NovelToon NovelToon

Jodoh Kaisar Neptunus

Diner 1

Selesai sudah job hari ini. Setelah berganti beberapa baju dan berbagai gaya ia tampilkan untuk mendapatkan hasil jepretan terbaik sang photografer. Violet berjalan santai keluar dari studio.

"Viooooo tungguin!" teriak Lisa dari arah belakang.

Lisa adalah kaka Violet. Lisa jugalah yang memperkenalkan dunia modeling pada Violet.

Mendengar namanya dipanggil Violet menoleh sesaat lalu tetap lanjut berjalan.

"Vio, temenin kakak yuk." ajak Lisa begitu berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Violet.

"Kemana?" jawab Violet dengan nada malas karena sudah lelah.

"Shopiiiing." jawab Lisa semangat.

"Kak, bisa besok aja gak. Aku capek. Pengen istirahat." tolak Violet dengan wajah tidak bersemangatnya.

"Akh Vio, pleaseee yaa... Soalnya malam ini aku ada janji penting." rayu Lisa.

"Janji penting apa, semua bisa dihandle sama Mbak Uci."

Uci adalah manager mereka berdua.

"Bukan soal kerja Vio. Mau yaa." Lisa memasang wajah memelas.

"Akh pasti gebetan baru lagi." tebak Violet.

Lisa tersenyum meringgis memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Ajak teman kakak ajalah. Aku beneran capek kak."

"Ekh Vio, memangnya kamu mau aku melepaskan kijang emas untuk disantap temanku?" Lisa meninggikan suaranya karena kesal.

"Maksudnya?" dengan ekspresi muka binggung.

"Kamu tau siapa yang ajak aku diner malam ini?" tanya Lisa dengan senyuman, jangan lupakan mata berbinar penuh semangat dan kebahagiaan.

Violet menggelengkan kepala.

"Kay... Vio, Kay ngajak aku diner."

"Kay siapa?" masih belum paham.

"Kay si creazy rich muda yang paling diimpikan wanita seantero negeri ini."

"Owh, dia." jawab Vio santai.

Siapa yang tidak tau Ri Kay Ray, dia adalah bintang muda saat ini. Berbagai bisnisnya sukses, ditambah wajah tampan yang sudah pasti selalu mondar mandir diberbagai media. Jangan lupa, bahkan beberapa youtuber tenar juga ikut mewawancarainya untuk konten dikanal youtubenya dan berhasil menjadi trending.

Lisa mengerjapkan matanya berkali-kali, tidak percaya dengan ekspresi datar adiknya yang tidak perduli dengan nama yang dia sebutkan.

"Kamu kok gak kaget?" tanya Lisa heran.

"Kaget kenapa? Kakak aku sudah hafal betul dengan dirimu. Sudah berapa banyak pria yang pada akhirnya harus kamu patahkan hatinya setelah mendapatkan pria baru. Kalau kakak tiba-tiba mengatakan akan menikah itu baru kaget." jawab Violet kesal, sedangkan Lisa justru membalasny dengan nyengir kuda.

"Akh terserah apa katamu, yang penting sekarang temani aku beli baju baru Vio. Aku harus tampil perfect saat ketemu dia nanti."

Sambil menangkupkan kedua tangannya memohon.

"Baiklah. Tapi jangan lama dan setelah itu pulang dan jangan ganggu Me time ku dengan apapun lagi."

"Baiklah setuju." jawab Lisa sambil merangkul Vio dan berjalan beriringan. Lisa juga paham adiknya tidak akan menolak permintaannya, sekalipun terkadang Lisa tau Violet melakukannya dengan terpaksa.

_***_

*K**eesokan harinya*.

Violet dan kedua orang tuanya sudah sarapan dimeja makan. Lisa masih belum bangun.

"Vio sayang, Ayah sama bunda mau kembali ke belanda malam nanti. Kamu baik-baik disini sama kakakmu ya."

"Sudah harus pergi lagi ya bun?"

"Kita sudah membicarakannya dari minggu lalu bukan?" tanya ayahnya.

Violet hanya mengangguk. Dia dan Lisa sudah terbiasa ditinggal pergi kedua orang tuanya yang memang lebih sering di Belanda mengurusi bisnisnya yang bahkan terkadang sampai berbulan-bulan tidak pulang.

