NovelToon NovelToon

Cinta Seorang Kusir Kuda

Bapa sakit

Bab 1

Per kenalkan, Nama aku Niko. Aku adalah anak dari seorang kusir kuda yang ber nama pak Parman dan juga Ibu ku yang ber nama Dina, Ibu ku seorang penjual kue. Aku mempunyai dua orang adik, yang ber nama Indra dan Lisa.

Walau pun hidup sederhana, tapi kehidupan kami terbilang cukup bahagia, karena mempunyai keluarga yang saling melengkapi satu sama lain.

Suatu hari, Bapa ku Parman, ingin menjual tanah kami kepada Pak Bagas, mantan pacar Ibu ku dulu. Karena kami memerlukan uang itu untuk modal usaha Bapa, yang ingin menjual Baju-baju baru di kampung ini, di karenakan di sini sangat jarang ada orang yang menjual baju.

Tetapi, karena Pak Bagas masih mempunyai dendam terhadap Bapa dan Ibu. Maka ada niatan jahat pak Bagas untuk tidak memberikan hasil penjualan tanah itu kepada kami.

Lama Bapa ku menunggu hasil penjualan tanah itu ke pada Pak Bagas. Namun setelah di tanyakan oleh Bapa ku. Pak Bagas malah marah-marah dan mengusir Bapa ku.

Karena telah di usir, dan di pukuli oleh anak buah pak Bagas. Maka Bapa ku pun pulang kerumah dengan luka lebam di seluruh tubuh. Tanpa membawa uang sepeser pun dari pak Bagas.

Kami semua sangat sedih dengan perlakuan pak Bagas yang semena-mena ter hadap Bapa kami, namun apa lah daya, kami hanyalah orang sederhana, yang tak bisa melakukan hal apapun.

Sudah 5 tahun ber lalu setelah kejadian itu. Bapa ku pun kini saring sakit-sakitan, karena terus memikir kan hasil tanah yang tidak di beri kan oleh pak Bagas sampai sekarang.

***

"Niko, Maaf kan lah Bapa mu ini. Karena sudah lama tidak bekerja lagi, dan kamu sudah menggantikan Bapa untuk menjadi tulang punggung keluarga kita. Uhuk.. Uhuk," ucap Parman Bapa ku, yang sudah lama sakit.

"Iya, Pa ... Nggak papa. Bapa harus banyak-banyak istirahat saja di rumah, Niko seneng kok, bekerja sebagai kusir kuda, menggantikan Bapa," sahut ku sambil membantu Bapa, untuk me minum obat.

"Terima kasih, Nak. Uhuk... Uhuk," ucap Bapa ku lagi sambil ter batuk-batuk, karena penyakit yang di derita nya.

"Sama-sama, Pa. Yaudah, Niko berangkat kerja dulu ya, pa. Jangan lupa minum obat nya lagi nanti, Asalamualaikum," pamit ku sambil mencium punggung tangan Bapak ku, lalu membantu nya agar ber baring kembali di ranjang, untuk istirahat.

"Waalaikum salam. Uhuk... Uhuk."

Parman begitu sedih melihat diri nya sendiri, di usia nya yang tidak muda lagi, diri nya masih belum bisa membahagiakan keluarga nya.

***

"Wah, itu kaya nya Niko, deh."

"Iya, seperti nya beneran Niko."

"Aku duluan ya."

"Kamu kemarin udah duluan, sekarang gantian dong."

"Udah-udah biar aku aja yang duluan," ucap Ibu ibu yang ber kumpul untuk menunggu Niko. Mereka ngantri se hari-hari untuk naik delman Niko. Karena Niko sangat lah tampan sebagai kusir kuda nya.

Mereka selalu berebut setiap hari, hanya untuk menaiki kereta kuda Niko.

"Niko, Teh Nisa aja, ya. Yang duluan hari ini," ucap seorang emak yang sudah mempunyai anak 4.

"Jangan Niko, sama teh Ririn aje, Teteh lebih cantik dong di banding dia," ucap emak yang satu nya lagi, pun juga memiliki 3 orang Anak.

"Minggir-minggir... Niko lebih baik kamu antar Neng dewi aja duluan, Neng mau buru-buru. Entar Neng bayar 2 kali lipat deh," ucap istri pak lurah yang ber badan bohay itu, dan sudah memiliki 3 orang anak dari pak lurah.

"Yaudah deh, Mpok. Ayo naik," sahut Niko kepada istri lurah, karena berani membayar nya, 2 kali lipat dari harga biasa nya.

