NovelToon NovelToon

Portal Dimensi Cinta

Sistem Dimensi Waktu

Suara cambukan itu saling sahut menyahut bersama gelak tawa manusia. Sebuah ruangan kosong berdinding batu dengan lampu sayup bergantung di atas langit-langit.

Tampaklah seorang pria bertubuh kekar nan liat tengah di rantai dengan kedua lutut bertekuk ke lantai dan kedua tangan di gantung selayaknya tahanan.

Hantaman cambuk bergerigi menggores kulitnya yang dipenuhi luka bahkan, tubuh atletis tanpa atasan itu membeberkan goresan merah darah mengerikan.

"Ini untuk kebodohanmu."

Cetaasss..

Hantaman cambuk perih membakar kulit. Namun, sosok pria berantai itu tak berteriak sama sekali. Justru manik hazel pekatnya menghunus dingin dua manusia yang menjadi otak dari penyiksaan ini.

Muak, benci dan jijik bercampur menjadi satu.

"Kau masih mencintaiku?" Tanya wanita yang tengah berdiri angkuh dengan wajah puas menyaksikan penderitaannya.

Tanpa iba wanita itu berciuman dengan lelaki yang sedang memegang cambuk kasar di dekatnya secara erotis.

Disini hanya ada dua mahluk jahanam itu. Mereka mempertontonkan adegan menjijikan sampai wajah tampan di penuhi luka sayatan sosok yang tadi dicambuk itu membeku.

Tak ada rasa cemburu. Hanya tatapan jijik yang mendominasi.

"Ouhss..kau yang terbaik."

"Beri dia pertunjukan yang hebat."

Mereka masih asik dengan pergumulannya sampai wanita itu terkesiap kala melihat sosok di rantai itu menyeringai iblis.

Tiba-tiba saja jantungnya tak aman bahkan dengan cepat ia dorong pria yang tadi mencumbunya.

"Kauu.."

"Nikmati kejutan-mu," Desis pria itu memejamkan matanya hingga ledakan hebat langsung terjadi.

Getaran mengakar di lantai membuat dinding runtuh beriringan dengan jeritan wanita yang tadi menertawakan keadaannya.

Pusaran api melahap ruangan datang dari luar dengan gelombang ledakan dahsyat mampu meruntuhkan satu gudang itu.

Ia pasrah membiarkan banyak benda keras berat menghantam tubuhnya. Jiwanya tenggelam seperti mati rasa dengan kesadaran ikut digulung oleh getaran tanah mengapit setiap jengkal organ dalam miliknya.

Mungkin ini akhir dari perjalanan legendaris dan masa kepemimpinan selama ini. Siapapun tak menyangka jika seorang pimpinan mafia itu akan berakhir bersama para pengkhianat klannya.

....

...

Tangis bocah perempuan berusia 3 tahun itu menggelegar ke seisi ruang rawat. Ia tak terima daddy-nya dikatakan meninggal apalagi tak pernah bangun lagi selama 2 bulan ini.

Tak peduli akan tatapan prihatin para team medis di sekelilingnya, ia terus meraung duduk di atas dada bidang sosok pria berwajah pucat itu.

"Daddy! Bangun!! Daddy!!"

Mereka hanya bisa membisu. Anam perempuan dengan pipi gembul dan mata hazel bening itu menepuk-nepuk pipi daddynya dengan tangan mungil bergetar.

"D..Dad! Ini tak lucu. Bella tak suka, hiks! Daddy!!"

"Nona Issabella. Kita main boneka di luar, Ya?" Bujuk para perawat yang tak tega melihat anak menggemaskan itu terpukul berat seperti ini.

"Daddy harus bangun. Kenapa daddy tidur? Bella salah apa?" Tanya Isabella mendekap erat dada bidang daddynya posesif.

"Nona kecil tak salah. Lepaskan daddynya agar bisa tenang, Ya?"

"Tidak! Daddy Bella harus disini. Mommy pingsan dan Bella yang akan menggantikan mommy jaga daddy!!" Teriaknya sekencang-kencangnya membuat mereka menjauh dari ranjang rawat.

Anak cantik dengan bibir kecil itu mengusap penuh sayang dada bidang pria yang ia panggil daddy sampai matanya berkedip lucu kala mendengar suara degupan aneh di dalam sana. Tadi ia tak mendengarnya.

"Daddy! Dada daddy ada bom?"

Mereka saling pandang heran. Anak bak boneka mungil itu semakin menekan telinganya sampai kepanikan langsung menjalar di wajahnya.

"Dada daddy ada bom, hiks! Tolong daddy Bellaaa!!"

"N..Nona kecil."

"Tolong daddy Bella!"

Team medis segera menggendong paksa Isabella yang kerap di panggil Baby Bell itu. Jelas ia memberontak memukul-mukul wajah Suster itu dengan kedua tangan mungilnya sampai suara layar monitor yang kembali menyala membuat mereka syok.

Dokter segera maju memeriksa sosok pria itu sampai wajahnya terkesima seakan menemukan keajaiban.

"T..Tuan Muda Dixton!"

Semua orang terkejut di kala mata elang itu langsung terbuka. Senyum lebar Bella tertarik melihat daddynya sadar dengan wajah tampan berangsur membaik.

