NovelToon NovelToon

Dituduh Mandul Dan Dicerai, Tapi Hamil Anak Bos

1 : Mandul Dan Poligami

(Terinspirasi dari kisah yang sempat viral di tahun 2023)

(Penulisan yang sampai disertai (.) seperti kata kas.ar, ini agar review novel lancar. Jadi, mohon berpikir pintar. Sebab ketika saya menggantinya dengan (*), justru makin lama lolos 🙏)

***

“Jika kamu tidak mau menceraikan Alina, berarti kamu harus menikah lagi. Karena hanya dengan begitu, di rumah ini akan ada tangis bayi!” tegas ibu Mimi. Wanita berusia lima puluh satu tahun itu menatap marah Yusuf sang putra, selaku lawan bicaranya.

“M—Ma ... aku cinta banget ke Alina. Aku enggak bisa hidup tanpa Alina, Ma!” yakin Yusuf kepada sang mama. Hanya saja, kali ini ibu Mimi seolah tak akan memberikan toleransi lagi.

“Laki-laki mana yang mau menikahi wanita mandul?” ucap ibu Mimi terdengar keji, bahkan untuknya sendiri.

Ucapan yang juga langsung membuat Yusuf, menitikkan air mata. Meski ketimbang Yusuf, Alina yang diam-diam menguping dari balik pintu kamar, memang jauh lebih terluka.

Istri mana yang mau mandul atau setidaknya sekadar telat memiliki anak? Istri mana, yang mau setiap waktunya diolok-olok ibu mertua, hanya karena tak kunjung dapat garis dua di test pack–nya?

Tidak ada, termasuk juga Alina. Alina sungguh tidak mau ada di posisi itu. Bahkan, segala cara juga sudah Alina coba. Namun hasilnya tetap sama. Alina tetap tak kunjung berbadan dua.

Alina selaku istri Yusuf, merupakan wanita berusia 30 tahun. Alina memang sangat cantik, memiliki tubuh bagus, hingga Yusuf tergila-gila kepada Alina. Selain itu, Alina juga tipikal rajin, pintar masak, kuat angkat galon dan LPG. Benar-benar wanita tangguh versi warga negara Indonesia Raya.

Boleh dibilang, Alina nyaris masuk kriteria istri idaman, andai Alina juga segera hamil. Sebab setelah lima tahun menikah dan tak kunjung hamil, Alina tak hanya divonis mandul oleh ibu Mimi sang mamah mertua. Karena ibu Mimi juga memaksa Yusuf untuk poligami, layaknya kini.

“Lima tahun! Lima tahun bukan waktu yang sebentar, Suf!” Ibu Mimi benar-benar emosi. “Ponakan kamu yang baru menikah kemarin saja sudah hamil. Tetangga sebelah juga, hamil. Terus teman arisan mama juga hamil. Terus sebelah rumah ibu RT yang paling julid karena istri kamu tetap belum hamil, juga lagi hamil lagi padahal usianya sebaya Mama!”

“Istri kamu itu wanita, Suf, bukan bantal guling! Daripada nikah sama wanita tapi enggak hamil-hamil, mending kamu nikah sama kucing! Karena kalau kamu nikah sama kucing, jelas akan bikin Mama akurat dapat cucu! Enggak nunggu-nunggu yang enggak pasti lagi!”

Yusuf yang memang tipikal anak patuh dan selalu mengutamakan ucapan sang mama, tak berkutik. Meski berat, dan hatinya tak sanggup melukai Alina, mau tak mau ia harus tetap mengutamakan saran sang mama. Agar dirinya tak menjadi anak durhaka dan bisa berakhir masuk neraka. Terlebih, lima tahun memang bukan waktu yang sebentar. Lima tahun sebuah pernikahan, sudah terbilang lama. Ditambah lagi, beberapa saat lalu, test pack yang Alina pakai, tetap hanya menghasilkan satu garis.

“Meski jujur aku juga takut, justru aku yang bermasalah. Terlebih sampai detik ini, kami belum pernah sama-sama melakukan pemeriksaan. Karena aku dan Alina sepakat, akan tetap bersama-sama, ada tidaknya anak dalam rumah tangga kami,” batin Yusuf. Ia memutuskan pergi tanpa pamit kepada sang mama.

