Lembah Neraka, lembah yang paling ditakuti oleh orang-orang bahkan para kultivator hebat sekalipun akan enggan untuk menginjakkan kaki di tempat ini. Hal ini karena mengetahui betapa mengerikan nya tempat tersebut, di lembah ini terdapat ratusan bahkan ribuan siluman, raja dan ratu siluman yang tinggal.
Siluman adalah binatang yang hidup ratusan bahkan ribuan tahun dan menjelma menjadi siluman yang kuat berdasarkan usia siluman tersebut.
Belum lagi banyaknya tanaman beracun yang tumbuh di lembah ini, namun di lembah ini juga menjadi surga bagi para alchemi karena banyak tanaman-tanaman herbal yang tumbuh berusia ratusan tahun, tidak sedikit juga yang berusia ribuan tahun.
Selain itu, yang membuat tempat ini tidak ada yang menginjakkan kaki adalah karena bukan hal mudah untuk dapat menemukan lokasi Lembah Neraka.
Di tepi lembah terlihat seorang pria dewasa menggunakan pakaian serba hitam bermotif mawar hitam dengan topeng baja di sekitar mata dan hidung nya. Pria itu terlihat menggendong seorang bocah berusia tujuh tahun dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Setelah meletakkan sang bocah di bawah pohon yang besar, pria itu memasangkan sebuah medali bermotif pedang yang dililit naga keleher bocah tersebut menjadi sebuah mata kalung beserta sebuah cincin.
" Maaf... selamat tinggal tuan muda."Setelah mengatakan hal tersebut, pria itu terbang dengan kecepatan tinggi meninggalkan lembah.
Petir menyambar saling bersahutan dengan keras, langit yang awalnya cerah mulai gelap. awan pun mulai menutupi indahnya langit biru. Tidak lama kemudian turun hujan, awalnya hanya gerimis kecil namun setelah lima menit hujan mulai turun dengan deras. Merasa terusik, bocah tersebut pun bangun, dia adalah Yang Jian.
"Ah... " anak itu memegang kepalanya yang terasa sakit dan mencoba untuk duduk.
" Dimana ini? Apa yang terjadi?"
Anak itu mencoba untuk berdiri mencari tempat berteduh, dia berjalan sambil memegangi pohon-pohon karena tubuh nya terasa lemah. Sampai di sebuah pohon yang cukup besar, anak itu duduk untuk beristirahat sambil menutup matanya.
Tidak berapa lama terdengar suara dari balik pohon rimbun tepat di depan anak itu, seekor kucing besar berwarna hitam. Setidaknya ukurannya dua kali lipat ukuran macan tutul, mata nya merah menyala dan mengaum keras ke arah Yang Jian.
Tubuh Yang Jian bergetar hebat, lututnya pun melemas. Kucing itu berlari ke arah Yang Jian sambil memamerkan gigi runcing nya bersiap menerkam mangsa, Yang Jian yang tidak siap hanya bisa menghindar. Namun naas kaki kiri nya terkena cakar kucing tersebut hingga menyisakan luka yang cukup dalam.
Seketika darah segar merembes dari luka Yang Jian, dengan sisa tenaga yang ada Yang Jian berlari kencang masuk kedalam lembah tersebut tetapi hewan yang mengejar Yang Jian bukanlah hewan biasa melainkan siluman berusia seratus tahun.
Dalam hitungan detik, siluman kucing sudah berada di depan Yang Jian. Jantung Yang Jian berdegup kencang, perasaan takut menyelimuti dirinya.
Merasa tidak punya jalan untuk kabur Yang Jian mencari alat untuk bertahan diri, di sebelah nya terdapat sebilah kayu yang cukup besar, Yang Jian memegang kayu tersebut dengan erat berusaha untuk melawan.
Dengan ganas siluman kucing menerjang Yang Jian, Yang Jian memukul kucing tersebut dengan kayu sambil melompat kekiri. Tidak berhenti disitu, siluman kucing itu terus berusaha untuk menerkam Yang Jian dengan ganas, Yang Jian terus melawan kucing tersebut sambil menghindar.
