mulai berbicara dengan Berliana.
"Kemana tujuanmu Berliana?, biar aku antar kamu" Tanya Aran kepada Berliana yang sedang duduk meluruskan kakinya.
"Aku ingin ke Mojokerto, disana ada kakak aku. Aku mengikutimu karena kulihat arah kita sama" Jawab Berliana.
"Ya, aku memang mau kesana. Besok kita akan mencari kuda. Sekarang beristirahatlah dulu. Aku akan mencari makanan dan kayu bakar untuk menghangatkan tubuh" Setelah berkata seperti itu, Aran langsung berdiri dan pergi meninggalkan Berliana.
"Semoga tidak ada yang mengikuti kami" Ucap Aran didalam hatinya sebelum meninggalkan gua tempat mereka bersembunyi.
...
Malam semakin larut Aran dan Berliana menyiapkan makan malam yang Aran bawa dari berburu di hutan. Daging kelinci dan sedikit buah buahan cukup untuk menghilangkan lapar mereka malam ini.
"Aran, ilmu apa yang mereka keluarkan kemarin. Ilmu itu sangat mengerikan" Tanya Berliana memecah kesunyian malam didalam gua.
"Itu Ajian Naga Geni. Tapi, Ajian yang mereka keluarkan masih belum sempurna"
"Hah, ilmu sehebat itu kau bilang masih belum sempurna?" Berliana sampai kaget mendengar ucapan Aran. Ilmu yang dilihatnya sangat mengerikan itu dikatakan Aran masih belum sempurna.
"Ya, itu memang belum sempurna. Entah bagaimana mereka mempelajarinya. Tapi Ajian Naga Geni yang asli, pada saat di keluarkan akan membentuk Naga Api yang sangat besar dan mengerikan. Hawa di sekeliling langsung terasa sangat panas. Aku pun tidak akan sanggup menghalau ilmu tersebut. Tubuhku akan langsung menjadi butiran debu. Bahkan hilang tanpa sisa" Jawab Aran kepada Berliana sambil terus memutar mutarkan daging kelinci diatas kayu bakar.
"Apa kamu pernah melihatnya Ran?" Tanya Berliana kembali.
"Pernah sekali, dulu guruku pernah memperlihatkannya padaku. Ilmu yang sangat mengerikan. Sudah lupakan, ayo kita makan dulu"
Aran kemudian memberikan sebagian daging kelinci yang sudah matang kepada Berliana.
Mereka berdua makan dengan lahapnya. Setelah itu tidak banyak yang mereka berdua bicarakan karena memang hari sudah semakin larut. Mereka memutuskan untuk tidur lebih cepat agar besok bisa berangkat shubuh.
...
"Berapa harga kuda ini pak?" Aran mencoba menawar seekor kuda yang dilihatnya sangat sehat dan kuat untuk menempuh perjalanan jauh.
"Itu 10 keping emas" Jawab bapak penjual kuda.
Disini mata uang masih sangat simple.
100 Kupang \= 1 Perak
100 Perak \= 1 Keping Emas (sama dengan berat 2gr emas).
Dan 1 Diamond \= 100 Keping Emas.
"Mmm, dua kuda untuk 15 keping emas. Bagaimana?" Aran mencoba menawar bapak penjual kuda di sebuah desa kecil di pinggiran kota.
Karena perjalanan menuju Mojokerto sangat jauh, maka kuda adalah salah satu transportasi yang sangat diandalkan.
Sebenarnya Aran memiliki cukup banyak emas di cincinnya. Gurunya mewariskan sebuah cincin yang bisa menyimpan banyak benda didalamnya. Cincin itu disebut dengan nama 'Cincin Dimensi'
Biasanya para master silat yang sudah mencapai level tertentu, pasti memiliki Cincin Dimensi, yang didapatnya lewat meditasi maupun dari hewan gaib yang mewariskan cincinnya kepada mereka.
Aran memiliki cincin dimensi dengan batu saphire berwarna biru ditengahnya. Dan didalam batu tersebut ada ukiran Naga Biru.
Gurunya adalah seorang master silat yang sedang melakukan Tapa Brata untuk mencapai keabadian.
Walau sebenarnya sang master pergi ke benua tengah.
...