"Daddy!!" Pekiknya melompat dari gendongan suster dan terduduk di atas perut keras pria yang dipanggil Dixton itu.

Pekikan Bella menarik tatapan tajam Dixton. Sorot mata bingung tak bersahabat itu membuat mereka saling pandang heran. Dixton tampak tak menyukai Bella tapi bocah perempuan cantik itu tak menghiraukan pandangan membunuh daddynya.

"Dad! Bella senang daddy akhirnya bangun. Bella takut kalau daddy tidur terus."

Dixton masih diam setia dengan wajah tampan tanpa ekspresi. Raut risih itu juga terpampang kala Bella memanjat perutnya dengan manja memeluk dada bidang berotot itu.

"Menyingkir!" Dinginnya tak bersahabat.

Bella terkejut kala Dixton mendorong tubuhnya keras sampai nyaris terjatuh dari ranjang tapi beruntung suster tadi sigap menangkap tubuh Bella.

"Daddy!!"

Dixton tak peduli. Ia duduk menatap kedua tangannya yang di infus. Baju rumah sakit dan perban di bagian kepala membuat Dixton tertegun.

"Tuan!" Sapa dokter yang berdiri di samping ranjang.

"Kenapa aku di rumah sakit?" Tanya Dixton mengeraskan rahangnya sangar.

Dokter itu berkeringat dingin. Ia bingung dengan perubahan Dixton tapi masih berusaha tenang.

"Tuan! Anda mengalami kecelakaan mobil hingga koma selama 2 bulan."

"Mobil?" Gumam Dixton heran.

Dixton tertegun dengan memori berputar ke belakang. Jelas-jelas ia baru saja disiksa habis-habisan oleh anak buah kepercayaan dan calon tunangannya lalu kenapa bisa sekarang ada di rumah sakit.

"Biarkan saya memeriksa kepala anda, Tuan!"

"Aku tak kecelakaan mobil. Dimana Reymond?" Tenang Dixton sejenak merilekskan pikirannya.

"Reymond? Siapa tuan?"

"Kau jangan bermain-main. Aku tak suka rumah sakit dan dia membawaku kesini," Geram Dixton emosi membuat wajahnya benar-benar merah menyeramkan.

Bella diam mulai merasa takut melihat wajah Dixton tak lagi menunjukan kehangatan. Ada rasa gentar dari mata bening balita itu tapi ia tahan demi bisa melihat daddynya.

"REYMOOOND!!!" Suara Dixton menggelegar.

"T..Tuan!"

Dixton mencabut selang infus di punggung tangannya. Ia muak dengan aroma rumah sakit apalagi banyak orang asing yang tak ia kenal.

"D..Dad! Daddy!"

"Aku bukan daddymu!" Dingin Dixton tanpa menatap mata Bella yang sudah berkaca-kaca.

"Berikan aku baju lain!"

"T..Tapi.."

Dokter itu menelan ludah kala mata Dixton sudah menghunus tajam padanya. Terpaksa ia sendiri yang keluar dari ruangan menyisakan dua suster yang masih mematung di tempat.

Dixton masa bodoh. Ia membuka atasannya sampai wajah para wanita itu memerah malu melihat tubuh atletis Dixton yang begitu jantan dan seksi. Perut berkotak dada bidang liat terpampang sempurna.

Bella yang tak suka melihat tubuh jantan daddy-nya dipertontonkan sontak memekik.

"Daddy!!!"

Dua suster itu langsung menunduk. Dixton melirik tak suka pada Bella dengan tangan melempar atasan baju rawat itu ke sembarang arah.

"Daddy tak punya urat malu? Itu punya mommy sama Bella!!"

Dixton mengabaikan Bella. Ia tak mau memusingkan bocah gembul itu dan lebih fokus mencerna semua ini.

"Dimana ponselku?" Masih dengan intonasi datarnya berjalan ke arah sofa sudut ruangan.

"P..Ponsel?"

"Hm." Duduk dengan angkuh.

"Ponsel daddy Bella sita!" Sambar Bella memberontak turun dari gendongan suster itu lalu berjalan ke arah Dixton.

Pria dengan alis tipis, hidung mancung dan rahang mulus itu menyebar hawa intimidasi yang tak biasa. Tetapi, Bella tak peduli.

Ia memanjat sofa yang Dixton duduki dengan pampers bermodel hellokitty menyembul di balik celana bayi yang ia pakai.

Dixton sangat geli. Ia tak suka anak-anak tapi bocah ini seperti lintah mengejarnya tak kenal takut.

"Menyingkir!" Tekan Dixton mendorong tubuh Bella sampai jatuh ke lantai.

Dia suster itu terkejut merasa heran. Mereka tahu betapa Dixton sangat meratukan anak istrinya tapi kenapa pria ini berubah.

Mata Bella berair ingin menangis. Tetapi, rasa rindu dan sayangnya pada Dixton membuatnya kembali bangkit.

"Dad! Bella salah, Ya?"

Jleb..

Dada Dixton tiba-tiba terasa sesak kala Bella memegang ujung jarinya dengan bibir mengerucut dan mata berkaca-kaca.