“Mama sudah menyiapkan calon istri buat kamu. Namanya Rita, dia anak sahabat Mama. Usianya masih 19 tahun. Usia di mana rahim dan peranakan belum kering, seperti punya istri kamu!” teriak ibu Mimi lantaran Yusuf tetap pergi.

Yufus ibu Mimi dapati masuk ke dalam kamar. Namun bisa ibu Mimi pastikan, kali ini Yusuf akan mendengarkannya. Yusuf benar-benar akan poligami, agar di rumah mereka segera terdengar suara bayi.

Alina sedang beres-beres pakaian. Semua pakaian milik Alina di lemari, wanita itu masukan ke dalam koper. Kenyataan yang sudah langsung membuat Yusuf panik.

“Sayang, kenapa kamu masukin pakaian kamu ke koper sebanyak itu ...?” tanya Yusuf yang sebenarnya belum selesai bicara.

Alina yang sudah tak menangis apalagi sampai sesenggukan, berangsur menatap Yusuf. Ia memasang wajah tenang. Ia berusaha tegar meski hatinya sudah hanc.ur tak karuan. Ia tak mau kembali menjadi wanita bodo.h. Wanita bodo.h yang menghabiskan waktunya dengan menangis karena tidak pernah diharapkan oleh ibu mertuanya.

“Lima tahun bukan waktu yang lama, Mas,” ucap Alina dengan suara bergetar.

“Yang, ... kamu dengar obrolanku dan mama?” sergah Yusuf khawatir. Ia meraih kedua tangan Alina, kemudian menggenggamnya hangat.

“Bagaimana mungkin, aku enggak dengar. Sementara suara kalian saja, mengalahkan adzan dari masjid depan?” balas Alina terdengar sewot bersama tatapannya kepada Yusuf yang jadi dingin.

“Sayang—” Yusuf berusaha meyakinkan sang istri.

“Lima tahun bukan waktu yang sebentar, untuk sebuah pernikahan. Dan aku tahu, ... pada akhirnya kamu akan poligami,” ucap Alina sengeja menghela napas demi mengurangi sesak yang sudah mmebuat dadanya sangat sakit.

“S—sayang, hanya untuk satu bayi. Setelah itu,” ucap Yusuf.

Namun, lagi-lagi Alina memotong ucapan Yusuf. “Bukan hanya mengenai anak atau bayi. Namun juga mengenai kenyataan mama kamu yang tetap tidak bisa menerimaku.”

“Dari awal, mama kamu sudah enggak bisa menerima aku sebagai menantu, hanya karena aku orang kampung.”

“S—sayang, kamu jangan buruk sangka terus ke mama dong. Percaya deh, gitu-gitu, sebenarnya mama sayang banget ke kamu. Terlebih kan kamu tahu, setiap orang punya cara yang berbeda dalam menyalurkan rasa sayangnya.”

“Ya ... hasilnya selalu begini. Kamu tetap enggak pernah ada ruang buat sedikit saja kasih aku kesempatan. Kamu tetap enggak benar-benar bisa mengutamakan aku, padahal aku istri kamu.”

“Jika memang mama kamu segalanya dan bagi kamu paling sempurna, kenapa kamu enggak nikahin mama kamu saja?” Kali ini, Alina tidak bisa menahan untuk tidak menangis.

“S—sayang, ngapain kamu ngomong begitu?!” lirih Yusuf penuh penekanan.

“Karena dari awal, menantu versi mama kamu ibarat buda.k dan pencetak anak. Aku bilang bud.ak karena pembantu saja dibayar.” Setelah mengatakan itu, Alina berkata, “Lima tahun pernikahan benar-benar bukan hanya mengenai anak, mandul, dan berakhir dipoligami. Karena selama itu juga, hatiku hancur lebur, Mas!”

“Di sini, aku sama sekali tidak dianggap sebagai menantu. Bahkan, aku juga tidak pernah benar-benar diperlakukan layaknya istri! Lima tahun pernikahan kita, aku tak lebih dari buda.k yang memang gagal menjadi pencetak anak!”

“Logikanya, ... jika selama ini saja sudah sedrama ini. Apa kabar jika kamu poligami?” Alina sungguh ingin kejelasan dari sang suami.

“Braaaakkkk! Braaaakkkk!!” Dari luar, seseorang berusaha mendobrak pintu kamar keberadaan mereka. Bisa dipastikan itu ibu Mimi, mengingat di rumah mereka, tidak ada orang lain selain mereka.