Insting untuk tetap bertahan hidup menguasai Yang Jian, dipikiran nya hanya bagaimana untuk mengalahkan kucing itu agar ia bisa selamat. Yang Jian tahu bahwa kelemahan siluman itu berada dimata nya, dia kemudian berusaha untuk mengarahkan sasaran nya ke arah mata siluman kucing itu, namun mengalahkan siluman oleh manusia biasa bukan lah hal yang mudah.
Meskipun Yang Jian telah menambah kecepatan dan kekuatan serangan nya namun kucing tersebut tidak bergeming akibat serangan Yang Jian. Bagi Siluman serangan Yang Jian bagai angin yang menggelitik bulunya.
Setelah tiga puluh menit bertarung Yang Jian akhirnya kehabisan staminanya, darah sudah memenuhi tubuhnya akibat cakaran dan gigitan siluman tersebut. Bajunya juga sudah robek sana sini. Kini ia hanya bisa pasrah sambil berharap agar keajaiban datang.
Saat mulai menutup matanya dia melihat siluman kucing yang ingin menerkam nya seketika terbakar dan berubah menjadi debu. Akhirnya nya Yang Jian pun terjatuh ke tanah.
Sebelum benar-benar jatuh ke tanah seseorang menangkap tubuh nya lalu membawanya ke sebuah rumah yang cukup besar dengan ilmu meringankan tubuh nya.
~~
Lembah Neraka yang terkenal angker dan menakutkan serta tidak ada seorang manusia biasa maupun cultivator yang tinggal, namun pemikiran itu salah. karena terlihat seorang pria sedang bersemedi di tepi air terjun, ia membuka mata ketika merasakan ada seseorang yang memasuki kediaman nya.
Karena penasaran, dia menggunakan ilmu mata dewa nya untuk menelusuri lembah tersebut, ia terkejut ketika menyadari seorang bocah mencoba kabur dari kejaran siluman kucing.
Setelah ratusan tahun ini pertama kalinya dia kedatangan seorang tamu, awalnya dia terlihat biasa saja namun tetap memperhatikan bocah tersebut bertarung untuk mempertahankan nyawanya.
Dia kagum melihat bocah tersebut masih bisa bertahan walaupun telah banyak luka memenuhi tubuh nya dibawah guyuran hujan, dia kemudian memeriksa tubuh bocah tersebut kemudian ia menyadari bahwa bocah tersebut memiliki tubuh yang kuat dengan daya tahan tubuh yang tinggi.
Setengah jam berlalu, saat bocah itu sudah kehabisan tenaga dan terlihat pasrah akan hidupnya. Pria itu seketika berpindah dari tempat semedi nya menuju lokasi Yang Jian, dengan satu jari ia membakar siluman tersebut dari jari telunjuknya sampai hangus.
Saat Yang Jian hampir tumbang dia langsung menangkap nya dan membawa ke kediaman nya.
~~
Dua hari telah berlalu namun belum ada tanda-tanda Yang Jian akan sadar dari pingsan nya. Namun, Pria itu dengan telaten mengobati dan mengurus Yang Jian.
Saat malam tiba perlahan-lahan Yang Jian membuka kelopak matanya, kepalanya terasa berat. Ia mencoba mengumpulkan kesadaran nya setelah itu ia pun duduk. Terlihat luka luarnya sudah pulih seutuhnya bahkan tidak ada meninggalkan bekas sedikitpun, bajunya juga sudah diganti dengan baju putih bersih, hanya saja tubuh nya masih terlihat lemas.
"Kau sudah sadar?"
Yang Jian menoleh ke sumber suara, terlihat seorang pria yang tampak berusia dua puluhan tahun sedang membakar ayam, namun kenyataan nya pria itu sudah berumur ratusan tahun. Yang Jian tidak menjawab tetapi malah bertanya
"Maaf, tuan siapa? Apakah tuan yang menyelamatkanku?" Yang Jian berkata sopan.
"Xiao Ming, panggil saja aku senior Xiao.
Dan ya, akulah yang telah menyelamatkanmu."Xiao ming berkata sambil tersenyum ke arah Yang Jian. "Siapa namamu bocah? Dan baimana kau bisa sampai ketempat ini?"
Yang Jian berdiri dari tempat tidur nya ia bersujud ke arah Xiao Ming "Terimakasih senior karena telah menyelamatkanku, nama ku adalah Yang Jian dan aku tidak ingat bagaimana aku bisa sampai di tempat ini." Jujur Yang Jian.
