Di salah satu cafe, terlihat seorang pria yang tengah duduk dengan gelisah. Seperti tengah menunggu akan tetapi orang yang ditunggu tak kunjung datang. Karena ketampanan dan postur tubuhnya yang atletis menjadi pusat perhatian semua orang, terutama kaum hawa. Karena memang dirinyalah yang paling mencolok diantara yang lainnya.
"Hey! Kau kenapa?" tanya salah seorang pelayan cafe tersebut pada teman seprofesinya.
"Astaga! Kau membuat ku kaget saja," ucap pelayan yang dikejutkan tadi sembari memegangi dadanya. "Kau lihat pria itu?" lanjutnya sembari menunjuk ke salah satu meja pelanggan.
"Astaga, Tuhan! Mimpi apa aku semalam..!" seru pelayan tadi saat melihat siapa orang yang tengah ditunjuk oleh temannya itu.
"Kau ini! Kenapa senang sekali membuatku jantungan!"
"Astaga, astaga, astaga..! Kau tak tau siapa dia, Leni?!"
"Entahlah, yang ku tau.. Pria itu sedari tadi hanya duduk diam sendiri tanpa memesan apapun," ucap pelayan yang dipanggil Leni itu. "Entah sudah keberapa kali aku menawarinya untuk agar memesan sesuatu. Tapi tetap saja nanti, nanti, dan nanti."
"Astaga, Leni..! Kau tau? Dia itu adalah tuan Leonardo Graham, tangan kanan sosok nomor satu di kota ini, tuan Arkhana Davidson! Kau tau itu!" pelayan tadi kembali berseru dengan hebohnya.
Ya, pria itu adalah tuan Leonardo Graham, asisten sekaligus tangan kanan tuan Arkhana Davidson. Anak tunggal dari pasangan tuan Mario Graham dengan nyonya Liora Graham.
"Seriusly???! Demi apa?" seru Leni, yang langsung diangguki oleh temannya. "Kalau begitu.. Aku akan coba menawarkannya kembali. Siapa tau jika tetap tak terpikat oleh menunya, justru malah terpikat oleh pelayannya," sambungnya dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.
"Dih... Ngarep!"
"Gak papa dong... Kan siapa tau aja, kedepannya tak akan ada yang tau," ucap Leni. "Eh, tapi kau benar yakin jika dia itu tuan Leonardo Graham, Nova?" Leni kembali memastikan karena dirinya sedikit ragu.
"Tentu saja! Kau sih... Ketinggalan zaman. Makanya tuh ponsel segera ganti dengan yang lebih modern, biar tak ketinggalan update terkini," ucap teman Leni yang dipanggil Nova. "Sudah sana, semoga berhasil."
Pelayan itu pun kembali membawa menu menuju meja yang entah sudah keberapa kalinya dirinya datangi.
"Permisi, Tuan... Apa Anda sudah akan memesan sesuatu?" tanya pelayan yang bernama Leni itu.
Sebelum menjawab, terdengar helaan nafas dari pria yang duduk di hadapan pelayan tersebut.
"Baiklah, satu coffee latte."
"Dan satu coklat panas juga cake yang paling best seller di sini." Tiba-tiba dari arah belakang pelayan tersebut terdengar suara wanita menyela ucapan dari pria yang pelayan itu ketahui adalah tuan Leonardo Graham.
Membuat pelayan itu juga tuan Leonardo menatap ke asal suara. Yang membuat tuan Leonardo kembali menghela nafas.
"Maaf, saya terlambat," ucap wanita itu, dan yang tanpa di persilahkan langsung mendudukkan diri ke salah satu kursi di hadapan tuan Leonardo.
"Itu saja yang kami pesan. Kau boleh pergi." ucapan tuan Leonardo menyadarkan pelayan Leni dari keterpanaannya.
"Ah, maaf. Apa tadi yang Anda dan nona ini, pesan?" ucap pelayan itu meminta agar tuan Leonardo beserta teman wanitanya agar kembali menyebutkan pesanannya.