Ibu Mimi sudah menjadi janda sejak Yusuf SMP. Sementara di rumah berlantai dua milik mereka, juga tidak disertai pembantu. Termasuk itu, tukang bantu-bantu yang pulang pergi.

“Heh! Alina! Kamu itu mandul, jadi tolong sadar diri! Bisa-bisanya kamu memperlakukan kami seperti ini! Dasar orang-orang kampung, norak! Pikiranmu sempit! Berani-beraninya kamu berbicara begitu di belakang saya!” teriak ibu Mimi dari depan pintu yang masih tertutup dan memang terkunci. “Tugasnya istri memang begitu. Mengabdi ke suami, ke mertu, bahkan ke keluarga suami. Hamil dan melahirkan pun tugasnya istri, bukan tugas tetangga apalagi ibu mertua!”

Alina yang jadi menyikapi keadaan dengan dingin, dengan cepat melangkah menuju pintu. Kenyataan tersebut langsung membuat Yusuf ketar-ketir. Apa lagi di beberapa kesempatan, sang istri juga tak segan bersikap bar-bar.

“S—sayang ... sudah jangan dilanjut, nanti yang ada ribut lagi!” Yusuf sampai lari guna menyul Alina.

Namun, Alina telanjur membuka pintu. Alina bahkan langsung mendapat tampa.ran panas di pipi kirinya, dari ibu Mimi.

Meski kini bukan kali pertama ibu Mimi menam.par Alina, tetap saja Alina maupun Yusuf terkejut. Padahap biasanya, kaki ibu Mimi tak segan maju untuk menend.ang Alina. Atau malah, kedua tangan ibu Mimi yang sangat terampil menj.ambak Alina.

“Ma ...!” tegur Yufus berusaha menjadi penengah.

Meski ulah sang mertua membuat air matanya jadi sibuk berjatuhan membasahi pipi yt f, Alina tetap berusaha tegar. Alina sungguh tidak akan membiarkan dirinya kembali dii.njak-i.njak.

“Mama mau Mas Yusuf, poligami secepatnya? Memangnya sudah ada biaya? Nikahin anak orang itu butuh biaya enggak sedikit. Apalagi setelah itu, juga wajib kasih nafkah.” Alina masih berbicara dengan nada dingin. “Jangan lupa, setia anak laki-laki yang sudah menikah, berkewajiban bertanggung jawab ke istri. Sementara ke orang tua termasuk mamanya, cukup berbakti.”

“APA MAKSUD KAMU BICARA SEPERTI ITU?!” ibu Mimi benar-benar marah. Ia nyaris kembali menampa.r Alina, andai Yusuf tak menahan tangan kanan ibu Mimi. “Yang wajib suami tanggungjawabi hanyalah istri yang punya anak! Jadi jelas, kamu bukan golongan istri yang wajib ditanggungjawabi karena kamu MANDUL! Paham?!”

“Ternyata Mama tetap enggak mau tahu mengenai kewajiban suami ke istri. Juga mengenai tugas seorang anak laki-laki yang sudah menikah. Karena setelah menikah, seorang anak laki-laki cukup berbakti kepada orang tua bahkan mamanya.” Jujur, Alina sudah tidak tahan.

Lima tahun diperlakukan semena-mena oleh ibu Mimi. Urusan gaji Yusuf, juga ibu Mimi yang mengelola. Karena sejak awal pernikahan, hubungan mereka memang ditentang. Alina menjadi menantu yang tak diharapkan.

“Kalau mau menikah lagi, menikahlah. Bahkan aku siap membiayai karena aku tahu, untuk makan sehari-hari saja, keluarga ini susah!” tegas Alina terdengar pongah bahkan di telinganya sendiri. Alina melakukannya demi membalas rasa sakitnya.

“Namun sebelum itu,” ucap Alina yang kemudian menatap tegas kedua mata Yusuf. Tadi, dari kedua mata suaminya, kabar dirinya yang mengizinkan Yusuf poligami, membuat binar bahagia hadir di sana. “Sebelum itu, Mas harus ceraikan aku dulu! Kembalikan aku ke orang tuaku, seperti saat Mas meminta izin untuk menikahiku!” Benar-benar hanya itu syarat dari Alina.