"Kok Mpok, sih Niko! panggil Neng aja!" pekik Mpok dewi tidak terima.

"Yaudah Neng. Ayo naik," sahut Niko mengalah, karna kalau sudah urusan sama emak-emak ini nggak akan kelar kalau Niko tidak mengalah.

Emak-emak yang lain pun kesal, karna Istri pak lurah lah yang di antar kan Niko duluan.

"Uwuuuuuu," ucap Emak-emak yang tengah kesal kepada Mpok dewi.

"Weee." Mpok dewi pun menjulur kan lidah nya, kepada semua emak-emak yang ter tinggal.

Seperti itu lah pekerja'an Niko sehari-hari. Niko akan kembali lagi kepada emak-emak yang telah menunggu nya, mengantar mereka ke tempat tujuan masing-masing.

Niko sudah mengantar kan semua emak-emak langganan nya itu. Setelah itu Niko mau pulang untuk istirahat.

Tiba-tiba... Di perjalanan kepala Niko terasa pusing dan menabrak warung kosong.

Niko ter jatuh dan oleng, lalu pingsan.

Niko merasa diri nya ber ada di dunia lain. Dimana dirinya tengah ber sanding bersama seorang putri yang begitu sangat cantik.

Hampir saja Niko melakukan ijab kabul ber sama sang putri cantik. Tiba-tiba ada seseorang yang membangun kan nya.

"Niko... Niko! bangun..." ucap Mpok Nisa yang sedang membangun kan Niko yang tengah pingsan, karena baru saja Niko mengantar kan nya, menuju sekolah Anak-anak nya.

"Eh... Iya Mpok," sahut Niko sambil memegangi kepala nya, yang terasa sakit akibat ter bentur tiang warung kosong itu.

"Alhamdulillah kamu sudah siuman," ucap Mpok Nisa lagi. "Lain kali jangan panggil Mpok lagi ya, Panggil Teteh aja," pinta Teh Nisa Lagi.

"Ah Iya, Teh. Makasih ya udah bangunin aku," ucap Niko lagi. Dengan per lahan Niko berdiri, ingin merapi kan kereta kuda nya tadi.

"Yaudah kalau gitu, Teh Nisa duluan ya, udah di tungguin sama anak-anak," ucap Teh Nisa yang hendak menunggu anak nya di sekolah.

"Iya, Teh. Makasih ya, sekali lagi," ucap Niko lagi.

"Sama-sama." Teh Nisa buru-buru pergi. Menuju sekolahan Anak-anak nya.

Di perjalanan Niko tidak sengaja melihat gadis cantik yang sangat mirip dengan sang putri yang tadi Niko lihat waktu dia pingsan tadi.

Ya ampun... Apa kah dia ada lah putri yang ku lihat waktu aku pingsan tadi, batin ku.

Aku mencoba untuk mendekat kan kereta kuda ku ke arah nya.

"Hay, Tuan Putri," sapa ku kepada nya.

"Hah... Tuan Putri? Hahaha kamu ini ada-ada saja," jawab nya.

Aku pun ter heran, apa kah dia bukan tuan Putri ku. Hanya saja wajah nya begitu mirip dengan Sang Putri yang kutemui waktu aku pingsan tadi.

"Kebetulan. Kamu kusir kuda kan? Tolong antar kan aku kerumah ya, Bang," ucap Nya yang langsung duduk ke dalam delman ku.

Aku ter heran-heran melihat nya.

"Ayo Bang, jalan," ucap nya lagi.

Dengan cepat aku pun membawa nya menuju rumah nya.

gadis sombong

Bab 2

Tidak lama kemudian Aku pun sampai di depan rumah nya, dengan petunjuk arah dari nya.

"Berapa bayaran nya, Bang?" tanya nya.

"15 ribu Neng," sahut ku sopan.

"Nih," dia lansung memberi kan uang sejumlah 50 ribu.

"Tunggu kembali an nya Neng," pekik ku sopan. Sambil memberikan kembalian nya kepada gadis yang ku kira adalah seorang putri yang ku temui waktu aku pingsan tadi.

"Em... Neng nama kamu siapa?" tanya ku lagi sa'at dia ingin beranjak pergi ke rumah nya.

"Kamu nggak perlu tau, siapa nama ku," sahut nya , lalu pergi ke rumah nya.

"Benar-benar gadis yang sombong, wajah nya saja yang cantik tapi ahklak nya buruk sekali," gumam ku, setelah kepergian gadis itu, entah siapa nama nya.