Tuan Leonardo beserta teman wanitanya pun kembali menyebutkan pesanannya.
"Baiklah, mohon ditunggu, Tuan, Nona," pelayan itu kembali berucap saat telah mendapatkan apa yang diperlukannya.
"Huuuft.. Ternyata tuan itu sudah memiliki kekasih. Ini pesanannya." ucap pelayan Leni saat setelah sampai kembali di dekat teman berbincang nya tadi, Nova.
"Sabar.. Sabar..." ucap pelayan Nova sembari menerima secarik kertas yang berisi pesanan tadi.
Sementara di salah satu meja pelanggan yang ditempati oleh tuan Leonardo dan seorang wanita tadi, tengah ada sedikit perdebatan diantara keduanya.
"Kenapa baru sampai?" tanya tuan Leonardo pada wanita yang saat ini ada di hadapannya dengan nada tak suka. "Apa Anda tidak tau jika saya sudah menunggu Anda dari setengah jam yang lalu?!" sentak nya.
Wanita itu mengerjab-ngerjabkan mata lentiknya beberapa kali, tak langsung merespon kerena terkejut akan sentakan itu.
"Ya maaf, Tuan.., Kenapa Anda jadi marah? Mana saya tau jika Anda akan datang tiga puluh menit lebih awal dari jadwal janji yang kita sepakati. Justru saya datang lima menit lebih awal dari waktu janji temu kita, tapi saya tetap saja meminta maaf. Sekarang saya tanya, yang salah disini saya atau Anda? Sudah meminta, setelah dipenuhi justru dimarahi. Yang salah siapa, yang marah siapa. Kalau Anda tidak benar-benar menginginkan kehadiran saya di sini, maka saya akan pergi. Jadi Anda tidak perlu harus membentak saya! Diperlukan tapi tak diinginkan. Huuh, dasar! Semua pria apa memang seperti ini?! Ingin dimengerti tapi tak ingin mengerti. Kan, jadi kesal saya," ucap wanita itu dengan panjang kali plus plus lebar tanpa jeda sedikit pun. Yang awalnya pelan.. Pelan namun pasti... Dan akhirnya berubah menjadi semakin cepat, semakin cepat, dan menjelma menjadi cerocosan tanpa jeda wanita itu, yang tak lain adalah Eliza Robert. Wanita yang memilih berprofesi sebagai model karena didukung oleh wajahnya yang cantik dan blasteran yang membuatnya semakin percaya diri. "Anda pikir__"
Akhirnya cerocosan Eliza berhenti juga, walau dengan cara tuan Leonardo yang harus membungkam mulut Eliza dengan tangannya.
"Maaf, oke..., saya minta maaf. Saya mengaku salah," ucap tuan Leonardo.
Eliza tak menjawab hanya sedikit memberontak memberi isyarat agar tuan Leonardo menyingkirkan tangannya dari mulut Eliza.
"Saya akan lepaskan, asal Anda berjanji tidak akan berkata-kata seperti tadi lagi," ucap tuan Leonardo yang mengerti akan isyarat Eliza, membuat kesepakatan sebelum dirinya melepaskan bekapannya.
Eliza pun segera mengangguk, yang membuat tuan Leonardo akhirnya melepaskan bekapannya itu.
"Astaga..! Aku tak bisa bernafas," racau Eliza. "Apa Anda sebelumnya sudah cuci tangan sebelum menyentuh?!" ujar Eliza sembari menyentuh mulutnya yang baru saja di bekap oleh tuan Leonardo.
"Entahlah, saya lupa," ucap tuan Leonardo dengan santainya.
"Astaga, Anda benar-benar__"
"Ssst... Anda sudah berjanji, jadi diamlah sebelum saya kembali membekap mulut bebek Anda itu," peringat tuan Leonardo. Yang seketika membuat Eliza terdiam seribu bahasa.