2 : Bagai Api Dalam Sekam

“S—sayang, tolong jangan dengerin kata Mama. Kalaupun Mama mengharapkan kita bercerai, aku enggak mau. Aku enggak mau cerai dari kamu!”

“Demi apa pun, aku enggak bisa tanpa kamu!”

“Sumpah, aku tidak akan membagi hati apalagi cintaku ke istri baruku. Urusan aku dan dia hanya untuk dapat anak. Itu pun cukup satu! Sa—yang!” Kali ini Yusuf sampai berseru. Sebab Alina yang awalnya sudah memakai piama kimono warna lavender, masuk ke dalam kamar mandi.

Alina membawa piama lengan panjang. Hingga Yusuf berpikir, sang istri sedang mens. “Kamu lagi mens?”

“Enggak ....” Dari dalam kamar mandi, Alina sampai berseru. Meski sampai detik ini, suara Alina masih terdengar malas menanggapinya.

“Oh ... syukurlah. Masa iya, malam Jumat, nganggur?” keluh Yusuf langsung mendelik. Sebab terbukanya pintu kamar mandi juga membuatnya mendapati sang istri tak memakai piama kimono lagi. Padahal jika Alina memakai piama kimono layaknya tadi, sang istri terlihat makin se.ksi. Dan ia sungguh menyukainya.

“Terus, kenapa kamu ganti?” sergah Yusuf.

“Mas saja mau poligami!” balas Alina tak mau kalah. Bisa ia pastikan, Yusuf kesulitan menjawab.

“S—sayang ....”

“Mas tahu, kan? Poligami tanpa izin istri, enggak sah? Apa pun alasannya. Bahkan meski aku dianggap mandul.”

“S—sayang!”

“Kalau Mas nekat, aku bisa menjer.at kalian dengan pasal perz.inahan. Mas jangan lupa, aku ini seorang hacker. Aku dan keluargaku sudah terbiasa membuat berita viral dan itu memang pekerjaan kami!” Alina terus membuat Yusuf menyerah. Karena jika memang Yusuf tidak mau menceraikannya, setidaknya wajib tidak ada poligami dalam pernikahan mereka.

Yusuf menghela napas sambil memejamkan erat kedua matanya. “Aku benar-benar enggak bisa tanpa kamu.”

“Namun bagiku, lebih baik bercerai daripada ada dalam bagian dari poligami. Ini mengenai suami yang sampai kapan pun tidak bisa benar-benar adil. Juga istri yang pastinya akan selalu merasa iri. Suami kok dibagi-bagi. Makanan saja kalau dibagi jadi kurang, apalagi suami?” tegas Alina. “Bukannya poligami untuk ibadah, yang ada malah jadi musibah. Lagian, ngapain Mas belagu mau poligami. Kalau gaji Mas saja, selalu bikin hari-hariku rasa akhir bulan?!”

Yusuf mendengkus dan langsung mencekal sebelah tangan Alina. “Kamu boleh mengajukan syarat apa pun, asal bukan perceraian.”

“Tahu kamu mau poligami saja, hatiku sudah hancu.r lebur. Dan sekarang, kamu ingin aku melihat kebahagiaanmu dengan wanita lain, Mas?” lirih Alina. Suaranya tertahan di tenggorokan. “Sudah jangan egois, ... tolong ceraikan aku. Agar kita sama-sama mendapatkan apa yang aku mau. Mas jadi anak berbakti ke mama Mas, dan dapat istri yang istri mama Mas harapkan. Sementara aku juga bisa waras dan perlahan menjalani hidup normal!”

Hampir sepuluh menit berlalu, keadaan tetap sama. Yusuf tetap menahan sebelah tangan Alina. Hingga mau tak mau, Alina mengeluarkan jurus terakhirnya.

“Biarkan aku kembali bekerja!” ucap Alina.

Bagai api dalam sekam, itulah Alina. Alina yang tak mau terus menjalani hubungan penuh derita, melakukan segala cara untuk menyudahinya. Apalagi Alina tahu, Yusuf sangat pencemburu. Sementara saat sebelum menikah, sebenarnya Alina merupakan atasan Yusuf. Karena dukunya, mereka memang bekerja di perusahaan yang sama.

“Kamu mau kerja lagi?” ucap Yusuf berat. Karena membiarkan Alina kembali menjadi wanita karier, sama saja membuat Alina meninggalkannya kapan pun istri cantiknya itu mau.