"Hey, Nik..." sapa teman ku yang bernama Anto.

"Hay, Nto, ngapain kamu di sini,?" tanya ku heran, karna Anto tiba-tiba sudah ber ada di depan kereta kuda ku.

"Kamu yang ngapain di sini, Di kampung ujung kerang, desa sebelah?" sahut nya lagi.

"Aku tadi baru aja anterin seorang gadis, yang sangat sombong," sahut ku kesal.

"Maksud kamu Sandra?, seorang gadis cantik yang rumah nya di situ?" tanya Anto lagi sambil menunjuk ke arah rumah gadis yang ku antar kan tadi.

"Iya, Nto. Kamu tau siapa dia?"

Aku pun heran karena Anto terlihat tidak suka kepada gadis itu.

"Dia itu adalah Anak dari saudagar kaya, di kampung ujung karang ini," sahut Anto antusias.

"Terus?" tanya ku lagi.

"Iya itu... Dia itu memang sangat sombong dan arogan, Nik. Aku nggak suka sama dia, Aku ada ide nih," celetuk Anto yakin.

"Ide apa'an Nto?" tanya ku heran.

"Gimana kalau kita taruhan aja," ucap Anto antusias.

"Taruhan?... Taruhan apa'an sih?"

"Kamu itu kan tampan, banyak gadis-gadis yang naksir sama kamu, tapi kalo kamu bisa mendapat kan cinta nya si gadis sombong itu, aku akan memberi kan kamu satu petak tanah sawah ku."

"Ah, yang bener nih Nto?" Aku ber semangat menjawab ucapan dari Anto tadi.

"Ya, bener dong. Emang sejak kapan aku bohong sama kamu?"

Aku pun cengengesan.

Anto ini adalah Anak dari Seorang Bos sawit di kampung Cobek Lama, yaitu kampung kami, walau pun anak orang kaya, tetapi Anto tidak sombong seperti gadis yang ku temui tadi.

"Yaudah kalau gitu, aku akan Terima taruhan kamu tadi," ucap ku yakin.

"Tapi kalau kamu nggak bisa membuat dia jatuh cinta sama kamu, maka kamu harus kerja di kebun sawit bapak ku selama sebulan, tanpa di gajih" sahut Anto lagi, ter lihat meremeh kan ku.

"Lah... Kok gitu sih!"

"Gimana? mau nggak taruhan sama Aku? bilang aja kalo nggak sanggup." Anto pun terlihat terus meremeh kan ku.

"Yaudah deh," sahut ku lemah. Namun jiwa ku ter tantang akan taruhan itu.

"Dil... Dil" kami pun ber jabat tangan.

***

Kini aku sudah sampai di rumah. Dengan membawa uang hasil kerja ku hari ini, yang tidak seberapa.

"Niko... Udah pulang Nak?" tanya Ibu ku yang ber ada di teras, sambil menyusun kue jualan nya,

yang masih ter sisa di meja.

"Iya, Bu. Niko udah pulang," sahut ku sambil mencomot kue jualan Ibu Ku.

"Ayo masuk Nak. Ibu udah siapin makanan untuk kita semua makan," ucap Ibu Ku sambil masuk ke dalam rumah, menuju dapur, untuk menata makanan di meja makan kami yang sudah lapuk.

"Pa, Indra, Lisa, Niko... Ayo makan, Makanan nya udah siap," panggil Ibu ku kepada Ku, dan Adik Adik ku yang ber nama Indra dan Lisa.

Aku ber gegas masuk kerumah dengan semangat, untuk makan ber sama keluarga.

"Wah... Ada Ayam, sama sayur kangkung," pekik Lisa adik ku yang paling kecil, yang ber usia 12 tahun.

"Iya, Sa. Kalau gini terus hari-hari Aku akan tambah gemuk," sahut Indra semringah, Adik ku. Kakak dari Lisa, yang usia nya sudah 15 tahun. Sedang kan umur ku sudah 21 tahun.

"Alhamdulillah, Nak... Hari ini kita bisa makan enak lagi," sahut Ibu ku bersyukur sekaligus senang karena kita selalu makan apa ada, nya jika uang hasil kusir kuda hanya sedikit dan hasil jualan kue waktu sepi pembeli.

"Uhuk, Uhuk, Uhuk...." Bapa selalu ter batuk-batuk kala ber jalan menuju meja makan, karena kami tidak mampu untuk membeli kursi roda untuk Bapa ku.