Setelah tawar menawar harga untuk dua ekor kuda. Akhirnya mereka sepakat 16 keping emas untuk dua ekor kuda.
Aran mengeluarkannya lewat cincin dimensi, membuat Berliana dan penjual kuda sedikit terpana. Si penjual sampai menggigit kepingan emas tersebut, apakah asli atau palsu.
Berliana tidak terlalu banyak bertanya mengenai cincin yang dimiliki Aran. Karena gurunya pun memiliki itu. Hanya saja yang membuat Berliana bingung, Aran masihlah sangat muda. Pasti tidak berbeda jauh dengannya, tetapi sudah memiliki cincin dimensi. Semua pendekar sangat menginginkan cincin dimensi karena lebih praktis dalam menyimpan berbagai macam benda.
Setelah transaksi selesai, Aran segera mengajak Berliana untuk segera pergi menuju Mojokerto.
Aran khawatir, Ki Braja Bersaudara masih terus mengejar mereka.
>>>
Hari berganti hari, malam berganti pagi. Mereka terus memacu kuda mereka. Sesekali berhenti untuk melepas dahaga dan kemudian melanjutkan kembali perjalanan mereka.
Setelah sekian lama berkuda. Akhirnya mereka sampai di gerbang kota Mojokerto.
Seperti kota yang lain ada penjaga yang menanyakan jati diri mereka.
Setelah Berliana memperlihatkan tanda keluarga bangsawan kerajaan, prajurit penjaga pintu gerbang langsung mengijinkan mereka berdua masuk.
Mojokerto adalah kota terbesar kedua setelah Kediri. Bedanya Mojokerto adalah pusat perniagaan. Sedangkan Kediri adalah pusat pemerintahan.
"Aran, kita makan dirumah kaka aku saja. Kaka aku adalah Senopati di Mojokerto ini"
Ucap Berliana sambil membawa kudanya perlahan. Karena di Mojokerto suasana sangat ramai.
"Baiklah, silahkan kamu jalan duluan" Jawab Aran dari atas kudanya.
Sesampainya dirumah. Berliana mencoba memanggil kaka nya. Tapi tidak ada jawaban. Lalu dari dalam keluar seorang wanita muda yang sedang menggendong bayinya.
"Kaka ipar, dimana Mas Jaka?" Berliana langsung bertanya kepada wanita tersebut yang tidak lain adalah kaka iparnya. Biasanya Mas Jaka langsung menyambut Berliana ketika ia datang berkunjung.
"Berliana, Mas mu sedang di tugaskan membasmi perampok di gunung belakang desa. Tapi sudah 3 hari ini belum ada kabar. Aku juga dari kemarin khawatir, takut terjadi apa apa sama Mas Jaka" Jawab kaka ipar Berliana sambil mempersilahkan mereka berdua untuk masuk ke ruang tamu.
"Berliana, gunung belakang kota ini sangatlah rawan. Waktu jalan kesini sengaja aku memutar agar kita tidak melewati gunung tersebut. Guruku berpesan untuk menghindari wilayah tersebut karena disana banyak pendekar aliran hitam yang sangat berbahaya" Aran merasa khawatir terhadap keselamatan Kaka Berliana.
Berliana yang mendengar penjelasan Aran juga merasa sangat khawatir. Terlebih lagi Mas Jaka baru saja memiliki seorang bayi.
Istri Mas Jaka juga sampai pucat mukanya karena terus kepikiran Mas Jaka. Dia sudah meminta tolong kepada para prajurit pengawal rumahnya untuk menyusul Mas Jaka. Tapi tak satupun yang kembali.
"Aran, temani aku mencari Mas Jaka" Berliana segera berdiri mengajak Aran untuk segera bergegas mencari keberadaan Mas nya.
Aran langsung segera mengiyakan ajakan Berliana untuk segera mencari Mas nya.
Sebelum pergi istri Mas Jaka sampai memohon kepada Berliana agar segera membawa kembali suaminya. Karena sudah beberapa hari ini dia selalu mimpi buruk mengenai keadaan suaminya.
"Aran ayo" Berliana segera menaiki kudanya diikuti Aran dibelakangnya.
Mereka berdua segera memacu kuda mereka menuju gunung belakang kota Mojokerto.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!