Sunyi
"Sebenarnya ada apa Anda ingin bertemu dengan saya?! Apa hanya akan diam-diaman seperti ini? Jika tidak benar-benar perlu maka saya akan pergi," ucap Eliza yang akhirnya tak betah juga untuk hanya diam saja. "Anda fikir saya tidak memiliki kesibukan lainnya apa, jika hanya untuk meladeni Anda bermain diam-diaman seperti patung," lanjutnya.
Namun tetap sama, tuan Leonardo hanya diam sembari terus menatap Eliza. Eliza yang akhirnya salah tingkah ditatap seperti itu, kembali berujar, "Jika Anda serius hanya ingin seperti ini, saya pergi."
Melihat tuan Leonardo yang masih betah dengan diamnya, membuat Eliza geram dan segera bangkit dari duduknya.
Namun baru saja bangkit dan akan berbalik, terdengar ucapan tuan Leonardo yang membuat Eliza tercengang dibuatnya.
"Jadilah kekasih saya."
Eliza yang merasa salah mendengar, mengusap-usap telinganya beberapa kali.
"Anda baru saja berkata apa?" tanya Eliza sembari kembali mendudukkan diri dan mencondongkan diri ke arah tuan Leonardo, karena ingin memastikan jika pendengarannya itu benar, salah.
"Jadilah kekasih saya, Nona Eliza," ulang tuan Leonardo, yang membuat Eliza kembali terduduk dan terdiam seketika. "Nona," panggil tuan Leonardo. "Anda baik-baik saja, Nona Eliza?"
"Apa Anda salah minum obat, Tuan?" tanya Eliza sembari mengerutkan keningnya setelah beberapa saat dirinya terdiam karena shock.
"Tidak."
"Jika tidak, mengapa Anda tiba-tiba menjadi gila seperti ini?!" Eliza kembali berucap dengan sarkas.
"Saya tidak salah minum obat dan saya juga tidak gila, Nona. Saya berkata dengan sesadar-sadarnya," sanggah tuan Leonardo.
"Saya tidak bisa," putus Eliza.
"Kenapa?"
"Karena saya sudah memiliki kekasih," ucap Eliza.
"Kekasih yang mana?" tanya tuan Leonardo.
"Ya.. Kekasih__"
"Kekasih yang seperti ini maksud, Anda?" ujar tuan Leonardo sembari menyerahkan beberapa lembar foto kehadapan Eliza.
Eliza pun segera meraih foto-foto tersebut. "Kurang ajar!" umpatnya seraya menggebrak meja dengan sebelah tangannya dan segera bangkit dari duduknya.
Eliza yang tadinya akan langsung pergi setelah melihat foto-foto tersebut, mengurungkan niatnya saat pergelangan tangannya ditahan oleh tuan Leonardo. "Mau kemana?" tanyanya.
"Lepas, Tuan! Saya harus melabrak pria tak tau diri itu. Sudah dimaafkan berkali-kali, tapi tetap saja sifatnya tak akan pernah berubah," ucap Eliza sembari mencoba untuk melepaskan pergelangan tangannya.
"Dan setelah sampai di sana, kau akan kembali dalam bujuk rayunya, dan akan kembali mengulang kesalahan itu kembali," tuduh tuan Leonardo. "Sebenarnya yang gila disini itu Anda sendiri, Nona. Bukan saya," lanjutnya.
Ucapan tuan Leonardo membuat Eliza kembali terdiam dan tak lagi memberontak, mengingat jika yang diucapkan oleh tuan Leonardo adalah benar adanya. Dirinya mudah tertipu oleh bujuk rayu satu pria yang sama.
"Jika Anda setuju menjadi kekasih saya... Maksud saya, kekasih pura-pura saya, maka saya akan membantu Anda untuk terlepas dari pria konyol itu," ujar tuan Leonardo.