"Bapa... Seharus nya Bapa diam aja di kamar, entar Niko bakalan anterin makanan nya ke kamar Bapa," ucap ku hawatir ke pada Bapa.

"Bapa nggak papa kok, Nak. Bapa bisa jalan, kasian Kamu selalu mengantar makanan untuk Bapa setiap waktu makan," sahut Bapa sedih.

"Nggak papa, Pa. Itu sudah kewajiban Niko untuk ber bakti kepada Bapa." Aku memeluk Bapa, dengan perasa'an sedih.

***

Pagi tiba, Aku ber gegas untuk berangkat kerja, mencari nafkah, itu adalah tujuan pertama Ku sebagai tulang punggung keluarga.

"Bu, Niko mau pamit kerja dulu, ya," kata ku yang sudah selesai makan, sambil ber gegas pergi, setelah ber pamitan ke pada Bapa dan Ibu ku. Sementara Lisa dan Indra sudah berangkat ke sekolah.

"Hati-hati ya, Nak," sahut Ibu sambil menata kue-kue dagangan nya di meja.

"Iya, Bu." Aku berangkat membawa kereta kuda dengan penuh semangat setiap hari nya.

Seperti biasa, para emak-emak langganan ku semua sudah pada ngumpul di tempat biasa nya mereka menunggu ku, untuk segera mengantar kan mereka, ketempat tujuan masing-masing.

"Hari ini Aku duluan ya, Bu-Ibu."

"Enak aje, Aku dong."

Seperti itu lah per debatan mereka setiap hari nya. Sebenar nya Aku sudah bosan sih, dengan semua ini. Nasip-nasip punya wajah tampan tapi mau gimana lagi, udah kerja'an setiap hari.

Setelah selesai mengantar para Ibu-ibu ke tempat tujuan mereka masing-masing Aku ber gegas ingin pulang, karena sudah jm 1 siang.

Di perjalanan tidak sengaja Aku ber temu gadis sombong itu lagi, entah sedang apa dia di pinggir jalan sini.

Aku terus membawa kereta kuda ku tanpa menghirau kan gadis sombong itu ketika lewat di depan nya.

"Hei, Bang. Tunggu!" teriak gadis itu kepada ku.

Aku menghentikan kereta kuda ku.

"Kenapa, Neng?"

"Kamu kusir kuda kemaren yang anterin aku ke rumah kan?"

"Iya, Neng. Emang kenapa?

" Sekarang anterin aku lagi hari ini ya, Bang... Aku mau kamu anterin aku terus setiap hari ya, Bang," ucap gadis itu entah kenapa sikap nya masih saja se arogan kemarin.

"Harus... Emang kamu siapa aku?" tanya ku tidak suka.

"Asal kamu tau, Ya. Aku ini adalah anak orang ter kaya di kampung sebelah, jadi jangan kan nyuruh kamu, beli kamu sama kereta kuda kamu pun aku mampu," pekik nya sinis, dengan meremeh kan ku.

"Ma'af ya. Aku mau pulang. Nggak ada waktu untuk anterin gadis sombong seperti kamu," sahut ku sambil menjalan kan kereta kuda ku.

"Ehh, Tunggu-tunggu. Kamu harus anterin aku, Bang. Kalau tidak aku akan teriak sekarang, dan memberi tahu semua orang kalau kamu mau memperkosa ku," ancam nya sambil masuk ke dalam kereta kuda ku.

"Teriak aja, Aku nggak peduli," sahut ku yang tidak percaya.

"Tolong!... Tolong!--" teriak nya dengan keras.

Aku ber gegas me nutup mulut nya dengan tangan ku, karena takut akan banyak warga yang akan datang.

"Emmm, emmm!" Walau pun mulut nya sudah ku tutup dengan tangan ku, namun dia masih saja ingin ber teriak.

"Diem... Diem, yaudah aku akan anterin kamu sampai rumah, tapi jangan teriak lagi!" pekik ku kesal.

Namun aku tidak sadar sudah ber ada di dekat nya, jarak kami sangat lah dekat sehingga hembusan nafas nya terasa di wajah ku.

Aku menatap wajah nya dengan teliti, Cantik. Memang sangat cantik, batin ku.

Ter nyata Gadis sombong ini juga menatap wajah ku yang sangat begitu dekat dengan wajah nya.

Lama kami diam dalam posisi seperti ini, Tiba-tiba...

"Woyyy... Ngapain kalian?!" tanya seorang Bapak tua yang kebetulan lewat di depan kereta kuda ku.