Dia menjawab sambil menunduk, takut bahwa pria di hadapan nya akan marah karena tidak terima akan jawaban Yang Jian yang terdengar tidak masuk akal.
Namun diluar perkiraan Yang Jian, Xiao Ming merangkul tubuhnya "Berdirilah kita akan makan malam setelah itu kau perlu istirahat untuk memulihkan kondisi mu." Sambil memberi daging panggangnya.
Setelah selesai makan, Xiao ming mengobati Yang Jian dan memberinya pil untuk mengobati luka dalamnya agar pulih sepenuhnya. Kemudian mereka sama-sama beristirahat dikamar masing-masing.
Selama tiga hari penuh Xiao Ming terus mengobati luka Yang Jian hingga pulih dan tidak memperbolehkan nya melakukan pekerjaan apapun.
Pagi hari sebelum matahari terbit Yang Jian sudah bangun dari tidur nya wajah nya terlihat segar dan tubuhnya juga sudah pulih, dia kemudian membasuh wajahnya. Yang Jian melihat sekeliling rumah terdapat banyak tanaman herbal dan buah yang begitu aneh bagi Yang Jian, baru pertama kali ini dia melihat semua nya.
Dia melangkah kan kaki nya menuju dapur melihat apa yang bisa dia masak untuk penyelamatnya, dia tidak mau terlalu merepotkan Xiao Ming karena bagaimana pun Yang Jian tetaplah menumpang di tempat ini.
Kediaman Yang Jian cukup sederhana namun unik, rumah nya terbuat dari kayu yang sangat keras dan mengeluarkan aroma herbal yang menyegarkan sekaligus menenangkan pikiran. Sepertinya kayu tersebut bukan lah kayu sembarangan.
Terdapat dua kamar tidur, dapur, satu ruangan yang cukup luas, perpustakaan yang penuh dengan buku dan satu gudang. Rumah tersebut mempunya pagar dan di kelilingi banyak tumbuhan.
"Ah... apa yang harus ku masak?"
Yang Jian menggaruk kepala nya yang tidak gatal. Dia tidak melihat ada bahan makanan yang dapat dia masak.
"Apa yang kau lakukan Yang Jian?"
Yang Jian tersentak kaget mendengar suara dari belakangnya.
" Eh, senior Xiao. Aku hanya ingin memasak untuk sarapan kita hanya saja tidak ada bahan makanan di sini"
Xiao Ming tersenyum dan berjalan ke arah Yang Jian, dia mengelus puncak kepala Yang Jian dengan lembut" Bagaimana keadaan mu Jian'er? "
Mendengar itu Yang Jian tidak menjawab nya, mata nya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka orang yang baru di kenalnya akan sepeduli itu padanya. Kasih sayang dan perhatian yang Xiao Ming berikan selama beberapa hari ini mampu meluluhkan hatinya.
Tiba-tiba Yang Jian memeluk Xiao Ming
"Ayah..." air mata nya tak terbendung lagi, buliran-buliran putih jatuh di pipi mulus Yang Jian, dada nya sesak dan tubuhnya gemetar.
" Jangan tinggalkan Yang Jian ayah." tangisnya.
Xiao Ming tersentak kaget mendapat perlakuan Yang Jian, namun dia mengerti bahwa Yang Jian adalah anak berusia tujuh tahun yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua.
Xiao Ming berlutut untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Xiao Ming, dia mendekap tubuh anak itu dengan penuh kasih sayang sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan. Tangis Yang Jian semakin kencang saat Xiao Ming memeluk tubuh nya.
"Tenanglah Jian'er, aku tidak akan meninggalkan mu"
Xiao Ming berusaha menenangkan Yang Jian.
Suatu malam disaat Xiao Ming mengobati Yang Jian ia telah bertanya tentang asal usul dan keluarga Yang Jian. Namun aneh nya Yang Jian tidak ingat apa-apa tentang itu. Dia tidak mengingat kehidupannya sebelum sampai di Lembah Neraka. Walaupun Yang Jian tahu tentang bagaimana kehidupan di masyarakat.
Akhirnya Xiao Ming tidak menanyakan lebih lanjut karena tidak menemukan adanya tanda-tanda kebohongan dari wajah Yang Jian.