"Baiklah. Kamu selesaikan sarapanmu, bunda dan ayah mau pergi dulu." Ibunya berdiri, lalu mengecup sayang pucuk kepala anaknya dan pergi menyusul suaminya yang sudah lebih dulu keluar.

Violet menghela nafas kasar.

Tidak berapa lama Lisa turun dan menghapirinya dimeja makan.

"Pagi." sapa Lisa.

"Pagi." balas Violet.

"Ayah sama bunda mana Vi?"

"Udah pergi. Baru aja."

"Kemana?" tanya Lisa sambil mengoles mentega diatas rotinya.

"Gak tau. Mereka akan pergi malam ini."

Lisa menghentikan sementara tangannya yang sedang mengoles mentega. Lisa menatap adiknya yang sudah terlihat tidak bahagia.

"Vio, kita bukannya sudah terbiasa dengan seperti ini. Ayolah, kita nikmati dan syukuri saja."

Violet menganggukkan kepalanya pelan. Didalam hatinya ingin sekali kedua orang tuanya lebih lama tinggal bersama mereka, tapi dia juga sadar, ada banyak harapan hidup orang yang juga bergantung kepada kedua perusahaan orang tuanya. Tentu saja dia sadar tidak boleh egois, karena meskipun sangat minim, kedua orang tuanya juga tetap menyempatkan waktu pulang untuk bersama kedua anaknya.

"Oh ya bagaimana kencanmu semalam?"

tanya Violet mengalihkan pembicaraan untuk mencairkan suasana.

Lisa menghela nafas sebentar dan tersenyum,

"Kamu tau vio, dia ganteeeeeng banget. Dia mempesona, tubuhnya woww, dan jangan lupa, tatapan matanya yang luar biasa menusuk tapi tusukannya terasa nikmat." terang Lisa dengan gaya lebaynya.

"Masa sih?" Violet senyum smirk tidak percaya.

"Hey aku yakin kalau kamu ketemu dia, kamu juga bakalan klepek-klepek kaya ikan kehabisan air." jawab Lisa mengejek.

Hening sejenak kemudian,

"Ha ha haaa..." mereka tertawa bersama.

"Aku tak semudah itu jatuh cinta. Aku bukan dirimu kak."

"Allaaaa... Awas aja nanti kamu jatuh cinta sama dia." ancam Lisa.

"Kak, semoga Tuhan tetap kasih aku kewarasan untuk tidak merebut kekasihmu."

"Hey, kita belum jadian. Siapa tau bakal ada yang nikung." sungut Lisa.

"Berdo'alah supaya tidak ada yang menikungmu. Apalagi aku. Hahahaa.."

"Aku tidak yakin. Begitu banyak perempuan menginginkan dirinya jadi istri Kay."

"Setidaknya kau beberapa langkah lebih maju daripada mereka. Kamu bahkan sudah diajak diner sama dia. Yaa kan?" supprot Violet.

"Memangnya menurutmu, bagaimana kesan dia padamu saat diner tadi malam?" sambungnya.

Lisa diam,

"Hahaa... okee, Im so sorry sista. Aku mestinya gak kepo sama urusan pribadimu yang sedang kasmaran ini."

Lisa tersenyum dan kembali melahap rotinya.

Diner 2

Seminggu berlalu.

Violet dan Lisa kembali beraktifitas seperti biasanya.

Hari ini agenda pemotretan Lisa ditunda karena sakit. Hanya Violet yang melakukan sesi pemotretan untuk iklan parfum. Pemotretan sudah selesai, Violet duduk santai dikursi, ditemani Uci disampingnya.

"Mbak Uci, setelah ini jadwalku kosong kan?" tanya Violet pada managernya yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Kosong, bahkan untuk besok juga kosong. Tapi lusa kamu memiliki agenda sampai tengah malam. Karena kamu mesti pemotretan untuk majalah XX, abis tu kamu syuting iklan kosmetik XX, dan terakhir kamu ada janji dengan Neptunecorps untuk jadi Brand Amasador produk terbaru mereka." jelas Uci.

Violet berpikir sejenak.