“Perusahaan bilang, kapan pun aku kembali, mereka akan langsung menerima. Terakhir, pak Dharen selaku CEO baru di saja, putuh sekretaris sekaligus asisten pribadi!” balas Alina bersikap elegan.

“Kamu masih berhubungan dengan orang perusahaan?” Tanpa Yusuf sadari, suaranya naik drastis. Hatinya sangat terluka, hanya karena kemungkinan Alina akan kembali menjadi atasannya. Padahal, itu belum benar-benar terjadi.

“Lebih tepatnya, mereka terus memintaku kembali. Namun Mas jangan khawatir, sampai detik ini, aku belum pernah mengabarkan hubungan kita. Bukan hanya karena peraturan perusahaan yang melarang sesama karyawan memiliki hubungan spesial semacam kencan apalagi menikah.”

“Namun karena pada kenyataannya, kamu ingin kembali?!” balas Yusuf mendadak sinis.

Alina menatap kedua mata Yusuf penuh kepastian. “Membiarkanku kembali bekerja, tidak lebih menyakitkan dari membiarkan Mas menikahi wanita lain, Mas. Wanita yang lebih muda, dan peranakan maupun rahimnya belum kering!”

“Demi tetap menjadi anak berbakti, juga agar Alina tetap menjadi istriku. Terlebih, laki-laki mana yang mau menikahi wanita mandul, secantik dan sehebat apa pun wanita itu?!” batin Yusuf menyemangati dirinya sendiri.

“Awalnya memang hanya bekerja. Namun setelah aku mendapatkan banyak uang, aku akan menggunakannya untuk membayar perceraian kita!” batin Alina.

“Baiklah. Namun dengan catatan, tolong bersikap lebih baik lagi kepada mama. Termasuk juga, ... ke istri baruku, maupun keluarganya!” ucap Yusuf berat.

Alina mengulurkan tangan kanannya dan kebetulan bukan tangan yang ditahan Yusuf. Ia bermaksud menyalami tangan kanan Yusuf yang menahan tangan kirinya.

Paham maksud sang istri, Yusuf melepaskan tangan kiri Alina. Ia berangsur menyalami tangan kanan Alina yang jelas menunggunya membalas.

“Terima kasih banyak karena telah membu.nuh hatiku, Mas! Namun berkat Mas pula, aku jadi sadar untuk semakin membahagiakan diriku!” tegas Alina ketika tangan kanan Yusuf, menjabat tangan kanannya. “Sementara mengenai permintaan Mas, yang memintaku untuk lebih baik ke mama Mas, bahkan ke istri baru Mas berikut keluarganya, ... MINTALAH ITU DI DEPAN ORANG TUAKU! ATAU SETIDAKNYA, BIARKAN AKU MENIKAH LAGI DAN MEMBUAT POSISI KITA IMPAS! SANGGUP, TIDAK?”

Bukan hanya dunia Yusuf yang seolah langsung berhenti berputar hanya karena ucapan Alina barusan. Karena dunia Alina juga seolah benar-benar berhenti berputar.

Namun Alina terus meyakinkan dirinya. Bahwa membiarkan sang suami berpoligami akan menjadi awal dari kebahagiaannya. Alina akan melangkah jauh, meninggalkan suami dan rumah tangga toxic mereka, untuk kebahagiaan yang benar-benar nyata.

3 : Menolak Disentuh

Tanpa merasa berdosa atau setidaknya bersalah, Yusuf berangsur mendekap tubuh Alina. Dekapan yang benar-benar inte.ns, tapi Alina sudah langsung memberontak. Alina sudah langsung menjaga jarak.

“Ini, apa lagi?” tanya Yusuf, antara bingung tapi juga marah. Masa iya, dipeluk saja, Alina jadi tidak mau?

“Mulai malam ini juga, sejak Mas mantap untuk poligami, Mas juga enggak perlu memberiku nafkah batin lagi,” ucap Alina. Sadar, sang suami terkejut bahkan marah, Alina berkata, “Buat apa buang-buang waktu tidur dengan wanita yang kalian tuduh mandul? Bahkan mama Mas sendiri, lebih berharap Mas nikah sama kucing ketimbang wanita sepertiku, kan?”

“S—sayang, kamu ini ya. Makin ke sini makin baperan. Sensi banget, enggak bisa palah-pilih ucapan mama. Padahal kamu tahu mama kayak apa,” ucap Yusuf yang pada akhirnya tidak bisa untuk tidak marah.