Ada apa denganku? Batin Dixton sungguh heran.

Ada rasa tak suka melihat anak perempuan menggemaskan ini menatapnya seperti itu. Dixton tak kuat hingga segera membuat pandangan ke arah pintu.

"Daddy jangan marah. Kasian mommy selalu menangis setiap malam menunggu daddy bangun."

Dixton berkedip beberapa kali menarik jarinya dari genggaman Bella. Dokter yang tadi mengambil sebuah T-shirt dan bawahan juga sudah masuk.

"Ini Tuan!"

"Siapa yang membawaku kesini?" Tanya Dixton berdiri mengacuhkan Bella.

"Nyonya muda dan supir anda, Tuan!"

Dixton semakin merasa tak tenang. Ditatapnya lama wajah pria paruh baya ini seakan mencari cela kebohongan di dalamnya.

"Tuan! Silahkan ganti pakaian anda!" Ujar dokter itu hati-hati karena dua suster wanitanya jadi salah fokus pada tubuh sempurna Dixton.

Karena risih dipandangi dua wanita itu, Dixton beranjak ke kamar mandi. Bella si balita perempuan imut menggemaskan itu berdiri di depan pintu kamar mandi menunggu Dixton keluar.

Mereka prihatin melihat Bella yang pasti sangat terluka dengan perubahan daddynya.

"Nona kecil!"

"Uncle tenang saja. Bella tahu daddy sedang sakit. Bella akan sabar menunggu daddy," Ujar Bella tersenyum menunjukan dua gigi kelinci miliknya.

Mereka ikut senang sekaligus lega. Bella tak kehilangan keceriaannya sama sekali.

"Kalian berdua. Pergilah ke ruangan istirahat Nyonya muda. Jika sudah sadar, katakan tuan Dixton sudah bangun!"

Dua suster itu langsung pergi. Sebelum menghilang mereka sempat ditatap penuh ancaman oleh Bella yang masih dendam karena mereka memandangi tubuh daddy tampannya tadi.

Sementara Dixton di dalam kamar mandi sana, tengah mengamati wajahnya di cermin wastafel.

Tak ada yang berubah. Wajah tampan khas dengan porsi wajah pas idaman para wanita. Hanya saja, Dixton merasa lebih muda.

Jambang tipis di rahang tegasnya sama sekali tak ada bahkan herannya lagi, Dixton seperti kembali pada usia 25 tahun dulu.

"Kenapa aku seperti ini?" Gumam Dixton membasuh wajah dengan air dari kran wastafel.

Ia menelisik tubuhnya yang lain. Dixton meraba tato kelelawar di bagian bawah pusar dan pinggang. Tapi, tak ada tato lain padahal diingatan Dixton jelas ia punya beberapa tato bagian leher, dada dan lengannya.

Perubahan ini semakin membuat Dixton bertanya-tanya.

"Apa mungkin aku kembali ke masa lalu di saat usiaku 25 tahun?"

"Benar, Tuan!"

Bughh..

Refleks Dixton meninju seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul di belakang tubuhnya sampai sinar keemasan memutari tubuh sang empu.

Dixton waspada. Dengan kepekaan indra tubuhnya sebagai seorang pimpinan Mafia, Dixton menajamkan penglihatannya.

"Siapa kau?"

Cahaya keemasan itu perlahan meredup. Sosok pria tadi berubah menjadi seekor Anjing salju putih dengan telinga runcing bak serigala.

Mata Dixton semakin menajam. Ada rasa terkejut dan beberapa kali Dixton mengedipkan matanya.

Permainan apalagi ini?

"Tuan!"

"Shitt!" Umpat Dixton merasa kepalanya berdenyut sakit memikirkan hal ini.

"Tuan! Kau baik-baik saja."

"Fuck! Kau seekor anjing tapi kau bicara denganku?" Tak terima.

"Apa tuan tak suka bentuk anjing?"

"Apa maksudmu dengan semua ini? Jangan bilang ini adalah dunia sistem dimana aku masuk dalam Portal Dimensi lain dan menjelma dengan identitas baru?"

"Kau benar, Tuan!"

"Shitt! God!"

Dixton memang sosok pria yang cerdas. Ia adalah keturunan keluarga bangsawan Alemous. Keluarga terpandang dengan kepercayaan leluhur yang kental. Hanya saja Dixton tak pernah percaya dengan keyakinan keluarganya. Dia adalah pria yang berpikiran logis dan tak suka hal berbau spritual.

Tapi, setelah mengalami ini secara nyata, Dixton jadi tak bisa menyangkal. Ia terperangkap dalam Portal Dimensi Sistem yang tak pernah ia duga sebelumnya.

"Saya sistem bantuan-mu, Tuan! Saya yang telah memindahkan Tuan dari sumber ledakan itu ke dalam dimensi ini agar tuan selamat."

"Tapi dunia sistem ini tak masuk akal!" Bantah Dixton mengusap wajahnya frustasi.

Memikirkan tentang Klan Alemous yang ia pimpin sekarang ntah bagaimana keadaannya dan lagi ia belum membalas pengkhianatan para bajingan itu.