"Kekasih pura-pura??" ulang Eliza bingung.
"Iya, saya meminta Anda untuk menjadi kekasih saya hanya untuk pura-pura saja," jelas tuan Leonardo.
"Kenapa? Maksud saya... Kenapa harus pura-pura kenapa tidak beneran saja?!" ujar Eliza.
Pernyataan Eliza, membuat tuan Leonardo yang kali ini terdiam seribu bahasa.
Tiba-tiba Eliza tertawa melihat ekspresi yang ditunjukkan tuan Leonardo. "Saya bercanda... Kenapa Anda serius sekali begitu?!" ucapnya sembari kembali tertawa.
"Ah, sayang sekali jika begitu," tutur tuan Leonardo.
"Apanya?" respon Eliza.
"Iya, sayang sekali," tuan Leonardo mengulangi ucapannya. "Padahal saya tadinya akan menyetujui usulan Anda, tapi ternyata Anda hanya bercanda," sambungnya dengan diiringi raut muka kecewa.
"Anda serius menganggap perkataan saya dengan serius?" tanya Eliza dengan perasaan tak percaya, yang langsung di angguki oleh tuan Leonardo. "Kalau begitu baik__"
"Tapi kesempatan itu telah habis, yang ada sekarang hanyalah kata awal yang saya ucapkan, yaitu hanya sebatas pura-pura," sela tuan Leonardo yang mengerti akan arah dari ucapan Eliza.
Mendengar pernyataan tuan Leonardo, membuat Eliza seketika naik pitam. "Anda membodohi saya, Tuan?!" tuduhnya.
"Mana ada seperti itu, Nona. Yang ada saya hanya sekedar membalas candaan, Anda," kilah tuan Leonardo.
Perkataan tuan Leonardo membuat Eliza mendengus. "Sudahlah, tak usah bermain-main lagi. Sebenarnya Tuan mengajak bertemu dengan saya ingin meminta bantuan apa?" ujarnya, yang malas untuk kembali meladeni tuan Leonardo.
"Ya.. Itu tadi, jadilah kekasih pura-pura saya," ucap tuan Leonardo.
"Banyak wanita di luaran sana, tapi mengapa Anda justru memilih, saya?" pertanyaan yang sedari awal ingin Eliza tanyakan saat pertama mendengar permintaan tuan Leonardo yang menurutnya sangatlah gila.
"Karena Anda baik??" ucapan tuan Leonardo lebih ke pertanyaan daripada jawaban.
"Alasan yang tak masuk akal," gumam Eliza yang masih bisa didengar oleh tuan Leonardo. "Memang Anda ingin menghindari siapa sih, sampai harus memilih ide memiliki kekasih pura-pura segala?!!" tanya Eliza.
"Tak ada yang ingin saya hindari. Saya melakukan hal ini.. Karena saya tak ingin jika orang tua saya terus saja menjodoh-jodohkan saya," jelas tuan Leonardo.
Dan tawa Eliza seketika meledak saat mendengar pernyataan tuan Leonardo, yang mengharuskan tuan Leonardo kembali membekap mulut Eliza.
"Ada apa dengan, Anda?! Sepertinya hobi sekali membekap mulut saya," gerutu Eliza.
"Kenapa Anda tertawa?" bukannya menjawab, tuan Leonardo justru balik bertanya.
"Apa peduli, Anda! Tawa, tawa saya, mengapa Anda yang repot," ujar Eliza asal karena kesal.
"Astaga..! Apa benar aku sudah tepat jika memilihnya?" ucap tuan Leonardo dalam hatinya.
"Baiklah, terserah pada Anda saja," ujar tuan Leonardo yang lebih memilih untuk mengalah saja daripada harus terus berdebat. "Jadi bagaimana? Apa Anda setuju?" lanjutnya.
"Permisi Tuan, Nona. Ini pesanan Anda berdua," sela pelayan tadi sembari meletakkan pesanan milik Eliza dan tuan Leonardo.