“Lah, aku kan memang begini adanya, Mas. Masa lima tahun menikah, Mas baru tahu? Oalah ya pantas ... selama ini kan, Mas memang nikah dengan aku, tapi fokus Mas tetap ke mama Mas. Jadi ya gini hasilnya. Mas jadi suami enggak tahu diri. Beneran mirip sama mama Mas! Andai yang dapat istri sepertiku suami lain, pasti jidat mereka sampai hitam gara-gara sibuk sujud syukur!” kesal Alina.

Padahal harusnya Yusuf tahu, dituduh mandul saja sudah sangat menyakitkan bagi Alina. Ditambah lagi, selama pernikahan, Alina sudah bersusah payah menjadi istri yang baik. Alina sudah mendu.ngukan telinga berikut hatinya demi tetap waras menghadapi ibu mertua dakjal seperti ibu Mimi. Alina bahkan rela melepas karier cemerlangnya dan benar-benar menjadi IRT layaknya yang Yusuf minta. Namun jangankan kenyamanan apalagi kehidupan mewah, sekadar menjaga perasaan Alina saja, Yusuf tidak bisa. Yusuf masih saja mengutamakan mamanya.

“S—sayang!” ucap Yusuf berusaha membujuk Alina. Ia tak mau hubungan mereka makin keruh.

“Satu lagi, Mas. Aku beneran enggak akan izinin Mas menyentuhku, selama Mas BELUM MENCERAIKAN ISTRI BARU MAS!” sergah Alina. “Karena apa? Karena aku enggak mau tertular penyakit kelam.in!”

Apa yang Alina tegaskan kali ini benar-benar membuat Yusuf tercengang.

“Memangnya, wanita muda mana, yang mau menjadi istri kedua? Wanita macam apa, yang mau jadi mesin pencetak anak, untuk pria tua bahkan sudah beristri? Fix, OTAK DIA BERMASALAH! Usianya belum dua puluh tahun. Di era yang serba canggih ini, usia itu baru membuatnya lulus SMA. Masa depannya masih sangat panjang!”

“PADAHAL, kata mama Mas, dia anaknya sahabat mama Mas. ATAU, kalian memang sekumpulan manusia enggak punya otak bahkan hati, makanya cara pikir kambing saja lebih masuk akal!”

“Alina Princesela Kalandra ...!”

“Ya, itu namaku, Mas. Nama yang diberikan oleh orang tuaku, dengan harapan, aku yang cerdas serba bisa ini, juga selalu diperlakukan layaknya princess, terlebih oleh suami dan mama mertuanya!” tegas Alina.

“Kembali ke pembahasan kita sebelumnya. WANITA macam apa? Baru lulus SMA sudah mau menikah! Meski enggak bis aku pungkiri, beberapa anak SMP sekarang, dandannya sudah mirip tante-tante!”

“Yang jelas aku yakin, pilihan mama pasti yang terbaik!” tegas Yusuf memotong ucapan Alina.

“Lah, tahu gitu, ngapain enggak ceraikan aku saja?” balas Alina.

“MEMANGNYA LAKI-LAKI MANA YANG MAU MENIKAHI WANITA MANDUL?!” lantang Yusuf.

Di balik pintu kamar Yusuf dan Alina berada, ibu Mimi yang sengaja menempelkan telinga kanannya di pintu, tersenyum puas. “YESSSS!” batinnya.

“HARUSNYA KAMU MIKIR. Harusnya kamu berterima kasih karena aku sengaja mempertahankan kamu. Aku kasihan ke kamu karena aku terlalu sayang. Aku peduli banget ke kamu!”

“Alasanku menikah lagi, hanya agar kita punya anak. Setelah itu, kita sama-sama lagi!” tegas Yusuf lagi.

“Ya sudah, diatur saja begitu! Namun semuanya tetap seperti tadi. Kalau Mas butuh se.ks dan lainnya, minta saja ke istri baru Mas. Istri baru yang Mas yakini terbaik karena itu pilihan mama Mas. Meski aku juga sampai mendoakan, SEMOGA WANITA MUDA YANG MENG.OBLOKAN DIRI MAU MENIKAH DENGAN SUAMI ORANG. SEMOGA WANITA YANG HANYA AKAN MENJADI PENCETAK ANAK ITU, BUKAN WANITA YANG OTAKNYA KURANG. BUKAN JUGA WANITA HAMIL DI LUAR PERNIKAHAN Karena KEBABLASAN KETIKA PACARAN!”