"Tuan tenang saja. Tuan hanya perlu menjalankan misi dalam Dimensi sistem ini agar bisa kembali pada kehidupan sebelumnya."

Dixton mencerna ucapan Anjing jantan ini. Ia yakin ini semua ada hubungannya dengan sejarah bangsawan keluarga Alemous.

"Saya sistem bantuan Tuan! Tolong beri saya nama!"

"Misi apa yang harus-ku lakukan agar bisa kembali?" Tanya Dixton sudah bisa paham.

"Misi tuan banyak. Tapi, untuk pertama. Tuan harus mengenali identitas tuan lebih dulu."

"Hm. Kau jelaskan!"

Dixton memakai T-shirt dan celana jeans hitam yang tadi diberikan dokter.

"Nama tuan Dixton Vincent Hermes. Tuan adalah anak kedua dari 3 bersaudara."

"Kenapa hanya nama belakangku yang diubah?" Tanya Dixton seraya merapikan T-shirtnya.

"Itu aturannya, Tuan! Yang berubah hanya nama keluargamu saja karena ini ada hubungannya dengan misi tuan nanti."

Dixton mengambil nafas dalam ingin kembali mengintrogasi sistem ini tapi pintu tiba-tiba didobrak dari luar.

Brakk...

Dixton mendidih ingin membentak sang empu yang berani mendobrak pintu tanpa izin darinya.

"Kauu.."

Grep..

Tubuh ramping seorang wanita berhambur memeluknya. Dixton tak goyah karena pertahanan tubuhnya kuat. Aroma lembut jasmine yang segar, lembut nan ringan menyeruk ke indra penciumannya. Terkesan feminim dan sakral. Dixton sempat terhanyut tapi ia segera sadar, kedua tangannya terkepal menahan perasaan jijik dipeluk sembarangan.

"Aku sangat merindukanmu!" Suara lembut terisak wanita itu mengeratkan pelukannya.

...

Vote and like sayang

Maaf baru di publish say..baru sempet😭

Tak bisa berpura-pura

Tubuh Dixton sejenak menegang. Seumur-umur ia belum pernah dipeluk semesra ini oleh seorang wanita. Perasaan tulus dan cinta tiada tanding itu mengalir bebas sampai membuat sekujur tubuhnya merinding.

Hanya saja, Dixton tak bisa menikmati. Ia belum tahu, misi apa yang harus ia lakukan sekarang. Ibu dan anak ini memang sangat mengacau benaknya.

Kedua tangan Dixton yang terkepal kaku ingin mendorong bahu wanita ini tapi, Anjing jantan di dekat kakinya angkat bicara.

"Tuan! Kau jangan membuat mereka curiga," Tegur Anjing jantan itu. Suaranya hanya dapat di dengar Dixton.

Dixton menahan nafas. Ia sangat tak biasa dalam posisi seperti ini.

"Bisa kau lepaskan?" Tanya Dixton dengan suara deepnya.

Wanita itu mendongak kecil. Manik Violet cantik berbenturan dengan mata hazel tajam milik Dixton yang tertegun melihat keindahan galaksi di dalam mata wanita ini. Pahatan indah seperti tak nyata.

Bentuk wajah tirus kecil dengan bibir mungil sempit dan mata almond yang pas. Kulitnya putih bersih disempurnakan oleh pipi kemerahan alami merona saat ditatap. Sungguh, baru kali ini Dixton melihat wanita secantik dan semenawan ini.

"Tuan!"

Suara Anjing jantan itu kembali membuat Dixton sadar.

Ia membuang muka ke sembarang arah. Wajah cantik wanita itu bingung kala Dixton tak membalas pelukannya bahkan hanya dorongan pelan yang ia dapatkan.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya dengan nada cemas.

"Nyonya Jeslyne ! Saya akan melakukan pemeriksaan ulang pada Tuan," Sahut dokter di luar berusaha menenangkan.

Sosok wanita super cantik yang dipanggil Jeslyne itu tertegun. Ditatapnya hangat sang suami dengan senyum lembut yang mampu membuat siapapun terpana dibuatnya. Dixton heran, kenapa bisa ada manusia secantik Jeslyne?!

"Aku tunggu di luar," Ucap Jeslyne mengusap lembut rahang tegas Dixton sampai pria tampan itu merinding tapi masih mempertahankan wajah tanpa ekspresinya.

Bella hanya menjadi penonton. Ia lebih tertarik pada Anjing jantan berbulu lebat di dekat kaki Dixton.

"Dad! Kenapa ada anjing?"

Jeslyne tersadar. Ia menatap Anjing besar setinggi pertengahan betis Dixton itu.

"Anjing?"

"Tuan! Tolong selamatkan saya," Pinta Anjing jantan itu ngeri dengan tatapan penuh minat Bella.

Dixton memutar otak mencoba mengarang cerita. Bella dengan riang berlari menyerbu tubuh Anjing jantan itu bahkan pipi gembulnya mengembung lucu.

"Ummuuu!!"

"Baby! Jangan dinaiki!" Tegur Jeslyne berjongkok menarik tubuh mungil gembul putrinya yang bersiap memanjat punggung hewan besar ini.

"Mom! Bella suka Anjing."