"Terimakasih," ucap Eliza pada pelayan tersebut.
"Sama-sama, Nona. Permisi."
Dan pelayan itupun segera pergi dari sana.
"Anda sungguh serius meminta saya menjadi kekasih pura-pura, Anda?" tanya Eliza sekali lagi, untuk kembali memastikan, tentunya setelah pelayan tadi sudah pergi jauh meninggalkan mejanya.
"Jika boleh jujur sih.. Sebenarnya terpaksa," ucapan tuan Leonardo yang hanya mampu dirinya ucapkan dalam hatinya.
"Tentu saja!" ucap tuan Leonardo dengan gaya meyakinkan.
"Apa Anda sebegitu tidak lakunya sampai harus di jodoh-jodohkan segala?!" pertanyaan Eliza yang tadi membuatnya kembali tertawa, dan yang baru diutarakan sekarang.
Pertanyaan Eliza kali ini membuat seorang tuan Leonardo Graham merasa geram, sampai harus mengepalkan tangannya berusaha sekuat tenaga agar rasa geramnya itu tak meledak.
"Tidak," jawab tuan Leonardo asal.
"Tidak??? Maksudnya??"
"Intinya... Anda setuju atau tidak?!" pertanyaan tuan Leonardo untuk yang kesekian kalinya seraya meminum coffee latte pesanannya.
"Emm... Tapi apa Anda yakin tak akan jatuh cinta pada saya nantinya?"
Pertanyaan Eliza kali ini membuat tuan Leonardo yang sedang minum seketika tersedak saat mendengarnya.
"Tuan! Anda tidak apa-apa?" seru Eliza sembari menghampiri dan menepuk pelan punggung tuan Leonardo agar merasa enakan.
"Sudah, sudah. Saya sudah baikan," ujar tuan Leonardo menghentikan apa yang tengah di lakukan oleh Eliza.
Eliza pun berhenti dan kembali duduk di tempatnya semula.
"Itu semua hanya untuk beberapa hari saja. Hanya sampai kedua orang tua saya percaya jika saya memang sudah memiliki kekasih, maka masalah selesai. Dan jika saat itu telah tiba, maka kita akan kembali ke dunia kita masing-masing. Anda kembali ke dunia Anda sendiri, dan begitu pula dengan saya. Saya akan kembali ke dunia saya seolah tak pernah terjadi apapun antara kita. Kita akan terbebas dari kepura-puraan ini," tutur tuan Leonardo.
"Apa imbalan saya jika saya benar mau membantu, Anda?" tanya Eliza.
"Terserah Anda ingin meminta apa," ucap tuan Leonardo setelah beberapa saat berfikir.
"Apapun?" tanya Eliza lagi.
"Ya, apapun itu!" tuan Leonardo berucap dengan penuh keyakinan.
"Anda berjanji?" Eliza memastikan.
"Tentu saja, asal Anda mau membantu saya.. Saya akan mengabulkan permintaan Anda, apapun itu. Dan saya berjanji akan hal itu," ucap tuan Leonardo meyakinkan.
"Emm... Baiklah, saya setuju," ucap Eliza. "Tapi saya tidak akan menagih janji Anda, sekarang," sambungnya.
"Kenapa?" tanya tuan Leonardo.
"Karena saya belum memikirkan apa yang saya inginkan. Salah-salah, nanti saya yang rugi," jawaban Eliza membuat tuan Leonardo mengerutkan keningnya, karena merasa heran dengan gadis yang berada di hadapannya saat ini.
"Baiklah, terserah pada Anda saja," ucap tuan Leonardo yang tak ingin ambil pusing.
"Tapi benar ya..! Anda tak boleh ingkar janji?! Dan lagi, kapan saja saya meminta dan menagih janji Anda, Anda harus langsung menepatinya," ujar Eliza.
"Tentu saja! Jadi, apa kita deal, sekarang??"