Aku langsung ter kejut, dan segera melepas kan Gadis sombong ini. Suasana pun menjadi canggung.

Aku menjauh dari nya dan ber niat mengantar kan nya ke rumah.

"Ya sudah, Aku akan mengantar kan Kamu kerumah mu," ucap ku gugup. Setelah apa yang barusan ter jadi.

"Iya, makasih," sahut nya canggung.

kepergian Bapa ter cinta

Bab 3

Di per jalanan, Aku dan gadis sombong ini terus saja diam dengan pikiran masing-masing.

Tidak lama kemudian Kami pun sampai di pekarangan rumah nya. Besar, Rumah nya memang bisa di bilang sangat besar, di banding rumah yang lain nya, wajar saja. Karena gadis sombong ini ada lah anak dari saudagar kaya di kampung ini.

"Silah kan turun Neng, kita udah sampai," desak ku ke pada nya, karena kami sudah sampai dari tadi, tapi dia belum juga turun, dari kereta kuda ku.

"Ah... Iya, bang. Makasih, ini uang nya," sahut nya gelagapan sambil mem beri kan uang kepada ku senilai 15 ribu rupiah.

"Iya, Neng makasih." Aku ber gegas mengambil uang dari gadis sombong ini, entah siapa nama nya. Dan ber gegas memutar balik kereta kuda ku, ingin segera pulang.

"Bang, Tunggu!...."

Seketika Aku pun menoleh ke pada nya. Entah kenapa dia memanggil ku lagi.

"Bang... Aku mau tanya? Nama kamu siapa? dari kemarin kamu nganterin aku, tapi aku masih belum tau nama kamu?" tanya nya.

Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis sombong ini. Kemarin aku ber tanya siapa nama nya, dia malah tidak mau memberi tahu ku, tapi sekarang, bahkan dia yang menanyakan nama ku.

Apa kah dia sudah kena pelet dari ketampanan ku ini, wajar sih, ya. Aku ini memang tampan. Aku pun ter senyum dan menjawab.

"Nama ku, Niko. Neng," sahut ku cengengesan sambil merapi kan rambut ku.

"Ohhh... Niko ya, yaudah bang Niko, besok anterin aku lagi ya, ke rumah... Ooo iya, kenalin nama aku Sandra," ucap nya yang hendak ber jabat tangan dengan ku.

Aku membalas ber jabat tangan dengan nya.

"Yaudah, kamu boleh pulang sekarang, Bang," ucap nya lagi. Dasar wanita sombong.

"Ya sudah, Aku juga nggak betah ber lama-lama ber ada di sini," sahut ku malas, lalu pergi meninggal kan nya.

Di perjalanan menuju pulang, aku selalu memikir kan Sandra. Entah kenapa, wajah nya selalu ter bayang di ingatan ku.

"Arhhggg, sudah-sudah. Aku harus melupakan gadis sombong itu, tidak boleh ada bayangan nya lagi di fikiran ku, Aku harus membuang jauh-jauh, bayangan gadis sombong itu," gumam ku sambil membawa kereta kuda ku.

Tidak lama kemudian, Aku pun sampai di pekarangan rumah ku, ingin segera memberi makan kuda kesayangan ku ini.

"Dodi... Ayo sini masuk rumah mu," ucap ku sambil menarik kuda kesayangan ku ini yang ber nama Dodi.

"Ayo yang banyak makan nya, Kamu itu harus sehat selalu, agar bisa membantu ku, mencari uang untuk biaya berobat Bapa," titah ku sambil mengusap bulu-bulu halus si Dodi.

Setelah melihat Dodi yang makan dengan lahap nya, Aku pun pergi menuju rumah, karena perut ku masih belum terisi. Aku harus segera makan.

"Bu!... Niko laper Bu," pekik ku ketika memasuki rumah.

"Bu... Bu, Pa!" Aku memasuki rumah mencari keberadaan Ibu dan Bapa ku namun tidak ada satu pun yang ter lihat. "Dimana semua keluarga ku, kenapa tidak ada satupun orang di rumah ini?" gumam ku kebingungan.

"Niko!... Niko! kamu udah pulang? tadi Ibu kamu pesen, dia suruh aku kabarin kamu, kalau Bapa mu, kumat lagi sakit nya, dan sekarang di bawa ke puskesmas," ucap Bu Nani tetangga sebelah rumah ku.

"Apa! Bu!... Bapa sakit lagi?" tanya ku kaget.