"Sayang! Ini peliharaan siapa?" Tanya Jeslyne menatap Dixton begitu lembut.

"Poppy!"

Anjing Jantan itu langsung menatap Dixton terkejut.

"Tuan! Saya laki-laki."

Dixton tak menghiraukan bantahan Anjing yang ia beri nama Poppy itu. Hanya nama itulah yang terlintas di benak Dixton sekarang.

"Yah. Namanya Poppy. Itu anjing yang-ku selamatkan saat sebelum kecelakaan," Jelas Dixton mengarang.

Jeslyne terdiam sejenak. Setahunya saat melihat mobil Dixton setelah kecelakaan, tak ada anjing atau sejenis hewan apapun di sana.

Melihat wajah heran Jeslyne, Dixton segera mencari alasan.

"Bisa kalian keluar sebentar? Aku masih perlu sendiri!"

Jeslyne mengangguk. Ia kembali berdiri mengiring Bella keluar kamar mandi. Bella ingin menarik bulu Poppy tapi Jaslyne sigap menasehati anaknya dengan begitu lembut dan keibuan.

Dixton segera menutup pintu kamar mandi lalu mengambil nafas dalam dan membuangnya perlahan. Ia bisa gila jika begini.

"Dia istriku?"

"Istri Dixton, Tuan!"

"Ya itu aku-kan?" Tanya Dixton agak kesal.

Poppy mengangguk. Dixton berjongkok di depan Poppy menekuk kedua lututnya.

"Apa misiku?"

"Keluarga Hermes tak menyukai Jeslyne. Dia dianggap beracun karena telah membuat keluarga Hermes terpecah."

"Maksudmu?" Serius Dixton merasa tertarik dengan kecantikan Jeslyne.

"Sebelum bertemu dengan Dixton sebelumnya, Jeslyne adalah seorang penari di sebuah Bar! Dia telah memikat Tuan besar Hermes sampai dituding menjadi simpanan. Hal itu membuat anggota keluarga Hermes membenci Jeslyne apalagi, saat Dixton sebelumnya berani menikahi Jeslyne tanpa persetujuan anggota keluarga. Soal kecelakaan mobil itu juga bukanlah murni kecelakaan biasa."

"Kenapa dia sangat bodoh?" Umpat Dixton memaki dirinya yang sebelumnya.

"Dixton yang dulu memiliki sifat yang berbeda dari Tuan yang sekarang. Dia pribadi yang lembut dan penyayang. Dia juga tak pandai menyusun rencana atau melawan kelicikan keluarganya."

Dixton memejamkan mata sejenak. Pantas semua orang terkejut melihat perubahannya tadi. Dixton yang sebelumnya tentu tak akan bersikap angkuh dan mendominasi seperti itu.

"Tuan harus merebut kembali hak Tuan Dixton sebelumnya. Sebenarnya Tuan adalah pewaris utama keluarga Hermes. Tetapi, karena Tuan begitu mencintai Jeslyne, Tuan rela menukar hak waris dengan wanita tadi."

"Idiot! Dia menukar kekuasaan sebesar itu hanya demi seorang wanita," Maki Dixton benar-benar tak percaya dengan karakter Dixton sebelumnya.

Poppy hanya diam. Ia tak mau menyulut kemarahan tuannya.

Setelah memahami semua alur kehidupan sebelumnya, Dixton keluar dari kamar mandi. Tatapannya langsung terkunci pada Jeslyne yang sedang memangku Bella seraya mengepang rambut putrinya.

Dixton memandang lamat wajah cantik Jeslyne seakan mencari tahu 'Kenapa Dixton sebelumnya begitu menggilai wanita ini?'

"Daddy!!" Pekik Bella turun dari pangkuan Jeslyne yang belum selesai dengan rambut Bella.

"Baby! Rambutnya belum selesai mommy kepang."

"Bella mau daddy yang kepang-kan!" Jawab Bella dengan enteng memanjat kaki Dixton.

"Dad! Kepang rambut Bella seperti boneka barbie yang biasa."

Dixton mematung. Jelas ia tak bisa mengepang rambut. Yang benar saja.

"Dad!" Panggil Bella masih bergelayutan di kaki kokoh Dixton.

"Mommy-mu yang akan lakukan," Tolak Dixton dengan suara datarnya membuat Bella tertegun begitu juga Jeslyne.

"Dad!"

"Kapan aku bisa keluar dari sini?" Tanya Dixton menatap tegas Jeslyne.

Dixton tahu Jeslyne terkejut dengan semua ini tapi Dixton tak bisa pura-pura menjadi orang lain. Misinya bukan meneruskan kewajiban Dixton sebelumnya melainkan merebut kembali kekuasaan keluarga Hermes.

"Kau tak tuli-kan?"

Degg..

Jeslyne semakin menegang. Mata indahnya mulai berair dengan ekspresi syok yang masih kentara.

"Dad! Kepala daddy terbentur aspal hingga bicara kasar seperti itu pada mommy?" Kesal Bella menggembungkan pipi gembulnya menengadah tajam pada Dixton.

"B..Bella!" Lirih Jeslyne menegur.