"Mbak Uci, Neptunecorp bukannya milik Kay?"

"Iyaappp betul bangeeet. CEOnya muda, ganteng, idaman ciwi-ciwilah pokoknya."

Violet menganggukkan kepalanya.

(Ciwi-ciwi \= cewek-cewek dalam bahasa alay.)

"Emang mbak Uci dah pernah ketemu orangnya?"

"Belum." jawab Uci singkat.

"Kamu beruntung bisa mereka pilih langsung jadi BA produk mereka. Padahal yang lain sampai sampai gila-gilaan usaha pengen jadi BA mereka." imbuh Uci.

(BA\= Singkatan dari Brand Ambasador)

"Helleeeeee... mbak Uci gak tau aja. Ada udang dibalik bakwan tuh kenapa jadiin aku BA mereka."

"Enak donk beb," Uci menimpali.

"Hahahaa.." Mereka tertawa barsama.

"Emang kenapa ada udang ngumpet?" tanya Uci penasaran kemudian menggeser tempat duduknya lebih dekat dengan Violet.

"Mbak Uci emang gak tau, beberapa hari yang lalu kak Lisa diajak diner sama Kay." jawab Violet sambil menyesap Bubble tea.

"OMG..!!! Serius lo beb?" tanya Uci membelalakkan matanya.

Violet menganggukkan kepalanya.

"Kok bisa sih aku ketinggalan beritanya. Aku kan manager kalian."

"Ya kan waktu itu mbak Uci sibuk urus anak sakit."

Uci menganggukkan kepalanya, ingat memang belum lama ini dia beberapa hari tidak bisa mengikuti agenda Lisa dan Violet karena anaknya demam. Dia hanya memberikan agenda job mereka dan lokasinya.

"Gimana ceritanya kok bisa? Maksudku sejak kapan mereka kenal kok tiba-tiba sudah diner?" tanya Uci penasaran.

Violet mengangkat kedua pundaknya,

"Mana ku tau. Tanya aja sama kak Lisa." jawab Violet sambil memainkan sedotan bubble tea miliknya.

"Udah akh pulang yuk." ajak Violet sambil berdiri, disusul Uci dibelakangnya.

_***_

Dirumah.

Violet masuk kekamar Lisa membawa potongan buah segar. Lisa duduk diatas ranjangnya sambil memainkan ponselnya.

"Gimana? Udah baikan?" tanya Violet sambil menempelkan punggung tangannya kekening Lisa untuk mengetes suhu tubuhnya.

"Udah."

"Nih aku bawain buah. Mau aku suapin apa mau makan sendiri?" tanya Violet sambil menunjukkan sepiring penuh isi berbagai macam potongan buah.

"Aku juga gak bakal bisa habisin segitu banyak Vi." jawab Lisa sambil tersenyum.

"Suapin!" pinta Lisa.

Violet langsung menyuapkan sepotong apel kemulut Lisa.

"Vio," Panggil Lisa perlahan.

"Hmm... ada apa?" tanya Violet sambil menusukkan garpu kecil kepotongan buah.

"Kakak boleh minta tolong gak?" tanya Lisa dengan nada berhati-hati.

"Minta tolong apa?" Violet menatap Lisa.

Lisa diam sejenak, menimbang perkataan selanjutnya.

"Tolong nanti malam temui Kay." lirih Lisa.

Seketika membuat bola mata Violet membulat.

"Apa aku gak salah dengar? Atau kakak yang salah bicara?" tanya Violet binggung.

Lisa menggelengkan kepalanya.

"Maksudnya gimana sih kok aku nggak paham. Ngapain coba aku temuin dia?" tanya Violet penasaran.

"Dia minta aku temani dia diner malam ini. Tapi kamu juga tau kalo aku sekarang lagi sakit." jelas Lisa singkat.

"Ya kakak tinggal bilang aja kalo kakak nggak bisa karena lagi sakit. Next time kalo kakak sehat kakak temani gitu." Violet mencoba memberi solusi.

Lisa menggelengkan kepalanya.

"Vio, kamu taukan dia itu siapa, dia itu kijang kencana. Aku nggak mau sia-siain kesempatan ini. Aku takut dia kecewa dan nanti nggak mau ketemu atau kenal aku lagi. Bisa gatot rencanaku." jawab Lisa.