"Oke, deal,"
Keduanya yang sepakat pun saling berjabat tangan.
"Mulai sekarang kita adalah sepasang kekasih," ucap tuan Leonardo setelah melepaskan jabatan tangannya.
"Tunggu dulu. Tak bisa begitu dong..! Bukankah kata Anda.. Kita hanya akan berpura-pura dihadapan orang tua Anda saja?? Tapi mengapa sekarang Anda mengubahnya secara tiba-tiba tanpa bertanya saya setuju atau tidak? Saya tadinya setuju, karena Anda mengatakan jika hanya akan berpura-pura di hadapan orang tua Anda saja. Bukannya malah menjadi kekasih saat ini juga..! Saya kan__"
Eliza yang kembali berceloteh panjang lebar, kembali terhenti saat tuan Leonardo kembali membekap mulutnya.
"Diam!" sentak tuan Leonardo dengan nada pelan, dan setelahnya langsung dilepaskannya. "Huuuft... Sekarang saya akan bertanya. Apa alasan Anda menolak? Apa Anda kembali berfikir untuk kembali pada orang yang Anda sebut kekasih itu? Lelaki yang telah mengkhianati Anda beberapa kali? Dan sekarang setelah kembali mengetahui jika Anda dikhianati kembali, Anda akan kembali padanya, begitu?" tutur tuan Leonardo.
"Tapi tak menjamin juga, bukan.. Jika Anda juga tidak akan mengkhianati saya, nantinya?" ucap Eliza dengan cemberut sembari melihat ke arah lain.
"Ya itu beda lagi, Nona. Kita kan hanya pura-pura saja.., sementara Anda dengan dirinya.... Ah sudahlah," tuan Leonardo menyanggah ucapan Eliza namun tak diteruskannya. "Saya melakukan hal ini, karena saya juga akan membantu Anda agar terbebas dari pria brengsek seperti dia," lanjutnya.
"Hmmmz... Baiklah, jika begitu niat Anda," ucap Eliza yang akhirnya pasrah juga. "Tapi ingat! Setelah dia menjauhi saya, walau kata Anda kita adalah kekasih, jangan sekali-kali mengatur ataupun ikut campur kehidupan saya! Tidak, tepatnya kita tidak boleh ikut campur kehidupan masing-masing. Sampai batas waktu yang ditentukan.. Kita tidak boleh ikut campur," sambungnya. "Tapi, tugas saya hanyalah meyakinkan orang tua Anda jika saya adalah kekasih Anda, bukan?" lanjutnya dengan bertanya, yang langsung diangguki oleh tuan Leonardo. "Setelah itu kita berpisah dan kembali menjalani kehidupan masing-masing, bukan?" tanyanya lagi.
"Ya! Semua akan berakhir setelah semuanya selesai," ucap tuan Leonardo membenarkan pertanyaan dari Eliza.
"Semuanya? Maksudnya? Apa masih ada yang lainnya, selain meyakinkan orang tua, Anda?"
"Huuuft... Tentu saja ada. Bukankah kita juga harus berpura-pura di hadapan kekasih Anda, itu?!" ujar tuan Leonardo dengan sedikit merasa gemas dengan gadis yang bernama Eliza ini.
"Oh iya, saya lupa," ucap Eliza tanpa rasa bersalah. "Tapi bagaimana caranya? Dan kapan memulainya? Dan__
"Permainan kita mulai detik ini juga," ujar tuan Leonardo.
"Hah??" Belum selesai rasa penasaran Eliza terhadap perkataan tuan Leonardo, Eliza dibuat terkejut akan kenekatan tuan Leonardo yang tanpa meminta izin terlebih dahulu.. Secara tiba-tiba tuan Leonardo menggenggam tangan serta mengelus pipi Eliza.