"Daddy jangan marah-marah. Kasihan mommy! Biasanya daddy bahkan tak pernah meninggikan suara pada istrinya. Kepala daddy rusak, Ya?" Polos bocah itu sendu.

Dixton sama sekali tak tergerak untuk bersikap lebih baik.

"Lepas! Kau manusia, bukan hewan yang suka bergelantungan!"

"Tidak. Daddy masih sakit. Bella tak mau daddy seperti ini terus."

Dixton menghela nafas. Menghadapi Bella benar-benar membuat tenaganya terkuras. Dixton memilih lebih baik menghadang banyak anggota musuh dengan pisau dari pada berdebat dengan bocah ini.

"Dimana dokternya?"

"Tadi dokter keluar sebentar untuk menganalisis rekap medis milik-mu," Jawab Jeslyne meremas jemari tangannya.

Dixton tak lagi bicara. Ia berjalan enteng ke arah ranjang rawat tanpa menghiraukan Bella yang masih memeluk betisnya erat.

Bukannya takut jatuh, Bella justru senang memeluk satu kaki Dixton dengan tawa riangnya merasakan tubuh terayun sesuai langkah kaki pria jangkung ini.

Jeslyne yang sempat terluka dengan sikap Dixton segera tersenyum melihat putrinya bisa kembali ceria.

"Dad! Ayunkan kakimu, Ayo!" Pinta Bella tak dipedulikan Dixton yang duduk di tepi ranjang.

"Dad! Ayunkan kakimu!" Pintanya lagi.

Wajah Dixton sudah mengeras kala Bella begitu memaksanya.

"Dad!"

"Kauu.."

"Tuan!" Peringat Poppy mengingatkan Dixton tentang identitasnya. Jangan sampai yang lain bertambah curiga.

Dengan malas Dixton mengayunkan saku kakinya membuat Bella tertawa lepas.

"Lebih kencang, Dad!!"

Di suatu satu sisi Jeslyne senang melihat Bella bahagia. Tetapi, melihat wajah tak suka Dixton yang terpaksa, ia jadi cemas.

"Bella!"

"Mom! Mommy duduk di paha daddy!"

"Bella! Daddy sedang sakit. Jangan diganggu dulu!" Peringat Jeslyne ragu-ragu menatap Dixton karena perubahan pria itu membuatnya jadi canggung.

"Yang sakit itu bahu, Daddy! Kakinya masih kuat. Iya-kan dad?"

Dixton tak menjawab. Bella seperti tak punya mata dan telinga mengabaikan ekspresi dan perkataan ketus pria tampan ini.

....

Vote and Like sayang

Benar-benar mengerikan

Setelah menyelesaikan semua administrasi rumah sakit, akhirnya Dixton diboyong pulang oleh Jeslyne. Tentu saja bersama bocah menggemaskan Bella dan si anjing jantan Poppy.

Dalam perjalanan pulang, Dixton mengamati lekat kondisi luar. Gedung-gedung pencakar langit membumbung tinggi dengan banyak teknologi hologram yang mengkamuflase banyak bentuk iklan-iklan perusahaan.

Tatapan Dixton lebih tertarik pada robot-robot sederhana namun tampak bergerak selayaknya manusia. Seperti membersihkan area pinggir jalan dan menjual beberapa minuman.

Dixton seperti berada di dunia robot dimana semuanya berteknologi tinggi.

"Beberapa dari robot itu produksi dari perusahaan Hermes Company, Tuan!"

Dixton menoleh pada Poppy yang duduk di tengah-tengah. Sementara Bella ada di pangkuan Dixton dan Jeslyne mendekat ke pintu sebelah. Wanita itu sedari tadi mencuri-curi pandang pada Dixton tapi sayangnya Dixton tak melirik sama sekali.

"Perusahaan HC adalah perusahaan Teknologi terbesar. Setiap tahunnya mereka meluncurkan berbagai program kecerdasan buatan dan memproduksi banyak robot dengan kepintaran menyamai manusia. Robot-robot yang Tuan lihat di jalan itu adalah teknologi lolos uji. Mereka akan dibebaskan ke masyarakat jika telah melewati beberapa tahap tes dan jika tak lolos maka akan kembali ke gedung pemusnahan!"

"Siapa yang merancang program perusahaan ini?" Batin Dixton melamun.

"Keturunan ke delapan dari keluarga Hermes," Jawab Poppy membuat Dixton tersentak.

"Kau mendengar ku?" Batin Dixton merasa tak percaya itu.

"Tentu, Tuan! Kita terhubung dan saya sistem bantuan anda. Bisa dikatakan kita ini satu jiwa. Apa yang Tuan rasakan akan saya rasakan juga. Tapi tidak untuk diri saya terhadap Tuan."

Dixton menghela nafas. Banyak hal yang mengejutkan disini.

"Keturunan ke depan Hermes adalah otak dari perusahaan. Hanya dia-lah yang mampu melanjutkan kecerdasan dari pendahulu sebelumnya. Bahkan, dia mampu memecahkan masalah dari program yang gagal total dari pewaris terdahulu sampai perusahaan HC bisa sebesar ini."

"Siapa dia?" Batin Dixton beralih menatap Bella yang sedang memainkan jemari tangan kekarnya.