(Gatot \= Singkatan dari Gagal Total)

"Ya tapi, meminta aku menemani dia juga bukan solusi terbaik kan?"

"Itu solusi terbaik. Aku sudah bilang tadi kalo aku sakit. Trus dia bilang pengen diner tapi ada yang nemenin. Aku bilang aja sama dia gimana kalo adikku yang temani. Dia jawab boleh dan kamu nanti bakal dijemput sama sekretarisnya." terang Lisa.

Violet menatap Lisa tidak percaya dengan penjelasan kakaknya yang menurutnya sangat konyol.

"Dan kakak mengatakan itu tanpa persetujuanku? Oh ya Ampun..." tanya Violet mulai frustasi.

"Maaf Vio. Tolonglah..." Lisa memohon dengan jurus andalannya, memasang wajah memelas, dan menangkupkan kedua telapak tangannya didepan dada.

"Kak, cobalah katakan padanya hari ini ternyata aku sibuk, jadi gak bisa."

"Tadi sebelum aku bilang sama Kay aku sudah tanya mbak Uci jadwalmu hari ini. Jadi dia sudah tau kalo sekarang jadwal kamu kosong."

"What...?" Violet menatap Lisa tidak percaya jika kakaknya seakan-akan telah merencanakannya dengan sangat matang.

"Vioo...." Lisa mulai merajuk.

Violet menatap kakaknya yang berekspresi sedih itu, lagi-lagi dan untuk yang kesekian kalinya dia memilih mengalah dan menyanggupi permintaan kakaknya.

"Baiklah, baiklah... Lain kali jangan sembarangan suruh aku ketemu gebetanmu lagi."

"Makasih Vio sayang. Janji lain kali nggak gini lagi." Lisa mengankat jari kelingkingnya.

"Ya udah makan lagi ni buah, cepet sembuh. Biar gak ngerjain aku gini lagi."

"Hehehee.." Lisa tertawa seperti anak kecil.

Meskipun Lisa kakaknya tapi terkadang sifatnya justru seperti anak kecil saat sedang ada maunya.

"Ya udah sini aku makan sendiri. Kamu mandi dan siap-siap gih!"

"Lah kenapa aku siap-siap sekarang?" tanya Violet binggung.

"Nanti kamu dijemput jam 18:30 sedangkan sekarang jam 17:30." jawab Lisa enteng.

"What...? Kak itu masih sore banget."

"Tadi Kay bilangnya gitu."

"Oh Yaa Ampuuun. Untung saudaraku cuma satu. Kalau ada satu lagi aja bakal ku ajak dia buat hajar kakak yang penindas dan seenaknya sendiri macam kamu." kata Violet diujung rasa kesalnya.

Lisa lagi-lagi cuma tersenyum.

"Udahlah jangan ngomel terus. Huss Huss sana..." usir Lisa.

"What...? Sekarang kakak ngusir aku seperti mengusir ayam?" teriak Violet kesal kemudian pergi dari kamar Lisa.

Lisa tersenyum puas bisa ngerjain adiknya sampai sekesal itu.

Diner 3

18:30 PM

Violet keluar dari kamarnya dan turun kelantai bawah, ada Lisa duduk disofa sambil nonton TV.

"Lah tuh kamu dah bisa santai. Kakak aja lah yang temui dia." ucap Violet kesal merasa dikerjain Lisa yang sekarang sudah terlihat membaik.

"Vio, mana sempat aku siap-siap. Lagian aku baru mulai membaik, bukannya sudah benar2 sehat. Kamu mau aku droop lagi kalo aku memaksakan diri?"

"Aggrrrh banyak alasan." sungut Violet.

"Oh ya, yang jemput dah datang tuh diluar."

"Kaakk... Please, batal aja yaa. Aku mesti gimana coba sama dia. Jangankan kenal, bahkan aku belum pernah ketemu orangnya."

"Makanya temuin biar ketemu. Lagian kamu bukannya mau jadi BA dari produk terbarunya? Anggap aja kamu sekarang kenalan dulu sama CEOnya sebelum nanti kerja sama dengan dia."