" Jian'er mulai sekarang aku adalah ayahmu, ayah berjanji tidak akan pernah meninggalkan mu" Ucapnya sambil menghapus air mata Yang Jian. Sebenarnya Xiao Ming tahu bahwa dia tidak akan pernah menepati janji nya tersebut, namun entah kenapa dia tidak ingin membuat anak dalam dekapan nya bersedih.
"Benarkah?" tanya Yang Jian penuh harap
" Benar nak, aku adalah ayahmu, dan kau adalah anakku."
Kemudian Xiao Ming pun mengajak Yang Jian ke teras rumah, dia mulai menceritakan tentang nya karena sekarang Yang Jian telah menjadi anak nya dan perlu tau tentang diri nya.
Xiao Ming menjelaskan bahwa dia adalah seorang cultivator legendaris yang telah banyak mengarungi dunia persilatan, dia memilih tinggal di Lembah Neraka karena suatu alasan tertentu.
Dia tidak menjelaskan tentang asal usul nya dan bagaimana dia bisa sampai di lembah, yang jelas ada tugas yang harus dia selesaikan di tempat ini.
Xiao Ming mulai menjelaskan apa itu cultivator dan bagaimana kehidupan dunia persilatan.
Dikataan dalam dunia persilatan itu sangat kejam ada juga hukum bahwa yang kuat lah yang berkuasa dan yang lemah akan di tindas, jadi kalau ingin di hargai dan di hormati maka harus punya kekuatan.
Sering kali nyawa bukan harga yang mahal bagi para cultivator, Yang Jian tampak antusias mendengar nya, raut wajahnya juga berubah-ubah di setiap bagian cerita ayah nya.
"Nah Jian'er, apakah kau tertarik untuk menjadi seorang cultivator hebat?"
Raut wajah Xiao Ming berubah serius, dia menatap ke dalam manik mata putra nya.
Yang Jian menggelengkan kepalanya pelan sebagai tanda ketidaktertarikannya akan saran Xiao Ming.
"Ahaha baiklah. Tetapi kau harus menemukan siapa dirimu bukan? Maka kau dapat menjadikan alasan tersebut menjadi cultivator."
" Mau ayah, Jian'er akan menjadi cultivator hebat seperti ayah dan akan melindungi ayah dari orang jahat." Jawaban Yang Jian sangat berlawanan dengan pertanyaan Xiao Ming. Dia sepertinya enggan untuk membahas masalah keluarganya dengan pria yang berstatus ayahnya tersebut.
"Ha..ha...ha" Xiao Ming tertawa geli mendengar jawaban polos Yang Jian karena bertujuan menjadi kuat untuk melindunginya.
"Dengar nak, kita menjadi kuat itu bukan hanya untuk melindungi diri sendiri maupun keluarga kita, tetapi kita dapat menggunakan kekuatan yang kita miliki untuk membantu dan melindungi orang baik juga untuk melawan kejahatan. Ingat Jian'er gunakan lah kekuatan mu untuk kebaikan dan hapuskan kejahatan dari muka bumi ini. Apakah kau mengerti?" nada bicara Xiao Ming berubah tegas
Yang Jian mengangguk pelan, " Jian'er menggerti ayah, aku akan selalu mengingat pesan ayah."
" Bagus, mulai besok ayah akan mengatur jadwal pelatihanmu. Sekarang ayah akan pergi ke dalam lembah untuk mengumpulkan sumber daya yang akan berguna bagi perkembangan praktikmu. Hari ini tugasmu adalah membersihkan kebun herbal ayah." Yang Jian mengangguk mengiyakan perkataan ayah nya.
Lalu Xiao Ming pergi memetik buah di kebun miliknya untuk sarapan nya dan Yang Jian,
dia mengambil beberapa buah berwarna merah cerah seperti buah apel.
"Makanlah Jian'er buah ini bagus untuk kesehatan dan pertumbuhan mu." Xiao Ming mengenalkan buah tersebut dengan nama red aplle, buah tersebut mempunya banyak khasiat dan termasuk menjadi salah satu buah langka.
"Terimakasih ayah." mereka makan dengan lahap sambil sesekali berbincang mengenai pelatihan yang akan Yang Jian jalani, setelah itu mereka mulai pergi melakukan tugas masing-masing.