"Tuan sendiri!"

Dixton terdiam. Ia memandang Poppy dengan rumit seakan itu tak mungkin. Bisa-bisanya Dixton bodoh sebelumnya bisa memiliki otak sepintar itu.

Melihat keanehan Dixton, Jeslyne merasa cemas.

"K..Kau baik-baik saja?" Tanya Jeslyne masih begitu canggung.

Saat Dixton memandangnya, Jeslyne langsung membuang muka. Ntah kenapa ia merasa berhadapan dengan orang asing.

"Maksudku, apa kau merasa tak enak badan?" Tambah Jeslyne menunduk.

"Tidak."

"Baiklah," Gumam Jeslyne meremas jemarinya.

Dixton tak begitu peduli pada Jeslyne. Ia kembali melihat ke luar jendela mobil sampai dahinya mengernyit kala jalanan aspal yang tadi mereka lewati berganti dengan tanah polos kering dan pepohonan rimbun disekitar. Ini keluar dari keramaian kota.

"Ini dimana?" Tanya Dixton melirik Jeslyne yang segera menjelaskan.

"Ini kawasan pertanian. Kita tinggal di wilayah sini."

"Hutan?" Tanya Dixton menarik satu alisnya heran.

"Tidak juga. Hanya pemukiman khusus para petani dan peternak. Kenapa?" Tanya Jeslyne mencoba memahami isi benak Dixton.

Dalam diagnosa dokter tadi, mereka mengatakan jika Dixton memang mengalami beberapa gangguan saraf belakang akibat benturan saat kecelakaan. Hal itu membuat Dixton hilang ingatan.

"Kita memang tinggal di sana. Sudah 5 tahun. Kita juga punya usaha gandum dan peternakan kuda," Jelas Jeslyne dengan senyum lembut.

Karena tertarik dengan pertanyaan daddynya, Bella ikut menyambar.

"Iya, Dad! Kita tinggal di pemukiman yang jauh dari perkotaan. Daddy rajin memanen gandum dan menjual kuda ke uncle Brens. Kita hidup sangat bahagia. Daddy yang terbaik!"

Jeslyne masih mempertahankan senyum lembutnya mendengar ucapan Bella. Hanya saja, reaksi Dixton tampak tak puas dengan semua itu. Ia seperti menahan amarah dan rasa kesal yang dalam.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Jeslyne memberanikan diri.

"Iya, Dad! Daddy baik-baik saja?"

"Hm," Gumam Dixton seadanya. Jika tak dijawab Bella akan menceramahi Dixton sampai telinga pria itu panas.

Jawaban Dixton menjadi akhir dari perbincangan mereka. Jeslyne maupun Dixton tenggelam dalam pikirannya sendiri sementara Bella sudah tertidur memeluk lengan kekar daddynya.

Ditengah perjalanan, tiba-tiba saja ada segerombolan manusia bersenjata yang menghadang mobil mereka.

Supir Taksi di depan menelan ludah berat sementara Jeslyne pucat pasih.

"Nyonya, Tuan! Saya hanya bisa mengantar kalian sampai disini."

Mobil terhenti.

"Kenapa? Saya sudah membayar uang jalannya," Tanya Jeslyne tapi matanya menatap takut ke luar jendela.

"Saya tak bisa mengantar lebih jauh, Nyonya! Mereka tak akan membiarkan mobil ini lewat melebihi wilayah kekuasaannya. Kita harus membayar uang lebih sebagai bukti izin masuk ke dalam."

Jeslyne meremas dress selutut yang ia pakai. 5 pria berbadan kekar dengan tampilan brandalan usang itu mengelilingi mobil dengan senapan laras panjang mengacung penuh ancaman.

"Keluar!"

Memukul body mobil dengan keras. Jeslyne menoleh pada Dixton. Pria itu masih diam dengan wajah datar dan sorot mata dingin ke depan.

"Keluaar!!"

Brakk..

Kaca depan pecah membuat Bella terperanjat. Supir taksi itu ketakutan membuka pintu mobil dengan satu tangan ditekuk ke belakang kepala.

"Dad!" Lirih Bella menatap ngeri ke arah orang-orang sangar di luar mobil.

Mereka terus memukul pintu mobil di dekat Jeslyne. Karena tak mau membahayakan anak dan suaminya, Jeslyne mengulur tangan untuk membuka pintu tapi suara dingin Dixton mencegatnya.

"Jangan keluar jika masih ingin hidup!"

"T..tapi.."

Dixton memindahkan Bella ke pangkuan Jeslyne. Ia membuka pintu mobil di dekatnya tapi tangan Jeslyne sigap menahan legan Dixton.

Tatapan cemas wanita itu menyapa Dixton.

"Jangan! Mereka membawa senjata. Aku masih punya uang. Mereka menginginkan itu."

"Iya, Dad! Daddy sudah pernah masuk rumah sakit karena melawan mereka. Berikan saja uang agar kita selamat."

Dixton tak menggubris peringatan anak istrinya. Ia keluar dan menutup pintu mobil.

Jeslyne tak tenang. Ia ingin ikut turun tapi cahaya keemasan dari Poppy dengan cepat melesat membuat pintu terkunci otomatis dan kaca jendela berubah jadi gelap.