“Apa? Mas enggak terima? Mas saja menuduh aku mandul. Aku juga boleh dong, nuduh balik ke Mas, jangan-jangan justru Mas YANG MANDUL!”

“AKU AKAN MEMBUKTIKAN BAHWA AKU TIDAK MANDUL, ALINA! ISTRI BARUKU PASTI AKAN LANGSUNG HAMIL!”

“Dan semoga itu bukan benih orang!” tegas Alina.

“Sudah, jangan dilanjutkan lagi. Setelah bahagia dengan pernikahan barumu, Mas cukup ceraikan aku!” tegas Alina berusaha berdamai dengan kenyataan. “Namun selama itu juga, semuanya seperti yang aku katakan.”

“Aku benar-benar akan mempercantik diri, dan aku pastikan, kamu akan sangat sulit menggapai bahkan sekadar menyentuhku. Aku juga akan menjalani hidup mewah dengan hasil kerja kerasku dalam bekerja nanti. Iya, ... aku siap menjadi sekretaris sekaligus asisten pribadi Bos Dharen, seperti tawaran langsung dari paman beliau! Di perusahaan nanti, kita akan menjadi orang asing dan kamu akan kembali menjadi bawahanku! Selanjutnya, ketika kamu bahagia dengan caramu, aku juga akan bahagia dengan caraku, Mas!” batin Alina.

Keadaan benar-benar telanjur keruh. Di lain sisi, Yusuf memang sangat marah kepada Alina. Namun di sisi yang lain lagi, Alina terlalu sempurna untuk tidak ia sentuh. Karena jangankan laki-laki di luar sana, Yusuf yang statusnya sebagai suami Alina juga selalu merasa tergo.da kepada istrinya sendiri.

Wajah cantik, fisik kencang, dan semuanya dalam porsi pas tanpa kurang. Itulah Alina. Yusuf memang seberuntung itu, meski khusus untuk urusan momongan, menjadi pengecualian.

“Semuanya beneran enggak dimulai dari setelah aku menikah lagi saja?” ucap Yusuf sambil memandangi punggung Alina.

Alina sudah tidur di posisi biasa wanita itu tidur. Namun kali ini, Alina yang membelakangi Yusuf juga sampai menutup rapat tubuhnya.

“Enggak. Semuanya benar-benar sudah dimulai dari malam ini. Selain itu, ... saat nanti aku punya uang, aku juga akan cek kesehatan. Karena harusnya aku tidak mandul. Tidak ada sejarah itu dalam keluargaku. Bahkan kamu tahu sendiri, aku punya kembaran. Kembaranku yang dua tahun kemarin nikah, anaknya sudah bisa jalan!” balas Alina masih dingin.

Yusuf mendengkus frustasi. Namun segera ia mendekati Alina. “S—sayang ... punyaku sudah bangun dari tadi hanya karena aku lihat paha kamu! Dia tahu kamu memang miliknya!” rengeknya benar-benar memohon.

“Meski menolak ajakan berhubungan dari suami bisa bikin aku dimurtadkan. Aku percaya, Allah maupun malaikatnya bisa menilai dari sisi yang berbeda. Aku merasa dizal.imi dan ini sudah berulang kali,” balas Alina benar-benar enteng sekaligus cuek.

“S—sayang, ih ....”

“Kalau Mas beneran mau banget, ya sudah sana minta ke mama Mas. Mama Mas kan istri idaman. Toh selama menikah saja, yang pegang gaji Mas, mama Mas. Harusnya mama Mas juga dong, yang memenuhi kebutuhan se.ksual Mas. Kecuali kalau gaji Mas, aku yang pegang dan mama Mas terima beres!” Alina yang memejamkan mata juga berkata, “Bismillah ... OTW ganti suami juga karena aku yakin, ketimbang menceraikan istri barunya, juga menerima peraturanku, suamiku lebih memilih untuk menceraikan aku!”

Yusuf mendelik karena terlalu syok. Namun ketimbang Yusuf, ada yang lebih syok dan itu mamanya Rita. Sementara Rita ini, merupakan calon istri muda Yusuf.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa menantu pilihan ibu Mimi, membuat mamanya syok?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!