" Kalau kau lapar makanlah buah yang ada di kebun belakang. Ayah pergi dulu."
Yang Jian menatap punggung ayah nya yang mulai menjauh dengan senyuman.
"Jian'er berjanji akan menjadi kuat dan bisa menemukan jati diri suatu saat nanti."
Setelah itu Yang Jian mulai membersihkan seluruh kebun sambil mempelajari tanaman tersebut, sesekali dia memetik buah yang di rasa sudah masak dan cukup menarik baginya dan menyimpan nya di dapur.
Keesokan paginya mereka sudah berada di tepi bukit Lembah Neraka, tepatnya di sebelah air terjun lokasi Xiao Ming bersemedi, karena lokasi ini padat dengan qi murni dan juga siluman di sini masih berusia seratus tahun sehingga tidak terlalu berbahaya bagi Yang Jian.
Sebelum memulai latihan Yang Jian di beritahu lebih lengkap mengenai cultivator untuk menambah wawasan nya. Xiao Ming mulai menjelaskan kembali mengenai pengertian cultivator, cultivator adalah manusia yang melatih dantian nya untuk menyerap qi untuk memperkuat tubuhnya dan membuat manusia tersebut memiliki umur panjang.
Dantian adalah tempat untuk mengumpulkan qi, biasa nya berada di pusar manusia. Sedangkan qi adalah energi alam yang di serap oleh cultivator untuk meningkatkan praktiknya. Qi bagi setiap cultivator juga berbeda kuat nya tergantung dari pelatihan yang di jalankan.
Xiao Ming mulai menjelaskan tingkat praktik bagi seorang cultivator yaitu, cultivator warior, cultivator warior star, cultivator master, cultivator grandmaster dan cultivator legenda. Untuk setiap tingkatan nya ada tiga tahap yaitu, tahap awal, tahap menengah dan tahap akhir.
"Kalau begitu tingkat praktik ayah pasti sudah berada di cultivator legenda bukan? Ayah kan hebat." Puji Yang Jian sambil mengangkat kedua jempolnya.
Xiao Ming terkekeh pelan "Kalau menurut Yang Jian seperti itu maka anggap lah begitu."
"Baiklah mari kita mulai latihan nya."
Xiao Ming berencana untuk menempa kekuatan fisik Yang Jian terlebih dahulu sebelum mengajarkan nya cara menyerap qi dan teknik lain nya. Hal ini sering di lewatkan oleh para cultivator, mereka kerap sekali lebih fokus untuk meningkatkan praktiknya dengan menyerap qi secara berlebihan dan bantuan sumber daya dengan tidak di dasari dengan kekuatan fisik. Akibatnya fisik cultivator tersebut tidak sekuat cultivator yang memilik fisik yang kuat meski memiliki tingkat praktik yang sama bahkan diatas nya karena pondasinya yang lemah.
Pertama-tama, Yang Jian harus mendaki bukit sampai ke ujung air terjun, tinggi bukit tersebut sekitar 500 meter namun tidak terlalu curam. Yang Jian harus melakukan nya sampai matahari terbenam. walaupun Yang Jian memiliki kekuatan fisik di atas anak-anak seusia nya, Xiao Ming tetap menempa fisik Yang Jian sampai melewati batasnya. Hal ini juga berfungsi untuk mengetahui batas kemampuan Yang Jian, tanpa berbasa- basi lagi Yang Jian mengiyakan perintah sang ayah tanpa bertanya.
Saat matahari sudah di atas kepala, Yang Jian membawa sebotol air di pinggang nya sebagai bekal pelatihan nya. Ia mulai mendaki bukit tanpa menggunakan alas kaki dan penutup kepala. Awalnya Yang Jian tampak tidak kesulitan, namun di tengah bukit Yang Jian mulai kehabisan tenaga, teriknya matahari membuat keringat nya mengucur deras. Baju yang Yang Jian kenakan juga sudah basah sebagian.
Tetapi Yang Jian tidak menyerah, ia terus melangkah kan kaki nya meski nafas nya sudah terputus-putus. Ia memegang akar-akar pohon sebagai alat nya agar ia dapat berdiri dengan stabil.