"Selesai, Tuan!" Ujar Poppy terjalin dengan Dixton yang masih berdiri di samping mobil.

Supir yang berlutut di rerumputan kering itu sudah berkeringat dingin karena satu moncong senapan menekan pelipisnya. Sementara 5 pria penguasa wilayah sekitar sini menyorot remeh Dixton.

"Kau ingin masuk rumah sakit lagi?"

"Tak cukup tembakan di pertemuan sebelumnya?"

Ejek mereka menertawakan Dixton puas. Siapa yang tahu jika yang mereka remehkan itu adalah seorang malaikat maut yang sudah melepaskan banyak nyawa dari raga para korban di tangannya.

Jiwa iblis Dixton terpanggil melihat 5 kacung tak berguna ini.

"Berikan uangmu dan kau bisa lanjutkan perjalanan."

"Tapi, bonus plus istri cantikmu. Bagaimana?"

Mereka kembali tergelak. Sepertinya Jeslyne memang sudah sering diganggu dengan kadar kecantikan membuat semua pria menginginkannya.

"Ayolah! Hanya 5 kali putaran. Kami sudah lama ingin mengusap paha mulus istrimu. Dia sangat seksi."

Menjilati bibirnya masing-masing membayangkan keindahan tubuh Jeslyne. Kecantikan wanita itu sudah tersebar bak racun yang membuat mereka terbayang setiap saat.

"Cepat! Keluarkan Istrimu dan kau bebas!"

Dixton mendekat. Wajahnya masih begitu tenang tapi ada amarah tertahan yabg ia sembunyikan.

Melihat ketenangan berbahaya Dixton, mereka saling pandang. Tak ada rasa takut yang tergambar di wajah tampan membeku itu dan justru merekalah yang mulai gentar.

"Cepat serahkan uang dan istrimu!"

"Ingin berakhir di rumah sakit? Tak puas dengan satu tembakan sebelumnya?"

Dixton menghentikan langkah di hadapan mereka semua. 5 moncong pistol itu teracung ke kepala Dixton membuat supir yang tadi bertekuk di rumput sana gemetar.

"Cepaat!!" Bentaknya memegang erat batang senapan itu.

Dixton masih tak bergeming. Tatapannya begitu mengerikan membuat mereka menelan ludah. Belum bergerak tapi sudah membuat mereka berkeringat.

"K..Kau.."

"Tak layak," Gumam Dixton memiringkan kepalanya penuh intimidasi.

Belum sempat mereka bicara, kecepatan tangan Dixton sudah merebut satu senapan yang mengacung ke keningnya.

Gerakan tak terbaca menembakan senapan itu dengan bidikan asal tapi pas melubangi kepala mereka satu persatu.

Darah menciprat ke kaca dan body mobil. Dixton tak peduli. Dengan wajah tak menunjukan emosi apapun, muda baginya melumpuhkan 5 penjahat amatir itu dalam 5 kali tembakan yang dapat di dengar Jeslyne dari dalam mobil.

"Tidaak!! Bukaa hiks, Bukaa!!" Histeris Jeslyne memukul-mukul kaca gelap mobil.

Bella juga menangis lantang karena ia takut daddy-nya kembali berlumuran darah berakhir di rumah sakit.

"Daddy!!"

Jeslyne beralih memeluk Bella. Ia tak bisa menyembunyikan ketakutannya dan hanya memeluk peri kecil itu menahan tangis.

Melihat keduanya begitu mencemaskan Dixton, Poppy tak tega.

"Tuan! Cepat selesaikan. Kasihan anak istrimu!"

Dixton yang mendengar dari luar sana segera melempar senapan di tangannya pada mayat 5 pria barusan.

Supir itu masih syok mengusap darah di wajahnya menatap wajah pucat tak bernyawa para berandalan tadi.

"T..Tuan!" Gugupnya menatap takut pada Dixton.

Seakan tak melakukan dosa apapun, Dixton kembali masuk ke dalam mobilnya hingga Poppy sigap mengembalikan kondisi mobil seperti semula.

"Daddy!!" Pekik Bella berhambur ke pangkuan Dixton.

Jeslyne masih mematung kosong. Ia menelisik tubuh Dixton yang tak terluka sedikitpun.

"Dad! Kau..kau baik-baik saja? Bella takut, Dad hiks!"

Dixton menghela nafas. Ia mengusap kepala Bella yang terbenam di perutnya lalu menoleh pada Jeslyne.

Jelas wanita itu masih syok.

"K..Kau.." Jeslyne tak bisa berkata-kata.

Ia bersandar ke kursi mobil. Meremas pinggir dressnya. Wajah super cantik wanita itu terlihat menahan keterkejutan tapi tak berani bertanya lebih pada Dixton.

Dixton-pun tak berniat menjelaskan. Ia membiarkan supir itu masuk sejenak menatapnya lama lalu menjalankan mobil dengan kondisi kaca depan masih pecah.

Supir taksi itu sesekali melihat spion dimana 5 mayat pria tadi masih berserakan di tepi jalan.

Benar-benar mengerikan.

...

Vote and like sayang

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!