Eliza yang terkejut melebarkan matanya seraya akan berucap berupa protesan yang akan ditujukan pada tuan Leonardo. Tapi kalimat itu tak jadi dikeluarkan Eliza saat melihat isyarat mata dari tuan Leonardo, yang membuatnya mengikuti arah isyarat mata tersebut dengan samar. Yang seketika Eliza kembali melebarkan matanya saat melihat objek dari isyarat itu.
Eliza dengan reflek akan bangkit dari duduknya dan akan melabrak objek tersebut, yang tak lain adalah kekasihnya yang saat ini tengah merangkul tubuh seorang wanita, dan itupun bukan dirinya yang notabene adalah kekasihnya sampai saat ini. Namun dengan segera tuan Leonardo menahan pergelangan tangan Eliza, tak mempersilahkan untuk menghampiri kekasihnya itu.
"Kenapa Anda mencegah saya untuk melabrak pria peselingkuh dengan selingkuhannya itu, Tuan? Kenapa?" ujar Eliza dengan kesal. "Bukankah saya sudah mengatakan, jika kita tak boleh mencampuri urusan masing-masing? Tapi mengapa Anda__"
"Apa Anda ingin, jika Anda juga dituduh selingkuh oleh pria yang katanya kekasih Anda itu?" potong tuan Leonardo.
"Apa maksud Anda?" tanya Eliza yang tak mengerti arah dan tujuan dari ucapan tuan Leonardo.
"Jika Anda menghampirinya, bukan tidak mungkin dia juga akan melihat saya disini, bukan?! Sehingga memudahkan dirinya memutar balikkan fakta dengan mengatakan jika Anda juga tengah berselingkuh. Jika begitu, apa yang akan Anda lakukan dan katakan lagi?"
Ucapan serta pertanyaan dari tuan Leonardo membuat Eliza terdiam seribu kata, membenarkan semua ucapannya.
"Lalu saya harus bagaimana..? Tak mungkin bukan, jika saya hanya harus diam saja dan membiarkan ketidak adilan yang begitu nyata di depan mata, lewat begitu saja!" ucap Eliza dengan lesu.
"Bukankah itu yang Anda lakukan selama ini?! Diam dan hanya berpangku tangan. Dia tidak hanya sekarang yang mengkhianati Anda, tapi sudah beberapa kali, tapi Anda dengan begitu mudahnya memaafkan dia lagi dan lagi. Apa Anda fikir pria di dunia ini hanyalah dirinya seorang??" sindir tuan Leonardo. "Entah sebutan apa yang pantas saya juluki untuk Anda. Bodoh, terlalu polos, atau orang yang mudah di manfaatkan?" sambungnya. "Tapi jika saya perhatikan, sejauh ini saya mengenal Anda. Anda sepertinya tak memiliki dan tak pantas jika dijuluki semua maupun salah satu dari yang saya sebutkan tadi. Jadi, apa yang harus saya juluki pada Anda, dengan sifat Anda yang seperti itu?" lanjutnya, yang masih dengan sindiran.
"Kenapa berhenti? Apa sudah puas menyindirnya? Jika belum, saya akan persilahkan. Silahkan, silahkan. Agar Anda puas menyindir dan mengejek saya sepuasnya," ucap Eliza. "Anda tak tau saja, saya melakukan itu.. Memaafkan dia berkali-kali, bukan tanpa sebab. Karena saya merasa berhutang budi padanya," lanjutnya dengan raut muka yang tiba-tiba sedih saat mengingat kejadian itu. Eliza tak dapat membayangkan akan seperti apa jadinya seandainya tak ada yang menolongnya waktu itu.
"Hutang budi?" ulang tuan Leonardo.
"Hm..," Eliza bergumam mengiyakan. "Waktu itu saya dikejar beberapa preman saat baru pulang dari pemotretan saat tengah mencari taksi. Karena kebetulan waktu itu mobil saya lagi di tempat perbaikan," jelas Eliza.
"Benarkah?" tuan Leonardo bertanya karena tak percaya dengan yang apa diucapkan Eliza.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!