Karena sudah tidak memiliki tenaga Yang Jian akhirnya memutuskan untuk duduk dibawah pohon yang rindang, ia meminum sedikit air yang dibawanya untuk memuaskan dahaga. Setelah beristirahat selama lima belas menit, dia kemudian melanjutkan latihan nya.
Suasana di bukit lembah tersebut sungguh nyaman karena penuh dengan energi alam yang murni, tidak terlihat satupun hewan maupun siluman disana padahal saat pertama kali dia memasuki lembah sudah bertemu dengan siluman kucing. Yang Jian tahu bahwa ada campur tangan dari sang ayah untuk memuluskan latihan nya.
Dengan tekad agar tidak mengecewakan sang ayah, Yang Jian mendaki bukit tersebut sekuat tenaga, kakinya mulai lecet dan mengeluarkan darah segar. Akhirnya menjelang sore, ia baru sampai di puncak bukit, keringat membasahi pakaian nya. Kaki nya serasa mati rasa dan lutut nya bergetar.
Yang Jian tidak menyangka latihan awal nya akan sesulit ini, untuk menjadi kuat memang bukan semudah membalikkan telapak tangan, setelah di rasa cukup untuk mengambil nafas Yang Jian pun kembali menuruni bukit sambil sesekali berhenti untuk sekedar mengambil nafas.
Malam nya, Yang Jian baru sampai di tepi bukit, terlihat Xiao Ming sudah menunggunya di dekat sungai sambil membakar dua ekor ikan besar.
"Kemarilah Jian'er, kau makan lah terlebih dahulu untuk memulihkan tenaga mu." Xiao Ming menyerahkan seekor ikan besar yang sudah masak.
"Terimakasih ayah"
Yang Jian memakan ikan tersebut seperti kesetanan karena dia memang kelaparan akibat stamina yang terkuras habis. Xiao Ming hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putra nya tersebut.
" Pelan-pelan Jian'er tidak ada yang akan merebutnya dari mu." Yang Jian tersenyum canggung dan melanjutkan makan nya, namun kali ini ia makan dengan sopan.
Setelah makan dan di rasa cukup istirahat, Yang Jian melanjutkan latihan kedua. Yang Jian di suruh untuk berendam di bawah air terjun selama dua jam, latihan ini berfungsi untuk menempa kulit dan tulang Yang Jian agar lebih keras karena air tersebut bukan air sembarang tetapi air yang mengandung qi murni.
Saat memasuki air tersebut Yang Jian merasakan dingin yang menusuk di telapak kakinya tetapi dia tetap melangkah kan kaki dan duduk bersila di atas batu dalam air hingga air menutupi tubuhnya dan menyisakan kepala Yang Jian untuk bernafas.
Samar-samar tubuh Yang Jian mengeluarkan cahaya ke emasan namun karena mata Yang Jian terpejam dia tidak menyadari hal tersebut, hanya Xiao Ming lah yang melihatnya dia tersenyum penuh arti menatap Yang Jian.
Tiga puluh menit berlalu, terlihat Yang Jian kesulitan menahan rasa sakit di tubuhnya akibat dingin nya air terjun tersebut dan juga air itu memiliki rasa dingin yang mampu menusuk hingga ke tulang. Seluruh wajah Yang Jian basah karena keringat dingin akibat menahan rasa sakit yang luar biasa.
Akhirnya Xiao Ming menyudahi sesi latihan Yang Jian, ia tidak mau terlalu memaksa Yang Jian karena biar bagaimana pun Yang Jian tetap lah anak yang masih berusia tujuh tahun.
Xiao Ming menempelkan tangan nya di pundak Yang Jian dan menyalurkan qi nya untuk mengurangi rasa sakit dan dingin di tubuh Yang Jian. Raut wajah Yang Jian kembali cerah dan tubuhnya berhenti bergetar
Mereka kembali ke pondok, setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian Xiao Ming memberi Yang Jian ramuan yang ia racik sendiri kemudian menyuruh nya istirahat agar dapat melanjutkan kembali latihan nya esok hari.
Xiao Ming pergi ke perpustakaan pribadinya dan memilih-milih kitab yang cocok untuk di ajarkan kepada Yang Jian ketika fisik nya sudah terbentuk. Dia juga menyiapkan banyak obat herbal dan ramuan untuk menunjang perkembangan praktik Yang Jian.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!