"Iya Niko!... Lebih baik kamu samperin gih Ibu kamu, kasian dia , adik adik kamu juga di sana. Nih bawakan Ibu, Bapa kamu sama Adik-adik kamu makanan ini," ucap Bu Nani sambil memberi kan satu rantang makanan ke pada ku.

Bu Nani adalah tetangga sekaligus saudara sepupu dari ibu ku, Bu Nani sudah ku anggap seperti Ibu kedua ku setelah Ibu kandung ku, memang tante yang paling baik dan perhatian terhadap kami.

"Makasih ya Bu... Yaudah kalo gitu, Niko pamit ke puskesmas dulu ya, Bu. Terima kasih bu," pamit ku sambil menerima rantang, pemberian dari Bu Nani.

"Iya, Nik. Hati-hati ya, Nik."

"Iya, Bu," sahut ku sambil pergi meninggal kan Bu Nani yang ter lihat hawatir.

Aku membawa kereta kuda ku lagi, menuju puskesmas ter dekat.

Setiba nya di puskesmas.

"Bu!... Bu! Bapa kenapa Bu?" tanya ku hawatir kepada Ibu ku yang menangis sesegukan.

"Bapa mu kumat lagi Nak, seperti biasa, Bapa batuk darah lagi. Dan tadi Bapa Mu banyak sekali mengeluar kan darah sa'at dia batuk, dan setelah itu dia pingsan, Nak!" sahut Ibu ku sambil menangis sesegukan.

"Ya ampun Bapa," tanpa terasa air mata ku jatuh membasahi pipi ini.

Kini Bapa sudah ter bangun dari pingsan nya.

"Nak... Niko," ucap Bapa kepada ku dengan kondisi yang masih lemah.

"Iya, Pa. Kenapa?" tanya ku sambil mendekati Bapa yang sedang ber baring di ranjang puskesmas.

"Nak... Bapa mu ini sudah tua dan sudah sakit-sakitan sejak dulu, Bapa minta kepada kamu, Kalau Bapa meninggal nanti, tolong jaga Ibu dan Adik-adik mu, Nak," ucap Bapa lemah, tetapi tetap Bapa paksakan untuk bicara kepada ku.

"Jangan bilang gitu, Pa. Bapa harus kuat, dan harus tetap ber tahan demi kami," sahut ku sambil menangis, karena tidak dapat menahan rasa sakit di dada ini.

"Satu lagi, Nak. Pesen Bapa. Bapa ingin kamu segera memiliki pasangan hidup, carilah wanita yang baik untuk teman hidup mu nanti," ucap Bapa lagi.

"Baik, Pa. Niko akan turuti ke inginkan Bapa, Tapi Niko juga ingin Bapa tetap selalu ber sama kami Pa. Bapa harus kuat."

"Satu lagi, Nak. Minta lah hak kita kepada saudagar kaya, dari kampung ujung kerang, dia pernah menjual kan tanah sawah kita satu-satu nya, dan uang nya tidak pernah dia serah kan ke pada Bapa, Ber kali-kali Bapa menagih uang itu, Namun Saudagar kaya yang bernama Bagas itu tidak pernah mau memberi kan uang itu kepada Bapa, sampai-sampai Bapa sakit-sakitan karena terus memikir kan masalah itu, Nak," ucap Bapa sedih.

"Umur Bapa mungkin tidak akan lama lagi, Jadi Bapa harap kamu bisa mengambil kembali apa yang telah menjadi hak kita, untuk masa depan kalian, Uhuk... Uhuk... Uhuk..."

"Pa, Bapa tidak boleh bicara seperti itu, Bapa harus kuat, Jangan tinggal kan kami Pa."

"Selamat tinggal Nak... Ingat ya pesen terakhir Ba-Bapa... La ilaha illallah muhammadur Rasulullah." Setelah mengucap kan itu Bapa ku langsung memejamkan mata nya.

"Pa... Pa bangun, Pa!... Pak Riswan-pak, ! tolong periksa Bapa saya, Pak!" teriak ku kepada Mantri yang sedang jaga di puskesmas.

"Biar saya periksa, Mas... Innalillahi wa innailaihi rojiun," ucap Mantri setelah memeriksa Bapa ku.

"Innalillahi WA innailaihi rojiun," sahut kami sekeluarga, lalu setelah itu tangis kami pun pecah meratapi kepergian Bapa ter sayang kami.

Saudagar kaya?... Bagas... Aku akan menuntut mu, atas kepergian Bapa ku, gara-gara kamu, Bapa ku jadi sakit, batin ku sambil mengepal kan tangan ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!