"Ekh kak, dia gak mungkin terjun langsung buat urusin hal sepele. Emang tu puluhan ribu karyawannya gada yang bisa handle apa?"

"Udah, udah, sana pergi! Jangan biarkan kijang kencanaku ditikung orang." usir Lisa.

"Agggrrrhh... Menyebalkan!!" gerutu Violet sambil menghentakkan kakinya.

Violet keluar dari dalam rumahnya. Sebuah mobil mewah sudah menunggu. Disampingnya ada seorang pria tampan berdiri bersandar dibadan mobil sambil fokus memainkan ponselnya.

"Apa mungkin dia Kay? Tapi kak Lisa bilang yang jemput sekretarisnya. Dia terlalu tampan untuk jadi sekretaris." batin Violet.

Pria itu tidak menyadari Violet sudah berdiri didekatnya.

"Selamat malam."

Mendengar sapaan Violet, pria itu mengangkat kepalanya. Sesaat menatap Violet tanpa berkedip, membuat Violet merasa risih diperhatikan seperti itu.

"Selamat malam." ulang Violet yang berhasil membuatnya gugup dan tersadar.

"Selamat malam nona. Saya Mark sekretaris Mr. Kay." Mark memperkenalkan dirinya kemudian membungkukkan sedikit tubuhnya memberi hormat pada Violet.

"Saya Violet."

"Mari nona, silahkan masuk." Mark membukakan pintu mobil untuk Violet.

Mobil melaju menuju restoran dimana sudah ada Kay yang menunggu. Sepanjang perjalanan mereka hanya hening tanpa keluar satu katapun obrolan diantara mereka.

Mobil memasuki sebuah parkiran restoran. Violet mengenal restoran ini. Restoran yang dengan berbagai macam menu favoritnya.

Begitu sampai dipintu depan Mark turun, membukakan pintu mobil untuk Violet.

"Silahkan nona. Tuan Kay sudah didalam."

"Tapi aku belum tau yang mana orangnya."

Mark sebentar memandang Violet seakan tidak percaya kalau ada orang yang sekelas Violet tidak mengenal bosnya.

"Baiklah nona mari saya antar." Mark kemudian mempersilahkan Violet berjalan.l terlebih dulu.

"Sekretaris Mark, maaf aku hanya merasa canggung bertemu dengannya. Sebelumnya kami tidak saling mengenal, dan dia adalah pacar kakakku_"

"Saya sudah mengetahuinya nona." potong Mark sebelum Violet menyelesaikan ucapannya.

Mark membawa Violet kelantai 3 restoran itu. Dilantai 3 restoran itu merupakan bagian VVIP yang memiliki View indah dimalam hari. Susasana tenang dan dengan lampu temaram, kerlap kerlip lampu tumbeller membuat suasana romatis. Terlebih dilantai itu hanya ada empat meja semantara tiga meja lainnya kosong.

Dari jauh Violet sudah melihat seseorang berdiri membelakanginya. Sepertinya dia asyik melihat pemandangan kota, hingga tidak tau kalau dirinya dan Mark sudah sampai.

"Mister, nona Violet sudah datang." Mark melapor pada orang itu yang sudah pasti dia adalah Kay.

Pria itu membalikkan badannya.

Langsung menatap lekat Violet. Tatapannya tajam, dan tanpa ekspresi ramah sama sekali.

"Nona, ini adalah Mr. Kay. Saya permisi dulu." pamit Mark.

"Sekretaris Mark.." panggil Violet sambil menahan tangan Mark yang berbalik akan pergi.

Mark menarik tangannya dari Violet, menjaga kesopanan dihadapan bosnya.

"Iya Nona anda butuh sesuatu?" tanya Mark.

Violet menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu saya permisi dulu." pamit Mark.

Lagi-lagi Violet menarik tangan Mark dan membuat Mark kembali berhenti dan menatap wajah Violet.

"Sekretaris Mark, bisakah anda juga tinggal disini. Aku... aku takut." bisik Violet.

"Mark, tugasmu sudah selesai. Tunggu kami dibawah." suara tegas Kay memberi perintah Mark terdengar menakutkan ditelinga Violet.

Mark menarik lengan tangannya yang masih dipegang Violet.

"Tidak perlu takut nona. Mr. Kay tidak akan mencelakakan anda." ucap Mark meyakinkan Violet sebelum berlalu meninggalkan mereka.

Violet membalikkan badannya, melihat Kay sudah duduk dikursi sambil menatapnya tajam.

"Kak Lisa kau tega sekali menjebakku. Kau bilang dia Kijang kencana. Ternyata wajahnya lebih mirip dengan Singa lapar. Pantas saja sekali kencan sekarang kamu buat aku jadi umpannya. Jahat sekali !!" batin Violet.

"Sampai kapan mau berdiri disitu?" tanya Kay dengan suara dingin.

Violet melangkah perlahan kemejanya. Dan masih berdiri.

Meskipun berkecimpung didunia modeling Violet tidak pernah pergi seorang diri. Selalu dengan Lisa ataupun Uci. Bahkan jika keduanya sibuk maka akan memanggil bodyguard sementara untuk menjaga Violet dari serangan para fans yang terkadang terlalu ekstrem. Dan sekarang dia seorang diri dihadapkan dengan pria dingin, dengan matanya yang menusuk tajam seperti belati.

"Biasanya aku tidak pernah setakut ini berhadapan dengan orang lain. Tatapan matanya membunuh. Begitu kata kak Lisa Tajam, menusuk tapi nikmat. Nikmat apanya?" batin Violet.

"Apa kamu mau makan sambil berdiri?" tanya Kay dengan ketus.

Violet kemudian duduk didepan Kay.

Jantungnya sudah terasa seperti ada puluhan bom yang siap meledak didalam dadanya. Karena Kay dari awal fokus, tetap tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Violet.

Pelayan datang dan memberikan daftar menu. Untuk menutupi ketakutannya Violet berpura-pura binggung memilih menu makanannya dengan membolak balikkan daftar menu itu berulang-ulang, padahal bisa saja tanpa membaca buku itu dia langsung memesan karena sudah hafal menu-menu favoritnya diresto ini.

"Dua porsi menu terbaik disini ditambah satu jus sirsak." suara Kay membuat Violet kemudian menutup buku itu dan menyerahkan pada pelayan yang kemudian pergi.

Kembali hanya tinggal mereka berdua.

Violet makin gugup bukan kepalang karena dari tadi mata Kay masih tidak luput mengawasinya. Rasanya Violet ingin lari dari tempat itu. Andai saja bisa!

"Ma-maaf Mr. Kay. Kenapa dari tadi anda menatap saya seperti itu?" tanya Violet dengan bibir bergetar.

"Apa kau keberatan?" Kay bertanya balik.

"Maaf Mr. Kay, saya merasa tidak nyaman diperhatikan seperti itu." jawab Violet jujur sambil meremaskan kedua tangannya yang terasa sudah sangat dingin.

"Bukankah kamu seorang model? Pastinya sudah terbiasa dengan tatapan intens para fansmu atapupun saat dicatwalk"

"Tapi fansku tidak ada yang matanya macam ujung belati seperti matamu itu" hanya menyimpan jawaban Violet dalam hati, karena lidahnya tidak cukup mendapat kekuatan dari keberanian hatinya.

"Panggil aku Kay. Tanpa kata Mister!"

"Tapi bukannya itu kurang sopan?"

"Aku tidak suka kamu panggil Tuan atauun Mister. Panggil aku Kay. Jangan membantah dan jangan lupa."

"Baiklah." jawab Violet sambil menunduk.

"Kamu sangat cantik."

"Haaaaahhh?" Violet seketika kehilangan ketakutannya tanpa sadar berani menatap wajah Kay karena mendengar Kay memujinya.

Dan Violet merasa lebih Cengo ketika ternyata Kay bisa tersenyum begitu manis saat melihat ekspresi Violet yang mendadak berubah dan terlihat kaget.

"Sekarang kamu yang menatap aku tanpa berkedip. Apa aku sangat tampan?" tanya kay sambil mendekatkan wajahnya.

"Haaaaaaah...?" Lagi-lagi hanya itu yang keluar dari mulut Violet, dan dengan mata membulat, tidak percaya dengan dua kalimat terakhir yang Kay katakan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!